Anda di halaman 1dari 9

REALITAS DEMOKRASI DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
ROKHANI
197208052008012013

OLEH :
DEWA MADE RIVALDO KRISNA SUBAGIA PUTRA
NIM. 221910701031

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas mata


kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Jember

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


UNIVERSITAS JEMBER
2023
REALITAS DEMOKRASI DI INDONESIA

Dewa Made Rivaldo Krisna Subagia Putra


Universitas Jember

“Jangan bosan bicara tentang kebenaran, agar demokrasi tak berakhir


dengan kesia-siaan.”
--Najwa Shihab--

PENDAHULUAN

Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya.


Namun, dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi
1998 sampai saat ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih
terdapat beberapa kekurangan dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok
merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem domokrasi di Indonesia. Artinya,
kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap
orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-masing.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem


pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau
negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau
melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang


memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia.
Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia. Hal
itu bisa kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan berkembang di
Indonesia, selain itu banyaknya suku, budaya dan bahasa, kesemuanya merupakan
karunia Tuhan yang patut kita syukuri.
PEMBAHASAN

Bagaimana Praktik Demokrasi di Indonesia ?

Sejak reformasi pada tahun 1998, Indonesia telah mengalami kemajuan


yang signifikan dalam membangun sistem demokrasi yang lebih baik. Namun,
meskipun demikian, masih terdapat beberapa tantangan dalam praktik demokrasi di
Indonesia.

Salah satu hal positif dari praktik demokrasi di Indonesia adalah adanya
kebebasan berpendapat, berserikat, dan berkumpul. Warga negara Indonesia
memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya dan mengkritik kebijakan
pemerintah tanpa takut akan represi atau penindasan. Selain itu, Indonesia juga
telah memiliki aturan dan mekanisme yang mengatur proses pemilihan umum
secara transparan dan adil, sehingga memungkinkan rakyat untuk memilih
pemimpin yang dianggap mewakili kepentingan mereka.

Namun, terdapat juga tantangan dalam praktik demokrasi di Indonesia.


Salah satu tantangan utama adalah masalah korupsi yang masih cukup merajalela.
Korupsi merugikan negara dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap
institusi demokrasi. Selain itu, masalah diskriminasi terhadap minoritas dan hak
asasi manusia juga masih menjadi masalah serius di Indonesia. Perempuan dan
kelompok marginal sering kali mengalami diskriminasi dalam politik dan ekonomi.

Selain itu, praktik demokrasi di Indonesia juga masih dipengaruhi oleh


peran uang dalam politik. Banyak politisi menggunakan uang untuk memperoleh
dukungan politik dan memenangkan pemilihan. Hal ini dapat mengurangi kualitas
demokrasi dan mengurangi kesempatan bagi calon yang lebih berkualitas untuk
memenangkan pemilihan.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah,


masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah perlu meningkatkan
upaya untuk memberantas korupsi dan diskriminasi. Selain itu, regulasi yang lebih
ketat terhadap penggunaan uang dalam politik juga perlu diberlakukan. Masyarakat
perlu terus meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam proses demokrasi, seperti
memilih pemimpin dan mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak tepat.

Apa Yang Dimaksud Demokrasi Pancasila dan Demokrasi Konstitusional ?

Demokrasi Pancasila dan Demokrasi Konstitusional adalah dua bentuk


demokrasi yang berbeda, dengan prinsip dan karakteristik yang berbeda pula.

Demokrasi Pancasila adalah bentuk demokrasi yang berbasis pada prinsip-


prinsip yang tercantum dalam Pancasila. Pancasila menjadi dasar dan pedoman
dalam pembentukan sistem politik dan pemerintahan Indonesia. Demokrasi
Pancasila mengutamakan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat, dengan
tujuan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam
demokrasi Pancasila, semua rakyat Indonesia memiliki hak yang sama dan setara
dalam mengambil keputusan politik, tanpa diskriminasi terhadap suku, agama, ras,
dan golongan.

