Anda di halaman 1dari 11

Politik Identitas

Kontra:

Pengertian : Politik identitas umumnya mengacu pada subset politik di mana kelompok orang
dengan identitas ras, agama, etnis, sosial atau budaya yang sama berusaha untuk
mempromosikan kepentingan atau kepentingan khusus mereka sendiri. Stuart Hall, politik
identitas dimaknai sebagai suatu proses yang dibentuk melalui sistem bawah sadar manusia,
sistem ini rejadi karena adanya ketidakpuasaan dalam menghadapi berbagai macam masalah-
masalah sosial yang terjadi.

Pernyataan :

Kami selaku tim kontra sangat tidak setuju dengan adanya politik identitas sebab politik
identitas itu sendiri dapat menggiring opini public bahwa orang yang tidak beridentitas sama
dengan mereka tidak pantas untuk menjadi pemimpin. Ini tentu saja juga menyebabkan kaum
minnoritas akan kehilangan hak yang sama dalam pemerintahan negara, khususnya ranah
pemilu maupun pemilihan. Hal ini pun perlu diwaspadai, terlebih Indonesia merupakan
negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan budaya. Keunikan dari setiap
perbedaan yang ada di Indonesia sebaiknya dijaga dengan baik dan jangan sampai hilang
akibat terpengaruh hal-hal yang demikian. Sebagai negara yang multikultural serta
demokratis, sudah sepantasnya semua masyarakat memiliki kesetaraan hak dalam pemilu.
Tidak hanya orang Jawa yang bisa menjadi pemimpin negara, orang luar Jawa juga bisa.
Tidak hanya orang islam saja yang bisa menjadi pemimpin negara, orang non-islam juga bisa.
Dalam artian bahwa hak seseorang untuk menjadi pemimpin atau wakil rakyat tidak
didasarkan pada suku, agama, ras, atau etnik semata, tapi lebih kepada kemampuan orang-
orang itu untuk memimpin dan mengayomi masyarakat.
Hal ini pun perlu diwaspadai, terlebih Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai
suku bangsa, agama dan budaya. Keunikan dari setiap perbedaan yang ada di Indonesia
sebaiknya dijaga dengan baik dan jangan sampai hilang akibat terpengaruh hal-hal yang
demikian. Sebagai negara yang multikultural serta demokratis, sudah sepantasnya semua
masyarakat memiliki kesetaraan hak dalam pemilu. Tidak hanya orang Jawa yang bisa
menjadi pemimpin negara, orang luar Jawa juga bisa. Tidak hanya orang islam saja yang bisa
menjadi pemimpin negara, orang non-islam juga bisa. Dalam artian bahwa hak seseorang
untuk menjadi pemimpin atau wakil rakyat tidak didasarkan pada suku, agama, ras, atau etnik
semata, tapi lebih kepada kemampuan orang-orang itu untuk memimpin dan mengayomi
masyarakat.

 kasus politik identitas juga sempat terjadi pada 2019 dimana ketika Anies Baswedan
berhasil mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama. Posisi Anies saat itu didukung oleh
sebagian besar kelompok Islam, seperti Front Pembela Islam dan Majelis Ulama
Indonesia. BTP yang beragama Kristen dan berasal dari etnis Tionghoa-Indonesia
berada dalam posisi tak menguntungkan. Selain karena tudingan penistaan agama,
kelompok Anies turut memakai isu bahwa umat Islam harus memilih pemimpin dari
agama yang sama.
 Kasus kedua sempat terjadi pada beberapa narasi seperti “Putra Daerah” bagian dari
politik identitas yang mengandung unsur SARA. Di Aceh, misalnya, kemenangan
kepala daerah bahkan sudah bisa ditentukan dengan merujuk rumus: “Rakyat Aceh
hanya mendukung pejuang asli dan bukan pejuang nasional.” Bukan hanya di tingkat
nasional, konsep ini terbukti pula menjajah perebutan kekuasaan lokal. Dengan
masyarakat Indonesia yang majemuk, politik identitas memang menjadi tawaran
menarik bagi politikus di negara dengan sistem demokrasi.

Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa politik identitas adalah kegiatan politik yang
dilakukan oleh individu atau kelompok orang yang memiliki identitas yang sama untuk
mewujudkan kepentingan anggotanya. Politik identitas sering digunakan untuk mendukung
orang-orang yang terpinggirkan dari kelompok mayoritas. Namun, istilah politik identitas di
masa ini mulai bergeser dari segi makna maupun semangat politisnya karena cenderung
digunakan sebagai siasat politik untuk melengserkan kedudukan pihak lain semata-mata
untuk kepentingan suatu kelompok atau individu tertentu.

