Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH LAMA WAKTU PEMAPARAN ASAP ROKOK TERHADAP JUMLAH

ERITROSIT, LEKOSIT, DAN TROMBOSIT PADA MENCIT (Mus musculus)

Ika Jelita, Dwi Maya, Aninda Mey, Farafishah Nadifa, Ayu Nimas, dan Rachma Reina

Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Kementrian


Kesehatan Surabaya, Jl. Karang Menjangan No.18 A, 60285, Indonesia

Email: jelitaprilia03@gmail.com

Abstrak

Komponen utama dalam asap rokok adalah tar, nikotin, Karbonmonoksida, radikal bebas dan timbal. Kerusakan
sumsum tulang yang disebabkan adanya tar dan radikal bebas dari asap rokok menyebabkan hemolisis sel darah
merah dan mengakibatkan anemia. Gas dalam asap rokok berpotensi menimbulkan radikal bebas dan oksidatif
stress yang ditandai dengan meningkatnya reaksi inflamasi berupa peningkatan jumlah lekosit dan aktifitas
agregasi trombosit yang menyebabkan jumlah trombosit menurun. Penelitian ini bertujuan untu kmengetahui
pengaruh lama waktu pemaparan asap rokok terhadap jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit pada mencit.
Penelitian ini berupa ekperimental dengan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap dilakukan pada bulan
Desember 2017-Juni 2018 dikerjakan di Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR dan Laboratorium Kesehatan
Daerah Surabaya menggunakan 24 ekor Mus musculus dengan metode pemeriksaan hematology analyzer yang
dibagi dalam 4 kelompok perlakuan. Paparan asap rokok yang diberikan pada kelompok perlakuan adalah 7 hari
kemudian diambil darahnya pada hari ke-14, 14 hari kemudian diambil darahnya pada hari ke-21, dan 21 hari
kemudian diambil darahnya pada hari ke-28. Hasil uji statistik parametrik One-Way ANOVA menunjukkan
bahwa p-0,000<0,05 yang artinya ada pengaruh lama waktu pemaparan asap rokok terhadap jumlah eritrosit,
lekosit, dan trombosit pada mencit.

THE EFFECT OF LONG EXPOSURE TO CIGARETTE SMOKE ON THE NUMBER


OF ERYTHROCYTE, LEUKOCYTES, AND PLATELETS IN MICE (Mus musculus)

ABSTRACT

The main components in cigarette smoke are tar, nicotine, carbon monoxide, free radicals and lead. Bone
marrow damage caused by tar and free radicals from cigarette smoke causes hemolysis of red blood cells and
results in anemia. Gas in cigarette smoke has the potential to cause free radicals and oxidative stress which is
characterized by an increase in inflammatory reactions in the form of an increase in the number of leukocytes
and platelet aggregation activity which causes the platelet count to decrease. This study aims to determine the
effect of the duration of exposure to cigarette smoke on the number of erythrocytes, leukocytes and platelets in
mice. This study was in the form of an experimental study with a completely randomized design conducted in
December 2017 June 2018 conducted at the Faculty of Veterinary Medicine UNAIR and the Surabaya Regional
Health Laboratory using 24 Mus musculus with hematology analyzer examination method which was divided
into 4 treatment groups. Exposure to cigarette smoke given to the treatment group was 7 days and blood was
taken on the 14th day, 14 days later the blood was taken on the 21st day, and 21 days later the blood was taken
on the 28th day. The results of the parametric statistical test of One-Way ANOVA showed that p0,000 <0,05,
which means that there was an influence on the duration of exposure to cigarette smoke on the number of
erythrocytes, leukocytes, and platelets in mice.

Keywords: Length of time, cigarette smoke, erythrocytes, leukocytex, platelets

Pendahuluan
Rokok merupakan zat adiktif yang dapat mengancam kelangsungan hidupdi negara
maju maupun berkembang. Hasil surevi dari Global Adults Tobacco Survey (GATS)
mengungkapkan bahwa 7,9 juta perokok aktif dan 2,5 juta perokok pasif terkena dampaknya
secara global, dengan Indonesia berada di peringkat keempat dengan 4%. Indonesia
menduduki peringkat pertama di Asia dalam jumlah perokok dewasa per hari, dengan 67%
orang dewasa dan 2,7% anak-anak, atau 59,9 juta, merokok di negara ini. Jumlah perokok di
Indonesia cenderung meningkat dari 34,7% pada tahun 2010 menjadi 36,3% pada tahun
2013, hal ini disebabkan oleh adanya kepercayaan di kalangan masyarakat muda dan tua
Indonesia bahwa tidak ada dampak merokok terhadap kesehatan mereka. Asap rokok yang
memiliki kandungan zat kimia lebihdari 2.500 komponen dapat menjadi zat tunggal yang
berbahaya atau pun bereaksi dengan zat lain dan membentuk komponen baru . Komponen
dalam asap rokok yang utama adalah tar, nikotin, Karbonmonoksida , radikal bebas dan
timbal . Komponen terpenting yaitu tar yang merupakan zat karsinogenik.

Nikotin, CO, dan zat lain dalam asap rokok dapat menyebabkan kerusakan endotel,
menyebabkan disfungsi endotel dan menyebabkan hemolisis, anemia, dan penurunan aliran
darah. Seseorang yang mendapatkan paparan asap rokok dalam jangka waktu secara terus-
menerus memiliki jumlah lekosit 20-25% lebih tinggi, dan komponen gas dalam asap rokok
dapat menimbulkan radikal bebas dan menimbulkan stres. Pada orang yang terpapar asap dari
rokok, terjadi peningkatan konsentrasi nikotin dalam plasma 5ng/ml - 24 ng/ml dan <1 ng/ml
memicu limpa untuk melepaskan trombosit dan meningkatkan aktivitas agregasi trombosit,
jumlah trombosit dalam sirkulasi darah menurun, disebabkan oleh inflamasi akibat paparan
asap rokok. Peningkatan jumlah sel darah dalam perokok dapat meningkatkan viskositas
darah, terbentuknya trombus, dan meningkatkan risiko terjadinya stroke, infark miokardial,
trombosis pada vena dan emboli paru.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui pengaruh lama
waktu pemaparan asap rokok terhadap jumlah sel eritrosit, lekosit dan trombosit pada mencit
(Mus musculus).

