Anda di halaman 1dari 27

Mini Project

SOSIALISASI UPAYA BERHENTI MEROKOK DI


POSYANDU LAVENDER PUSKESMAS TANJUNG BALAI

Disusun oleh:
dr. M. Radhiatul Hakiki

Pendamping:
dr. Yelli Defita

PUSKESMAS TANJUNG BALAI


KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KEPULAUAN RIAU
2021
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Kandungan Rokok 3
2.2 Efek Rokok Bagi Kesehatan 4
2.2.1. Hipertensi 4
2.2.2. Serangan Jantung, Stroke, dan Penyakit Kadiovaskuler Lainnya
4
2.2.3. Kanker 4
2.2.4. Paru 5
2.3.Peran Pemerintah dalam Pengendalian Rokok 5
2.4. Rehabilitasi Rokok 6
BAB III METODE PENELITIAN 8
3.1. Desain Penelitian 8
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 8
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 8
3.3.1. Kriteria Sampel 8
3.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 9
3.5. Analisis Data 9
BAB IV PROFIL PUSKESMAS 10
4.1 Profile Puskesmas Tanjung Balai Karimun
10
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 14
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 19
6.1. Kesimpulan 19
6.2. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu faktor resiko peyabab dari penyakit tidak

menular (PTM) yang dapat dirubah. Komsumsi rokok di Indonesia sangat tinggi

dan meningkat setiap tahunnya. Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia

setelah Tiongkok dan India pada tahun 2009.1 Konsumsi rokok di Indonesia

meningkat secara bermakna, hal tersebut dapat dikarenakan meningkatnya

pendapatan rumah tangga, pertumbuhan penduduk, rendahnya harga rokok dan

mekanisme industri kretek. Meskipun bahaya rokok sudah banyak diinformasikan

namun jumlah perokok di Indonesia tidak menurun, bahkan ada kecendrungan

meningkat setiap tahunnya. 1,2

Berdasarkan data dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2018

tingkat proporsi perokok setiap hari di Kepulauan Riau (Kepri) sebesar 22.3%3

dengan rentang kelompok umur terbanyak 50-54 tahun4 dan proporsi yang

berhenti perokok 5,3%3 dengan kelompok umur terbanyak 60-64 tahun. 4 Proporsi

perokok setiap hari di kabupaten Tanjung Balai Karimun sebesar 23.81% dan

yang berhenti perokok sebanyak 5.53%.4

Penyakit yang disebabkan karena konsumsi tembakau adalah kanker paru,

stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit jantung korener (PJK)

dan ganngan pembuluh darah. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan

penurunan kesuburan, peningkatan insidens hamil diluar kandungan, gangguan

pertumbuhan janin. 2

1
2

Manfaat berhenti merokok sudah dapat dirasakan ketika 20 menit setelah

tidak merokok yaitu nilai tekanan darah dan denyut nadi yang mulai mebaik, 12

jam kemudian tidak merokok kadar karbon manoksida (CO) didalam darah

berkurang bahkan kembali normal, bahkan resiko PJK setengah setelah 1 tahun

berhenti dibandingkan tetap merokok.5

1.2 Tujuan

Mengetahui terapi-terapi dalam upaya berhenti merokok

1.3 Manfaat

Puskesmas

Dapat menjadikan dasar dalam manajemen layanan upaya berhenti

merokok

Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam terapi

pasien berhenti merokok


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandungan Rokok

Kandungan senyawa penyusun rokok yang dapat mempengaruhi pemakai

adalah golongan alkaloid yang bersifat perangsang (stimulan). Alkalaoid yang

terdapat dalam daun tembakau antara lain: nikotin, nikotirin, anabasin, mysosmin

dan lain-ain. Nikotin adalah senyawa yang paling banyak dijempai dalam rokok

sehingga semua alkaloid dianggap sebagai bagian dari nikotin. Nikotin dan asap

rokok akan keluar dari tembakau dalam proses merokok ataupun mengunyah.