Pro:

Pengertian: politik identitas adalah suatu politik yang didasarkan unuk merangkul
kesamaan atas dasar persamaan-persamaan dari suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, misalnya untuk memperoleh pengakuan atas identitas kelompoknya atau
meninggikan derajat dan martabat golongan. semua kerja kerja politik di Indonesia tidak
lepas dari politik identitas, sebab politik selalu membutuhkan instrumen atau kendaraan
media untuk menyatakan diri lewat identitas seperti agama, suku, ras, kelompok, identitas
budaya, faham idiologi, organisasi dan komunitas primordial lainnya. Maka kalau pengertian
politik identitas ini kita sepakati maka semua elit politik Indonesia dan pekerja politik
masuk kategori penguna politik identitas.

Pernyataan : Politik identitas memberikan ruang besar bagi terciptanya


keseimbangan dan pertentangan menuju proses demokratisasi sebuah negara.
Apabila tidak dikelola dengan tepat dan bijak akan menyebabkan hancurnya stabilitas
negara. Pertentangan antara kedua-dua identitas tersebut dapat mengancam
kestabilan negara apabila pemerintah tidak memiliki political will dalam menengahi
isu ini. Bukan saja kepentingan politik yang dipertaruhkan melainkan juga
kepentingan masyarakat luas, sebab politik identitas sebagai politik perbedaan
merupakan tantangan tersendiri bagi tercapainya sistem demokratisasi yang mapan.
Sebagai contoh , masa penjajahan dulu kita mampu bersatu sebab kita memiliki satu
identitas , yakni bangsa Indonesia , kita mampu melawan penjajah karena dilandasi
semangat persatuan tersebut , namun , jika salah mengelola , maka politik identitas
akan membuat masyarakat terpecah belah seperti saat Pilkada DKI. Yang mana
sampai saat ini pun masyarakat semakin terkotak-kotak dan terbagi tidak hanya dalam
kehidupan perpolitikannya namun juga sosial dan budayanya. Hal ini jika dibiarkan
terus menerus akan mengoyak stabilitas bangsa. Dan ini cukup disayangkan
mengingat perbedaan yang kita miliki sejatinya pernah menjadi kekuatan kita , saat
ini malah menjadi senjata yang menghancurkan kita dari dalam bangsa kita sendiri.
Solusinya hanya satu , dialog. Dialog dengan siapapun yang memiliki pandangan berbeda
dengan kita maka akan membuka satu sudut pandang baru bagi kita untuk memahami
bagaimana mereka bersikap dan memilih pendirian mereka. Karena seyogyanya antara
nasionalisme dan agama tidak bisa di benturkan. Dalam konteks ini, penggunaan identitas
dalam politik adalah sah dan belum tentu berbahaya bagi demokrasi. Demokrasi sendiri akan
kehilangan kontestasi tanpa identitas, nilai atau latar belakang adalah konsekuensi yang tidak
bisa dihindarkan kehadirannya dalam demokrasi yang menjamin kebebasan bahkan bisa
dibilang semua politik adalah politik identitas.
Komaruddin hidayat, dalam bukunya berjudul "Agama untuk Peradaban" mengatakan,
sesungguhnya tak ada yang salah dengan identitas primordial seperti kesukuan ataupun
keagamaan. Keduanya, kata dia, merupakan desain Tuhan. Di muka bumi ini terdapat
beragam suku dan agama yang tak lepas dari kehendak Tuhan. Ia menjelaskan, masyarakat
Nusantara yang sedemikian majemuk sangat menyadari perbedaan, sehingga motonya pun
berbunyi Bhinneka Tunggal Ika.
“Kita saling mengakui, menerima, dan merajut perbedaan identitas suku dan agama, namun
sepakat pada satu tujuan, yaitu membangun NKRI demi terwujudnya kehidupan masyarakat
Indonesia yang merdeka, rukun, damai, cerdas dan sejahtera, di atas prinsip keadilan. Dengan
demikian, kita tidak mungkin menghilangkan identitas kesukuan dan keagamaan,” jelasnya.
Politik identitas itu sendiri bisa tidak beradab dan berbahaya jika mempromosikan nilai yang
mengutamakan supremasi kelompok sendiri. Mengkampanyekan diskriminasi, dan
menekankan cara pandang antagonistis terhadap kelompok identitas lain.

 Ada beberapa contoh kasus tentang perubahan positif melalui pemanfaatan politik
identitas. Salah satunya adalah perjuangan R.A Kartini dalam hal emansipasi wanita.
Gerakan ini disebutnya sebagai salah satu bentuk politik identitas berdasarkan gender
 Contoh lainnya, tutur Ardy, adalah gerakan mahasiswa yang menginginkan reformasi
pada tahun 1998. Gerakan berdasarkan identitas tersebut berhasil menumbangkan
pemerintahan Orde Baru dan menghadirkan iklim demokrasi yang bisa kita nikmati
sekarang.
politik identitas sah-sah saja sejauh untuk tujuan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,
serta merajut keragaman dan persaudaraan.