Tinjauan Teoris
1. Rokok
Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang
antara 70 hingga 120 mm yang bervariasi tergantung negara dengan diameter sekitar
10 mm, berwarna putih dan cokelat. Biasanya berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah, ditambah sedikit racikan-racikan seperti cengkeh dan lain-lain (Woelansari
dkk, 2014)
Pada umumnya, rokok dibedakan menjadi beberapa jenisJenis rokok berdasarkan
pembungkusnya ada 4 jenis yaitu rokok sigaret yang bahan pembungkusnya
menggunakan kertas, rokok cerutu yang bahan pembungkusnya menggunakan daun
tembakau, rokok klobot yang bahan pembungkusnya menggunakan daun jagung, dan
rokok kawung yang bahan pembungkusnya menggunakan daun aren.
Jenis rokok berdasarkan proses pembuatannya ada 2 jenis yaitu rokok kretek
tangan/SKT yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan
menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana, dan rokok kretek mesin/SKM
yang proses pembuatannya menggunakan mesin (Pramudianti, 2013). Jenis rokok
berdasarkan penggunaan filter ada 2 jenis yaitu rokok filter yang pada bagian
pangkalnya terdapat gabus, dan rokok non filter pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus (Rosyidah, 2012)
Asap rokok yang dikeluarkan oleh seorang perokok pada umumnya terdiri dari
karbon monoksida dan partikulatETS (Environment Tobacco Smokes) mengenal
istilah Mainstream Smoke dan Secondhand Smoke. Mainstream Smoke adalah asap
rokok utama yang dihisap oleh perokok itu sendiri atau perokok aktif dan berasal dari
hasil buangan mulut selama fase pembakaran rokokAsap rokok mainstream terdiri dari
4000 jenis bahan kimiaDibedakan menjadi fase partikulat dan fase gas (Hutapea,
2013). Secondhand Smoke adalah asap rokok sidestream yakni asap rokok yang tidak
berasal dari asap buangan sigaret yang keluar dari mulut perokok tetapi dari ujung
rokok yang terbakar melalui kertasDi asap rokok sidestream ini terdapat bahan kimia
yang bersifat karsinogenik berupa N notrosodimetilamin dan N nitrosodietilamin serta
beberapa jenis logam berat (Ischorina, 2016).
Rokok mengandung lebih dari 4000 elemen racun dan setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin,
dan karbon monoksida (CO)Rokok juga mengandung bahan kimia lain yang tidak
kalah beracunnya, seperti Hydrogen Cyanide Ammonia Toluene Acetone, Methanol
Napthalene, Vinyl Chloride, Dimethylnitrosamine, Arsenic, DDT, Urethane,
Dibenzacridine, Pyrene, Cadmium, Benzopyrene, Naphthylamin, Butane, Phenol,
Polonium-210 dan Toluidine (Woelansari dkk, 2014)

2. Kandungan Rokok
a. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon. Kadar tar dalam rokok antara 0.5-35 mg/
batangRokok yang mengandung tar 22 mg/ batang disebuth high-tar cigarettes,
1521/batang mg disebut medium-tar cigarettes, dan kurang dari 7 mg/batang
disebut low-tar cigarettes (Rachim, 2012). Tar yang dihasilkan asap rokok dapat
menimbulkan iritasi pada saluran napas, menyebabkan bronkhitis, kanker
nasofaring dan kanker paru. Kandungan dalam tar dijumpai kanserogenik seperti
polisiklik aromatic pemicu kanker paru (Pramudianti, 2013).
b. Nikotin
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier,
bersifat basa lemah dengan pH 8 (Ischorina, 2016). Kandungan nikotin dalam
rokok bervariasi tiap mereknya, berkisar 1.8-41.3 mg/g tiap rokok dengan rata-
rata 8.32 mg/gKonsentrasi nikotin dalam darah juga bervariasi yaitu sekitar 4- 72
ng/ml dengan rata- rata 33ng/ml. Nikotin dalam darah dapat mencapai otak dalam
waktu 10 detik (Rachim, 2012). Nikotin ini merupakan zat adiktif yang dapat
mempengaruhi syaraf dan peredaran darah (Hutapea, 2013)
c. Karbonmonoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau
yang merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan yang mengandung
karbon (Rachim, 2012)Rokok mengandung 1-5% gas CO yang terbentuk sebagai
hasil pembakaran pada saat merokok, sedangkan gas CO yang dihisap oleh
perokok paling rendah adalah 400 ppm.
Karbonmonoksida mempunyai afinitas kuat terhadap hemoglobin pada sel
darah merah, ikatan CO dengan hemoglobin akan membuat hemoglobin tidak bisa
melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi hemoglobin sebagai
pengangkut oksigen berkurang, sehingga karbonmonoksida meningkat dan
berakibat pada kematian (Ischorina, 2016).
d. Timah hitam (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 µg. Sebungkus
rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 µg.
Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah
20 µg per hari. Bila seorang perokok berat menghisap rata- rata 2 bungkus rokok
per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh (Pramudianti,
2013)
e. Acrolein
Acrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehide. Zat ini
diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau dengan mengeringkannya.
Zat ini mengandung alkohol, dengan kata lain acrolein itu adalah alkohol yang
cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan (Pramudianti,
2013).
f. Amonia
Amonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari gas nitrogen dan
hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Amonia ini sangat
gampang memasuki sel tubuh. Begitu kerasnya racun dalam amonia itu, sehingga
kalau disuntikan sedikitpun ke peredaran darah akan mengakibatkan seseorang
pingsan atau koma (Pramudianti, 2013).
g. Formid acid
Formid acid merupakan cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat
membuat lepuhCairan ini sangat tajam dan menusuk baunyaZat ini dapat membuat
seseorang seperti digigit semutBertambahya jenis acid apapun ke dalam darah
akan menambah cepatnya pernafasan seseorang (Pramudianti, 2013)
h. Hydrogen cyanide
Hydrogen cyanide adalah sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasaZat ini merupakan yang paling ringan dan mudah terbakar. Dapat
membahayakan seperti yang terdapat di dalam bom hydrogen. Zat ini sangat
efisien untuk menghalangi pernafasanCyanide adalah salah satu zat yang
mengandung racun yang sangat berbahaya bagi tubuh (Pramudianti, 2013).
i. Nitrous oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna dan bila dihisap
seseorang akan kehilangan pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit. Zat ini pada
mulanya digunakan untuk zat pembius (anastesi) waktu diadakan operasi
(Pramudianti, 2013)
j. Formaldehide
Formaldehide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna dan berbau tajam.
Gas ini tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu jenis dari
formaldehide adalah formalin Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet di
laboratorium. Fomaldehide itu sangat beracun keras terhadap semua organisme-
organisme hidup (Pramudianti, 2013)
k. Phenol
Phenol adalah campuran yang terdiri dari banyak kristal yang dihasilkan dari
destilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang. Bahan ini adalah merupakan
zat racun yang sangat membahayakanPhenol ini terikat protein dan menghalangi
aktivitas enzim (Pramudianti, 2013).
l. Acetol
Acetol merupakan hasil dari pemanasan aldehide dan mudah menguap dengan
alkohol (Pramudianti, 2013)
m. Hidrogen sulfide
Hidrogen sulfide merupakan gas beracun yang mudah terbakar dan berbau
menyengat. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen)
(Pramudianti, 2013).
n. Pyridine
Pyridine merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau yang tajam.
Diperoleh dari penyulingan minyak tulang-tulang, ter, arang, serta dari
pembusukan sejenis alkoloid tertentu (sejenis alkalin dari tumbuh-
tumbuhan)Pyridine ini juga terdapat dalam tembakauZat ini dapat mengubah sifat
alkohol sebagai pelarut, pembunuh hama, yang juga pernah digunakan untuk obat
penyakit asma (Pramudianti, 2013).
o. Methyl Chloride
Methyl chloride adalah suatu campuran dari zat-zat bervalensi satu. Hidrogen
dan karbon merupakan unsur yang utama. Gas hidrogen mudah terbakar. Zat ini
adalah compound organik yang sangat beracunUapnya dapat berperan sebagai
anastesi (Pramudianti, 2013)
p. Methanol
Methanol merupakan sejenis cairan ringan yang gampang menguapdan mudah
terbakar. Cairan ini diperolah dari penyulingan bahan kayu atau dari sintesis
karbon monoksida dan hidrogen. Meminum atau menghisap methanol dapat
mengakibatkan kebutaan bahkan kematian (Pramudianti, 2013).