Nikotin bersifat alkali kuat dan terdapat dalam bentuk bukan ion sehingga dapat

melalui membrane sel saraf. Kadar nikotin dalam tembakau rata-rata 0.5-2.5%.6

Dalam asap rokok terkandung 3 zat kimia yang berpaling berbahaya yaitu

tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar atau getah tembakau adalah campuran

beberapa zat hidrokarbon. Nikotin adalah komponen terbesar dalam asap rokok

dan merupakan zat aditif. Karbon monoksida adalah gas beracun yang mempunyai

afinitas kuat terhadap hemoglobin pada sel darah merah sehingga membentuk

karboksihemoglobin. Selain ketiga senyawa tersebut, asap rokok juga

mengandung senyawa piridin, amoniak, karbon dioksida, keton, aldehida,

cadmium, nikel, zink, dan nitrogen oksida. Pada kadar yang berbeda, semua zat

tersebut bersifat mengganggu membran berlendir yang terdapat pada mulut dan

saluran pernafasan. Asap rokok bersifat asam (pH 5,5), dan nikotin berada dalam

bentuk ion dan dapat melewati membran sehingga pada selaput lender (mukosa)

pipi terjadi absorpsi nikotin dari asap rokok.6

3
4

2.2 Efek Rokok Bagi Kesehatan

2.2.1 Hipertensi

Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang

terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,

sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). 7 Hal ini

diakibatkan oleh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga memicu

kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta

peran karbonmonoksida yang dapat menggantikan oksigen dalam darah dan

memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen.7

2.2.2 Serangan Jantung, Stroke dan Penyakit Kardiovaskular Lainnya

Perokok memiliki resiko terkena Stroke dua kali lipat lebih tinngi dan

risiko terkena penyakit jantung empat kali lebih tinggi. Toksin yang dihasilkan

dari rokok dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah korener, timbulnya

plak dan sumbatan darah, karenanya membuat aliran darah tidak lancar dan pada

akhirnya menimbulkan serangan jantung dan stroke. Aliran darah yang tidak

lancar, bila tidak tertangani dapat menyebabkan penyakit arteri perifer dan bahkan

diakhiri dengan tindakan amputasi pada daerah yang terkena. 8

2.2.3 Kanker

Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian tubuh akibat

proliferasi sel yang berlebihan. Pertumbuhan sel secara tiba-tiba dapat terjadi jika

sel-sel di bagian tubuh terangsang oleh substansi tertentu selama jangka waktu

yang lama. Dalam tar tembakau terdapat sejumlah bahan kimia yang bersifat

karsinogenik. Selain itu terdapat juga sejumlah bahan kimia yang bersifat ko-

karsinogenik yang tidak menimbulkan kanker bila berdiri sendiri tetapi bereaksi
5

dengan bahan kimia lain dan merangsang pertumbuhan sel kanker. Penyimpanan

tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru sehingga kanker paru adalah jenis

kanker yang paling umum terjadi. Tar tembakau dapat menyebabkan kanker bila

merangsang tubuh untuk waktu yang cukup lama, biasanya di daerah mulut dan

tenggorokan.6

2.2.4 Paru

Asap rokok merupakan penyebab utama yang paling sering ditemukan.

Pajanan yang terus menerus dan berlangsung lama dengan asap rokok dapat

menyebabkan gangguan dan perubahan mukosa jalan napas. 75% kasus bronkitis

kronik dan emfisema diakibatkan oleh asap rokok. 45% perokok berisiko untuk

terkena PPOK. Gejala PPOK jarang muncul pada usia muda umumnya setelah

usia 50 tahun ke atas, paling tinggi pada laki-laki usia 55-74 tahun. Hal ini

dikarenakan keluhan muncul bila terpapar asap rokok yang terus menerus dan

berlangsung lama.9

2.3 Peran Pemerintah Dalam Pengendalian Rokok

UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115 menyebutkan

bahwa yang termasuk Kawasan Tanpa Rokok adalah fasilitas pelayanan

kesehatan; tempat proses belajar mengajar; tempat anak bermain; tempat ibadah;

angkutan umum; tempat kerja; dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan

(ayatt 1). Selain itu, disebutkan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan

kawasan tanpa rokok di wilayahnya (ayat 2).1

2.4 Rehabilitasi Merokok

Alasan gangguan kesehatan dan kerugian ekonomi hampir merata

ditemukan pada perokok yang ingin menghentikan kebiasaan merokok. Dukungan


6

dari orang terdekat juga menjadi motivasi untuk berhenti merokok.10

Menghentikan kebiasaan merokok bukanlah usaha mudah terutama bagi perokok.