Politik Uang:
Kontra:

Pengertian: Politik uang adalah sebuah upaya memengaruhi pilihan pemilih (voters) atau
penyelenggara pemilu dengan imbalan materi atau yang lainnya. Dari pemahaman tersebut,
politik uang adalah salah satu bentuk suap. Setiap kali mendekati pemilu, para calon kepala
daerah atau anggota legislatif mengumbar janji manis kepada masyarakat. Tidak jarang juga
sebagian dari mereka menebar amplop berisikan uang atau bingkisan sembako. Secara sadar
mereka telah melakukan politik uang, sebuah praktik koruptif yang akan menuntun ke
berbagai jenis korupsi lainnya. Salah satu jenis vote buying yang banyak terjadi dikenal
dengan nama "serangan fajar". Menggunakan istilah dari sejarah revolusi Indonesia, serangan
fajar adalah pemberian uang kepada pemilih di suatu daerah sebelum pencoblosan dilakukan.
Serangan fajar kadang dilakukan pada subuh sebelum pencoblosan, atau bahkan beberapa
hari sebelumnya. ebenarnya pengaturan tentang pencegahan terjadinya politik uang telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tepatnya pada Pasal 93 yakni tugas
Bawaslu diantaranya (e) mencegah terjadinya paktik politik uang. Namun norma pasal ini
tidak disertai dengan aturan turunan yang implementatif sehingga meknisme pencegahan
yang dibangun Bawaslu tidak efektif membendung praktik politik uang yang bersifat masif,
belum lagi rendahnya aspek SDM pengawas pemilu yang bersifat adhoc ditingkat kecamatan
dan desa sebagai pilar utama pengawasan menjadikan kurang seriusnya pencegahan sekaligus
penindakan praktik politik uang. Menurut laporan Transparency International, Indonesia
memiliki skor indeks persepsi korupsi (IPK) 34 dari skala 0-100 pada 2022. Skor ini
menjadikan Indonesia sebagai negara terkorup ke-5 di Asia Tenggara. Transparency
International melakukan survei indeks korupsi di 180 negara. Sedih sekali mendengar kabar
tersebut, termasuk kasus politik uang dalam pemilu yang ujung-ujungnya merujuk pada
korupsi lagi.

Pernyataan :
menurut Hamdan Zoelva, money politic adalah upaya mempengaruhi perilaku pemilih agar
memilih calon tertentu dengan imbalan materi (uang atau barang). Demikian juga money
politic termasuk mempengaruhi penyelenggara dengan imbalan tertentu untuk mencuri atau
menggelembungkan suara, termasuk membeli suara dari pesertaatau calon tertentu. Namun
demikian, money politic berbeda dengan biaya politik dimana hal itu adalah sebuah
keniscayaan karena biaya politik merupakan biaya pemenangan yang wajar dan dibenarkan
oleh hukum. money politic merupakan transaksi suap-menyuap yang dilakukan oleh aktor
untuk kepentingan mendapatkan keuntungan suara dalam pemilihan. Berdasarkan penjelasan
diatas penulis dapat menyimpulkan money politic adalah semua tindakan yang disengaja
memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya memilih calon
tertentu pada saat pemilihan umum ataupun tidak menjalankan haknya untuk tidak memilih.
Politik uan umumnya dilakukan untuk menarik simpati para pemilih dalam menentukan hak
suaranya tiap pemilihan umum. Sarana Kampanye. Caranya dengan meminta dukungan dari
masyarakat melalui penyebaran brosur, stiker dan kaos. Setelah selesai acarapun, para
pendukung diberi pengganti uang transport dengan harga yang beragam.Dalam Pemilu ada
beberapa praktik tindakan Money Politic misalnya: distribusi sumbangan, baik berupa barang
atau uang kepada para kader partai, penggembira, golongan atau kelompok tertentu. Bantuan
langsung. Yaitu pemberian dari calon tertentu untuk komunitas atau kelompok tertentu.
Caranya, dengan mengirimkan proposal tertentu dengan menyebutkan jenis bantuan dan
besaran yang diminta, jika proposal tersebut dikabulkan maka secara otomatis calon pemilih
harus siap memberikan suaranya. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
pemilihan umum Pasal 523 ayat(1), ayat (2), dan ayat (3) mengatur tentang larangan poltik
uang yang terbagi dalam tiga masa atau tahapan yaitu;
Pertama pada masa Kampanye dimana larangan tersebut berbunyi; Setiap pelaksana, peserta,
dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara langsung
ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf j dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.24.000.000,00
(dua puluh empat juta rupiah). Kedua Pada Masa Tenang dimana desebutkan ; Setiap
pelaksana, peserta, dan/ atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja pada Masa Tenang
menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya kepada Pemilih secara
langsung ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp.
48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah).

