Cabang Batusangkar
Disusun Oleh:
FATUR FADLI
Fatur Fadli
HMI Cabang Padang
E-mail : syahaziz21@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan membahas terkait politik identitas yang saat ini marak
diperbincangkan oleh para pengamat politik.Tentunya politik identitas ini menjadi
momokan seakan-akan terindikasi melanggar aturan yang berlaku. Sementara itu
agama menjadi hal sensitif terhadap naik turunnya popularitas sosok seseorang di
Negara Indonesia ini. Penelitian ini bersifat kualitatif yang memfokuskan
penelitian pada kasus Politik Identitas Dalam Framing Iklan Adzan Di Media
Televisi Nasional. Kasus tersebut akan di analisis menggunakan teori politik
identitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya suatu indikasi yang sangat
kuat telah terjadinya sebuah upaya atau siyasat yang lebih awam kita kenal
dengan Politik Identitas yang mana menggunakan ranah framing media Tv
nasional.
PENDAHULUAN
Secara etis apabila berbicara Negara dan Pemerintahan pasti tidak terlepas dari
sebuah politik yang mengakar secara alami, hal itu sudah berlangsung lama
bahkan sejak wafatnya nabi Muhammad SAW tepat pada masa sahabat khulafaur
rasyidin yang mana islam langsung terbagi menjadi beberapa kelompok. Maka di
Indonesia hari ini politik juga menjadi trend yang cukup ramai di bicarakan
terlebih menjelang pergantian kekuasaan atau di Indonesia di kenal dengan
Pemilu.
Secara etimologi, politik dalam bahasa Arab disebut Siyasyah (Siasat), dalam
bahasa Inggris disebut Politics. Asal kata politik berasal dari “polis” yang berarti
kota. Penggunaan istilah politik tersebut mengalami perkembangan sedemikian
rupa hingga di serap kedalam bahasa Indonesia yang mempunyai tiga arti. (WJS
Poerwadarminta, 183: 763) yaitu setiap urusan, tindakan, kebijksanaan, siasat, dan
sebagainya mengenai pemerintahan sesuatu Negara terhadap Negara lain, tipu
muslihat atau kelicikan, dan juga digunakan sebagai nama bagi disiplin
pengetahuan yaitu ilmu politik. Menurut ahli diantaranya Deliar Noer (1983: 6)
politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan
yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau
mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat. Kemudian Miriam
Budiarjo (1982: 8) mengemukakan bahwa politik adalah bermacam-macam
kegiatan dalam suatu system politik atau Negara yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari system itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Indonesia adalah Negara yang menjadi wilayah jalur sutra, berbagai etnis
dan suku bangsa mendiami negeri khatulistiwa, baik etnis diluar maupun dalam
negeri itu sendiri. Pembentukan identitas dapat terbentuk baik secara parsial
maupun interaksial. Hal ini yang kemudian melahirkan perubahan social ekonomi,
social politik, sosial itu sendiri dan sosial budaya. Identitas etnis dan agama
meruapakan dua hal yang menjadi elemen perubahan sosial. Proses terjadinya
politik identitas keagamaan akan memunculkan dampak langsung maupun tidak
langsung bagi perubahan social begitupun sebaliknya (Sukamto, 2010: 13).
Sedangkan adanya politik identitas etnitas juga secara langsung atau tidak
langsung, nyata atau tersamar memunculkan perubahan social. Tidak dapat
dipungkiri juga pembentukan, penamaan, dan penggunaan identitas melahirkan
pula perubahan social. Terjadinya interelasi antara identitas dan perubahan social
adalah sebagai sesuatu yang bertentangan, baik secara tersembunyi atau terang-
terangan diantara warga, badan public, dan pasar.
Sarana tercepat dan efektif dalam melakukan politik identitas saat ini ialah
melalui media masa yang dikemas kedalam bentuk iklan dan lain sebagainya.
Iklan merupakan salah satu alat dalam bauran promosi (promotion mix) yang
terdiri dari lima alat (Kotler, 2000). Selain iklan, juga terdapat sales promotion,
personal selling, public relation, dan direct marketing. Namun, iklanlah yang
paling banyak digunakan khususnya untuk produk konsumsi. Iklan merupakan
suatu bentuk informasi produk maupun jasa dari produsen kepada konsumen
maupun penyampaian pesan dari sponsor melalui suatu media. “Periklanan
merupakan proses komunikasi lanjutan yang membawa khalayak ke informasi
terpenting yang memang perlu mereka ketahui” (Jefkins, 1997: 16).
Menurut Lee (2004: 35), pengertian iklan politik adalah penyiaran yang
memiliki sifat informatif dan persuasif dengan tujuan untuk meraih suara dan
memberikan mereka pilihan politik yang terdiri dari partai politik, kandidat dan
program Bolland (dalam McNair, 203) mendefinisikan periklanan sebagai
penempatan pesan-pesan terorganisir pada media dengan membayar. Begitu juga
periklanan politik, dalam pengertian yang sama, mengacu kepada pembelian dan
penggunaan tentang ruang periklanan (advertising space), membayar untuk rating
komersil, dalam rangka untuk mentransmisikan pesan-pesan politik kepada suatu
khalayak. Media yang digunakan meliputi bioskop, billboards, pres, radio, dan
televisi.
METODE PENELITIAN
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kajian pustaka (library research).
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik library research.
Langkah-langkahnya adalah dengan mengumpulkan data dalam buku, jurnal, dan
laporan penelitian yang terdapat di perpustakaan atau secara online.
