Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN KADAR HEMATOKRIT PADA PEROKOK ELEKTRIK

REMAJA DI KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Teknologi Laboratorium Medik Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH:

SHAMSUL

P00341017091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATANKENDARI

TEKNOLOGILABORATORIUM MEDIK

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merokok merupakan masalah yang belum dapat diselesaikan hingga
saat ini. Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah
dipublikasikan kepada masyarakat, namun kebiasaan merokok
masyarakat masih sulit untuk dihentikan. Telah diketahui bahwa dalam
satu batang rokok yang dibakar akan menghasilkan sekitar 4800 jenis
senyawa bahan kimia, diantaranya adalah gas karbon monoksida,
hydrogen cyanide, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida
formaldehid, tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol (Unitlyet et al, 2014).
Berdasarkan data WHO, urutan konsumsi rokok terbanyak di
dunia antara lain Cina (1,643 miliar batang), Amerika Serikat (451 miliar
batang), Jepang (328 miliar batang), dan Rusia (258 miliar batang).
Sedangkan tingkat konsumsi rokok di Indonesia menempati posisi ke
empat dari lima tertinggi di dunia, yakni mencapai 260 miliar batang
rokok pada tahun 2009 (WHO, 2009). Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013, perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih
belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari
34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013, yaitu 64,9%
laki-laki dan 2,1% perempuan. Rerata jumlah batang rokok yang dihisap
adalah sekitar 12,3 batang rokok per hari. Proporsi terbanyak perokok
aktif setiap hari pada umur 30 – 34 tahun sebesar 33,4%. Berdasarkan
jenis BPOM. 2015 . Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut Teknologi.
BPOM Republik Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta. BPOM. 2015 . Bahaya
Rokok Elektronik Racun Berbalut Teknologi. BPOM Republik Indonesia
Vol 1 No.5. Jakarta. BPOM. 2015 . Bahaya Rokok Elektronik Racun
Berbalut Teknologi. BPOM Republik Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta. BPOM.
2015 . Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut Teknologi. BPOM
Republik Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta. BPOM. 2015 . Bahaya Rokok
Elektronik Racun Berbalut Teknologi. BPOM Republik Indonesia Vol 1
No.5. Jakarta. BPOM. 2015 . Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut
Teknologi. BPOM Republik Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta. BPOM. 2015 .
Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut Teknologi. BPOM Republik
Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta. BPOM. 2015 . Bahaya Rokok Elektronik
Racun Berbalut Teknologi. BPOM Republik Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta.
BPOM. 2015 . Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut Teknologi. BPOM
Republik Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta. BPOM. 2015 . Bahaya Rokok
Elektronik Racun Berbalut Teknologi. BPOM Republik Indonesia Vol 1
No.5. Jakarta. BPOM. 2015 . Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut
Teknologi. BPOM Republik Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta. BPOM. 2015 .
Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut Teknologi. BPOM Republik
Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta.pekerjaan petani/nelayan/buruh adalah
perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar yaitu 44,5%
dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya (Kemenkes RI, 2013).
Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menyatakan Indonesia sebagai
negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Selain itu, usia
pertama kali mencoba merokok berdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin berdasarkan GYTS 2014, dimana sebagian besar laki-laki
pertama kali mencoba merokok pada umur 12-13 tahun, dan sebagian
besar perempuan pertama kali mencoba merokok pada umur ≤ 7 tahun
dan 14-15 tahun (Riskesdas, 2013).
Kehidupan remaja saat ini, merokok merupakan suatu
pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap
dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat
menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang
disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Hal ini
sebenarnya telah diketahui oleh remaja khususnya dan umumnya
masyarakat dunia, bahwa merokok itu mengganggu kesehatan. Masalah
rokok pada hakekatnya sudah menjadi masalah nasional,bahkan
internasional (Setiyanto, 2013).
Seiring meningkatnya jumlah perokok khususnya di usia remaja,
seruan untuk menghentikan kebiasaan merokok sudah banyak dilakukan.
Saat ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) sedang berupaya mengurangi
epidemi tembakau dengan berbagai strategi yang salah satu diantaranya
adalah dengan mengganti penggunan rokok tembakau dengan rokok
elektrik atau biasa dikenal dengan Electronic Nicotine Delivery System
(ENDS),vape, vapor, atau e-cigarette yang nantinya para perokok aktif
dapat berhenti total dari kebiasaan merokoknya. Rokok elektrik
dirancang untuk menghasilkan uap nikotin tanpa pembakaran tembakau
dengan tetap memberikan sensasi merokok.