Ketiga Pada Saat Pemungutan Suara yang secara tegas disebutkan ; Setiap orang yang
dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi
lainnya kepada Pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu
tertentu dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

Sedangkan aturan hukum larangan politik uang dalam Pemilihan sebagaimana ketentuan
Pasal 187A Undang -Undang Nomor 10 Tahun 2016 yaitu;

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum, menjanjikan
atau memberikan uang, atau materi lainnya sebagai imbalan kepada warga negara Indonesia,
baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk mempengaruhi Pemilih agar tidak
menggunakan hak pilih, menggunakan hak pilih dengan cara tertentu sehingga suara menjadi
tidak sah, memilih calon tertentu, atau tidak memilih calon tertentu sebagaimana dimaksud
pada Pasal 73 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam)
bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).

(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Dalam undang-undang nomor 10 tahun 2016 justru lebih tegas disebutkan bahwa baik
pemberi maupun penerima mendapatkan ancaman pidana, ini memang ada baiknya namun
juga ada kekurangannya. Sisi kekurangnanya tentu saja dalam sisi pembuktiannya jika ada
laporan tindak pidana politik uang ke Bawaslu dikarenakan si penerima sudah dapat
dipastikan tidak akan pernah mengaku menerima sejumlah uang dari kandidat.
 Polisi mengamankan satu mobil yang membawa uang senilai Rp 1,075 miliar dan
sejumlah atribut salah satu partai peserta pemilu di Lamongan, Jawa Timur,
 Di Nias, polisi melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap seorang calon anggota
legislatif DPRD Sumatera Utara (Sumut) dari Partai Gerinda berinisial DRG pada Selasa
(16/4/2019). DRG diduga melakukan politik uang menjelang masa tenang bersama tiga
rekannya. Jutaan lembar uang beredar liar menjelang pencoblosan pada Pemilu 2019
yang dihelat Rabu.

Pro
Pengertian:
tindakan politik uang (money politic) tidak serta merta pemberian uang/ materi
lainnya dari peserta pemilu kepada pemilih, namun tindakan politik uang ialah sebuah
tindakan yang unsurunsur politik uang terpenuhi. Bahwa rangkaian kampanye umum
terbuka dengan penggantian uang transport, uang lelah dan uang makan bukan
merupakan kategori politik uang (money politic), tindakan tersebut merupakan
konversi atau kegiatan pelihan yang dialihkan ke acara kampanye terbuka, hal lain
agar tindakan penggantiang uang transport, uang lelah dan uang makan tidak menjadi
kategoti tindakan politik uang ialah harus diatur melalui peraturan perundang-
undangan/ PKPU terkait besaran uang pengganti transport, uang lelah dan uang
makan, selain itu hal yang perlu diperhatikan dalam acara kampanye terbuka ialah
konten/sisi dari kampanye tidak boleh mengarahlan untuk seseorang tidak
menggunakan suaranya oleh karena tidak akan memilih calon yang mengadakan
kampanye terbuka.

