Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH POLITIK IDENTITAS AGAMA TERHADAP PILIHAN

MASYARAKAT DALAM PEMILU 2024

Rio Fernanda 1), Ibnu Fahmi 2), Rafy Irsya Aditya 3), Muhammad Taqi Al-Faiq 4), Gusti Anggoro
Ariyanto 5), Jibril Ali 6)

SMA Negeri 70 Jakarta

ABSTRAK
Politik identitas yang terjadi pada pemilu tahun 2024 di Indonesia menimbulkan beberapa dampak yang
berdampak pada politik Indonesia. Dampak tersebut mencakup ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), terjadinya adu domba/perpecahan, ancaman terhadap pluralisme, polarisasi dan
pragmentasi kekuatan politik, serta munculnya perselisihan/konflik. Faktor penyebab politik identitas yang terjadi
termasuk perseteruan antara nasionalisme dan agama, kompleksitas identitas masyarakat, serta praktik politik
yang memperkuat polarisasi dan eksklusi. Penelitian ini menyoroti urgensi pendidikan dan sosialisasi mengenai
bahaya politik identitas, pentingnya penguatan sikap toleransi dalam berinteraksi antar kelompok, serta perlunya
tindakan tegas dari pemerintah terhadap kelompok yang merusak keutuhan bangsa. Upaya-upaya ini penting untuk
meminimalisir dampak negatif politik identitas pada stabilitas dan persatuan bangsa.
Kata Kunci: Politik identitas, pemilu 2024, Indonesia

ABSTRACT
Identity politics that occurred during the 2024 elections in Indonesia have brought about several impacts on
Indonesian politics. These impacts include threats to the integrity of the Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), the emergence of division and incitement, threats to pluralism, polarization and fragmentation of political
power, as well as the emergence of disputes/conflicts. The factors causing identity politics include conflicts
between nationalism and religion, the complexity of societal identities, and political practices that reinforce
polarization and exclusion. This research highlights the urgency of education and socialization regarding the
dangers of identity politics, the importance of strengthening tolerance in intergroup interactions, and the need for
decisive action from the government against groups that undermine national unity. These efforts are crucial to
minimizing the negative impacts of identity politics on stability and national unity.
Keywords: Identity politics; 2024 election; Indonesia

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara demokrasi yang berlandaskan Pancasila. Demokrasi di Indonesia
diwujudkan dengan adanya pemilu yang menggunakan suara rakyat sebagai alat kendali
kekuasaan. Tujuan dasar dari pemilu sendiri bukanlah untuk memilih pemimpin terbaik, namun
untuk mencegah yang terburuk berkuasa, seperti yang dikatakan oleh Romo Franz Magnis
Suseno. Demokrasi bangkit dari ketidakpuasan rakyat terhadap kekuasaan absolut raja/kaisar
yang berkuasa. Didasari oleh keinginan rakyat untuk mengubah keadaan, maka terbentuklah
suatu sistem yang muncul ketika meletusnya Revolusi Prancis 1798. Sistem itu bernama
demokrasi, di mana suara rakyat adalah suara Tuhan, yang dalam bahasa latin dikenal dengan
adagium “Vox populi, vox dei”.

Setiap caleg yang akan "bertanding" dalam pemilu akan melakukan apa pun untuk
mendapat suara rakyat yang dia inginkan. Berbagai caleg memiliki pengaruh dan karisma yang
1|Page
berbeda di mata masyarakat. Kita juga melihat bahwasanya Indonesia adalah negara ketuhanan,
yang mana setiap warga negara diharuskan untuk beragama. Hubungan antara kekuasaan dan
agama inilah yang menyebabkan adanya suatu pencampuran antara keduanya. Agama ialah
salah satu fondasi dasar dalam kehidupan manusia. Kita tidak mungkin hidup tanpa Tuhan.
Sehingga ketika terjadinya pemilu, salah satu alasan orang-orang memilih caleg yang menurut
mereka dapat membuat perubahan ialah berdasarkan kesamaan agama dan seberapa caleg
tersebut memperhatikan keimanannya kepada Tuhan.