Sementara itu, Demokrasi Konstitusional adalah bentuk demokrasi yang


berdasarkan pada konstitusi atau undang-undang dasar. Dalam sistem demokrasi
konstitusional, kekuasaan dibatasi oleh hukum dan konstitusi yang telah ditetapkan.
Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam konstitusi,
termasuk hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum. Demokrasi
konstitusional juga mengutamakan prinsip pemerintahan yang transparan,
akuntabel dan partisipatif, di mana kebijakan pemerintah dibuat melalui konsensus
dan partisipasi publik yang meluas.

Meskipun terdapat perbedaan prinsip dan karakteristik antara Demokrasi


Pancasila dan Demokrasi Konstitusional, keduanya memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk membangun masyarakat yang demokratis dan adil. Namun,
implementasi dan penerapannya pada masing-masing negara dapat berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi politik, sosial, dan budaya yang berbeda.
Bagaimana Bias Demokrasi Dalam Upaya Membangun Demokratisasi di
Indonesia ?

Demokrasi adalah sebuah sistem politik yang diharapkan dapat


membawa kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Namun,
dalam praktiknya, demokrasi sering kali dipengaruhi oleh berbagai bias yang dapat
mempengaruhi kualitas dan keberhasilan upaya membangun demokrasi. Di
Indonesia, terdapat beberapa bias demokrasi yang perlu diperhatikan dalam upaya
membangun demokratisasi yang lebih baik.

Pertama, bias politik uang. Di Indonesia, banyak calon politik yang


mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk memperoleh dukungan dan
memenangkan pemilihan. Hal ini dapat mengurangi kualitas demokrasi, karena
calon yang memiliki banyak uang dapat lebih mudah memenangkan pemilihan
daripada calon yang memiliki kemampuan dan visi yang lebih baik, tetapi kurang
mendapat dukungan finansial.

Kedua, bias media. Di Indonesia, media massa sering kali berpihak pada
calon tertentu, baik karena kepentingan bisnis atau karena ideologi tertentu. Hal ini
dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap calon dan juga mengurangi
kualitas debat politik yang seharusnya berlangsung dalam pemilihan.

Ketiga, bias gender. Di Indonesia, masih banyak stigma dan diskriminasi


terhadap perempuan dalam politik. Perempuan sering kali dianggap tidak mampu
atau kurang layak untuk menjadi pemimpin. Hal ini dapat mengurangi representasi
perempuan dalam politik dan mengurangi kualitas demokrasi yang seharusnya
mencakup seluruh lapisan masyarakat.

Keempat, bias agama dan etnis. Di Indonesia, masih banyak politisi yang
menggunakan identitas agama atau etnis untuk memperoleh dukungan politik. Hal
ini dapat memecah belah masyarakat dan memperburuk polarisasi politik yang
sudah ada.

Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengatasi bias-bias demokrasi ini
dalam upaya membangun demokratisasi yang lebih baik di Indonesia. Pertama,
perlu ada regulasi yang lebih ketat terkait dengan penggunaan uang dalam
pemilihan. Kedua, media massa perlu memperkuat independensinya dan tidak
memihak pada satu calon tertentu. Ketiga, perlu ada upaya untuk meningkatkan
representasi perempuan dalam politik, baik melalui regulasi atau kampanye yang
lebih efektif. Keempat, perlu ada upaya untuk mempromosikan toleransi dan
memperkuat persatuan dan kesatuan di antara masyarakat, tanpa memandang
identitas agama atau etnis

Bagiamana Dengan Fenomena Kontemporer Menguatnya Politik Identitas


Dalam Bangunan Demokrasi di Indonesia ?

Politik identitas adalah fenomena yang semakin memperoleh perhatian


di Indonesia, terutama dalam konteks demokrasi. Politik identitas dapat
didefinisikan sebagai bentuk politik yang memprioritaskan kepentingan-
kepentingan kelompok tertentu, seperti agama, suku, gender, atau orientasi seksual,
di atas kepentingan-kepentingan yang lebih umum. Di Indonesia, politik identitas
sering kali digunakan oleh para politisi untuk memperoleh dukungan dari
kelompok-kelompok tertentu, terutama dalam konteks pemilihan umum.

Fenomena politik identitas semakin menganut peran penting dalam


politik Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya partai politik yang berbasis
identitas, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berbasis Islam dan Partai
Demokrat yang berbasis Kristen. Selain itu, fenomena politik identitas juga terlihat
dalam perilaku politik masyarakat Indonesia, di mana masyarakat sering kali
memilih calon pemimpin berdasarkan identitasnya, seperti agama atau suku.