Pernyataan:
Kami selaku tim pro memilih setuju mengenai politik uang sebab politik uang tidak slelalu
mengarah ke korupsi atau bahaya. Uang dan politik ibarat makanan (nasi) dan lauk.
Keduanya harus selalu seiring dan seirama. Nasi tanpa lauk yang menyertainya hanya akan
membuat makan tidak berasa. Begitu pun terjun dalam dunia politik praktis tanpa mempunyai
uang hanya akan membuat imaginasi kekuasan semakin menjauh. Bagi mereka yang ingin
terjun ke dunia politik harus mempunyai uang yang cukup. Sebab, uang adalah salah satu
faktor determinan untuk bisa maju dalam kancah politik. Pada saat yang sama bagi mereka
yang tidak punya uang ruang gerak mereka akan dengan sendirinya terbatas sehingga
kesempatan untuk memenangi pertarungan semakin susah meskipun tidak ada garansi bahwa
orang yang mempunyai uang banyak akan selalu menang dalam pertarungan perebutan
kekuasaan.
Oleh karena tidak ada garansi sebagai pemenang banyak orang kerap kali menggunakan jalan
pintas untuk menggapai kekuasaan dengan melakukan praktek-praktek kotor seperti yang kita
kenal dengan sebutan "money politics." Semua telah mafhum di Indonesia fenomena politik
uang masih menggejala sedemikian akut sehingga ritme permainan politik sangat susah untuk
dijauhkan dari praktek-praktek politik uang.
Meskipun tidak bisa dinafikan produk undang-undang termasuk perangkat sistem
pengawasan terhadap praktek-praktek "money politics" sudah dibentuk. Namun, pada
kenyataanya praktek "money politics" masih sangat susah untuk dibendung. Agaknya
fenomena ini masih tetap menjadi "trend" yang selalu menghiasi wajah perpolitikan
Indonesia baik di tingkat nasional maupun lokal.
Kita acap kali mendengar dan membaca informasi tentang maraknya politik uang di mana
seorang dari semua unsur seperti politisi, pengusaha, bahkan akademisi melakukan praktek
semacam ini. Dalam kontek yang demikian uang telah menjadi dewa penolong dan mantra
ampuh yang seolah menjadi satu-satunya instrument fundamental untuk mendapatkan
kekuasaan.
Melihat realitas tersebut politik uang (money politics) sangat jelas memberikan andil dalam
menyuburkan benih-benih kebobrokan moral masyarakat. Memang uang merupakan benda
mati. Namun, uang seperti halnya pisau. Tergantung siapa dan untuk apa benda tersebut
dipakai. Uang bisa memberikan makna positif manakala uang tersebut digunakan untuk
kegiatan atau aktivitas yang legal dan mempunyai implikasi positif bagi masyarakat. Begitu
pun halnya dengan pisau. Akan memberikan makna positif manakala digunakan untuk
kegiatan legal dan memberi dampak positif bagi masyarakat atau si pengguna. Bukan
sebaliknya. Untuk mempermulus niat jahat seperti membunuh dan sebagainya.

Keterwakilan 30% prempuan

pro :
saya setuju dengan ada nya pemberlakuan 30% suara perempuan dalam pemilu karena
Perbedaan gender tidak dapat dijadikan alasan untuk memindahkan kedudukan atau hak
yang sama dalam partisipasi Pemilu, artinya bahwa perempuan dalam pesta demokrasi itu
merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk menjunjung tinggi hak asasi perempuan dan
pada prinsipnya demokrasi itu berbasis kesetaraan ataupun keadilan gender. Hal ini juga
dilakukan guna meminimalisir perlakuan diskriminatif terhadap perempuan. Demokrasi di
Indonesia saat ini telah menuju ke arah yang lebih baik, selain dibuktikan dengan lahir dan
diperkuatnya kebijakan afirmasi untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik,
hal ini juga terbukti hasil survei yang menyatakan masyarakat Indonesia setuju jikalau
perempuan dan laki-laki diberikan kesempatan atau peluang yang sama untuk terlibat dalam
bidang politik. Aturan hukum yang menjamin kuota 30 persen bagi perempuan baru
merupakan awal untuk mendorong partisipasi dan advokasi perempuan yang lebih aktif di
posisi-posisi strategis sehingga nantinya mendorong perumusan kebijakan yang lebih
berperspektif gender dan signifikan bagi perempuan. 

Pernyataan:
Indonesia merupakan negara merdeka dan berdaulat serta telah berkomitmen dengan tegas
memberi pengakuan yang sama bagi setiap warganya, perempuan maupun laki-laki akan
berbagai hak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa terkecuali. Hak-hak politik
perempuan ditetapkan melalui instrumen hukum maupun dengan meratifikasi berbagai
konvensi yang menjamin hak-hak politik tersebut.

Hak ini dibutuhkan dengan keterwakilan perempuan di panggung politik dan lembaga-
lembaga politik formal, walaupun jumlahnya kini masih sangat rendah dibandingkan dengan
laki-laki. Hal ini menjadi wajar, karena dunia politik diasosasikan dengan ranah politik yang
relatif dekat dengan laki-laki, mengingat kehidupan sosial tidak bisa dipisahkan dari akar
budaya dimana mayoritas masyarakat masih kental dengan budaya. patriarki.
Budaya patriarki memperoses perempuan pada peran-peran domestik seperti peran
pengasuhan, pendidik dan penjaga moral. Sementara peran laki-laki sebagai kepala rumah
tangga, pengambil keputusan dan pencari nafkah. Peran yang dilekatkan pada perempuan
tersebut, di arena politik yang sarat dengan peran pengambil kebijakan terkait erat dengan
isu-isu kekuasaan identik dengan dunia laki-laki.

Apabila perempuan masuk kepanggung politik dianggap kurang lazim atau tidak pantas,
bahkan arena politik dianggap dunia yang keras, sarat dengan persaingan. Rendahnya
partisipasi perempuan di bidang politik disebabkan karena kendala kultural, strukrural dan
anggapan-anggapan yang bias gender.