Hal inilah yang membuat munculnya politik identitas dalam pemilu tahun 2024 ini.
Pemaknaan bahwa politik identitas sebagai sumber dan sarana politik dalam pertarungan
perebutan kekuasaan politik sangat dimungkinkan dan kian mengemuka dalam praktik politik
sehari-hari. Karena itu para ilmuwan yang bergelut dalam wacana politik identitas berusaha
sekuat mungkin untuk mencoba menafsirkan kembali dalam logika yang sangat sederhana dan
lebih operasional. Politik identitas adalah pemberian garis yang tegas untuk menentukan siapa
yang akan disertakan dan siapa yang akan ditolak. Karena garis-garis penentuan tersebut
tampak tidak dapat diubah, maka status sebagai anggota bukan anggota dengan serta merta
tampak bersifat permanen. Politik identitas merupakan konstruksi yang menentukan posisi
kepentingan subjek di dalam ikatan suatu komunitas politik sedangkan political of identity
mengacu pada mekanisme politik pengorganisasian identitas (baik identitas politik maupun
identitas sosial) sebagai sumber dan sarana politik.

Hal yang sama juga diungkapkan Lumantoro bahwa politik identitas adalah politik
untuk mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok karena
memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan pada ras, etnisitas, gender,
atau keagamaan (Nasrudin, 2018). Beberapa peristiwa di Indonesia yang paling menarik
perhatian beberapa tahun terakhir adalah polemik politik identik dalam kasus Pilkada DKI
Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 yang lalu. Salah satunya adalah polemik Pilkada DKI Jakarta
2017 melibatkan Basuki Cahaya Purnama atau yang biasa disebut Ahok. Kembali ke masa
sekarang, kita melihat bahwa politik di Indonesia memang cenderung ke arah politik identik.
Begitu pun dengan pemilu tahun 2024, hari ini masih identik dengan politik identitas. Beberapa
pihak mengemukakan bahwa keterlibatan politik identitas tersebut digunakan untuk menarik
suara rakyat lebih banyak lagi. Oleh karena itu, pada jurnal yang kami buat kali ini, kami ingin
membahas lebih dalam mengenai keterlibatan politik identitas pada pemilu 2024.

2|Page
KAJIAN PUSTAKA

DEFINISI POLITIK
Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana suatu kelompok-kelompok
mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk
mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya (Miriam Budiardjo, 2012).
Politik adalah pengambilan keputusan politik atau pembuatan kebijaksanaan umum untuk
masyarakat seluruhnya (Joyce Mitchell, 2014).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa politik adalah suatu
kegiatan atau cara untuk mendapatkan kekuasaan untuk memimpin dalam masyarakat dan
masyarakat ikut andil dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan dalam memilih
pemimpinnya.

IDENTITAS AGAMA
Identitas agama merupakan hal yang telah melekat pada diri seseorang dan tidak dapat
dipaksakan oleh siapa pun itu, karena identitas agama merupakan hak seseorang untuk memilih
suatu keyakinan tertentu (Martin & Nakayama, 2004). Demokratisasi yang menjunjung tinggi
kebebasan menjadi landasan bagi setiap individu dalam mengaktualisasikan dirinya, termasuk
dalam persoalan politik. Kebebasan individu yang dijamin oleh konstitusi di Indonesia
mencerminkan tingginya popularitas sistem demokrasi ini. Akan tetapi, kebebasan tersebut pada
akhirnya semakin memperjelas jurang pemisah antar identitas (agama, suku, bahasa, jenis
kelamin, dll) yang ada di Indonesia, terutama berkaitan dengan persoalan politik bangsa.
Persoalan agama dan nasionalis bangsa merupakan dua identitas yang saat ini menjadi
perdebatan di Indonesia. Polemik politik identitas semakin meruncing hingga munculnya klaim
kebenaran bahwa kelompok kepentingan yang satu lebih baik daripada kelompok kepentingan
lainnya, urusan kepentingan ini kemudian mulai memecah belah bangsa yang sebelumnya
menjunjung tinggi perbedaan (Lestari, Y. S. (2018). Politik Identitas Di Indonesia, Antara
Nasionalisme Dan Agama, Journal of Politics and Policy)