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif analitis agar memahami dan
memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan
tema yang penulis angkat serta dapat menghubungkan beberapa permasalahan
yang ada dengan teori yang digunakan guna untuk menemukan kejelasan atas
penelitian yang sedang digunakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mustafa (1996) iklan adalah segala bentuk penyajian dan promosi
secara nonpribadi dari ide barang dan pelayanan yang dibayar oleh sponsor
tertentu. Dengan adanya iklan, penjual menyampaikan berita kepada konsumen
melalui media surat kabar, majalah, surat langsung atau melalui media lainnya.
Dalam UU No.32 tahun 2002 tentang penyiaran bab I pasal 1 (5) disebutkan
bahwa siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan
masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat
dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga
penyiaran yang bersangkutan. Lupiyoadi (2006) menjabarkan periklanan sebagai
salah satu bentuk dari komunikasi impersonal (impersonal communication) yang
digunakan perusahan barang atau jasa. Periklanan adalah semua bentuk penyajian
nonpersonal, promosi ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang
dibayar (Kotler,2003). Sedangkan Lee (2007) mendiskripsikan periklanan sebagai
suatu komunikasi komersial dan nonkomersial tentang sebuah organisasi dan
produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media
bersifat massal seperti televisi, radio, koran , majalah, direct mlai (pengeposan
langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum.
Menurut Lee (2007) iklan mempunyai fungsi, yaitu : (1) fungsi informasi,
yaitu mengkomunikasikan informasi produk termasuk produk baru, ciri-ciri dan
lokasi penjualannya , (2) fungsi persuasif, yaitu mencoba membujuk para
konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka
terhadap produk atau perusahan tersebut, (3) fungsi pengingat, yaitu terus
menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka
akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa mempedulikan merek
pesaingnya. Tujuan periklanan menurut Swastha (2000) adalah meningkatkan
penjualan barang dan jasa atau ide sasaran nyata dilakukan dengan
mengkomunikasikan secara efektif pada sasaran-sasaran dalam periklanan yaitu
masyarakat atau pasar. Kotler (2007) menggolongkan tujuan periklanan menurut
sasarannya, yaitu : (1) Iklan informatif, yaitu dimaksudkan untuk menciptakan
kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah
ada, (2) Iklan persuasif, dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi,
keyakinan dan pembelian suatu produk atau jasa, (3) Iklan pengingat,
dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali, (4) Iklan
penguatan, dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka
telah melakukan pilihan yang tepat.
Lee (2007) mengklasifikasikan iklan dalam beberapa tipe besar, yaitu : (1)
Periklanan produk. Porsi utama pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk
produk : presentasi dan promosi produk-produk baru, produk-produk yang sudah
ada dan produk-produk hasil revisi, (2) Periklanan eceran. Berlawanan dengan
iklan produk, periklanan eceran bersifat lokal dan berfokus pada toko, tempat di
mana beragam produk dapat dibeli atau di mana satu jasa ditawarkan. Periklanan
eceran memberikan tekanan pada harga, ketersediaan, lokasi dan jam-jam
operasi., (3) Periklanan korporasi. Fokus periklanan ini adalah membangun
identitas korporasi atau untuk mendapat dukungan publik terhadap sudut pandang
organisasi.(4) Periklanan bisnis ke bisnis, yaitu periklanan yang ditujukan kepada
para pelaku industri (ban yang diilankan kepada manufaktur mobil), para
pedagang perantara (pedagang partai besar dan pengecer), serta para profesional
(seperti pengacara dan akuntan). (5) Periklanan politik). Periklanan politik sering
kali digunakan para politisi untuk membujuk orang memilih mereka dan
karenanya iklan jenis ini merupakan sebuah bagian penting dari proses politik dari
negara-negara demokrasi, (6) Iklan direktori. Orang merujuk periklanan direktori
untuk menemukan cara memebeli sebuah produk atau jasa, (7) Periklanan respon
langsung. Periklanan respon langsung melibatkan komunikasi dua arar di antara
pengiklan dan konsumen. Periklanan tersebut dapat menggunakan sembarang
media perklanan (pos, televisi, koran atau majalah), dan konsumen dapat
menanggapinya, (8) Iklan pelayaan masyarakat. Iklan pelayanan masyarakat
dirancang beroperasi untuk kepentingan masyarakat dan mempromosikan
kesejahteraan masyarakat. Iklan-iklan ini diciptakan bebas biaya oleh para
profesional periklanan, dengan ruang dan waktu iklan merupakan hibah oleh
media.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sukamto, 2010. Politik Identitas (Suatu Kajian Awal dalam Kerangka dan
interaksi “Lokalitas dan Globalisasi”). Jurnal Sejarah dan Budaya
Universitas Malang. Vol.2
Nasrudin, Juhana. Politik Identitas dan Representasi Politik (Studi Kasus pada
Pilkada DKI periode 2018-2022). 2018.
Anggara, Sahya. Sistem Politik Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2013.
Ahmad Syafii Maarif. 2012. Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita,
Jakarta, Democracy Project.
Ahmad Syafii Maarif. 2018. Islam dan Politik. Yogyakarta: IRCiSoD
https://news.detik.com/pemilu/d-6927228/pendapat-para-pakar-komunikasi-soal-
usul-semua-capres-muncul-di-azan-tv, diakses pada 23 September 2023.
FORMULIR PENDAFTARAN LK II DAN LKK
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG BATUSANGKAR
Hormat saya,
Senin, 25 September 2023
DATA PRIBADI
PENDIDIKAN
RIWAYAT ORGANISASI