Perubahan nilai ini androsentrisme sangat dibutuhkan, mengingat setiap individu mempunyai
hak, kewajiban, dan peran yang sama dalam berkiprah di masyarakat sesuai dengan
kemampuannya dan mendapat kesempatan yang sama tanpa membedakan jenis kelamin.
Apabila dicermati pada kancah perpolitikan perempuan di Indonesia dari segi keterwakilan
perempuan baik pada tahun eksekutif, yudikatif maupun legislatif sebagai badan yang
memegang peran kunci menetapkan kebijakan publik, pengambil keputusan dan menyusun
instrumen hukum, perempuan masih jauh tertinggal apabila dibadingkan dengan laki-laki.
Perjuangan kaum perempuan dalam penulisan sejarah di Indonesia cenderung terpinggirkan.
Padahal menurut Wulan Sondarika (2017) sejak awal abad ke-19, beberapa wanita Indonesia
telah tampil dalam membela tanah air dan bangsanya, sebut saja Nyi Ageng Serang XIX,
Christina Martha Tiahahu, Cut Nyak Dien, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Nyai
Walidah Ahmad Dahlan dan lainnya. Menurut saya, hal ini wajar karena masyarakat kita
dideterminasi budaya patriarkis. Sehingga peran kaum perempuan yang luar biasa kadang
tidak terekspos publik, termasuk partisipasinya dalam politik. Sedangkan dasar hukum hak-
hak perempuan lain dapat ditemukan dalam instrumen hukum nasional, misal dalam pasal 46
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyebutkan: “sistem pemilihan
umum, kepartian, pemilihan anggota badan legislatif dan sistem pengangkatan di bidang
eksekutif dan yudikatif harus menjadi keterwakilan perempuan sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan.”

Kontra:

Untuk perempuan berpolitik itu tidak mudah, bukan hanya semerta-merta memahami
penjelasan-penjelasan sejarah dan ideologi bangsa saja. Dan tidak semua perempuan
kemampuannya harus di politik. Frasa “Memperhatikan” juga bisa memiliki makna yang
berbeda. Frasa tersebut juga dinilai kurang jelas, kurang tegas dan multitafsir. Kehadiran
Perempuan bisa ada dan bisa juga tidak ada serta tidak ada sanksi yang mengatur bila tidak
terpenuhi komposisi perempuan 30% ( tiga puluh persen). Karena tidak ada regulasi yang
mengatur keharusan atau kewajiban keterpilihan perempuan sebagai penyelenggara pemilu.
Dalam terjun kedunia politik, kemampuan secara intelektual yang dimiliki oleh para caleg
perempuan saja tidak cukup. Karena dalam hal ini perempuan lemah secara finansial.
Sehingga ini perlu didukung oleh partai atau pemerintah. Karena, tidak bisa dipungkiri
bahwasanya pemilu yang memiliki indikator berbiaya tinggi di Indonesia. konteks budaya
yang masih sangat kental pun menjadikan bahwa perempuan tidak harus terwakilkan untuk
berpolitik dalam pemilu yang dimana Persepsi yang masih ada di nalar masyarakat adalah
bahwa dunia politik adalah untuk laki-laki, dan tidaklah pantas bagi perempuan untuk terlibat
menjadi anggota parlemen. itu salah satu penyebab mengapa perempuan tidak harus
berpolitik meskipun paham politik. Selain itu Mahkamah berpendapat bahwa sebenarnya
affirmative action adalah kebijakan yang diterapkan pada kelompok tertentu yang mengalami
ketidaksetaraan dengan memberikan perlakuan khusus agar kesetaraan tersebut tercapai.
Namun, pemberlakuan affirmative action tersebut tidak dapat dipaksakan tanpa
memperhatikan kemampuan pihak yang tidak setara/seimbang posisinya, dalam hal ini
perempuan. Karena, kalau kebijakan itu dipaksakan tanpa mempertimbangan kemampuan
perempuan dikhawatirkan tujuan untuk menjunjung harkat dan martabat perempuan justru
tidak tercapai dan dapat berlaku sebaliknya. data 1,8 juta perempuan di bawah usia 18 tahun
putus sekolah dan menikah pada 2018 menurut data Kemen PPPA. Ada 4,3 juta perempuan
putus sekolah di berbagai jenjang selama 2019 menurut Bappenas. Sementara BPS menyebut,
47,9 persen perempuan usia 20-24 putus pendidikan selama 2020 karena alasan ekonomi.
Angka-angka itu menyebabkan literasi perempuan semakin rendah dalam bidang politik dan
menjadi penyebab bahwa tidak harus 30% terwakilkan. Ada pula yang memilki pemahan
politik namun sama saja tidak dapat dukungan.