POLITIK IDENTITAS AGAMA


Pandangan dari Pengamat Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor;
Politik identitas bisa dimaknai sebagai sebuah strategi politik yang memanfaatkan ikatan
primordial dan juga perbedaan sebagai fokus utama. Secara positif, selain memunculkan
toleransi dan kebebasan, namun politik identitas bisa juga melahirkan kekerasan verbal atau fisik,
permusuhan etnis atau agama, serta pola-pola intoleransi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
menjadi masalah bagi bangsa Indonesia karena eskpresi primordial macam itu saat ini malah
3|Page
muncul, sekalipun Indonesia sudah memasuki era demokratisasi. Kebangkitan ekspresi
primordial itu terlihat hadir di banyak daerah yang berdasar pada nilai-nilai etnis atau agama
(LIPI, 2020).
Terkhusus di Indonesia politik identitas umumnya diwakilkan kepada para elite yang
memiliki artikulasi terkait sentimen agama dan etnis masing-masing. Karena sentimen
keagamaan mudah untuk disentuh sehingga tanggapan akan pergerakan massanya cepat dalam
menyongsong setiap bentuk keadaan dalam ranah politik. Isu-isu terkait keadilan dan penistaan
agama selalu diangkat ke permukaan sebagai umpan agar massa menarik setiap entitas-entitas
yang mempunyai kesamaan. Itu sebabnya kontestasi politik macam pemilu dan pilkada biasanya
kental akan nuansa politik identitas (Rahman, 2020)

PEMILU
Demokrasi adalah prinsip kebebasan, keadilan dan kesetaraan bagi setiap individu, (John
Lock dan Rousseau). Dalam demokrasi terdapat nilai-nilai kedaulatan yang dijunjung tinggi,
ditaati serta dijalankan oleh setiap warga negara dan instrumen negara yakni lembaga-lembaga
negara yang menjalankan roda pemerintahan. Senada dengan itu, di dalam pelaksanaan Pemilu
masyarakat mempunyai kesempatan untuk berperan aktif serta menjadi bagian dari proses
demokrasi.

METODE
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif
kualitatif mendalami dampak identitas agama pada pilihan pemilih melalui wawancara
mendalam, observasi partisipan, dan analisis konten media sosial atau wawancara dengan
pemimpin agama. Ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran keyakinan
agama dalam pengambilan keputusan pemilih dan bagaimana narasi politik dan identitas agama
dipahami dalam masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Disini akan kami lampirkan hasil dari penelitian kami, ada 2 (dua) aspek penting yang kami
dapat yaitu dampak dan faktor penyebab. Untuk poin poin penting ini akan kami jelaskan lagi
dibawah sebagai berikut :
1. Dampak :
● Mengancam Keutuhan NKRI
Politik identitas mengancam keutuhan bangsa, karena politik ini mengedepankan
kepentingan salah satu agama. Hal ini menjadi ancaman besar karena mengancam ideologi

4|Page
bangsa. Kelompok-kelompok yang mempermasalahkan ideologi negara dimulai sejak
pemilu 2019 lalu padahal sebelumnya tidak ada yang mempersoalkannya. Hal ini
menunjukkan bahaya dari politik identitas di tengah masyarakat. Isu SARA sangat sensitif
dan dapat memicu emosi massa, terutama bagi mereka yang tidak mengetahui fakta
sebenarnya seperti pelanggaran norma sosial dan nilai Pancasila. Oleh karena itu, perlu
diberikan pemahaman mengenai bahaya dari politik identitas dan pentingnya menjaga
keutuhan bangsa dengan menghargai perbedaan dan memperkuat persatuan. Penting bagi
pemerintah untuk memberikan pendidikan serta pemahaman kepada masyarakat mengenai
pentingnya menjaga keutuhan bangsa dalam situasi seperti ini. Selain itu, pemerintah juga
harus menindak tegas kelompok-kelompok yang melakukan tindakan merusak keutuhan
bangsa dengan mempersoalkan ideologi negara atau melakukan tindakan diskriminatif
terhadap kelompok lain.

