POLITIK LINGKUNGAN
Disusun oleh :
Astri Mei Senja, S.KM
Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Tanjungpura
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya kerugian yang ditimbukan dari rokok, dan juga dalam rangka untuk
mengurangi berbagai macam risiko yang diakibatkan oleh rokok, antara lain asap rokok
yang mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43
jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Belum lagi ditambah dengan
kandungan yang ada pada rokok itu sendiri seperti Nikotin, Tar, Karbon Monoksida,
Karsinogen, Iritan, hydrogen sianida, arsen, ammonia, polonium, dan masih banyak lagi
kandungan-kandungan berbahaya yang dikandung dalam rokok.
Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang
sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang
tidak sempurna. Asap rokok mengandung sejumlah zat yang berbahaya seperti benzen,
nikotin, nitrosamin, senyawa amin, aromatik, naftalen, ammonia, oksidan sianida, karbon
monoksida benzapirin, dan lain-lain. Partikel ini akan mengendap di saluran napas dan
sangat berbahaya bagi tubuh. Endapan asap rokok juga mudah melekat di benda- benda
di ruangan dan bisa bertahan sampai lebih dari 3 tahun, dengan tetap berbahaya
Mengingat banyaknya fasilitas umum di kota Pontianak, dan juga sikap
kebanyakan para perokok yang cenderung merokok di tempat manapun semaunya tanpa
memperdulikan orang lain yang ikut menghirup asap dari rokoknya dan terganggu hak-
nya untuk mendapatkan udara bebas, Maka dari itu pemerintah Pontianak meluncurkan
Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
Perda ini juga dibuat untuk menciptakan udara yang bersih juga memberikan
perlindungan efektif bagi orang di sekitarnya. Yang dimaksud dengan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) adalah tempat atau ruangan tertutup yang dinyatakan dilarang untuk
merkokok, menjual, mengiklankan, dan mempromosikan rokok. Pengertian dari tempat
atau ruangan tertutup yang merupakan fasilitas umum berdasakan Peraturan Daerah Kota
Pontianak nomor 10 tahun 2010 BAB 1 no 9 dan 10 ini antara lain : tempat umum adalah
semua sarana ruang tertutup yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Swasta atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat, sedangkan ruangan tertutup
adalah tempat atau ruang yang ditutup oleh atap dan seluruh sisinya dibatasi oleh dinding,
terlepas dari material yang digunakan dan struktur permanent atau sementara. Tempat-
tempat fasilitas umum yang dijadikan KTR disini antara lain Tempat Kerja, Tempat
Ibadah, Tempat bermain anak-anak, angkutan umum, lingkungan tempat proses belajar-
mengajar, dan sarana kesehatan.
Dengan adanya Perda terkait Kawasan Tanpa Rokok ini diharapkan seluruh
kalangan mampu untuk mematuhi peraturan tersebut demi menjaga lingkungan, diri
sendiri dan juga generasi-generasi penerus bangsa dari ancaman bahaya rokok serta
melindungi segenap masyarakat kota Pontianak dari pengaruh dan dampak negative yang
ditimbulkan dari rokok dan dengan peraturan ini pula, masyarakat diharapkan dapat
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
B. Rumusan Masalah
Dalam karya ilmiah ini, penulis ingin mencoba merumuskan persoalan dalam
bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah Perda nomor 10 tahun 2010 sudah diimplementasikan di seluruh KTR?
2. Apa saja dampak buruk rokok untuk perokok aktif dan pasif?
3. Bagaimanakah prinsip kebijakan penerapan kawasan tanpa rokok?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejauh mana perda nomor 10 tahun 2010 telah
diimplementasikan
2. Untuk mengetahui dampak rokok bagi kesehatan manusia
3. Untuk mengetahui prinsip kebijakan penerapan kawasan tanpa rokok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rokok
a.1. Bahaya Rokok
Rokok merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia dan merupakan
satu-satunya produk legal yang membunuh seperti hingga setengah penggunannya.
Survey Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2007 menyebutkan setiap jam
sekitar 46 orang meninggal dunia karena penyakit yang berhubungan dengan rokok di
Indonesia.
Kebiasaan merokok sedikitnya menyebabkan 30 jenis penyakit pada manusia.
Penyakit yang timbul akan tergantung dari kadar zat berbahaya yang terkandung, kurun
waktu kebiasaan merokok, dan cara menghisap rokok. Semakin muda seseorang mulai
merokok, makin besar risiko orang tersebut mendapat penyakit saat tua.
