Anda di halaman 1dari 4

Peran Parpol Terhadap Kemunduran Demokrasi

Oleh : Putra Bangsawan

Kurun waktu 14 tahun terakhir Indonesia dalam acaman krisis demokrasi. Berdasarkan
rilis The Economist Intelligence Indek (TEII), demokrasi di Indonesia sejak 2010-2020 terus
merosot di posisi 64 dari 167 negara.

Merujuk di tahun 2020, rata-rata indeks demokrasi global terjun dari 5,44 pada 2019 menjadi
5,37. Angka tersebut merupakan yang terburuk dalam satu dekade terakhir ini.

Sekitar 70 persen atau 116 dari 167 Negara melaporkan penurunan dibandingkan pada 2019.
Kendati demikian ada 38 negara atau 22,6 persen indeksnya meningkat, sementara ada 13
negara mengalami stagnasi.

Setidaknya Ada 60 indikator yang mempengaruhi tren penurunan demokrasi di Indonesia


tergolong kedalam lima segmentasi yakni : proses pemilu yang belum maksimal, pluralisme jadi
soal minoritas dan mayoritas, fungsi dan kinerja pemerintah menyelesaikan persoalan
demokrasi, partisipasi politik pra pemilu dan pasca pemilu, budaya politik Partai Politik (Parpol)
serta kebebasan sipil.

Politik dan Demokrasi Satu Kesatuan, Dalam proses pemilu sistem politik di indonesia
masyarakat hanya dilibatkan pada Euforia 5 tahun sekali pada pemilihan umum, yang malah
dipertotonkan kualitas buruk wajah demokrasi bangsa Indonesia. terlepas dari semua itu,
praktik demokrasi selanjutnya akan di amanahkan kepada perwakilan rakyat masing - masing
partai diparlemen nantinya.

sejak 2004 Indonesia dinobatkan sebagai negara demokrasi terbesar ke 3 didunia setelah India
dan Amerika Serikat. Sudah 3 kali pemilu termasuk pilkada di 34 provinsi dan 314 kabupaten
kota ikut sejak itu, secara quantitas tentu hal tersebut jadi prestasi dan patut dibanggakan,
namun secara kualitas Indonesia sebagai bangsa perlu terus mengevaluasi dan membenahinya
dan tidak mesti " devensive " terhadap sejumlah lembaga dunia menilai kemunduran demokrasi
di Indonesia.
Dilansir kanal Youtbube Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia,
sambutan kebangsaan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudoyono (AHY)
menyatakan

" politik dan demokrasi kita. harus jauh dari yang merusak kerukunan, persatuan dan
kedamamaian "

3 faktor Kemunduran Demokrasi

Setidaknya ada 3 hal yang bedampak pada kualitas demokrasi di Indonesia diantaranya, money
politik, dimana sistem ini syarat dengan transaksionisme dan pragmatisme sehingga kualitas
pejabat politik pun tak lepas dari sikap transaksional dan pragmatis.

Senada, "indentity politics" sebagian kalangan menilai politik identitas adalah strategi paling
efektif dan efisien dalam memenangkan dukungan elektoral Partai dengan cara menyeret
sentimen primordial (sara) yang justru mengancam kebinekaan. Dalam jangka pendek strategi
ini bisa membawa kemenangan kandidat dan parpol, tetapi jangka panjang akan menimbulkan
dampak kerusakan fatal pada kualitas demokrasi, hal tersebut di pertegas AHY dalam sambutan
kebangsaanya bahwa " kebinekaan menjadi kekuatan bangsa, akan tetapi bisa berbanding
terbalik jika kita tidak merawatnya dengan baik "

Disisi lain Postruk politics, atau politik fitnah bukan sesuatu yang baru, tetapi diera digital saat
ini, cara tersebut sangat efektif diterapakan secara membabi buta, diantarannya Hoax, Balck
Campaign, Hate Speech seolah jadi norma baru didemokarasi Indonesia,

Dampaknya sangat mudah memfitnah sesoarang atau kelompok, sehinga yang lemah tidak
punya daya mengklarifikasinya. Massifnya hal tersebut ditunjang atas kemajuan teknologi
tanpa dibarengi dengan norma - norma kebinekaan. Akan tetapi hal tersebut telah menyeret
suatu profesi baru dinamakan Buzzer yang memang pekerjaanya memproduksi dan menyebar
fitnah serta kebohongan, termasuk menyerang karakter sesoarang atau kelompok yang
dianggap berbeda sikap atau pandangan.

Dalam kondisi tersebut eksistenis pers sebagai salah satu pilar demokrasi diharapkan dapat
membendung hal tersebut dengan menjunjung sikap independen dan kredible sehingga
menjadi referensi objektif bagi masyarakat ditengah disinformasi didunia maya.
Dipront lainya secara paralel ruang publik maupun parlemen masukan konstruktif dan kritikan
tidak tepat sasaran pun terbungkan, sayangnya terkadang niat baik seperti itu seringkali disalah
artikan. Pandangan atau masukan justru hal tersebut dianggap sebagai bentuk serangan atau
gangguan untuk kepentingan politik tertentu, dan yang lebih miris lagi jika masukan dan
pandangan yang berbeda dianggap sebagai bentuk perlawanan.