Penelitian yang dilalakukan oleh Sulastri pada siswa SMK didapatkan bahwa

64,45% pelajar perokok berkeinginan untuk berhenti merokok, 72,89% pelajar

perokok pernah mencoba berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir, 75,30%

perokok beranggapan bahwa mereka mampu berhenti merokok jika ada keinginan

dan kemauan dari diri mereka sendiri, dan 90,36% pelajar perokok mengatakan

bahwa mereka pernah mendapat nasihat atau bantuan dari program dan

profesional untuk berhenti merokok.10

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan perpanduan

antara ilmu akupuntur dan psikologi yang disempurnankan dengan sentuhan

spritural yang bersifat universal. Terapi tersebut memiliki 3 langkah yaitu Set-up

Tune-in dan Tapping. Penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah dengan siswa

SMP dan SMA dengan terapi SEFT pada kasus kecanduan merokok pada saat

terapi berhasil membuat siswa yang kecanduan merokok berhenti merokoknya

karena merasakan mual, pusing, pahit, batuk bahkan sampai mntah-muntah.11 Hal

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puwandri dengan metode

SEFT dapat menurunkan tingkat ketergantungan rokok pada siswa.12

Terapi pengganti nikotin merupakan salah satu farmakoterapi yang umum

digunakan untuk menghentikan kebiasaan merokok.13 Prinsip dari terapi ini adalah

dengan menggatikan nikotin darah sehingga dapat mengurangi gejala-gejala

berhenti merokok seperti depresi, mudah marah, cemas, sakit kepala, dan

perubahan nafsu makan.13 Terapi ini juga dapat mengurangi keinginan untuk

kembali merokok setelah berhenti dari merokok.13 Durasi terapi pengganti nikotin
7

berkisar 3 bulan.13 Terapi ini relatif lebih aman dibandingkan rokok karena tidak

mengandung zat-zat karsinogenik dan bahan kimia berbahaya lainnya yang

terkandung.13 Terapi pengganti nikotin tersedia dalam beberapa bentuk yaitu

permen karet, koyo, tablet, inhaler, dan obat semprot.13


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yaitu suatu penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu karakterisktik

yang terjadi dimasyarakat.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 04 Desember 2020, bertempat

di posyandu Lavender Puskesmas Tanjung Balai.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta yang akan berhenti

merekok. Sampel dari penelitian ini adalah peserta yang datang diacara sosialisasi

dengan metode sampling incidental (nonprobbility sampling).

3.3.1 Kriteria Sampel

Kriteria Inklusi

Peserta yang datang diacara sosialisasi di posyandu lavender puskesmas

Balai pada tanggal 04 Desember 2020 dan bersedia menjadi responden

penelitian.

Kriteria Eksklusi

Peserta yang sudah berhenti merokok sejak 1 tahun

8
9

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yang

didapatkan dari diskusi kepada peserta yang hadir sosialisasi di posyandu

Lavender Puskesmas Tanjung Balai.

3.5 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan cara penyajian dalam bentuk narasi


BAB IV

PROFIL PUSKESMAS

4.1 Profil Puskesmas Tanjung Balai Karimun.

 Data geografis

Luas wilayah kerja Puskesmas Tanjung Balaimeliputi seluruh Kecamatan

Karimun dengan luas kurang lebih 98 km2.

Batas-batas wilayah Kabupaten Karimun adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun

dan Negara Singapura.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Belakang Padang, Kota

Batam dan Negara Singapura.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Meral dan Kundur Utara,

Kabupaten Karimun.

 Data Demografik Puskesmas Tanjung Balai Karimun

Jumlah Penduduk Kecamatan Karimun tahun 2018 adalah 50.100 jiwa.

