DOSEN PENGAMPU :
ROKHANI
197208052008012013
OLEH :
DEWA MADE RIVALDO KRISNA SUBAGIA PUTRA
NIM. 221910701031
PENDAHULUAN
Salah satu hal positif dari praktik demokrasi di Indonesia adalah adanya
kebebasan berpendapat, berserikat, dan berkumpul. Warga negara Indonesia
memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya dan mengkritik kebijakan
pemerintah tanpa takut akan represi atau penindasan. Selain itu, Indonesia juga
telah memiliki aturan dan mekanisme yang mengatur proses pemilihan umum
secara transparan dan adil, sehingga memungkinkan rakyat untuk memilih
pemimpin yang dianggap mewakili kepentingan mereka.
Kedua, bias media. Di Indonesia, media massa sering kali berpihak pada
calon tertentu, baik karena kepentingan bisnis atau karena ideologi tertentu. Hal ini
dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap calon dan juga mengurangi
kualitas debat politik yang seharusnya berlangsung dalam pemilihan.
Keempat, bias agama dan etnis. Di Indonesia, masih banyak politisi yang
menggunakan identitas agama atau etnis untuk memperoleh dukungan politik. Hal
ini dapat memecah belah masyarakat dan memperburuk polarisasi politik yang
sudah ada.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengatasi bias-bias demokrasi ini
dalam upaya membangun demokratisasi yang lebih baik di Indonesia. Pertama,
perlu ada regulasi yang lebih ketat terkait dengan penggunaan uang dalam
pemilihan. Kedua, media massa perlu memperkuat independensinya dan tidak
memihak pada satu calon tertentu. Ketiga, perlu ada upaya untuk meningkatkan
representasi perempuan dalam politik, baik melalui regulasi atau kampanye yang
lebih efektif. Keempat, perlu ada upaya untuk mempromosikan toleransi dan
memperkuat persatuan dan kesatuan di antara masyarakat, tanpa memandang
identitas agama atau etnis
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengatasi fenomena politik
identitas ini agar tidak merusak demokrasi di Indonesia. Pertama, partai politik
harus memperkuat program-program mereka yang bersifat inklusif dan
mengedepankan kepentingan umum. Kedua, media massa dan pendidikan harus
meningkatkan literasi politik masyarakat, sehingga masyarakat lebih memahami
bahwa politik identitas tidak selalu menguntungkan kepentingan umum. Ketiga,
masyarakat perlu diedukasi untuk menghargai keragaman identitas dan
memperkuat persatuan dan kesatuan, sehingga politik identitas tidak memecah
belah masyarakat.
KESIMPULAN