Mosi kepala daerah


Kepala daerah sebagai juru kampanye
Kontra :
seorang politikus sangat mungkin menggunakan cara bekerja sama atau bahkan
memanfaatkan pemimpin lokal, karena pemimpin lokal memiliki otoritas moral, kontrol akan
sumber daya, dan dapat mempengaruhi perilaku pemilih di daerahnya. Salah satu
kekhawatiran dari kejadian ini adalah penyalahgunaan jabatan dan fasilitas negara demi
kemenangan calon yang didukungnya. Mengapa kejadian seperti ini terulang? Saya
berpendapat bahwa dijadikannya kembali kepala daerah sebagai juru kampanye merupakan
wujud strategi politik dalam merespons struktur di masyarakat dan lemahnya aturan
pemilihan umum (pemilu).Dan menurut kami seharusnya Sebagai pejabat publik tidak
sepantasnya kepala daerah masih berkutat pada tugas partai politik, seperti juru kampanye.
Kepala daerah yang sudah terpilih tentu harus lebih fokus untuk mengurus persoalan di
daerahnya.
Contohnya kasusnya adalah Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin
akan menurunkan para kepala daerah dari partai politik anggota Koalisi Indonesia Kerja
(KIK) sebagai juru kampanye pada kampanye terbuka. Sebagai pejabat publik tidak
sepantasnya kepala daerah masih berkutat pada tugas partai politik (parpol), seperti juru
kampanye (jurkam). Kepala daerah yang sudah terpilih tentunya lebih fokus untuk mengurus
persoalan di daerahnya. Fenomena kepala daerah dijadikan jurkam oleh partainya memang
terkait dengan persoalan kematangan. Demi pemerintahan yang efektif kepala daerah terpilih
harus lepas dari tugas partai Namun cukup sulit memang hal ini diterapkan di Indonesia,
karena setiap partai memiliki agenda tersendiri dalam menerjunkan para kepala daerahnya.
Sulit memisahkan jabatan public dan kepartaian. Namun Indonesia membutuhkan waktu
yang tidak sebentar untuk menunggu kematangan demokrasi. Ini sedikit menggangu sebab
Misalnya saja koordinasi pemerintahan dan mengganggu proses pengambilan keputusan yang
sifatnya strategis, dimanahanya kepala daerah yang dapat melakukannya. Saat ini  yang dapat
dilakukan adalah melakukan pengawasan yang maksimal agar pada saat menjadi jurkam
kepala daerah tidak menyalahgunakan kewenangannya untuk menggunakan fasilitas negara.

Pro:
menurut kami sebagai tim pro Kepala daerah boleh memberikan dukungan, bahkan bisa
menjadi tim sukses. Namun, dalam kapasitas bukan sebagai Gubernur atau bupati/wali kota.
Dalam diri mereka ada jabatan dan ada orang yang menjabat, sebagai individu mereka bebas
saja memberi dukungan. Selanjutnya jika kita berfikir bahwa kepala daerah akan
mempengaruhi masyarakat di daerah tersebut Tentu tidak semua daerah di Indonesia sama
karakternya. Karena itu, daerah-daerah yang berkarakter lebih rasional kemungkinan besar
akan sulit dipengaruhi dengan cara menjadikan kepala daerah sebagai juru kampanye seperti
ini.Berdasarkan Peraturan KPU No.4/2017 Pasal 63 seluruh pejabat Negara baik gubernur,
wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota, wakil wali kota, DPRD kota serta provinsi
atau pejabat daerah dibolehkan ikut kampanye dengan mengajukan izin cuti di luar
tanggungan negara.
Contoh kasusnya adalah Dalam Pemilu 2014, sejumlah kepala daerah menjadi juru kampanye
untuk partai politik tempat mereka menjadi anggota. Sekadar menyebut contoh adalah
Cornelis (Gubernur Kalimantan Barat), Rano Karno (Gubernur Banten), dan Ganjar Pranowo
(Gubernur Jawa Tengah).

Mosi pemilihan kepala daerah secara tidak langsung.


Pemilihan kepala daerah (pilkada) tidak langsung diartikan sebagai
pemilihan pemimpin daerah dengan cara keterwakilan. Rakyat dianggap
memberikan hak pilihnya untuk memilih pemimpin daerah kepada DPRD yang
telah dipilih rakyat pada Pemilu Legislatif.