● Menimbulkan Adu Domba/Perpecahan


Politik yang mengatasnamakan identitas dapat menimbulkan adu domba dan
perpecahan antara pihak yang berbeda. Hal ini terutama terjadi jika identitas tersebut
berkaitan dengan isu agama atau personal maka hal ini akan menjadi lebih sensitif. Karena
politik identitas itu sejatinya kejam dan tajam karena bisa menjerumuskan mereka-mereka
kedalam jurang permusuhan yang pada akhirnya akan membawa berbagai dampak yang
dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

● Ancaman Terhadap Pluralisme


Pluralisme adalah paham atas keberagaman yang sering disalahartikan sebagai
keberagaman paham. Pluralisme juga berarti kesediaan untuk menerima keberagaman dan
hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, golongan, agama, adat,
hingga pandangan hidup. Pluralisme mengimplikasikan pada pengakuan kebebasan
beragama, berpikir, atau mencari informasi. Untuk mencapai pluralisme diperlukan
kematangan dari kepribadian seseorang atau sekelompok orang. Pluralisme di Indonesia
menghadapi ancaman dari beberapa hal seperti intoleransi agama dan radikalisme.
Intoleransi agama terjadi ketika seseorang tidak dapat menerima perbedaan keyakinan
agama dan cenderung memaksakan pandangannya pada orang lain. Sementara itu,
radikalisme adalah paham yang menolak segala bentuk perubahan dan cenderung
menggunakan cara-cara ekstrem untuk mencapai tujuannya. Ancaman terhadap pluralisme
dapat berasal dari kurangnya pemahaman tentang pluralisme itu sendiri. Banyak orang yang
masih salah memahami konsep pluralisme sehingga sulit untuk nenerapkannya dalam
5|Page
kehidupan sehari-hari. Untuk itu, diperlukan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya
pluralisme agar dapat diimplementasikan dengan baik di masyarakat. Dalam mencapai
pluralisme, perlu dilakukan upaya-upaya seperti meningkatkan pemahaman tentang konsep
pluralisme melalui edukasi, sosialisasi, dan menghindari intoleransi agama serta
radikalisme. Selain itu, penting juga untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat hidup secara harmonis dalam keragaman.

● Menimbulkan Polarisasi dan Pragmentasi Kekuatan Politik


Polarisasi dan pragmentasi kekuatan politik bisa menimbulkan isu pribumi dan non-
pribumi yang berpotensi memicu kerusuhan. Isu non-pribumi sering digunakan untuk
menyerang mereka yang berkulit putih dan bermata sipit, yang disebut sebagai 'asing'.
Namun, jika masyarakat peduli literasi dan diberikan informasi yang proporsional, akan
menemukan jejak-jejak pribumi yang dimiliki oleh berbagai suku atau ras. Deretan pejuang
kemerdekaan nasional lahir dari identitas yang berbeda-beda. Jika tetap bersikeras dengan
sentimen pribumi, maka sesuai sejarah, kita tidak menghormati sejarah yang ada.

● Membawa Perselisihan/Konflik
Konflik tentang agama dan klaim ketuhanan adalah hal yang tidak akan pernah
selesai. Menurut Dostoevsky, bahkan seorang atheis pun tidak bisa menyangkal keberadaan
Zat Ilahiah. Namun, menentukan kebenaran universal seharusnya merupakan hak prerogatif
Tuhan. Untuk menjaga keutuhan NKRI dan menghindari penyalahgunaan politik identitas,
diperlukan langkah-langkah strategis, termasuk upaya harmonisasi antara Islam dan
Pancasila. Nasaruddin Umar mengemukakan tiga konsepsi dasar untuk melakukan
harmonisasi ini: pertama, menempatkan Pancasila sebagai "Melting Pot"; kedua,
melahirkan "Civil Society" untuk mewujudkan nilai-nilai Islami; dan ketiga, mengadopsi
Nasionalisme Terbuka yang mengakui keberagaman sebagai bagian dari kesatuan yang
kokoh.

2. Faktor penyebab :
Salah satu faktor yang dapat memunculkan politik identitas pada pemilihan Presiden Tahun
2024 adalah perseteruan antara nasionalisme dan agama. Politik identitas diartikan sebagai
pemberian garis yang sangat tegas untuk menentukan siapa saja yang akan diikutsertakan dan siapa
yang akan ditolak. Banyaknya identitas yang berada di berbagai lingkungan membuat terjadinya
hal-hal yang memungkinkan rentan terjadi konflik yang disebabkan hanya permasalahan tentang