NO KELURAHAN / DESA JUMLAH PENDUDUK

1 KEL.TANJUNG BALAI 7.461

2 KEL.TANJUNG BALAI KOTA 6.035

3 KEL.SUNGAI LAKAM TIMUR 9.896

4 KEL.SUNGAI LAKAM BARAT 10.828

5 KEL.TELUK AIR 6.479

6 KEL.LUBUK SEMUT 5.451

7 DESA PARIT 1.668

10
11

8 DESA TULANG 1.365

9 DESA SELAT MENDAUN 917

TOTAL 50.100

 Sarana Fasilitas Puskesmas

Bergerak :

 Mobil Puskesmas Keliling : 1 Buah

 Mobil Ambulance : 2 Buah

 Mobil Jenazah : 1 Buah

 Motor Dinas Roda 2 : 4 Buah

Bangunan :

 Luas Bangunan Puskesmas : 1.040 Meter Persegi

 Luas Tanah Puskesmas : 7000 Meter Persegi

 Jumlah Puskesmas Pembantu : 2 Unit

 Jumlah Pos Kesehatan Desa : 9 Unit

 Sumber Daya Kesehatan yang Ada di Puskesmas Tanjung Balai

Karimun

 Jumlah Medis :

- Dokter Umum : 6 orang

- Dokter Gigi : 1 orang

 Jumlah Paramedis :

- Bidan : 31orang

- Perawat : 22 orang
12

 Jumlah Paramedis lainnya:

- Nutrisionis : 1 orang

- Assisten Apoteker : 1 orang

- Analisis Laboratorium : 2 orang

 Jumlah Non Medis:

- Tenaga Administrasi : 11 orang

- Sopir Ambulance : 3 orang

- Kebersihan : 3 orang

 Jenis pelayanan di Puskesmas Tanjung Balai Karimun

1. Unit Rawat Jalan :

• Poli Umum

• Poli MTBS

• Poli Lansia

• Poli KIA-KB

• Poli Gigi dan Mulut

2. Unit Rawat Inap.

3. Unit Gawat Darurat.

4. Unit Persalinan-Kebidanan.

5. Unit Penunjang Medis :

• Laboratorium Sederhana

• Apotek

• Gudang Farmasi

• Ambulance

6. Unit Penunjang Non Medis :


13

• Loket

• Logistik

7. Program Pokok :

• Promosi Kesehatan

• Kesejahteraan Ibu dan Anak

• Keluarga Berencana

• Upaya Perbaikan Gizi

• P2M

• Penyehatan Kesehatan Lingkungan.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan peserta yang dapat menghadiri sosialisasi bersama hentikan

rokok (be hero) di posyandu lavender sebanyak 6 orang dari 20 orang yang di

undang, namun yang dapat dimasukkan kriteria inklusi sebanyak 3 orang. Peserta

yang telah hadir di sosialisasikan dampak rokok dengan berbagai aspek seperti

aspek kesehatan, ekonomi dan keagamaan. Metode yang dilakukan dengan

metode ceramah yang melibatkan audio visual dan diskusi. Pemilihan metode

audiovisual sebagai media penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh

responden seperti penelitian yang dilakukan oleh Kepti dkk terdapat peningkatan

pengetahuan 38%.14

Semua peserta yang hadir berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut sesuai

