Kelemahan demokrasi Indonesia yang pertama, yaitu masih terdapatnya budaya politik feodal dan
komunalistik, menurut Indria, bisa dilihat dari berbagai macam idiom-idiom yang digunakan partai
politik dan tokohnya dalam berkampanye. Akibatnya, usaha partai politik untuk memperjuangkan
kepentingan konstituennya didasarkan pada penilaian yang subjektif ketimbang objektif, kata dia.
Indria mengatakan bahwa yang paling berbahaya dalam budaya politik feodal dan komunal ini adalah
potensi konflik-konflik yang akan muncul jika seseorang kalah dalam kontestasi demokrasi.
Dalam berbagai kasus pemilihan kepala daerah, kita melihat kenyataan bahwa perdamaian baru
merupakan jalan yang dipilih hanya jika tuntutan suatu kepentingan politik dipenuhi, kata dia.
Kelemahan kedua menurut Indria adalah munculnya otoritarianisme mayoritas akibat terlalu liberalnya
demokrasi Indonesia. Hal ini, menurut dia, membuat sulitnya sebuah keputusan politik diambil secara
mufakat.
Karena begitu sulitnya musyawarah dilakukan, maka setiap pembuatan keputusan diserahkan ke
mekanisme pasar politik, ini tentu saja mencederai sila keempat Pancasila yang menyatakan bahwa
demokrasi Indonesia berdasar pada permusyawaratan perwakilan kata dia.
Kelemahan demokrasi yang ketiga dalam pandangan Indria adalah dikesampingkannya ideologi
dalam partai-partai di Indonesia karena partai politik lebih mengutamakan pertimbangan pragmatis
dan jangka pendek, yaitu memenangkan kontes politik.
Kepentingan jangka pendek dan pragmatis inilah yang memunculkan politik uang, hanya karena ingin
memenangkan pemilu suatu partai atau calon kepala daerah harus membayar rakyat untuk memilih
gambar tertentu dalam lembar pencontrengan saat pemilu, kata Indria.
Akibat selanjutnya, menurut Indria, adalah bergesernya fungsi ideal partai dari penghubung antara
negara dan rakyat menjadi sarana pengumpul suara dan dana. Jika tujuan partai hanya
memenangkan pemilu dan mengumpulkan dana, maka kita sulit berharap partai menjadi lembaga
demokrasi yang bisa diandalkan,
KELEMAHAN SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA
Pada dasarnya setiap sistem demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Demokrasi mempunyai pengaruh yang besar dalam setiap
sendi-sendi kehidupan. Amartya Sen, penerima nobel bidang ekonomi menyebutkan
bahwa demokrasi dapat mengurangi kemiskinan. Pernyataan ini akan terbukti jika pihak
legislative menyuarakan hak-hak orang miskin dan kemudian pihak eksekutif
melaksanakan program-program yang efektif untuk mengurangi kemiskinan. Sayangnya,
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Keempat
pengertian
demokrasi
seperti
telah
disebut,
lebih
menitikberatkan pada dimensi-dimensi input suatu system politik. Bahkan,
pengertian demokrasi konstitusional hanya menggariskan aspek
formalitas agar suatu Negara dapat dinyatakan sebagai demokratis.
Problem utama yang kerap muncul dalam suatu demokrasi adalah peran
Negara. Cukup banyak Negara yang termasuk demokratis, menurut salah
satu dari keempat pengertian tersebut, yang menemui hambatan dalam
action harian pemerintahan mereka. Jadi, bagaimana suatu
pemerintahan yang menyatakan diri demokratis mengefektifkan undangundang yang dihasilkan, merupakan pertanyaan yang perlu dijawab.
Tilly beranjak pada aspek state capacity. Tidak ada Negara demokrasi
yang bisa bekerja jika Negara kekurangan kapasitas dalam mengawasi
pembuatan keputusan demokratis dan menerapkan hasil-hasilnya ke
dalam praktek. Dari term kapasitas ini, muncul dua konsep lebih lanjut :
Negara Kuat (Strong State) dan Negara Lemah (Weak State).
State Capacity adalah kemampuan Negara dalam mengubah distribusi
sumber daya, kegiatan, dan hubungan antarorang. Misalnya, dalam
menerapkan kebijakan anti penyelundupan narkoba di bea cukai, agenagen pemerintah dapat secara simultan melakukan perubahan yang perlu
di seluruh bandara dan pelabuhan laut yang ada di seluruh Indonesia. Jika
Negara mampu mempengaruhi seluruh pejabat Negara dan pelabuhan
guna mematuhi kebijakan tersebut, state capacity Indonesia dinyatakan
cukup.
1.
2.
3.
4.
2007)