6|Page
perbedaan. Oleh karena itu, diperlukan gagasan dalam menyikapi perkembangan politik identitas
dengan menumbuhkan sikap toleransi dalam berinteraksi antar golongan maupun kelompok seperti
antar etnis, suku, agama, hingga ras.
Sikap toleransi dapat diterapkan di berbagai bidang seperti toleransi politik, toleransi
budaya, toleransi sosial, dan lainnya. Sikap toleransi dalam berpolitik memungkinkan dapat
diterapkan di negara majemuk (multikulturalisme) dan juga dapat diterapkan di negara yang
menganut sistem pemerintahan demokratis. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam
menanamkan sikap toleransi politik adalah faktor pada psikologi politik, penerapan sistem politik,
struktur politik yang kokoh, serta meningkatnya kemakmuran perekonomian dari negara tersebut.
Perseteruan antara nasionalisme dan agama merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
Politik Identitas di Indonesia. Dalam studi pasca kolonial , pada dasarnya politik identitas dan
sosiologis sudah ada atau digeluti sejak lama. Politik identitas kian terlihat dalam praktik politik
menjelang pesta demokrasi akbar pada tahun 2024 melalui agenda besar bernama PILPRES.
Donald L. Morowitz telah mendefinisikan politik identitas sebagai pemberian garis tegas untuk
menentukan siapa saja yang akan ikut serta atau ditolak.

SIMPULAN
Penelitian yang kami lakukan telah menjabarkan dampak dan faktor penyebab politik
identitas pada pemilu tahun 2024 di Indonesia. Dampak politik identitas yang disorot antara
lain mengancam keutuhan NKRI, menimbulkan adu domba/perpecahan, mengancam
pluralisme, menimbulkan polarisasi dan pragmentasi kekuatan politik, serta membawa
perselisihan/konflik. Beberapa faktor penyebab yang dijabarkan meliputi perseteruan antara
nasionalisme dan agama, kompleksitas identitas dalam masyarakat, serta praktik politik yang
memperkuat polarisasi dan eksklusi.
Di bawah ini, akan kami lampirkan beberapa saran yang dapat kami berikan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.
1. Pentingnya Pendidikan dan Sosialisasi:
Pemerintah perlu memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya
politik identitas dan pentingnya menjaga keutuhan bangsa dengan menghargai
perbedaan. Sosialisasi tentang pluralisme, toleransi, dan nilai-nilai Pancasila harus
ditingkatkan untuk mencegah intoleransi agama dan radikalisme.
2. Penguatan Sikap Toleransi:
Menumbuhkan sikap toleransi dalam berinteraksi antar golongan dan kelompok,
baik dalam bidang politik, budaya, sosial, maupun ekonomi.
3. Tindakan Tegas:
Pemerintah harus menindak tegas orang atau kelompok yang melakukan tindakan
7|Page
merusak keutuhan bangsa dengan mempersoalkan ideologi negara atau melakukan
tindakan diskriminatif terhadap kelompok lain.

DAFTAR PUSTAKA
Sari, A. M. (2023, June 28). Pengertian Pemilu, Fungsi dan Prinsipnya. Fakultas Hukum Terbaik
Di Medan Sumut. https://fahum.umsu.ac.id/pengertian-pemilu-fungsi-dan-prinsip/

Utami, S, B. Rahardjo, T. Rakhmad, N, W. (2019). Identitas Agama dan Toleransi dalam


Interaksi Sosial (Studi Kasus Dalam Menyuarakan Pembangunan Rumah Ibadah di
Garut). Jurnal Kajian Komunikasi, 6.

Abdallah. (2020, 14 Desember). Agama Rentan Jadi Komoditas Politik. Diakses pada 28
Februari 2024, dari https://ppim.uinjkt.ac.id/2020/12/14/agama-rentan-jadi-komoditas-
politik/

Isnawati, I., Jalinus, N., & Risfendra, R. (2020). Analisis Kemampuan Pedagogi Guru SMK yang
sedang Mengambil Pendidikan Profesi Guru dengan Metode Deskriptif Kuantatif dan
Metode Kualitatif. Jurnal Inovasi Vokasional dan Teknologi, 20(1), 38.

Perdana, P, A. (2023, 16 Agustus). DAMPAK POLITIK IDENTITAS PADA PEMILIHAN


UMUM 2024 MENDATANG. Diakses pada 21 Maret 2024, dari
https://jurnal.balitbangda.lampungprov.go.id/index.php/jip/article/view/400

8|Page

Anda mungkin juga menyukai