dengan hasil riset kesehatan dasar provinsi Kepulaun Riau tahun 2018 yang mana

proporsi perokok pada laki-laki (42%) lebih tinggi daripada perempuan (1.16%).4

Prevalensi merokok pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan juga

dikarenakan merokok adalah simbol dari maskulinitas seorang laki-laki dan

dianggap hal yang buruk apabila merokok dilakukan oleh perempuan.10 Jumlah

remaja perempuan perokok di Indonesia memang tidak sebanyak jumlah remaja

laki-laki. Perokok merasa bahwa merokok merupakan hak setiap orang, sehingga

tidak perlu memikirkan apa kata orang lain. Bagi perokok selama perilakunya

tidak merugikan orang lain, perokok tersebut akan mengabaikan orang lain.10

Sosialisasi ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai

terapi akupresur yang dapat dilakukan oleh peserta dirumah untuk mengurangi

14
15

kecanduan dalam merokok. Manfaat dari akupresur dalam terapi berhenti

merokok yang dilakukan Nurzia terdapat perbaikkan yang bermakna antara

perlakuan yang dilakukan akupresur dengan kelompok kontrol. 15

Metode terapi yang dapat digunakan untuk berhenti merokok dengan

menggunakan metode mengurangi merokok yang dihisap setiap harinya disertai

dengan cara menunda saat merokok pertama terutama saat pagi harinya. 16 Serta

dianjurkan kepada pasien untuk melakukan kegiatan yang positif atau mencari

kesibukan setelah bangun tidur dipagi hari, menganjurkan untuk mengganti rokok

dengan permen, cemilan ringan dan teh manis.16 Pemberian terapi farmakoterapi

yang direkomendasikan dengan evidance A yaitu terapi pengganti nikotin/

Nicotine Replacement Therapy (NRT) dalam bentuk gum, patch, inhaler, spray

dll. Bupropion merupakan obat golongan Norephinephrine Dopamine Reuptake

Inhibitor dengan mekanisme kerja menghambat reuptake dari dopamin sehingga

dapat mengurangi gejala withdrawel effect. Veranicline yang berkaitan dengan

reseptor sehingga menyebabkan pelepasan dopamin yang pasrial juga sehingga

mngurangi efek adiksi dan withdrawal effect. Mekanisme lain sebagai antagonis

yaitu mencegah nikotin berikatan dengan reseptor sehingga akan mengurangi rasa

nikmat yang diperoleh dari rokok.17 Durasi terapi NRT berkisar selama 3 bulan.

Suatu metaanalisis mendapatkan keberhasilan terapi sebesar 10-17% peserta yang

berhenti merokok dibandingkan plasebo. Kandungan yang rendah di dalam

sediannya dan nikotin tersebut dihantarkan ke dalam tubuh lebih lambat sehingga

resiko untuk menjadi ketergantungan sangat kecil.13

Selain terapi farmakoterapi, terdapat juga terapi dibidang ilmu psikologi

yang menggunakan energi psikologis yang disebut terapi Spritual Emotional


16

Freedom Technique (SEFT).11 SEFT merupakan perpanduan antara ilmu

Akupuntur dan Psikologi yang disempurnankan dengan sentuhan spritural yang

bersifat universal. Terapi tersebut memiliki 3 langkah yaitu Set-up Tune-in dan

Tapping. 11
Penelitian yang dilakukan oleh Aminuddin dkk yang menyatakan

bahwa terapi SEFT dapat mengurangi intensitas kebiasaan merokok peserta oleh

karena setelah di terapi peserta mengatakan rokok itu adalah bahan yang

berbahaya dan tidak bermanfaat bagi tubuhnya serta saat diminta untuk merokok

mereka mengatakan rokok yang dihisapnya terasa pahit, sebagian mengeluhkan

mual bahkan ada peserta yang muntah.18 Terapi SEFT yang menyebabkan kondisi

tubuh seseorang relaksasi sehingga kondisi ini menyebabkan gelombang otak

seseorang menurun yang awalnya β menjadi α. Kondisi ini memudahkan terapis

untuk memasukkan informasi ke alam bawah sadar untuk mengubah persepsi

rokok dan kebiasaan rokok. 18

Sosialisasi ini juga dilakukan diskusi dengan peserta. Peserta mengakui

sudah beberapa kali mencoba untuk berhenti merokok namun selalu gagal karena

dipengaruhi oleh lingkungan terutama apabila duduk di warung kopi. Hal tersebut

sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa warung kopi

merupakan sarana interaksi baik sesama teman maupun kerabat dan juga warung

kopi merupakan trigger merokok.19 Hasil survei yang telah dilakukan oleh

lembaga menanggulangi masalah merokok (LM3) yang menyatakan bahwa

terdapat 66,2% perokok yang menyatakan pernah mencoba berhenti merokok

namun gagal, hal tersebut dikarenakan ketidaktahuan cara berhenti merokok,

mengalami kesulitan konsentrasi dan terikat oleh sponsor rokok.19 Modalitas

kombinasi terapi farmakologi dan fisioterapi serta dukungan sosial meningkatkan


17

keberhasilan terapi 35% dari pada hanya melalui bantuan tenaga medis 10,2%

bahkan tanpa bantuan 7,9%.16

Kemampuan seseorang untuk berhenti merokok dipengaruhi oleh faktor

adiksi nikotin, efek putus nikotin, psikologi, sosial dan lingkungan. Berhenti

merokok bisa menyebabkan gejala putus nikotin (withdrawal syndrome) berupa

perubahan emosi. Beberapa perokok bisa melaluinya, sedangkan sebagian

terpaksa kembali merokok karena tidak menemukan pengganti kenikmatan lain.

