Anda di halaman 1dari 2

ISSN: 2338 4638 Volume 2 Nomor 11b (2018)

Pola Operasionalisasi Politik Identitas


Di Indonesia
Zahrotunnimah*

Politik Identitas merupakan


pemanfaatan manusia secara politis
yang mengutamakan kepentingan
sebuah kelompok karena persamaan
identitas yang mencakup ras, etnis,
dan gender, atau agama tertentu.
Politik ini kerap digunakan di masa
lampau. Sebagai Contoh Adolf
Hitler yang meyakinkan orang-
orang Jerman bahwa sumber krisis
ekonomi dan kekalahan perang
dunia adalah karena pengaruh
orang-orang Yahudi. Dengan janji-
janji manis untuk membesarkan
Jerman pada saat itu, Hitler bersama
partainya berhasil memenangkan
pemilu di tahun 1932. Solusi yang ia
tawarkan adalah melenyapkan
orang Yahudi dan janji itulah yang
dijual dan dibeli sebagian besar
Rakyat Jerman. Sehingga
mengakibatkan tragedi yang terjadi
di Jerman pada saat Nazi berkuasa.
Enam juta orang Yahudi menjadi
korban kekejaman politik identitas
dan pembangunan daerah menjadi fenomena ego sektoral masyarakat.
dan itu menjadi salah satu peristiwa
sangat sentral dalam wacana Penulis mengurasi pola-pola
genosida terburuk yang tercatat
politik mereka, sehingga lebih operasionalisasi politik identitas ini
dalam sejarah dunia.
banyak dipengaruhi oleh ambisi ke dalam tiga komponen yaitu:
Di Indonesia politik Identitas para elit lokal untuk tampil sebagai Pertama, operasionalisasi politik
lebih terkait dengan etnisitas, pemimpin, yang hal ini merupakan identitas dimainkan peranannya
agama, ideologi dan kepentingan- masalah yang tidak selalu mudah secara optimal melalui roda
kepentingan lokal yang diwakili dijelaskan. pemerintahan. Hal ini sejalan
umumnya oleh para elit politik
Lalu bagaimana pola-pola dengan bergesernya pola
dengan artikulasinya masing-
operasionalisasi politik identitas ini sentralisasi menjadi desentralisasi,
masing (Ma’arif, 2012: 55-100).
terjadi? Hal tersebut dapat terlihat dimana pemerintah daerah diberi
Gerakan pemekaran daerah atau
pada realitas yang terjadi di kewenangan untuk mengatur
pergantian kekuasaan pemerintahan
masyarakat Indonesia saat ini, rumah tangganya sendiri dan
diantaranya menjadikan politik
selain karenanya banyaknya pengakuan politik dalam pemilihan
identitas sebagai salah satu alat
benturan berbagai kepentingan dan kepala daerah oleh konstituen di
politiknya. Isu-isu tentang keadilan

- 103 -
daerah masing-masing. Disisi lain tentu memiliki nilai Semoga Tulisan ini memunculkan kesadaran bagi
positif dalam hal ini bagaimana pemerintah daerah kita semua betapa mahal artinya sebuah perjuangan
diberikan kewenangan untuk mengatur dan dalam menegakan pilar persatuan dan kesatuan
memaksimalkan potensi daerah yang dimilikinya, akan Indonesia yang termaktub dalam sebuah ideologi
tetapi di lain pihak tentu bisa menimbulkan keresahan Nasionalisme. Semoga cita-cita mulia para pemuda
apabila identitas politik kedaerahannya diangkat dalam indonesia diawal perjuangannya dalam mendirikan
panggung politik. bangsa ini tetap terpelihara dengan baik. Semoga
Kedua, dimana wilayah agama sebagai lahan tulisan ini bisa membawa kesadaran dan kedewasaan
beroperasinya politik identitas. Wilayah kedua inipun khususnya bagi penulis dan juga pembacanya.
banyak dilakukan di berbagai belahan dunia manapun. Wallahu’alamu bisshowaab. Kazan, 6 Oktober 2018.
Akan tetapi dalam konteks Indonesia, politik identitas
terkadang dilakukan oleh kelompok mainstream, yaitu Pustaka Acuan:
kelompok agama mayoritas dengan kaum minoritas.
*Penulis adalah mahasiswa Program Ph.D Kazan Feder-
Hal ini bisa saja sama terjadi dimanapun. Kemudian
al University (KFU) Russia, sekaligus Dosen Tetap
disusul dengan munculnya gerakan-gerakan radikal
atau semi radikal yang
mengatasnamakan agama
tersebut.
Ketiga, politik identitas
pada ranah wilayah hukum.
Dalam Wilayah ini ibarat pisau
bermata dua. Karena yang
dimaksud dengan wilayah
hukum disini adalah wilayah
paduan antara wilayah negara
dan agama, karena masing-
masing memiliki aturannya
sendiri. Disisi lain, politik
identitas beroperasi dengan
cara pembagian kekuasaan, di
mana identitas kelompok akan
memasukkan kepentingan identitasnya secara FAI Universitas Ibn Khaldun Bogor Jawa Barat.
partikular. Akan tetapi hal ini, kemungkinan tidak akan
Abdillah, Ubed. Politik Identitas Etnis. Pergulatan
terjadi, jika kepentingan dari politik identitas etnis yang
Tanda Tanpa Identitas. Magelang: IndonesiaTera,
bersifat minoritas tidak terjembatani melalui pengakuan
2002.
hak-haknya untuk berpartisipasi di wilayah pembuatan
keputusan hukum secara bersama. Gellner, Ernest. Nations and Nationalism. Ithaca:
Cornell University Press. 1983.
Tentu tidak dapat dibayangkan betapa nilai
keragaman di Indonesia akan sangat dipertaruhkan, Maarif, Ahmad Syafii. 2012. Politik Identitas dan Masa
dan benturan-benturan akan terus berkembang di Depan Pluralisme Kita, Jakarta, Democracy Project,
kalangan masyarakat. Kecenderungan politik identitas 2012.
telah mendistorsi wawasan kebangsaan yang secara Setyaningrum, Arie.”Memetakan lokasi bagi politik
perlahan dibangun oleh bangsa Indonesia. Dengan identitas dalam wacana politik poskolonial” dalam
demikian Multikulturalisme dalam ikatan persatuan “Politik perlawanan” Yogyakarta: IRE, 2005.
dan kesatuan sebagai modal dasar tumbuhnya Ernest Gellner, Nations and nationalism, Ithaca : Cornell
nasionalisme tidak pernah tuntas dalam proses University Press, 1983.
pendefinisian tentang identitas ke-Indonesiaan.

‘Adalah; Buletin Hukum dan Keadilan merupakan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi Nasional
(POSKO-LEGNAS), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penasehat: Prof. Dr. H. Abdul Ghani Abdullah, SH., Prof. Dr. H. A Salman Maggalatung, SH., MH. Pemimpin Redaktur: Indra
Rahmatullah, Tim Redaktur: Nur Rohim Yunus, Fathuddin, Mara Sutan Rambe, Muhammad Ishar Helmi, Erwin Hikmatiar. Penyunting:
Latipah, Siti Nurhalimah. Setting & Layout: Siti Romlah

- 104 -

Anda mungkin juga menyukai