Rokok elektrik oleh WHO disebut dengan Electronic Nicotine
Delivery System (ENDS). Rokok elektrik merupakan salah satu NRT
(Nicotine Replacement Therapy) dengan cara mengurangi kadar nikotin
secara bertahap karena kandungan nikotin yang lebih rendah dari pada
rokok konvensional dan tanpa pembakaran tembakau, didukung dengan
penelitian Varletet al, 2015 membuktikan bahwa aerosol rokok elektrik
tetap mengandung zat berbahaya namun 450 lebih rendah dari pada
rokok konvensional. Bahkan penelitian terkini oleh Margheim et al, 2013
menyebutkan bahwa tingkat emisinya 92-99% lebih rendah
dibandingkan dari rokok konvensional. Rokok elektrik mengandung
nitrosamin tembakau dan menghasilkan zat berbahaya lain yaitu
karbonmonoksida. Penggunaan rokok elektrik sebagian besar berada di
usia 18-35 tahun, dimana mayoritas pengguna dulunya merupakan para
pengguna aktif rokok konvensional yang beralih ke rokok elektrik
sebagai alternatif pengganti rokok.
Rokok elektronik diciptakan oleh salah satu perusahaan di Cina
pada tahun 2003 dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dengan
berbagai nama dagang seperti NJOY, Epuffer, blu cig, green smoke,
smoking everywhere, dan lain-lain. Secara umum sebuah rokok
elektronik terdiri dari 3 bagian yaitu : battery (bagian yang berisi
baterai), atomizer (bagian yang memanaskan dan menguapkan larutan
nikotin) dan catridge (berisi larutan nikotin) (Electronic Cigarette
Association, 2009). Pada saat ini, terdapat lebih dari 460 nama dagang
produk ENDS dengan lebih dari 7.700 rasa di internet. Produk yang
dapat diisi ulang dan dibuang merupakan generasi pertama electronic
cigarette, sedangkan sistem tangki dan personal vaporizer merupakan
generasi kedua dan ketiga electronic cigarette (Zhu, 2014). Rokok
elektronik juga pernah digunakan sebagai alat bantu program berhenti
merokok dengan cara mengurangi kadar nikotin secara bertahap namun
praktek tersebut kini sudah tidak dianjurkan oleh electronic cigarette
association (ECA) dan food and drug association (FDA) (Cobb dkk.,
2010). Meskipun demikian berdasarkan hasil survei di Amerika,
mayoritas (65% responden) memilih alasan menggunakan rokok
elektronik sebagai alternatif untuk berhenti merokok (Etter, 2010).
Rokok elektrik mengandung zat-zat berbahaya antara lain yaitu
nikotin, karbonmonoksida dan lain-lain. Kandungan kadar nikotin dalam
liquid rokok elektrik bervariasi dari kadar rendah hingga kadar tinggi.
Nikotin dapat merangsang sistem saraf, meningkatkan denyut jantung
dan tekanan darah (BPOM, 2015).
Rokok mengandung zat karbon monoksida (CO). CO yang dihisap
oleh perokok akan meningkatkan kadar karboksi hemoglobin sebanyak 2-
6%. CO dapat menimbulkan desaturasi Hb, menurunkan langsung
peredaran oksigen ke seluruh tubuh, mengurangi kemampuan eritrosit
untuk membawa oksigen. Hal ini menyebabkan tubuh melakukan
mekanisme kompensasi dengan memproduksi eritrosit lebih banyak.
Kadar hematokrit akan meningkat.
Secara fisiologi pening- katan hematokrit sebesar 10,59% dan
peningkatan viskositas sebesar 20% dapat menurunkan laju aliran darah
sekitar 16,67% sehingga diperlukan adanya peningkatan tekanan darah
sebesar 20% sebagai mekanisme kompensasi. Selain itu, nikotin dalam
rokok memicu aktivasi sistem saraf simpatis dan melepaskan
neurotransmiter yang akan meningkatkan kontraktilitas dan denyut
jantung serta aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) yang
menyebabkan peningkatan curah jantung dan tahanan perifer. Peningkatan
curah jantung, tahanan perifer dan viskositas darah akan berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah.
Obyek penelitian pada remaja di kota Kendari karena peneliti
mengamati remaja dengan status pelajar dan pekerja yang mempunyai
kebiasaan merokok elektrik. Rata-rata perokok berpendapat bahwa
rokok elektrik diakui sebagai rokok yang lebih sehat dan ramah
lingkungan dari pada rokok biasa dan tidak menimbulkan bau dan asap.
Selain itu, rokok elektronik lebih hemat dari pada rokok tembakau karena
dapat diisi ulang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan yaitu : Bagaimana gambaran kadar hematokrit darah pada
perokok elektrik remaja dikota Kendari?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kadar hematokrit pada perokok elektrik
remaja dikota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur kadar hematokrit darah perokok elektrik berdasarkan
nilai normal menggunakan metode analyzer
b. Mengukur kadar hematokrit pada perokok menurut lama waktu
penggunaan rokok elektrik.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Diketahuinya gambaran mengenai pengaruh rokok elektrik
terhadap kadar hematokrit darah perokok.
b. Menambah ketrampilan dan ketelitian kerja dalam laboratorium
pada pemeriksaan hematokrit.
c. Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam melakukan
penelitian langsung yang merupakan implementasi dari pelajaran
dibangku kuliah dan mampu mengembangkan dimasa yang akan
mendatang.
2. Bagi Akademik
Menambah referensi dokumen di perpustakaan Poltekkes
Kemenkes Kendari
3. Bagi pembaca
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan memperluas wawasan mengenai kesehatan tubuh di masyarakat
terutama remaja.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM. 2015 . Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut Teknologi.