3. Penyakit Akibat Rokok


a. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Bentuk utama Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yaitu emfisema
paru dan bronkitis kronis. Emfisema adalah salah satu penyakit berbahaya yang
disebabkan karena merokok. Emfisema adalah sejenis penyakit paru-paru yang
membuat penderita sukar untuk bernafas. Penderita penyakit ini dapat ditandai
dengan gejala batuk-batuk, tenggorokan berlendir, gangguan pencernaan, dan
nafas yang pendek.
Pada emfisema paru terjadi kelainan struktur parenkim yang diawali
dengan inflamasi sehingga terjadi destruksi jaringan elastin parenkim dan
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paru. Bentuk kelainan struktur yang
dijumpai berupa destruktif serat elastin septum interalveoler dan ditemukan
peningkatan serat kolagen sebagai bentuk remodeling jaringan ikat paru.
Ciri khas bronkitis kronis adalah adanya batuk kronik dengan ekspektorasi.
Paling sering ditemukan adalah pemanjangan ekspirasi serta suara ronki kasar.
Infeksi yang menyertai, menyebabkan gejala batuk semakin bertambah parah.
b. Penyakit Jantung.
Salah satu penyebab penyakit jantung adalah merokok. Nikotin pada rokok
menyebabkan denyut jantung tidak teratur. Selain itu, karbon monoksida pada
rokok dapat menghalangi masuknya oksigen pada jantung yang dapat
mengakibatkan serangan jantung tiba-tiba.
c. Penyakit Kanker.
Ada beberapa jenis kanker yang disebabkan karena merokok. Antara lain
kanker mulut, kanker bibir, kanker kerongkongan, kanker usus dan kanker paru-
paru. Kanker mulut dan kanker bibir diderita perokok disebabkan karena panas
dari asap rokok terutama apabila merokok itu menggunakan pipa. Faktor lain yang
menyebabkan kanker mulut dan kanker bibir karena adanya tar pada asap rokok,
tar ininlah yang merupakan zat penyebab kanker. Kanker kerongkongan dan
kanker usus diderita perokok karena adanya unsur-unsur karsinogen seperti arsen
yang terdapat pada asap rokokKanker paru-paru adalah jenis kanker yang paling
banyak diderita perokok (Layla, 2013)

4. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan
sel darah. Volume darah secara keseluruhan adalah 8% dari berat badan atau kira-kira
lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel
darah (Ramaksihnan, 2013). Plasma darah merupakan bagian darah yang berbetuk
cairan jernih kekuningan yang 90% nya adalah air dan bertugas untuk mengedarkan
sari makanan ke seluruh tubuh dan 10% sisanya adalah bahan-bahan yang terlarut,
misalnya ion-ion, glukosa, asam amino, hormon, dan berbagai macam protein. Sel
darah terdiri dari 3 macam yaitu eritrosit (sel darah merah), lekosit (sel darah putih)
dan trombosit (keping darah) (Kiswari, 2014; Yuni, 2015).
Eritrosit merupakan sel tidak berinti,bikonkafdan mempunyai diameter 7,5-8,7
μm dan fungsi utamanya adalah menyalurkan oksigen ke jaringan dan membantu
membuang karbon dioksida dan proton yang dibentuk oleh metabolisme jaringan
(Murray dkk, 2012; Kendall, 2014)Setiap 1 milimeter kubik darah, terdapat kira-kira
5.000.000 eritrosit (Hiru, 2013).
Lekosit merupakan sel yang mempunyai inti, tidak berwarna dan bening,
bentuknya lebih besar daripada eritrosit, dan fungsinya adalah melawan infeksi atau
invasi asing. Lekosit dapat dibagi menjadi 5 jenis sel yang berbeda yaitu netrofil,
basofil, eosinofil, monositdan limfositSetiap milimeter kubik darah terdapat 6000
sampai 10.000 (rata-rata 8000) lekosit (Kendall, 2014; Woelansari dkk, 2014).
Trombosit merupakan sel yang tidak berinti dan berbentuk cakram dengan
diameter 1-4 mikrometer dan sel ini berfungsi dalam respons hemostasis primer,
dengan membentuk sumbat trombosit pada lokasi luka kecil pembuluh darah. Kadar
normal trombosit dalam darah adalah sebanyak 150.000-300.000 sel per mikroliter
darah (Kiswari, 2014; Bain, 2015).
Darah dalam keseluruhannya mempunyai banyak fungsi. Fungsi-fungsi yang
paling penting dari darah adalah:
1. Darah membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan dan membawa
karbon dioksida dari jaringan-jaringan ke paru
2. Darah mengangkut zat-zat makanan yang diabsorbsi dari usus halus atau
dibuat dalam tubuh ke sel-sel yang menggunakannya atau menyimpannya
3. Darah mengangkut sisa metabolisme ke alat-alat eksresi tempat zat-zat tersebut
dikeluarkan
4. Darah mentransport lekosit, antibodi dan subtansi protektif lainnya
5. Darah mengangkut ekskresi hormonaldari satu organ ke organ lain
6. Darah mengatur keseimbangan air dalam tubuh yaitu dari sattu organ ke organ
lainnya dan alat-alat pembuanganmisalnya ginjal dan paru-paru
7. Darah mengandung sejumlah panas, darah mengalir dengan cepat dan
mendistribusikan panas tersebut dengan konsekuensi meratanya panas pada
seluruh tubuh mengatur panas ke permukaan tubuh.
8. Pengaturan tekanan osmotic
9. Pengaturan keseimbangan asam
10. Pengaturan keseimbangan ion-ion, yaitu keseimbangan antara kation dan anion
11. Berhubungan dengan pengaturan tekanan darah (Woelansari,2014)

a. Eritrosit (Sel Darah Merah)