Gejala withdrawal effect mulai dapat dirasakan dalam 406 jam setelah lepas dari

nikotin. Gejala dapat mencapai puncak dalam beberapa hari pertama dan bisa

langsung sampai 2-4 minggu selama berhenti merokok. Pada kondisi ini seorang

perokok sering berusaha mempertahankan kadar nikotin serum minimal untuk

mencegah withdrawal effect yang terjadi dan mempertahankan efek nyaman dari

nikotin dengan merokok kembali. Jika seseorang mengalami adiksi nikotin, hari-

hari pertama berhenti merokok merupakan hal berat.16

Motivasi awal merupakan modal awal dalam konseling masalah berhenti

merokok. Upaya berhenti merokok menunjukkan keberhasilan yang lebih tinggi

pada klien yang mempunyai motivasi tinggi dibanding klien dengan pemberian

farmakoterapi.20 Oleh karena itu, tingkat motivasi berperan penting dalam

keberhasilan berhenti merokok. Penilaian tingkat motivasi pasien harus dinilai

sejak awal, semakin besar motivasi maka semakin tinggi keberhasilan berhenti

merokok.16 Dukungan keluarga atau orang terdekat memiliki peran penting untuk

meningkatkan motivasi dalam bentuk mengingatkan agar selalu berhenti

merokok, memberikan dukungan bila timbul kendala saat berhenti merokok,

menghilangkan stimulus dilingkungan rumah ynag membuat ingin merokok


18

kembali, memberikan reward and punishments serta mendampingi klien saat

konseling.16

Pemerintah daerah juga harus ikut berperan dalam mengurangi konsumsi

rokok oleh masyarakat, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan

mendisiplinkan tempat-tempat yang seharus menjadi kawasan tanpa rokok (KTR).

Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko

ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.17

Penetapan KTR ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat

proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,

tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk melindungi

masyarakat yang ada dari asap rokok.17


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Secara umum terapi berhenti merokok terdiri dari terapi nonfarmakologi

dan farmakologi. Terapi non farmakologi ; Self help (usaha sendiri), Memberi

nasihat singkat, Konseling dengan cara individu ataupun kelompok, Terapi

perilaku, Terapi pendukung (hipnoterapi, akupuntur, akupresure). Pemberian obat

yang direkomendasikan dengan evidence A yaitu terapi penggantian nikotin

Nicotine Replacement Therapy (NRT) dalam bentuk gum, patch, inhaler, spray,

dll.

6.2 Saran

Melaksanakan manajemen layanan konseling upaya berhenti merokok

(UBM) dengan perpaduan antara upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang

berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dan upaya kesehatan perorangan

(UKP) sebagai bagian dari tatalaksana dalam pengendalian konsumsi rokok.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Bunga Rampai Fakta Tembakau Dan


Permasalahannya Di Indoensia 2014. Jakarta: Tobacco control support
center-IAKMI; 2015.
2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Umum Konsumsi Rokok Di Indonesia.
Kurniasih N, ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2018.
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018.
4. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
2018.
5. Word Health Organization. Tobacco: Health benefits of smoking cessation.
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/tobacco-health-benefits-of-
smoking-cessation. Published 2020. Accesesed January 24, 2021
6. Nururrahman. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan dan Pembentukan
Karakter Manusia. Pros Semin Nas. 2014;01(1). 77-84.
7. Setyanda Y, Sulastri D, Lestari Y. Artikel Penelitian Hubungan Merokok
dengan Kejadian Hipertensi pada Laki- Laki Usia 35-65 Tahun di Kota
Padang. J Kesehat Andalas. 2015;4(2):434-440.
8. word health organization W. Tubuh Tembakau.
file:///D:/rido/Internship/miniproject/WHO-NMH-PND-19.1-ind.pdf.
Published 2019. Accessed January 1, 2021.
9. Salawati L. Hubungan Merokok Dengan Derajat Penyakit Paru Obstruksi
Kronik. J Kedokt Syiah Kuala. 2016;16(3):165-169.
10. Sulastri S, Herman D, Darwin E. Keinginan Berhenti Merokok Pada
Pelajar Perokok Berdasarkan Global Youth Tobacco Survey di SMK
Negeri Kota Padang. J Kesehat Andalas. 2018;7(2):205-211
11. Nurjanah Di. Terapi Kecanduan Rokok Dengan Menggunakan Metode
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Syifa Al-Qulub.
2019;3(2):112-119.
12. Purwandari E, Pubianti E, M MS, Nugroho MD. Terapi Berhenti Merokok
dengan Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT ). 2020;23(2).84-
93.
13. Nabila FS, Sukohar A, Setiawan G. Terapi Pengganti Nikotin sebagai
Upaya Menghentikan Kebiasaan Merokok. Majority. 2017;6(3): 158-162.
14. Kapti R, Rustina Y, Widyatuti. Efektifitas Audiovisual Sebagai Media
Penyuluhan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Dalam Tatalaksana Balita Dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota Malang.
J Ilmu Keperawatan. 2013;1(1):53-60.
15. Nurzia N. Efektifitas Terapi Akupresur Terhadap Upaya Berhenti Merokok
21