Namun, fenomena politik identitas ini juga menimbulkan berbagai


masalah dalam konteks demokrasi di Indonesia. Pertama, politik identitas dapat
memecah belah masyarakat, karena kelompok-kelompok tertentu cenderung
memprioritaskan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan umum. Hal ini
dapat memperburuk polarisasi politik yang sudah ada di Indonesia. Kedua, politik
identitas dapat memicu intoleransi dan diskriminasi, karena kelompok-kelompok
tertentu cenderung memandang rendah kelompok-kelompok lain yang berbeda
identitas. Ketiga, politik identitas dapat memperlemah demokrasi, karena politisi
cenderung mengabaikan isu-isu yang lebih penting dan mendasar, seperti
pemberantasan korupsi dan perbaikan kesejahteraan rakyat, demi memperoleh
dukungan dari kelompok-kelompok identitas tertentu.

Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengatasi fenomena politik
identitas ini agar tidak merusak demokrasi di Indonesia. Pertama, partai politik
harus memperkuat program-program mereka yang bersifat inklusif dan
mengedepankan kepentingan umum. Kedua, media massa dan pendidikan harus
meningkatkan literasi politik masyarakat, sehingga masyarakat lebih memahami
bahwa politik identitas tidak selalu menguntungkan kepentingan umum. Ketiga,
masyarakat perlu diedukasi untuk menghargai keragaman identitas dan
memperkuat persatuan dan kesatuan, sehingga politik identitas tidak memecah
belah masyarakat.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari kajian essay ini, yaitu :

1. Praktik demokrasi di Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan


sejak reformasi pada tahun 1998. Namun, masih terdapat tantangan dalam
upaya membangun sistem demokrasi yang lebih baik. Untuk itu, diperlukan
upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku
kepentingan untuk mengatasi tantangan ini dan membangun demokrasi
yang lebih kuat dan berkualitas di Indonesia.
2. Demokrasi Pancasila dan Demokrasi Konstitusional adalah dua bentuk
demokrasi yang berbeda namun sama-sama berusaha membangun
masyarakat yang demokratis dan adil. Demokrasi Pancasila mengutamakan
prinsip Pancasila sebagai dasar pembentukan sistem politik dan
pemerintahan, sementara Demokrasi Konstitusional berdasarkan pada
konstitusi atau undang-undang dasar sebagai dasar hukum dalam sistem
politik dan pemerintahan.
3. Bias demokrasi memang dapat mempengaruhi kualitas dan keberhasilan
upaya membangun demokrasi di Indonesia. Namun, perlu diakui bahwa
upaya untuk mengatasi bias demokrasi ini tidaklah mudah dan memerlukan
dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, media
massa, dan lembaga-lembaga yang terkait dengan demokrasi.
4. Fenomena politik identitas memang semakin menguat dalam bangunan
demokrasi di Indonesia. Namun, hal ini juga menimbulkan berbagai
masalah dan memerlukan upaya untuk mengatasi dampak negatifnya. Oleh
karena itu, perlu ada upaya dari berbagai pihak untuk memperkuat
demokrasi yang inklusif dan mengedepankan kepentingan umum
DAFTAR PUSTAKA

[1] Muhtar, "MENGUATNYA POLITIK IDENTITAS DI RANAH LOKAL," Layout Desember


2008, 7 7 2015.

[2] Arli, "Demokrasi Konstitusional," 17 1 2023. [Online]. Available:


https://cerdika.com/demokrasi-konstitusional.

[3] dosen pendidikan 2, "Demokrasi Pancasila," 26 2 2023. [Online]. Available:


www.dosenpendidikan.co.id/demokrasi-pancasila/.

[4] D. Sunarso, "DEMOKRASI DI INDONESIA (SUATU KAJIAN TENTANG KONSEP DAN


IMPLEMENTASINYA)," Konsep & Implement Demok Indo.pdf, pp. 13 - 16, 18 9 2012.

[5] S. Dwi, "PENGUATAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL RELASI KONSTITUSI DAN


POLITIK," Susi-Dwi_editorial.pdf, pp. 14 - 15, 5 2 2017.

Anda mungkin juga menyukai