Sel darah merah atau eritrosit adalah sel-sel yang berbentuk cakram kecil
bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, schingga dihat dari samping tampak seperti
2 buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Setiap milimeter kubik darah
terdapat 4. 500. 000 sampai 5.500.000 eritrosit.
Eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih,
dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada jung tulang pipa, dari sumsum
dalam batang iga-iga, dari sternum (Pearce, 2010).
Eritrosit tidak memiliki nukleus. Nukleus eritrosit terlepas pada saat
meninggalkan sumsum tulang. Eritrosit dapat berubah bentuk dan mengecil ketika
melewati pembuluh kapiler.
Fungsi eritrosit yaitu mengangkut oksigen dari paru ke jaringan perifer dan
CO2 dari jaringan ke paru, berperan dalam pengangkutan dan metabolisme nitrit
oksida (NO) sehingga membantu pembentukan NO dan vasodilatasi pada kondisi
hipoksia. Rantai globin dapat mengubah ikatan antar-rantai bolak-balik sebagai
respons terhadap pengambilan atau pelepasan oksigen oleh heme. Suhu tinggi, pH
rendah, dan konsentrasi tinggi 2,3 DPG akan menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap oksigen.
Eritrosit dibungkus oleh membran permukaan, yaitu dua lapis lipid yang
ditunjang o l e suatu sitoskeleton yang mempertahankan bentuk bikonkaf sel.
Eritrosit mengandung enzim-enzim pada jalur Emden-meyerhoff (atau glikolitik),
yang menyediakan energi untuk kebutuhan sel, dan enzim-enzim jalur pentosa
(heksosamonofosafat), yang melindungi sel dari kerusakan akibat oksidan. Masa
hidup eritrosit adalah 120 hari, sel tua akan dibersihkan ole makrofag, terutama di
limpa (Bain, 2015).
Salah satu komponen dalam asap rokok adalah radikal bebas. Radikal bebas
yang berlebihan akan meningkatkan aktivitas lipid peroksidase (LPO) dan
menurunkan status antioksidan eritrosit yang menyebabkan kerusakan pada
membran eritrosit sehingga eritrosit akan lebih mudah lisis dan akibatnya akan
terjadi penurunan jumlah eritrosit. O l e karena itu peningkatan radial bebas secara
tidak langsung dapat diketahui dari penurunan jumlah eritrosit (Wulandari dek,
2013).

b. Leukosit (Sel Darah Putih)


Leukosit adalah sel darah putih yang mempunyai inti, tidak berwarna dan
bening, bentuknya lebih besar daripada eritrosit, tetapi jumlahnya lebih kecil.
Setiap milimeter kubik darah terdapat 6000 sampai 10.000 (rata-rata 8000) lekosit
(Pearce, 2010).
Fungsi dari leukosit adalah melindungi tubuh dari infeksi dan berpartisipasi
dalam respons imun. Terdapat 5 jenis leukosit dalam darah normal. Tiga
diantaranya disebut granulosit, karena sitoplasmanya mengandung granul;
berdasarkan warna granul pada pewarnaan sediaan apus darah tepi, sel-sel ini
dapat dibagi menjadi netrofil (granul ungu kecil), eosinofil (granul jingga besar),
dan basofil (granul ungu tua besar). Ketiganya memiliki inti berlobus atau
polimorfik sehingga dikenal sebagai leukosit polimorfonuklear atau "polimorf".
Granulosit terutama berfungsi di jaringan daripada di dalam aliran darah. Sel-sel in
dapat mencapai jaringan dengan migrasi menembus endotel kapiler (Bain, 2015).
Nikotin yang terdapat dalam rook akan menstimulasi katekolamin untuk
meningkatkan produksi hormon - hormon seperti epinefrin dan kortisol. Hormon
17 ini akan menyebabkan peningkatan produksi leukosit. Selain itu, partikel-
partikel iritan yang terdapat dalam asap rokok akan memicu respon inflamasi akut
atau kronik dan in akan meningkatkan jumlah lekuosit dalam darah (Ramaksihnan,
2013).

c. Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang dibentuk dari pecahan
sitoplasma megakariosit di sumsum tulang. Sel ini berfungsi dalam respons
hemostasis primer, dengan membentuk sumbat trombosit pada lokasi luka kecil
pembuluh darah. Apabila teraktifkan, trombosit mengubah fosfolipid di
permukaannya untuk dapat berinteraksi dengan faktor koagulasi sehingga
mencetuskan pembekuan darah pada luka jaringan Bain, 2015. Trombosit juga
dikenali sebagai platelet yang tidak berinti dan diameter 2-4 mikrometer. Kadar
normal trombosit dalam darah adalah sebanyak 150. 000-300. 000 sel per
mikroliter. Diproduksi di sumsum tulang dari megakariosit dan kemudian mejadi
fragmen-fragmen kecil yang disebut trombosit. Masa hidup trombosit adalah 8-12
hari dan setelah itu akan dieliminasi dari sirkulasi darah oleh makrofag yang
terdapat di limpa Ramaksihnan, 2013 Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang
melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit prekursor megakariosit-
megakarioblast-muncul melalui proses diferensiasi dari sel induk hemopoietik.
Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik yang
sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti
menjadi kelipatan duanya. Pada berbagi stadium dalam perkembangannya paling
banyak pada stadium inti delapan, sitoplasma menjadi granular dan trombosit
dilepaskan.