di Desa Sungai Terap. Sci J. 2019;8(2).111-120.


16. Oritasari, Samino, Yulyani V. Strategi Mengatasi Kendala Berhenti
Merokok pada Klien di Puskesmas Raman Utara Kabupaten Lampung
Timur. J Dunia Kesmas. 2019;8(8):172-180.
17. Septian Emma Dwi Jatmika, Muchsin Maulana, Kuntoro SM. Buku Ajar
Pengendalian Tembakau.; Yogyakarta. K-Media. 2018. 101-194
18. Aminuddin M, Samsugito I, Nopriyanto D, Puspasari R. Terapi SEFT
Menurunkan Intensitas Kebiasaan Merokok Di Kelurahan Sambutan Kota
Samarinda. JPPM. 2019;3(2). 329-335
19. Wulandari IA, Wahyudi Y, Susilo I. Upaya Berhenti Merokok pada
Remaja di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. ISSN. 2019;3(5):1-9.
20. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok
Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Kementerian
Kesehatan RI; 2016.
22

Lampiran 1. Dokumentasi
23

Lampiran 2. Rekomendasi Pelaksanaan Manajemen Layanan Upaya Berhenti

Merokok

1. Pembentukkan tim konseling

Kepala institusi kesehatan menerbitkan surat keputusan tentang

pembentukan tim konseling yang bertanggung jawab dalam pengolahan

layanan konseling upaya berhenti merokok.

2. Identifikasi sumber daya lain

Tempat layanan konseling, peak flowmeter, CO analyzer dan tes nikotin

urin, formulir pencacatan pelaporan, Media KIE, dan layanan konseling

UBM dalam bentuk Call Center.

3. Penyusunan Rencana Kegiatan

Penyusunan rencana kegiatan layanan konseling meliputi sasaran, bentuk

kegiatan,pelaksanaan, biaya, tempat dan waktu.

4. Pembiayaan layanan konseling UBM

Pemerintah misalnya dalam bentuk APBN, APBD, BOK, Dana Desa,

Pajak rokok daerah atau masuk dalam pembiayaan jaminan kesehatan

nasional. Swasta seperti Coperate Social Responsibility (CSR) dana

kesehatan perusahaan dan lain-lain. Iuran warga serta bantuan yang tidak

mengikat lainnya

5. Melakukan sosialisaai dan advokasi tentang layanan konseling UBM yang

meliputi informasi tentang PTM dan dampaknya, bagaimana pengendalian

dan manfaatnya bagi masyarakat, kepada pemimpin wilayah pimpinan

organisasi, ketua kelompok dan para tokoh masyarakat


24

6. Pemantauan dan penilaian layanan konseling UBM

Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah dilaksanakan

sesuai perencanaan, apakah hasil kegiatan sudah sesuai dengan target yang

diharapkan dan mengidentifikasi masalah dan hambatan yang dihadapi, serta

menentukan alternatif pemecahan masalah sendiri. Tujuan penilaian adakah untuk

mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan kegiatan layanan konseling UBM

dalam penyelenggaraanya, sehingga dapat dilakukan pembinaan.

Tanjung Balai Karimun, 08 Februrari 2021

dr. M. Radhiatul Hakiki

Anda mungkin juga menyukai