Menilisik UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Omnibus Low) jadi bentuk nyata
pembajakan demokrasi hingga memicu gelombang protes atas rancangan UU ini. Namun hal
tersebut tidak dijadikan pertimbangan bagi sebahagian Partai Politik atas pengeasahan regulasi
tersebut.

Namun yang berpengaruh secara siginifikan terhadap demokrasi ialah kebebasan sipil. Sehingga
Partisipasi diruang publik dalam mengkritik suatu kebijakan

pun tersumbat dikarenakan penerapan pasal karet UU Informasi Transaksi Eletronik (ITE) yang
berujung pidana bagi seseorang.

Disisi lain Kebebasan merupakan pondasi dan dasar falsafah demokrasi kini jadi sorotan utama
penggiat HAM di seluruh dunia. Sementara partisipasi publik merupakan point penting dalam
demokrasi. Alhasil kontra produktif pun antara Papol sebagai Agen dan Rakyat Prinsipal tidak
harmonis.

Fakta yang mencengangkan, bahwa demokrasi sejatinya menjadi siklus berjalanya roda
kenegaraan, justru terkadang dijadikan isu menjatuhkan suatu golongan atau kelompok yang
dianggap tidak sepaham.

Sementara fungsi dan kinerja pemerintah mejadi Leading Sector penentu naik turunya indeks
demokrasi Indonesia kurang maksimal. Akan tetapi hal ini tidak terlepas dari peran partai politik
sebagai pengusung maupun oposisi. Sehingga dapat disimpulkan kinerja parpol dan pemerintah
memiliki efek penurunan indeks demokrasi.

Celah Sistem Demokrasi Prosedural, Menagapa demikian, tentunya hal ini tidak terlepas dari
sistem demokrasi Indonesia yang secara prosedural, memasuki momentum pemilihan umum
semua Parpol belomba - lomba berebut kursi kekuasaan, tanpa memiliki kontrak politik yang
jelas dengan konstituenya, sehingga terkadang harapan rakyat indonesia terbajak dikemudian
hari didalam penentuan UU yang justru berpihak kepada kepentingan lain.
Disisi lain, Parpol merupakan pustaka maupun laboratorium demokrasi seharusnya menjadi
rujukan segenap komponen bangsa dalam menjalankan roda demokrasi. Namun dewasa ini
tidak semua Partai Politik memerankan hal tersebut.

Bercermin Pasca runtuhnya orde baru 1998 digantikan era reformasi, Indonesia mulai
mengenal demokrasi, namun dunia intenasional kala itu masih meragukan bangsa ini
menjalankan roda demokrasinya, alhasil dibawa kepempinan Susilo Bambang Yudohyono (SBY)
selaku Presiden Ke 6. bangsa Indonesia mulai menjajaki arti demokrasi, walaupun sosok SBY
sempat diragukan oleh kalangan aktivis reformasi, namun hal tersebut berbanding terbalik,
justru dimasa kepemimpinannya bersama Demokrat ia memperkenalkan implementasi
demokrasi.

Kepiawaian SBY memipin negara tidak terlepas dari peran partai berlambang merce ini
(Demokrat) yang telah mengajarkan anak bangsa berdemokrasi, justru tak heran jika SBY dan
Demokrat dijuluki sebagai Founding Fathers demokrasi.

Indonesia sebagai bangsa yang pluralistik tentunya membutuhkan agen demokrasi. Partai
politik merupakan salah satu agen yang berkompeten menggagas dan menjalankan roda
demokrasi, mengingat Indonesia yang kini memasuki usia 76 tahun kedepanya terus
mebutuhkan sokongan dari partai politik.

3 Peran Utama Partai Politik, Setidaknya ada 3 hal yang dapat dilakukan partai politik dalam
merawat dan membangun demokrasi di Indonesia.

Pertama, parpol mesti berperan sebagai agen demokrasi, maupun menjadi " Episentrum
"gagasan dan praktik demokrasi. Selain itu parpol diharakan dapat menjadi laboratorium
demokrasi dikemudian hari.

Kedua. Suatu keniscayan Parpol memiliki peran " Driving Force " untuk membagunan dan
memajukan kualitas demokrasi bangsa, sebaliknya demokrasi bisa mengalami penurunan jika
parpol tak mampu mengelola atau menjalankan demokrasi, sehingga hal ini dijadikan edukasi
bagi setiap elemen bangsa agar tidak terjadi pengelolaan demokrasi secara serampangan

Dan yang terakhir pemerintah dan parpol mesti bergandengan tangan membentuk suatu badan
khsusus mengurus dan mengawasi jalanya demokrasi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai