Pada tahun 2016 pertama kali nya terungkapkan fakta yang mengejutkan
Dunia maupun Indonesia karena telah terpilih Presiden Amerika ke 45, Donald
Trump. Kemenangan Trump tidak diprediksi oleh berbagai pihak diseluruh Dunia dan
membuka mata semua pihak mengenai kekuataan media sosial atau identitas etnis
yang kuat terhadap calon tertentu. Sehingga menjadi alat politik baru yang ingin
dimanfaatkan oleh pihak tertentu demi kepentingan Politik Praktis.
Indonesia merasakan juga yang terjadi di Amerika Serikat ini pada Pemilihan
Gubernur DKI Jakarta 2017 (Pilgub DKI) yang dengan beberapa Kandidat yang
bertarung pada saat itu, yaitu: Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama
dan Anies Baswedan. Pilgub ini dianggap sebagai Pilgub DKI yang paling berbahaya
karena memainkan isu SARA dan menggunakan tempat ibadah sebagai tempat
kampanye.
Selama masa kampanye Pilgub DKI ini terjadi perang narasi, hoax maupun
cacian yang terjadi diberbagai media sosial, forum, komentar diberbagai berita yang
ada. Seperti terjadi perang identitas, agama dan suku antar penduduk Jakarta.
Sering terjadi keributan tetangga dikarenakan adanya perbedaan pilihan kandidat
calon Gubernur.
Ditambah lagi terjadi aksi demo besar-besaran yang diakibatkan oleh fitnah
mengenai ucapan Gubernur saat itu, Basuki Tjahaja Purnama mengenai ayat
didalam kitab Suci Al-Qur’an yang diedit sedemikian rupa sehingga membuat
banyak umat Islam yang merasa terlecehkan dengan ucapan tersebut.
Hukum yang berlaku saat itu seperti hukum Rimba, dimana semua Aparat
Penegak Hukum dan Pelaksana Hukum kalah terhadap tekanan dari Massa yang
melakukan Demonstrasi. Demontrasi dilakukan berulan-ulang kali yang membuat
Jakarta dalam kondisi Siaga 1, semua pihak mewaspadai kemungkinan terjadinya
kerusuhan Etnik seperti yang pernah terjadi pada tahun 1998.
Cara kerja dari CA adalah mengumpulkan data dan profile pengguna dari
Facebook yang akan digunakan untuk menghitung dan menganilisis serta
mengkategorikan jenis pemilih berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria yang
ditargetkan adalah pemilih ragu (swing Voter) dengan dibombardir dengan iklan, link
berita dan feeds yang menunjukan kelebihan dari kandidat yang membayar. Semua
berita yang disebutkan Sebagian besar merupakan berita bohong (hoax) yang
diproduksi oleh team CA yang digunakan untuk mempengaruhi kesadaran manusia
melalui manipulasi ini untuk menonjolkan isu SARA maupun berita yang mengarah
kepada calon tertentu yang dapat membuat pemilih menjadi yakin bahwa Kandidat
yang akan dipilih adalah calon Pemimpin terbaik.
Page 2|5
Metode ini terbukti ampuh digunakan untuk memenangkan Pemilihan
Presiden Amerika Serikat 2016 dengan Kandidat Donald Trump, serta beberapa
Kepala Negara seperti di Brazil dan jajak Pendapat keluarnya Inggris dari Euro atau
dikenal dengan istilah Brexit.
Akibat dari metode yang dilakukan oleh CA ini, masih terlihat jelas gesekan
yang terjadi dimasyarakat Amerika Serikat pada pemilihan 2019 antara Donald
Trump dan Joe Biden. Pendukung dari masing-masing kandidat presiden beberapa
kali terjadi keributan pada saat kampanye sampai terjadi kerusuhan dan
pendudukan Gedung DPR Amerika Serikat yang baru pertama kali terjadi yang
mempermalukan negara Amerika Serikat sendiri yang selalu mengajarkan
demokrasi ke seluruh dunia. Yang paling memalukan adalah Provokasi yang
dilakukan langsung oleh Presiden Amerika pada saat itu, yaitu Donald Trump.
Hal yang sama terjadi selama masa Jabatan Gubernur Anies Baswedan,
selama masa pemerintahan ini masih terjadi pengkotak-kotakan pada masyarakat
yang diakibatkan isu Sara yang terjadi selama proses Pilkada DKI. Semua masukan
dan saran tidak hanya berdasarkan kinerja tapi menyasar pada Etnik ataupun
agama yang dilakukan oleh pendukung kedua belah pihak.
Dalam penggunaan sosial media, semua hal tidak dapat dilakukan tanpa
pengawasan dengan alasan kebebasan berbicara. Semua hal dapat dilakukan
bebas dengan beberapa peraturan atau norma yang berlaku di suatu tempat. Pihak
penyedia social media seperti Facebook, Twitter, Tiktok, dll juga harus diatur agar
tidak membocorkan data kepada pihak yang bertanggung jawab. Serta Konsultan
Politik, Lembaga Survei, Media Massa juga harus diatur untuk menjalankan semua
kegiatan dengan jujur, akurat dan bertanggung jawab serta tidak dapat merusak
persatuan dan kesatuan dalam masyarakat maupun bernegara.
Page 3|5
Berdasarkan hasil fakta diatas, dengan segera Presiden Joko Widodo
memerintahkan Aparat penegakan Hukum dan Aparat Pelaksana Hukum untuk
dengan segera menjalankan UU ITE yang sudah di sahkan pada tahun 2016.
Pemerintah melakukan Sosialisasi secara luas mengenai larangan penyebaran
berita bohong dan ditambahkan nya beberapa peran dari media online dan media
Massa untuk melakukan pengecekan Hoax dan dibantu pemblokiran Hoax yang
dilakukan oleh media sosial dan semua Masyarakat diharapkan untuk melakukan
pengecekan ulang terhadap semua informasi yang diterima dan hanya menyebarkan
berita yang sudah sesuai fakta yang terjadi dilapangan.
UU ITE yang berlaku sekarang masih terdapat beberapa pasal Karet yang
misinterprestasi, sehingga revisi UU ITE yang saat ini berlaku perlu segera direvisi
agar dapat tidak digunakan sebagai alat untuk membungkam penyebaran informasi
benar tapi dianggap sebagai pasal Penghinaan/Pencemaran nama baik. Masyarakat
saat ini dapat menjadi pengawas langsung terhadap kinerja dari semua Pejabat
Publik, sehingga Sosial Media diharapkan dapat menjadi suatu wadah pengawasan
langsung dari masyarakat yang selama ini tidak pernah dapat dilakukan menjadi
suatu kenyataan dan Sosial Media dapat digunakan dan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi perkembagan kehidupan bermasyarakat.
Page 4|5
NIU : 510339
Page 5|5