pro:
saya setuju dengan adanya pemilu secara tidak langsung dikarena dengan ada pemilihan secar
tidak langsung dapat menekan biaya pelaksanaan, mampu menekan terjadinya konflik
horizontal, serta mengurangi biaya biaya kampanye yang dikeluarkan calon kepala daerah

kontra:
saya tidak setuju dengan pemilihan secara tidak langsung dikarenakan hal tersebut tidak
mampu mempresentasikan aspirasi masyarakat mayoritas atau keterwakilan rakyat, sulit
menghasilkan pemimpin terbaik dari tokoh tokoh yang ada di daerah, memperbesar peluang
terjadinya politik transaksional (Politik transaksional adalah memperdagangkan politik dan
segala hal tentang kebijakan kekuasaan kewenangan, ada yang menjual dan ada yang
membeli, sehingga kredo yang berkembang di tengah masyarakat adalah politik sarat dengan
tukar-menukar jasa, proses transaksional), serta berpotensi menciptakan terjadinya dinasti
politik (Dinasti politik yang dalam bahasa sederhana dapat diartikan sebagai sebuah rezim
kekuasaan politik atau aktor politik yang dijalankan secara turun-temurun atau dilakukan oleh
salah keluarga ataupun kerabat dekat).
Mosi pendidikan
Kontra :
Komisi Pemilihan Umum (KPU) melarang penggunaan fasilitas pemerintah tempat
pendidikan untuk kegiatan kampanye.
Pada pasal Nomor 23 Tahun 2018 tentang Kampanye Pemilu maupun Perbawaslu Nomor 33
tahun 2018 tentang Pengawasan Kampanye. Terkait kampanye di tempat pendidikan, adalah
termasuk salah satu larangan dalam kampanye.
Yang dimaksud dengan tempat pendidikan dalam bunyi pasal tersebut adalah gedung dan
atau halaman sekolah dan atau perguruan tinggi.
Tempat Pendidikan yang dimaksud bukan hanya mencakup daerah pendidikan seperti SD,
SMP, dan SMA, melainkan pesantren yang termasuk kepada tempat Pendidikan yang
berbasis keagamaan. Hal tersebut penting untuk dipahami bersama, dimana pesantren juga
selalu dijadikan sasaran kampanye.
Contoh kasus nya yaitu sejumlah pasangan calon belum menaati peraturan resmi tersebut. Di
antaranya, kandidat Pilgub Sulsel nomor urut tiga, Nurdin Abdullah-Andi Sudirman
Sulaiman.
Kandidat yang mengusung tagline "Prof Andalan" ini terciduk masih memiliki alat peraga
kampanye yang terpasang secara liar. Bahkan, baliho pasangan NA-ASS berada di area
institusi pendidikan.
Tepatnya, baliho kandidat nomor urut tiga ini juga berada di Pondok Pesantren Modern
IMMIM Putri, Kecamatan Minasate'ne, Kabupaten Pangkep. Hingga saat ini (21/5/2018), alat
peraga kampanye tersebut bertahan dan tak ditertibkan. Diketahui, pengelola pesantren
tersebut memang memiliki hubungan kekerabatan dengan NA.
Pro
Menurut kmi sebagai tim pro kami mendukung kegiatan kampanye di tempat pendidikan
yaitu kampus. Mengapa kami berfikir demikian dikarenakan di lingkungan kampus penting
dilakukan mengingat mahasiswa dan dosen memiliki hak suara untuk memilih. Dengan
digelarnya kampanye di kampus, para mahasiswa/i bisa mengkritik janji kampanye yang
dilontarkan para peserta pemilu. Dan juga bapak Hasyim asy'ari mengatakan bahwa "Jadi
kampanye di kampus itu boleh, dengan catatan apa, yang mengundang misalkan rektor,
pimpinan lembaga, boleh. Tapi juga harus memperlakukan yang sama, kalau capres ada dua
ya dua-duanya diberikan kesempatan". Contoh kasusnya Sosialisasi pasangan calon gubernur
dan wakil gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Taj Yasin, dipindahkan dari pesantren
ke rumah pribadi. Pemindahan ini disebabkan sosialisasi di pesantren dikhawatirkan
melanggar aturan pilkada.Awalnya, sosialisasi Ganjar-Yasin dijadwalkan di Pondok
Pesantren Sunan Plumbon Krajan, Tembarak, Kabupaten Temanggung. Sosialisasi kemudian
dipindahkan ke rumah pribadi Kiai Haji Abdul Hakim selaku pengasuh ponpes tersebut.
Ketua Panitia Pengawas Kabupaten Temanggung Sam Fery Baehaki mengatakan sosialisasi
di pondok pesantren berpotensi melanggar aturan pilkada. "Kampanye tidak boleh di lembaga
pendidikan dan tempat ibadah," kata Fery di Temanggung, Selasa, 17 April 2018.Karena itu,
panwas meminta acara dipindahkan ke rumah pribadi. Sosialisasi dan pertemuan antara Gus
Yasin dan pengasuh ponpes akhirnya dilakukan di rumah pribadi KH Abdul Hakim.

Anda mungkin juga menyukai