BPOM Republik Indonesia Vol 1 No.5. Jakarta.

Cobb NK., Byron MJ., Abrams DB., dan Shields PG. 2010. Novel Nicotine Delivery
System and Public Health: The Rise of “E-cigarette”. Am J Public
Health. 12: 2340–2342.

Electronic Cigarette Association. 2009. The facts about Electronic Cigarette.


Washington.

Etter JF. 2010. Electronic Cigarette: A Survey of Users. BMC J Public Health.
10: 231.

Kementrian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Laporan


Nasional2013.http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd
2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF riskesdas 2013. (Sitasi tanggal 11
April 2015)

Novasiska, Amsar, Fridayenti. 2015. “ Gambaran Hematokrit pada Pasien


Stroke Iskemik di Rumah Sakit Umum Arifin Ahmad Provinsi Riau.”
JOMFK Vol 2, No 1,Februari

RISKESDAS. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Riset


Kesehatan Dasar.

Roi O. Isa, Linda W. A. Rotty, Efata B. I. Polii. 2017. “Hubungan Kadar


Hematokrit dan Tekanan Darah.” Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5,
Nomor 2, Juli-Desember

Setiyanto, Dwi. 2013. Perilaku Merokok Di Kalangan Pelajar. Skripsi.


Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas
WHO (World Health Organization). 2009. Report on the global tobacco
epidemic.

WHO (World Health Organization). 2013. Media Centre: Fact Sheets of


Tobacco. http://www.who.
int/mediacentre/factsheets/fs339/en/. (Sitasi 18 Agustus 2015).

Zhu SH., Yun JY., Bonnevie E., Cummins SE., Gamst A., dan Yin L. 2014. Four
hundredand sixty brands of e-cigarette and counting :
implications for product regulation. Tob Control. 23: 33–39.

Anda mungkin juga menyukai