5. Pengaruh Rokok Terhadap Jumlah Eritrosit, Lekosit, dan Trombosit


a. Pengaruh Rokok Terhadap Jumlah Eritrosit
Efek utama dari kandungan rokok adalah mempengaruhi susunan saraf
simpatis dan desaturasi hemoglobin oleh karbonmonoksida CO.
Kandungan rokok dapat merusak sumsum tulang pembentuk sel darah
merah, nikotin dapat menyempitkan pembuluh darah, menaikkan viskositas darah
sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung dan konsentrasi tinggi CO dalam
darah dapat menyebabkan hipoksia jaringan dan bahkan kematian. Pada keadaan
normal, kurang lebih 97 transport oksigen dari paru-paru ke jaringan dibawa dalam
campuran kimia dengan hemoglobin dalam sel darah merah, dan sisanya yang 3
dibawa dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan cairan sel. Radikal bebas
yang berlebihan akan meningkatkan aktivitas lipid peroksidase LPO dan
menurunkan status antioksidan eritrosit yang menyebabkan kerusakan pada
membran eritrosit sehingga eritrosit akan lebih mudah lisis dan akibatnya akan
terjadi penurunan jumlah eritrosit. Oleh karena itu peningkatan radikal bebas
secara tidak langsung dapat diketahui dari penurunan jumlah eritrosit Wulandari
dkk, 2013. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
kadar hemoglobin, eritrosit akibat merokok. Peningkatan kadar hemoglobin dan
eritrosit adalah disebabkan oleh karbon monoksida CO yang diproduksi dari hasil
pembakaran karbon yang tidak sempurna bereaksi dengan hemoglobin untuk
membentuk karboksi hemoglobin COHb.
b. Pengaruh Rokok Terhadap Jumlah Lekosit
Lekosit atau sel darah putih adalah sel darah yang berperan khusus sebagai
sistim imunitas. Seseorang yang mendapatkan paparan asap rokok dalam jangka.
waktu yang lama secara terus menerus memiliki jumlah lekosit 20-25 lebit tinggi
dibandingkan orang yang tidak merokok. Terdapat hubungan positif yang kuat
antara merokok dengan jumlah total lekosit pada perokok Prakasa, 2015.
Peningkatan kadar lekosit terjadi karena nikotin yang terdapat dalam rokok akan
menstimulasi katekolamin untuk meningkatkan produksi hormon-hormon seperti
epinefrin dan kortisol. Hormon ini akan menyebabkan peningkatan produksi
lekosit. Selain itu, partikel-partikel iritan yang terdapat dalam asap rokok akan
memicu respon inflamasi akut atau kronik dan ini akan meningkatkan jumlah
lekosit dalam darah Rahmawati, 2016. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan leukosit dapat disebabkan peningkatan radikal bebas. Radikal bebas
menyebabkan aktivasi NF- KB dan mengakibatkan peningkatan produksi IL-8
yang berperan dalam peningkatan leukosit. Asap rokok juga dapat mengakibatkan
stress oksidatif yang ditandai dengan meningkatnya radikal bebas, dan reaksi
inflamasi berupa peningkatan jumlah leukosit, neutrofil darah perifer dan kadar
ALP Prakasa, 2015. Perokok yang berhenti merokok akan mengalami penurunan
jumlah total lekosit, walaupun selama lebih dari tiga tahun jumlah total lekositnya
masih tergolong tinggi.
Metode Penelitian

1. Metode dan Jenis Penelitian

Jenis Penelitian adalah eksperimen, yakni pelaksanaannya dengan memberikan


perlakuan paparan asap rokok selama waktu tertentu terhadap sampel dengan
rancangan penelitian Rancangan acak lengkap (RAL).

Jenis Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 P0.1 P1.1 P2.1 P3.1
2 P0.2 P1.2 P2.2 P3.2
3 P0.3 P1.3 P2.3 P3.3
4 P0.4 P1.4 P2.4 P3.4
5 P0.5 P1.5 P2.5 P3.5
6 P0.6 P1.6 P2.6 P3.6
TOTAL T4 T1 T3 T4

Tabel 4.1 Tabulasi Data Rancangan Acak Lengkap


Keterangan:
P0 : Kontrol negatif (Tanpa paparan asap rokok)
P1 : Perlakuan 1 (Pemaparan asap rokok selama 7 hari)
P2 : Perlakuan 2 (Pemaparan asap rokok selama 14 hari)
P3 : Perlakuan 3 (Pemaparan asap rokok selama 21 hari)

2. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah mencit (Mus musculus L.) galur Balb/C
di kandang hewan Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR Surabaya.
b. Sampel Penelitian
1. Penentuan Sampel
Sampel penelitian diambil secara selective sampling. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi mencit
dengan kriteria berjenis kelamin Jantan, Umur antara 2-3 bulan, Berat
badan 20-25 gram, Schat dan Tidak cacat.
2. Besar Sampel
Besaran sampel dapat diperoleh dari banyak replikasi bahan uji
dikalikan dengan banyak perlakuannya. Banyak replikasi bahan uji
diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan rumus Federer.

Perhitungan :
Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan, sehingga t=4, maka:
(t-1) (r-1) ≥ 15
(4-1) (r-1) ≥ 15
3 (r-1) ≥ 15
3r – 3 ≥ 15
r ≥ 15

Keterangan :
t = jumlah perlakuan
r = jumlah replikasi dari tiap perlakuan

Besar sampel = banyak replikasi bahan uji x banyak perlakuan


=6×4
= 24
Jadi, besar sampel yang digunakan adalah 24 ekor.

3. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan
UNAIR dan Laboratorium Kesehatan Daerah Surabaya
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 hingga Juni 2018.

4. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama waktu pemaparan asap rokok.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah eritrosit, lekosit, dan
trombosit.

5. Definisi Operasional Variabel


a. Lama Waktu pemaparan asap rokok adalah lamanya waktu pemaparan asap
rokok yang diberikan kepada setiap kelompok perlakuan mencit selama 7 hari,
14 hari dan 21 hari.
b. Jumlah Eritrosit adalah banyaknya eritrosit yang diperiksa dengan
menggunakan alat Hematology Analyzer Sysmex KX2 dan hasilnya
dinyatakan dalam satuan sel per mm3 darah
c. Jumlah Lekosit adalah banyaknya lekosit yang diperiksa denganmenggunakan
alat Hematology Analyzer Sysmex KX2 dan hasilnya dinyatakan dalam
satuan sel per mm3 darah.
d. Jumlah Trombosit adalah banyaknya trombosit yang diperiksa dengan
menggunakan alat Hematology Analyzer Sysmex KX2 dan hasilnya
dinyatakan dalam satuan sel per mm' darah.

6. Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian adalah peranti bedah yang terdiri dari
gunting bedah tumpul dan lancip, scalpel atau pisau bedah dan mata pisau, pinset,
serta papan bedah, jarum pentul,jarum spuit, tabung mikro EDTA. Bahan yang
digunakan adalah rokok dengan merk "x" dengan kadar nikotin 2.3 mg dan tar 39 mg,
larutan klorofom 10%.

7. Perlakuan Sampel
Pemaparan asap rokok dilakukan setelah hewan coba melalui proses adaptasi
lingkungan baru. Mencit sejumlah 24 ekor dibagi menjadi 4 kelompok dengan
masing-masing dua batang rokok. Kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok
kontrol tapa paparan asap rokok PO, kelompok pemaparan asap rokok selama 7 hari
P1, 14 hari P2, dan 21 hari P3. Dengan demikian nantinya dapat diketahui ada
tidaknya batas lama waktu maksimal yang masih diperbolehkan untuk terpapar asap
rokok schingga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah eritrosit, lekosit,
dan trombosit.

8. Pengambilan Bahan Uji


Menganastasi mencit dengan menggunakan klorofom hingga mencit
kehilangan kesadaran. Membersihkan lokasi pengambilan dengan menggunakan
kapas yang telah diberi alkohol. Membedah mencit dengan menggunakan pisau bedah.
Mengambil darah mencit melalui jantung. Menampung darah mencit dengan
menggunakan tabung mikro EDTA.

9. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit, Lekosit, dan Trombosit


Perhitungan jumlah eritrosit, lekosit, dan trombosit dalam penelitian ini
menggunakan metode otomatis dengan alat Hematology Analyzer. Prinsip kerja dari
alat ini adalah mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik
atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan atau pengukuran dan penyerapan
sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan
larutan atau sampel yang dilewatinya, teknik ini berdasar pengukuran besarnya
resistensi elektronik antaradua elektrode. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Sysmex KX2, dengan prosedur penggunaannya adalah pertama Switch utama
dinyalakan, terletak di samping kanan instrumen.

10. Analisa Data


Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova One Way sebab pada
penelitian ini menggunakan lebih dari dua sampel. Esensi dari pengujian adalah sama,
yakni ingin mengetahui apakah ada pengaruh perbedaan yang signifikan
antara rata-rata hitung tiga kelompok data atau lebih.

Hasil Penelitian

1. Penyajian Data
Telah dilakukan pemeriksaan jumlah eritrosit, lekosit, dan trombosit pada
mencit yang telah dipapar asap rokok selama 7 hari, 14 hari dan 21 hari dengan
menggunakan alat Sysmex KX 21 dan hasil dari penelitian tersebut akan dilakukan uji
SPSS untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lama waktu pemaparan asap rokok
terhadap jumlah eritrosit, lekosit, dan trombosit pada mencit. Hasil yang didapatkan
sebagai berikut.

Jumlah
Jumlah Eritrosit Jumlah Lekosit
Replikasi Trombosit
(106/mm3) (103/mm3)
(103/mm3)
1 8,67 9,2 1618
2 8,45 7,9 1560
3 7,28 6,1 1521
4 8,85 8,6 1697
5 6,87 7,5 1675
6 8,77 6,7 1540
Rata-rata ± SD 8,14 ± 0,85 7,67 ± 1,16 1602 ± 73,18

Tabel 5.1, diketahui bahwa hasil pemeriksaan kelompok kontrol negatif


(Mencit yang tidak terpapar asap rokok) jumlah eritrosit rata-rata adalah 8,14 x
10/mm³, jumlah lekosit rata-rata adalah 7,67 x 10'/mm³, jumlah trombosit rata- rata
adalah 1602 × 10³/mm³.

Jumlah
Jumlah Eritrosit Jumlah Lekosit
Replikasi Trombosit
(106/mm3) (103/mm3)
(103/mm3)
1 8,98 9,7 1537
2 9,21 8,7 1543
3 8,83 9,4 1421
4 9,67 10,2 1365
5 8,28 9,6 1386
6 9,14 9,3 1572
Rata-rata ± SD 9,02 ± 0,46 9,48 ± 0,49 1471 ± 90,22
Tabel 5.2 diketahui bahwa hasil pemeriksaan kelompok perlakuan I (Mencit
yang terpapar asap rokok selama 7 hari) jumlah eritrosit rata-rata adalah 9,02 ×
10/mm', jumlah lekosit rata-rata adalah 9,48 x 10'/mm³, dan jumlah trombosit rata-rata
adalah 1471 x 10'/mm³.

Jumlah
Jumlah Eritrosit Jumlah Lekosit
Replikasi Trombosit
(106/mm3) (103/mm3)
(103/mm3)
1 9,77 13,6 1328
2 10,62 10,7 1286
3 9,81 13,4 1377
4 10,39 12,2 1482
5 9,92 12,8 1328
6 9,43 13,1 1268
Rata-rata ± SD 9,99 ± 0,44 12,64 ± 1,07 1345 ± 77,17

Tabel 5.3, diketahui bahwa hasil pemeriksaan kelompok perlakuan 2 (Mencit


yang terpapar asap rokok selama 14 hari) jumlah eritrosit rata-rata adalah 9,99 x
10/mm³, Jumlah lekosit rata-rata adalah 12,64 10/mm³, dan jumlah trombosit rata-rata
adalah 1345 x 10'/mm'.

Jumlah
Jumlah Eritrosit Jumlah Lekosit
Replikasi Trombosit
(106/mm3) (103/mm3)
(103/mm3)
1 10,05 15,8 1227
2 10,74 14,1 1347
3 11,03 15,3 1237
4 10,44 16,4 1226
5 11,82 14,6 1158
6 9,94 15,2 1211
Rata-rata ± SD 10,6 ± 0,70 15,23 ± 0,82 1234 ± 61,96
Tabel 5.4 diketahui bahwa hasil pemeriksaan kelompok perlakuan 3 (Mencit
yang terpapar asap rokok selama 21 hari) jumlah eritrosit rata-rata adalah 10,6 x
10/mm', jumlah lekosit rata-rata adalah 15,23 x 10'/mm³, dan jumlah trombosit rata-
rata adalah 1234 x 10"/mm³

2. Analisis Data
Kisaran rata-rata jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit pada kelompok kontrol
negatif yaitu kelompok mencit sehat, kelompok perlakuan paparan asap rokok yaitu
pemaparan asap rokok pada mencit selam 7 hari, 14 hari. Dan 21 hari dapat dilihat
pada grafik di bawah ini:

Hasil Rata-Rata Jumlah Eritrosit (106/mm3)


12

10.6
10 9.99
9.02
8 8.14

0
Kontrol Negatif Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Jumlah Eritrosit

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat kelompok perlakuan 1 (Pemaparan asap


rokok selama 7 hari) menunjukkan peningkatan jumlah eritrosit sebesar 10,81 %,
kelompok perlakuan 2 (Pemaparan asap rokok selama 14 hari) sebesar 22,73% dan
perlakuan 3 (Pemaparan asap rokok selama 21 hari) sebesar 30,22% bila dibandingkan
dengan kontrol negatif (Tidak dipapar asap rokok).

Hasil Rata-rata Jumlah Lekosit (103/mm3)


16
15.23
14
12.64
12

10
9.48
8 7.67

4
0
Kontrol Negatif Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Jumlah Lekosit

Gambar 5.2 Grafik Jumlah Rata-rata Lekosit Mencit Berdasarkan grafik diatas
dapat dilihat kelompok perlakuan 1 (Pemaparan asap rokok selama 7 hari)
menunjukkan peningkatan jumlah lekosit sebesar 23,60 %, kelompok perlakuan 2
(Pemaparan asap rokok selama 14 hari) sebesar 64,80 % dan perlakuan 3 (Pemaparan
asap rokok selama 21 hari) sebesar 98,56 % bila dibandingkan dengan kontrol negatif
(Tidak dipapar asap rokok).

Hasil Rata-rata Jumlah Trombosit (103/mm3)


1800

1600 1602
1471
1400
1345
1200 1234

1000

800

600

400

200

0
Kontrol Negatif Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

JumlahTrombosit

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat kelompok perlakuan 1 (Pemaparan asap


rokok selama 7 hari) menunjukkan penurunan jumlah trombosit sebesar 8,17 %,
kelompok perlakuan 2 (Pemaparan asap rokok selama 14 hari) sebesar 16,04 % dan
perlakuan 3 (Pemaparan asap rokok selama 21 hari) sebesar 22,97 % bila
dibandingkan dengan kontrol negatif (Tidak dipapar asap rokok).
Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian dilakukan pengolahan analisis
data secara statistik dengan menggunakan program SPSS. Untuk memenuhi ketentuan
uji parametrik maka data hasil penelitian diuji normalitas dan uji homogenitas terlebih
dahulu. Jika data hasil penelitian berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan
dengan menggunakan uji parametrik One- Way Anova. Apabila data tidak
berdistribusi normal dan tidak homogen atau data berdistribusi normal tetapi tidak
homogen maka dilanjutkan dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data tentang pengaruh lama waktu pemaparan
asap rokok terhadap jumlah eritrosit, lekosit, dan trombisit, hasil uji statistik parametrik One-
Way ANOVA menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,000 pada data eritrosit, lekosit, dan
trombosit. Jika dibandingkan dengan nilai a 0. 05, maka nilai signifikan p-value 0,05.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima, yang artinya ada
pengaruh lama waktu pemaparan asap rokok terhadap jumlah eritrosit, lekosit, dan trombosit
pada mencit. Hasil penelitian rata-rata jumlah eritrosit pada kelompok kontrol negatif yaitu
mencit sehat adalah 8,14 x 10mm, kelompok perlakuan 1 yang diberi paparan asap rokok
selama 7 hari adalah 9,02 x 10mm, kelompok perlakuan 2 yang diberi paparan asap rokok
selama 14 hari adalah 9,99 x 10mm, pada kelompok perlakuan 3 yang diberi paparan asap
rokok selama 21 hari adalah 10,6 10mm. Pemaparan asap rokok memberikan pengaruh pada
peningkatan jumlah eritrosit dikarenakan komponen eritrosit yang mengikat CO akan
membentuk karboksihemoglobin. Karboksihemoglobin tidak dapat membawa oksigen
sehingga suplai O ke jaringan terganggu. Peningkatan hitung eritrosit tergantung dari lamanya
dan banyak rokok yang dihisap tiap hari. Jumlah karboksihemoglobin dapat menimbulkan
anoksia sehingga merangsang produksi eritropoietin. Akibatnya, terjadi peningkatan eritrosit
yang merupakan efek adanya karbonmonoksida dalam darah karena asap rokok Restuti, 2017.
Karbon monoksida merupakan gas hasil pembakaran rokok yang apabila nemasuki sirkulasi
darah akan berikatan dengan hemoglobin, seperti ikatan oksigen dengan hemoglobin, tetapi
ikatan yang terbentuk antara karbon monoksida dan hemoglobin lebih kuat dibanding ikatan
oksigen dengan hemoglobin. Oleh sebab itu tubuh melakukan mekanisme kompensasi berupa
peningkatan proses eritropoiesis sebagai usaha untuk meningkatkan kadar penghantaran
oksigen ke jaringan. Eritropoiesis diatur oleh hormon eritropoietin. Stimulus pembentukan
eritropoietin adalah tekanan oksigen O2 dalam jaringan ginjal dan sebab-sebab metabolik dan
struktural seperti hemoglobin tidak dapat melepaskan O secara normal, O, atmosfer rendah,
terjadi gangguan fungsi jantung atau paru, dan lain-lain Layla, 2013. Penelitian Khan et al
2014 mengatakan bahwa jumlah eritrosit pada perokok lebit tinggi daripada yang bukan
perokok. Hal ini disebabkan CO berikatan dengan Hb membentuk HbCO yang menyebabkan
hipoksia jaringan. Hal ini berkebalikan dengan teori dari Wulandari 2013 yang menyebutkan
pemaparan radikal bebas dari asap rokok ini juga berdampak pada eritropoesis. Selain itu
senyawa ini dapat merusak asam lemak tak jenuh yang terdapat pada fosfolipid dan glikolipid
penyusun membran sel. Radikal bebas yang berlebihan akan meningkatkan aktivitas lipid
peroksidase LPO dan menurunkan status antioksidan eritrosit yang menyebabkan kerusakan
pada membran eritrosit sehingga eritrosit akan lebih mudah lisis dan akibatnya akan terjadi
penurunan jumlah eritrosit. Pada penelitian tersebut terbukti bahwa terdapat penurunan
jumlah eritrosit pada tikus putih jantan galur wistar yang diberi paparan asap rokok dalam
dosis tertentu. Hal ini disebabkan oleh pemaparan radikal bebas dalam asap rokok dapat
menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit. Hasil penelitian rata-rata jumlah lekosit
pada kelompok kontrol negatif yaitu mencit sehat adalah 7,67 x 10mm, kelompok perlakuan 1
yang diberi paparan asap rokok selama 7 hari adalah 9,48 x 10mm, kelompok perlakuan 2
yang diberi paparan asap rokok selama 14 hari adalah 12,64 x 10mm, pada kelompok
perlakuan 3 yang diberi paparan asap rokok selama 21 hari adalah 15,23 10 mm.

Kesimpulan

1. Pada kelompok mencit yang tidak dipaparkan asap rokok memiliki jumlah eritrosit
rata-rata 8,14 x 10⁶/mm³, jumlah leukosit rata-rata 7,67 x 10³/mm³, dan jumlah
trombosit rata-rata 1602 x 10³/mm³.
2. Pada kelompok mencit yang dipaparkan asap rokok selama 7 hari memiliki jumlah
eritrosit rata-rata 9,02 x 10⁶/mm³, jumlah leukosit rata-rata 9,48 x 10³/mm³, dan
jumlah trombosit rata-rata 1471 x 10³/mm³
3. Pada kelompok mencit yang dipaparkan asap rokok selama 14 hari memiliki jumlah
eritrosit rata-rata 9,99 x 10⁶/mm³, jumlah leukosit rata-rata 12,64 × 10³/mm³, dan
jumlah trombosit rata-rata 1345 x 10³/mm³
4. Pada kelompok mencit yang dipaparkan asap rokok selama 21 hari memiliki jumlah
eritrosit rata-rata 10,6 x 10⁶/mm³, jumlah leukosit rata-rata 15,23 × 10³/mm³, dan
jumlah trombosit rata-rata 1234 x 10³/mm³
5. Ada pengaruh lama waktu pemaparan asap rokok terhadap jumlah eritrosit, leukosit
dan trombosit pada mencit (Mus musculus)

Saran

1. Masyarakat diinformasikan untuk berhenti merokok karena dapat menganggu


kesehatan dan sel darah dalam tubuh jika dilakukan dalam kurun waktu lama.
2. Selanjutnya dilakukan penelitian mengenai hubungan sel darah dengan miokard
jantung pada perokok berat

Daftar Pustaka

Arianda, Dedy. 2014. Buku Saku Analis Kesehatan Revisi Ke-4. Analis Muslim Publisher.
Bekasi.