Dalam satu batang rokok mengandung sekitar 7.000 zat kimia, 200 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh sehingga
memicu terjadinya kanker, seperti kanker paru, emfisema, dan bronkitis kronik. Atau juga
kanker lain, seperti kanker nasofarings, mulut, esofagus, pankreas, ginjal, kandung
kemih, dan rahim. Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah bisa menyebabkan
penyakit jantung, hipertensi, risiko stroke, menopause dini, osteoporosis, kemandulan,
dan impotensi.
Dari data yang dipaparkan, ada yang menarik ternyata sasaran yang tertinggi
persentasinya terhadap indikator ditemukannya orang yang merokok justru pada gedung
pemerintahan, yakni mencapai 15,8%. Ini menjadi perhatian karena semestinya gedung
pemerintahan dapat jadi contoh kepatuhan KTR. Selain itu yang juga masih harus
ditingkatkan adalah tanda KTR pada pelayanan kesehatan baru 61,4%.
sosialisasi Perda KTR dianggap cukup berhasil. Karena dari survey yang dilakukan
tersebut ternyata 95% pengelola lembaga menyatakan mengetahui adanya Perda dan
99,4% mendukung penerapannya.
A. Kesimpulan
Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko
ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Secara umum,
penetapan KTR bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok,
dan secara khusus, tujuan penetapan KTR adalah mewujudkan lingkungan yang bersih,
sehat, aman dan nyaman, memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok,
menurunkan angka perokok, mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda
dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif (NAPZA).
Berdasarkan data resmi Kemenkes, pada 2011 sebanyak 67,4 persen laki-laki di
Indonesia merokok. Ironisnya lagi perokok laki-laki ini menempati jumlah tertinggi di
dunia. Sedangkan jumlah perokok perempuan dalam sepuluh tahun terakhir meningkat
empat kali lipat dari 1,3 persen menjadi 4,2 persen (Tempo). Indonesia mendapatkan
predikat dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Hal tersebut didasarkan pada statistik
bahwa jumlah perokok di Indonesia mencapai 66 juta dan semuanya merupakan perokok
aktif. Saat ini terdapat 97 juta perokok pasif yang terpapar akibat asap rokok di Indonesia.
Sementara, 43 juta anak-anak terancam kesehatannya karena terkena asap rokok.
(Republika, 2014). Fakta bahwa perokok aktif dari kalangan remaja juga terus meningkat.
Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah perokok aktif remaja laki-laki meningkat tiga kali
lipat, dan lima kali lipat pada remaja perempuan. Sebanyak 20,3 persen anak sekolah
adalah perokok aktif. Tak hanya itu, meningkatnya perokok aktif juga semakin memberi
dampak buruk pada perokok pasif. Lebih dari separuh perokok pasif adalah kelompok
rentan seperti perempuan dan anak-anak.
Berdasarkan monitoring yang dilakukan pada pertengahan 2014, didapatkan hasil
bahwa tingkat kepatuhan lembaga yang disurvey mencapai 54,5% telah menerapkan
Perda nomor 10 tahun 2010, sedangkan 95% pengelola lembaga menyatakan mengetahui
adanya Perda dan 99,4% mendukung penerapannya.
B. Saran
Adapun guna menyeimbangi dilaksanakannya peraturan Daerah Nomor 10 tahun
2010 ini, perlu dukungan dari semua lapisan masyarakat agar dapat mewujudkan kota
Pontianak yang bersih dan bebas asap rokok. Selain dengan cara peng-implementasi-
annya, pemerintah juga hendaknya menyediakan ruang khusus untuk para perokok agar
dapat merokok di dalamnya. Sehingga peraturan ini tidak terkesan men-diskriminasi-kan
para perokok dan juga diharapkan kesadaran perokok untuk segera berhenti merokok
agar dapat hidup lebih sehat.
Diharapkan juga kawasan-kawasan KTR segera menempelkan/ memberikan tanda
dilarang merokok pada KTR sehingga para perokok menjadi segan untuk merokok di
KTR dan malah menjadi malu.
Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan sanksi yang tegas untuk para
perokok yang melanggar Perda nomor 10 tahun 2010 ini. Sanksi dikenakan berdasarkan
tingkat pelanggaran yang dilakukan, agar dapat mengundang efek jera dan malu sehingga
para perokok akan lebih tertib dan berhati-hati untuk tidak merokok di KTR. Sehingga
cita-cita untuk mencapai kota Pontianak yang bebas asap rokok dapat segera terlaksana
100% dan Pontianak dapat mencetak generasi penerus bangsa yang sehat dan bebas dari
penyakit akibat rokok/ asap rokok.
DAFTAR PUSTAKA