NIM : 12190011
c. Solusi :
3. Sumber berita : jpnn.com
Link : https://www.jpnn.com/news/rakyat-kritis-ditangkapi-demokrasi-mundur-di-satu-tahun-
jokowi-amin
Judul : Rakyat Kritis Ditangkapi, Demokrasi Mundur di Satu Tahun Jokowi-Amin Artikel ini
telah tayang diJPNN.comdengan judul "Rakyat Kritis Ditangkapi, Demokrasi Mundur di Satu
Tahun Jokowi-Amin",
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai, demokrasi mengalami kemunduran di satu tahun
pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Salah satu penyebab, banyak pihak terkait unjuk rasa
menentang kebijakan pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang ditangkap aparat keamanan. "Saya
kira itu menjadi salah satu bukti demokrasi mengalami penurunan dan kemunduran. Banyak rakyat yang
kritis ditangkap. Aktivis diborgol seperti tahanan kriminal," ujar Ujang kepada jpnn.com, Rabu (28/10).
Menurut dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini, penangkapan-penangkapan itu menunjukkan kesan
seolah-olah demokrasi hanya ada di atas kertas. "Demokrasi juga terkesan hanya prosedural, jauh dari
demokrasi substansial. Bahkan demokrasi Indonesia terkesan mengarah ke demokrasi kriminal. Lawan
politik dihajar," ucapnya. Direktur eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini kemudian mengingatkan
pemerintah, kesan yang timbul sangat tidak baik. Karena itu harus segera diperbaki. Jangan sampai
masyarakat menjadi tidak percaya terhadap demokrasi. Padahal, demokrasi penting untuk
mendewasakan masyarakat dalam berpolitik. "Jadi, hal-hal yang tidak baik itu penting menjadi catatan
bagi Pemerintahan Jokowi-Amin. Misalnya yang lain, muncul kesan aspirasi rakyat tak didengar. Padahal
rakyat pemilik kedaulatan. Kemudian, muncul juga kesan pemerintah bersama DPR bekerja
membelakangi rakyat. Saya kira hal-hal ini perlu untuk segera diperbaiki,"
Link:https://oktavianirani88.wordpress.com/2015/03/16/analisa-kasus-demokrasi-di-indonesia/
Judul berita : Penerapan Sistem Demokrasi di Indonesia
Suap yang terjadi di lingkungan Mahkamah Konstitusi (MK), telah merusak tatanan demokrasi.
Hal itu diungkapkan pengamat politik Heri Budianto. Menurutnya, penangkapan Ketua MK Akil
Mochtar dan anggota DPR berinisial CHN, membuktikan bahwa korupsi merajalela. Tamparan
keras terjadi di MK, sebab selama ini MK dikenal sangat bersih dan mampu membangun kinerja
baik dan positif oleh publik. Namun kejadian ini sangat memalukan dan menunjukkan bahwa
korupsi tanpa pandang bulu, sudah menggerogoti semua institusi negara. Ini membuktikan
bahwa semua institusi negara rentan terhadap korupsi, katanya kepada Sindonews, Kamis
(3/10/2013). Dia mengatakan, peristiwa penangkapan oleh KPK ini juga membuktikan bahwa
sasaran mafia-mafia kasus dan korupsi adalah orang nomor satu di institusi negara. Penangkapan
Ketua MK ini bisa menjadi pintu masuk adanya praktik suap dan kongkalingkong kasus di MK.
Saya berharap KPK nantinya tidak hanya menyidik kasus Kabupaten Gunung Mas, namun juga
sengketa pilkada lain yang bergulir di MK yang melibatkan Akil, pintanya. Hal ini bukan tanpa
alasan, lanjutnya, jika melihat beberapa sengketa yang diputus MK. Kasus MK ini jelas
mencederai demokrasi yang sudah terbangun dengan baik. Bagaimana tidak, suara rakyat yang
disampaikan dalam pilkada begitu mudah diubah keputusannya, oleh lembaga yang memiliki
kewenangan tetap seperti MK, katanya. Ini penghianatan terhadap demokrasi, tidak bisa di
tolerir. Kasus suap Ketua MK ini merusak tatanan demokrasi yang sudah terbangun,
sambungnya.
a. Mengidentifikasi pelanggaran demokrasi
Pelaku : Ketua MK Akil Mochtar dan anggota DPR berinisial CHN
Lokasi : Jakarta
Jenis pelanggaran : korupsi dan suap
Waktu : Kamis, 03 oktober 2013
b. Apa penyebab terjadinya pelanggaran
Faktor internal : penyalahgunaan kekuasaan
Faktor eksternal : kepentingan publik dikesampingkan guna demi kedudukan jabatan
dan kepentingan golongan tertentu yang bertujuan untuk memperkaya diri
c. Bagaimana solusinya
Solusi jangka pendek : melakukan sidak disetiap lembaga dalam proses kinerja yang
dilakukan,
Solusi jangka panjang : pengawasan lebih ketat lagi terhadap pejabat negara bahkan
presiden, sanksi yang lebih tegas kepada pejabat negara yang melakukan korupsi,
tidak pandang bulu dalam penanganan nya, membubarkan lembaga yang merugikan
negara secara tegas
5. Sumber berita :
Link :
Judul :