Bain, Barbara Jane. 2015. Hematologi Kurikulum Inti. Kedokteran EGC. Jakarta.

Easter, Roberta Lei. 2015. Pengaruh Pemberian Sari Batang Nanas (Ananas comosus)
Terhadap Jumlah Trombosit Tikus Wistar Yang Diberi Paparan Asap Rokok. Artikel
Penelitian. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.

Fajrunni' mah, Rizana. 201. Pengaruh Pemberian Jus Noni Terhadap Selisih Jumlah Total
Leukosit,Jumlah Neutrofil, dan kadar Alkalifosfatase Pada Tikus Wistar Sebelum dan
Sesudah Diberi Paparan Asap Rokok. Tesis. Program Pascasarjana Magister Ilmu
Biomedik. Universitas Diponegoro. Semarang

Hiru, Danan. 2013. Lvie Blood Analysis Setetes Darah Anda dapat Mengungkap Status
Kesehatan dan Penyakityang Mengancam Anda. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Hofbrand, A. V, J. EPetit dan P. A. I Mos. 2012. Kapita Selekta Hematologi (edisi ke-4).
Kedokteran EGC. Jakarta.
Ischorina, Febrianti. 2016. Hubungan Kadar Karboksihemoglobin (HbCO) Terhadap Kadar
Hemoglobin (Hb) Dan KadarHematokrit (PCV) Pada Perokok Aktif Di Pabean
Cantikan Surabaya. KTI. Jurusan Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Surabaya.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Khan, Muhammad Ibrahim, Mulazim Hussain Bukhari, Muhammad Saleem Akhtar,


Sharmaine Brar. 2014. Effect of Smoking on Red Blood Cels Count, Hemoglobin,
Concentration andRed Cel Indices. PJMHS. Vol 8. No. 2.

Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi &Transfusi. Erlangga.

Layla, Nur. 2013. Perbedaan Kadar Hemoglobin, Hematokrit Dan Jumlah Eritrosit Pada
Petani Tembakau Yang Merokok Dan Tidak Merokok Di Desa Pakandangan Tengah
Sumenep. KTI. Jurusan Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Surabaya.

Murray, Robert K., Daryl K. Granner, Victor W. Rodwel. 2012. Biokimia Harper Edisi 27.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mukono, H.J. 2014. Pencemaran Udara Dalam Ruangan Berorientasi Keschatan


Masyarakat. Airlangga University Press. Surabaya.

Hutapea, Ronald. 2013. Why Rokok ?. Be Media Indonesia. Jakarta.

Pearce,Evelyn C. 2011. Anatomi &Fisiologi Untuk Paramedis. Edisi Ketiga Puluh Enam.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Prakasa, Adietya Bima. 2015. Pengaruh Madu Terhadap Jumlah Leukosit Total Akibat
Paparan Asap Rokok. Vol .4 No.7.

Prameswari, Yuda Nabela. 2014. Pengaruh Pemberian Dosis Bertingkat Madu Terhadap
Gambaran Mikroskopis Paru Pada Mencil Sirain Balb/C Jantan Yang Diberi Paparan
Asap Rokok. Jurnal Media Medika Muda. Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Pramudianti, Ana. 2013. Gambaran Morfologi Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin Pada Petani
Perokok Aktif di Desa Suruhan Kidul Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung.
Skripsi. Jurusan Analis Keschatan. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Surabaya.

Rachim, Marisa. 2012. Pengaruh PemberianJus Mengkudu (Morinda citrifolia L) Dengan


Pemberian Dosis Bertingkat TerhadapJumlah Trombosit Pada Tikus Galur Wistar
Yang Terpapar Asap Rokok. KTI. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.

Rahmawati, Ragil Nur. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana) Terhadap Jumlah Eritrosit, Leukosit, Hemoglobin (Hb) Dan Gambaran
Histologik Jantung Mencit (Mus musculus) Yang Terpapar Asap Rokok. Jurnal Biologi.
Vol 5. No 8

Ramaksihnan, Naginthere. 2013. Gambaran Prameter Hematologik pada Perokok dan Bukan
Perokok Pria di RSUP Haji Adam Malik. KTI. Fakultas Kedokteran. Universitas
Sumatera Utara.

Restuti, Arisanty Nursetia, & Arinda Lironika Suryana. 2017. Parameter Hematologi dan
Asupan Protein Antara Perokok dan Bukan Perokok. Seminar Nasional Hasil
Penelitian. ISBN:978-602-14917-5-1

Rosyidah, Holifatur. 2012. Perbedaan Kadar Nikotin Dalam Rokok Buatan Pabrik Dan
Rokok Buatan Rumah Tangga Di Pamekasan Madura. KTl. Jurusan Analis Kesehatan.
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabava.

Ruhimat, Undang. 2014. Gambaran Dif CountPada Perokok Di Kecamatan Cibeureum.


Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol 12 No. 1

Safitri, RiskaNur &Fa'riani Syahrul. 2015. Risiko Paparan Asap Rokok Terhadap Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol .3 No. .3

Sari, Rahma Dian. 2017. Efek Spirulina platensisTerhadap Kadar Hemoglobin, Jumlah
Eritrosit, Dan Nilai Hematokri: Pada Mencil Anemia. Skripsi. Jurusan Analis
Kesehatan. Politeknik Keschatan Kementrian Kesehatan Surabaya.

Soetopo. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Jurusan Analis Keschatan Politeknik


Kesehatan Kemenkes Surabaya. Surabaya.

Surdayanto, Wahyu Tri. 2016. Hubungan Antara Derajat Merokok Aktif, Ringan, Sedang
Dan Berat Dengan Kadar Saturasinoksigen Dalam Darah (Sp02). Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan. Vol 6. No .1
Tao, L & Kendal, K. 2014. Sinopsis Organ Syslem Hematologi & Onkologi. Karisma
Publishing Group. Tangerang Selatan.

Woelansari, Evy Diah, Nurcholis Al-Anwary, & Sri Wahyuni. 2014. Efek Pajanan Tembakau
Terhadap Kadar Hemoglobin, Hematokrit, dan Jumlah Eritrosit. Soega Publishing.
Bojonegoro.

Varol E, Icli A, Kocyigit S, Erdogan D, Ozaydin M, DoganA. 2013. Effect Of Smoking


Cessation On Mean Platelet Volume. Clinical and Applied Thrombosis/Hemostasis.
19(3):315-19.

Wulandari, Sayono, & Wulandari Meikawati. 2013. Pengaruh Dosis Paparan Asap Rokok
Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Tikus Putih Jantan
Galur Wistar). Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol 8. No. 2.

Yuni, Natalia Erlina. 2015. Kelainan Darah. Nuha Medika. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai