net/publication/315338050
CITATIONS READS
3 33,426
1 author:
Muhammad Habibi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
16 PUBLICATIONS 8 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muhammad Habibi on 15 April 2019.
Abstrak: Indonesia adalah negara kepulauan yang terluas di muka bumi. Jumlah
pulaunya lebih dari 17.000, etnisitas, sub-kultur, dan bahasa lokalnya ratusan.
Bahkan di Papua saja misalnya, tidak kurang dari 252 suku dengan bahasa
khasnya masing-masing. Dari sisi keragaman budaya (pluralisme) ini saja, jika
Indonesia bisa bertahan dalam tempo lama, maka menurut saya adalah mukjizat
sejarah yang bernilai sangat tinggi. Oleh sebab itu, apa yang bernama politik
identitas yang sering muncul ke permukaan sejarah modern Indonesia harus
ditangani dan dikawal secara bijak oleh nalar historis yang dipahami secara benar
dan cerdas. Saat proklamasi, jumlah penduduk Indonesia adalah sekitar 70 juta;
sekarang di awal abad ke-21 sudah menjadi sekitar 250 juta, mem bengkak lebih
tiga kali lipat sejak 1945, telah muncul sebagai bangsa terbesar keempat di dunia
sesudah Cina, India, dan Amerika Serikat.Dengan masyarakat yang terdiri dari
beranekaragam etnis, agama, dan budaya yang berbeda, masyarakat Indonesia
dapat saling menghargai dan toleransi antar perbedaan yang ada. Oleh karena itu
perlu menganalisis terjadinya politik identitas di Indonesia.
1
Simposium ini diadakan oleh European of Scientifict Affairs. Hasil simposium
Centre for Social Welfare Policy dan Dr. Karl tersebut dibukukan dalam bentuk antologi
Renner Institute, serta disponsori oleh yang dieditori oleh Agnes Heller dan Sonja
Jewish Museum of Vienna, dan Department Puntscher Riekmann dengan judul
Pertemuan tersebut perbedaan, politik perbedaan dan
menghasilkan konsepsi tentang dasar- entitas-entitas perbedaan, politik
dasar praktek politik identitas dan perbedaan sangat subur dalam situasi
menjadikannya sebagai kajian dalam negara atau masyarakat yang
bidang ilmu politik. Agnes Haller multikultural dan multietnis. Dalam
mengambil definisi politik identitas kerangka ini, hubungan interaktif
sebagai konsep dan gerakan politik antar kelompok perbedaan, terutama
yang fokus perhatiannya adalah kelompok etnis yang berbeda-beda
perbedaan (difference) sebagai suatu harus menjalin suatu kerangka etis,
kategori politik yang utama. Setelah dalam hal ini adalah sikap toleran.
kegagalan narasi besar (grand Toleransi politik hanya mungkin
narative), ide perbedaan telah dalam suasana politik negara yang
menjanjikan suatu kebebasan demokratis. Oleh karena toleransi
(freedom), toleransi dan kebebasaan politik (political tolerance) sangat
bermain (free play), meskipun dipengaruhi oleh sistem, struktur, dan
kemudian ancaman baru muncul. atmosfer politik yang berlaku. John
Politik perbedaan menjadi suatu nama Sullivan at al. yang menganalisis
baru dari politik identitas; rasisme konsep dan penerapan toleransi
(race thinking), biofeminimisme dan politik di tiga negara yang berbeda:
perselisihan etnis menduduki tempat Amerika Serikat,Selandia Baru, dan
yang terlarang oleh gagasan besar Israel, menemukan kadar intensitas
lama. Berbagai bentuk baru toleransi yang berbeda-beda. Hal
intoleransi, praktek-praktek tersebut dipengaruhi oleh faktor-
kekerasan pun muncul. Heller (1995: faktor antara lain tingkat
ix). kemakmuran ekonomi, struktur dan
sistem politik, faktor psikologi
C. Gagasan Politik Identitas politik.
Dalam situasi keterserakan Konsep politik identitas relevan
identitas dan entitas-entitas untuk diterapkan, paling tidak
2
AOI terbentuk pada 27 Ramadhan 1346 H/ ideologi, golongan dan etnis, masih tercerai
4 September 1945. Pada waktu itu, tentara berai. Pasukan yang dikomando Panglima
nasional sebagai pasukan militer Negara Soedirman juga masih menata barisan. Hal
Indonesia belum sepenuhnya solid. Masa ini, sebagaimana tercatat dalam thesis Atik
awal kemerdekaan, masih dalam transisi Maskanatun Ni‟amah (2013), “Biografi
kepemimpinan, ekonomi dan konsolidasi Syaikh Mahfudh al-Hasani Somalangu
pasukan militer. Pasukan-pasukan militer Kebumen (1901-1950)”.
yang terdiri dari berbagai latar belakang
tidak memberi ruang gerak secuilpun Perhimpunan Indonesia; ada yang
untuk perkembangan “Islam politik” merupakan sempalan dari Golkar,
meskipun mendukung gerakan “Islam seperti Partai MKGR; ada partai yang
kultural” yang apolitis. dibentuk atas identitas seperti Partai
Pada Era-Revormasi, keran Tionghoa Indonesia (PARTI).3 Ada
kebebasan berekspresi dan berserikat partai yang didirikan atas dasar
yang dulu ditutup rapat, kini pun orientasi politik masa lalu, seperti
dibuka kembali lebar-lebar. Indonesia Partai Bulan Bintang (PBB) dengan
menjadi bebas kemudian lahirlah mengusung kembali idiom-idiom
partai partai berbasis keagamaan, Partai Masyumi yang telah lama
yang mengakomondasi kekuatan “mati”.
politik identitas mereka. Adanya Di kalangan umat Islam
peluang itulah yang mendorong misalnya, Deliar Noer (alm.)
tumbuhnya partai-partai politik baru menghendaki didirikannya sebuah
di era reformasi. Di era ini, partai Islam sebagai penampung
pertumbuhan partai-partai politik aspirasi umat. Didukung oleh
ibarat jamur di musim hujan. beberapa aktivis Islam, mereka
Menyongsong Pemilu 1999 pemilu akhirnya mendirikan Partai Umat
pertama era reformasi, 141 partai Islam (PUI). Kalangan Islam
tercatat sebagai organisasi yang tradisionalis, yakni Nahdlatul Ulama
memiliki badan hukum partai politik (NU) akhirnya memelopori
dan tercatat di Departemen berdirinya Partai Kebangkitan
Kehakiman dan HAM. Bangsa (PKB). PKB dapat disebut
Dari 141 partai politik tersebut, lahir dari rahim tokoh-tokoh NU,
orientasi dan politik keagamaan yang khususnya Abdurrahman Wahid.
menjadi basis pendirian partai sangat Demikian pula dengan lahirnya
beragam. Ada yang didirikan atas partai-partai agama lainnya, seperti
dasar gender, seperti Partai Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai
3
Afan Gaffar, Politik Indonesia, Transisi
Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), hlm. 316.
Keadilan (PK)-Partai Keadilan (etnik dan agama) sering menjadi alat
Sejahtera (PKS), Partai Bulan mobilisasi paling menonjol dalam
Bintang (PBB), dan Partai Bintang pelaksanaan Pilkada. Hal ini nampak
Reformasi (PBR). misalnya dalam riset Fox dan
Menchik yang menunjukkan bahwa
G. Kekurangan dan Kelebihan sebagian besar (65 persen) poster
dari Perkembangan Politik kampanye dalam Pilkada
Agama mengandung muatan yang
Kekurangan dari Politik Agama menekankan pada dimensi identitas
adalah; Pertama berdasar hasil para kandidat dalam Pilkada.
penelitian Fox dan Menchik Sedangkan hasil penelitian
menunjukkan sebagian dari yang dilakukan Program Studi
posterposter dalam kampanye yang Agama dan Lintas Budaya atau
menonjolkan simbolisme identitas Center for Religious and
mempunyai karakter inklusif, Crosscultural Studies (CRCS)
misalnya dengan menampilkan secara menyebutkan bahwa permasalahan
bersamaan simbol-simbol yang terkait kehidupan beragama terjadi
merepresentasikan keragaman akibat: pertama, sebagai negara
identitas di daerah.4 Namun dalam demokrasi dengan mayoritas
konteks yang berbeda, tidak jarang penduduk memegang teguh identitas
mobilisasi elektoral dilakukan dengan keagamaan, kontestasi untuk
mengafirmasi kontestasi antar mendorong peran agama di ruang
kelompok identitas hal tersebut rentan publik adalah tidak terhindarkan.
sekali menimbulkan konflik. Namun ekspresi-ekspresi publik
Kedua, mudah dijadikan alat tentang agama dalam bentuk
politik Pragmatisme politik dan kekerasan dan pelanggaran terhadap
marjinalisasi kelompok masyarakat prinsip kewargaan mestinya bisa
lokal telah mendorong menguatnya dihindari atau dicegah. Penelitian
politik identitas. Simbol identitas CRCS menunjukkan sebagian besar,
4
Colm Fox dan Jeremy Menchik, 2011.The from Campaign Advertisements, APSA 2011
Politics of Identity in Indonesia: Results Annual Meeting Paper.
aksi kekerasan dan persekusi terhadap diatasi. Sebaliknya, tidak sedikit
kelompok agama tertentu adalah situasi rukun di satu masyarakat
pengulangan dari aksi-aksi serupa dirusak oleh faktor-faktor eksternal
sebelumnya, sebagian bahkan terjadi termasuk informasi-informasi
di tempat atau dengan kelompok bernuansa konflik yang berasal dari
sasaran yang sama, dan sejauh tempat lain.
penelitian CRCS, tak pernah terjadi Ketiga, kapasitas masyarakat
secara spontan. Hal ini menunjukkan dan negara dalam mengelola
bahwa sesungguhnya konflik-konflik keragaman seringkali diperlemah
semacam itu dapat dihindari; ini oleh kurangnya sinergi antarelemen.
sekaligus juga menunjukkan Perbedaan perspektif, pendekatan,
lemahnya kapasitas pengelolaan dan kesalahpahaman seringkali
keragaman dalam pengertian strategi menciptakan situasi saling
pencegahan dan respons terhadap menyalahkan antar aktor yang
resiko konflik keagamaan. seharusnya bekerjasama dalam
Kedua, tingkat kemampuan menciptakan kerukunan. Hal yang
masyarakat dan negara dalam mengkhawatirkan adalah respons
mengelola keragaman beragam dari terhadap isu keragaman seringkali
satu tempat ketempat lain. Di banyak didasarkan pada opini, kecurigaan,
tempat ditemukan komunitas- atau kesalahpahaman daripada
komunitas dengan penduduk yang pengetahuan yang akurat berbasis
berbeda identitas tetapi mampu hidup riset. Akibatnya, tidak jarang potensi
secara berdampingan (koeksisten) kekerasan bukan hanya tidak bisa
dalam kurun waktu yang lama. dicegah, tetapi bahkan upaya
Namun sayangnya tidak cukup ada menangani konflik keagamaan justru
upaya untuk menjelaskan, melanggengkan masalah. Kajian-
mempublikasikan dan mentransfer kajian yang dilakukan CRCS
kemampuan satu masyarakat dalam menggunakan konsep pengelolaan
mengelola keragaman ke tempat lain keragaman atau juga biasa kami sebut
sehingga potensi kekerasan di perspektif „pluralisme kewargaan‟
wilayah-wilayah yang rentan bisa yang melihat isu-isu dalam hubungan
antar atau intraagama tidak terbatas yang fundamental. Lipset dan Rokkan
pada masalah hukum dan perbedaan (1967) menerjemahkan kerangka
keagamaan, tetapi juga sebagai konflik ini dalam kaitannya dengan
masalah ketatanegaraan dan sosial. dua periode besar yang mengubah
Berdasarkan hasil penelitian sosial masyarakat. Peristiwa pertama
CRCS tersebut dapat dilihat bahwa adalah revolusi nasional, dimana
politk agama juga memiliki kelebihan terjadi pertentangan antara
jika dikelola dengan baik. Perbedaan pendukung kebudayaan yang
keagamaan semata bukanlah faktor tersentralisasi dan pendukung
penentu dalam konflik, begitu juga kebudayaan lokal. Periode ini juga
meski regulasi dan penegakan hukum ditandai dengan terbentuknya
dibutuhkan, pendekatan hukum perlu cleavage “agama-sekuler” dalam
diperkuat oleh proses “rekayasa kerangka perlawanan yang sama
sosial” yang mendukung situasi terhadap kerangka dominasi gereja,
koeksistensi atau kerukunan. terutama dalam bidang pendidikan.
Sehingga peran pemerintah sangat Peristiwa kedua adalah revolusi
diperlukan untuk menciptakan industri, yang memengaruhi
kerukunan. pembentukan kerangka ekonomi
primer (Urban) dan ekonomi
H. Perkembangan Politik Aliran sekunder (Rural). Pertentangan ini
di Indonesia berlangsung antara kelas tuan tanah
Dalam memahami politik dan pengusaha yang membutuhkan
aliran, konsep social cleavage yang lahan, satu untuk mempertahankan
ditawarkan Seymour M. Lipset dan pertanian dan perkebunan, yang
Stein Rokkan membantu kita satunya membutuhkannya untuk
memahami bagaimana dasar mengembangkan industri.
pembentukan partai dipengaruhi oleh Model pembacaan yang
struktur sosial masyarakat. Struktur ditawarkan Lipset dan Rokkan yang
cleavage ini terbentuk berdasarkan melihat transformasi sistem politik
perjalanan historis dengan aliran ini akan lebih jelas, apabila
menekankan terhadap konflik sosial terlebih dahulu kita memperhatikan
basis sosial mana dari masyarakat menunjuk kepada seluruh tradisi
yang membentuk pilihan-pilihan keagamaan abangan. Sementara pasar
tersebut. Disinilah kajian Clifford “terlepas dari penguasaan etnis Cina
Geertz menemukan relevansinya yang tidak menjadi pengamatan
dalam membantu pemahaman kita. Geertz diasosiasikan kepada petani
Dalam konteks masyarakat Jawa, kaya dan pedagang besar dari
Geertz menunjukan terdapat polapola kelompok Islam berdasarkan kondisi
politik aliran dalam masyarakat, yang historis dan sosial di mana agama
menjadi basis mobilisasi politik. Timur Tengah berkembang melalui
Pengamatan Geertz dilakukan di perdagangan dan kenyataan yang
Mojokuto Jawa Timur, tentang menguasai ekonomi Mojokuto adalah
bagaimana kaitan antara profesi, dan mereka memunculkan subvarian
penggolongan penduduk menurut keagamaan santri. Yang terakhir
pandangan masyarakat berdasarkan adalah subvarian priyayi, varian ini
kepercayaan, preferensi etnis dan menunjuk pada elemen Hinduisme
pandangan politik. Hasilnya adalah lanjutan dari tradisi Keraton Hindu
ada tiga inti struktur sosial Jawa. Sebagaimana halnya Keraton
masyarakat di Jawa yakni desa, pasar (simbol pemerintahan birokratis),
dan birokrasi pemerintah yang maka priyayi lebih menekankan pada
mencerminkan tiga tipe kebudayaan, kekuatan sopan santun yang halus,
santri, abangan, dan priyayi.5 Struktur seni tinggi, dan mistisisme intuitif dan
sosial desa “biasanya diasosiasikan potensi sosialnya yang memenuhi
kepada para petani, pengrajin dan kebutuhan kolonial Belanda untuk
buruh kecil yang penuh dengan tradisi mengisi birokrasi pemerintahannya.
animisme upacara selamatan, Berbagai kajian yang mencoba
kepercayaan terhadap makhluk halus, menggunakan perspektif politik
tradisi pengobatan, dan sihir aliran bermunculan pasca karya
5
Istilah Abangan, Santri, dan Priyayi bukan pendahuluan bukunya, The Religion of Java,
merupakan istilah yang diadaadakan oleh terj. Aswab Mahasin: Abangan, Santri,
Clifford Geertz, tetapi diambil dari Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Bandung:
penggolongan yang diterapkan oleh Dunia Pustaka Jaya, 1981), h. 8
masyarakat sendiri. Lihat dalam
monumental Geertz salah satunya Maklumat Pemerintah yang
adalah Herbert Feith yang berusaha ditandatangani oleh Wakil Presiden
menerjemahkan lebih lanjut konteks Mohammad Hatta, tanggal 3
pembacaan Geertz dalam kerangka November 1945, yang menyatakan
orientasi pilihan politik. Seperti bahwa “Pemerintah menyukai
Geertz, Feith (1966) menekankan timbulnya partai-partai politik, karena
perbedaan orientasi dasar, atau dalam dengan adanya partai-partai itulah
istilah lain disebut “Weltanschauliche dapat dipimpin ke jalan yang teratur
Grundlagen”, yaitu perbedaan basis segala aliran paham yang ada dalam
ideologi antara satu partai dengan masyarakat”. Selanjutnya Feith
partai lainnya. Basis ideologis itulah menyatakan bahwa berawal dua
yang menentukan tujuan, program sumber utama pemikiran politik di
atau platform, komposisi kepribadian Indonesia inilah kemudian muncul
dalam politik. Perbedaan basis lima aliran politik yaitu:
ideologis di dalam semua hal tersebut 1. Komunisme yang mengambil
di atas akan menentukan jarak politik konsepkonsep langsung maupun
dari kekuatan politik yang ada. tidak langsung dari Barat,
Pemetaan aliran versi Feith walaupun mereka seringkali
terlihat lebih “canggih” dibandingkan menggunakan istilah politik dan
dengan model trikotomi (abangan, mendapat dukungan kuat dari
santri dan Priyayi) dari Geertz karena kalangan abangan tradisional.
tidak seperti Geertz yang hanya Komunisme mengambil bentuk
melihat tradisional-religio- utama sebagai kekuatan politik
politicalsystem, Feith melihat adanya dalam Partai Komunis Indonesia.
dua sumber utama pemikiran politik 2. Sosialisme Demokrat yang juga
di Indonesia. Pertama, bersumber dari mengambil inspirasi dari
tradisi (kebudayaan Hindu-Budha pemikiran barat. Aliran ini
maupun Islam). Kedua, bersumber muncul dalam Partai Sosialis
pada aliran pemikiran barat. Peluang Indonesia.
bagi munculnya keragaman aliran 3. Islam, yang terbagi menjadi dua
politik dimungkinkan ketika muncul varian; kelompok Islam
Reformis (dalam bahasa Feith)
atau Modernis dalam istilah yang
digunakan secara umum yang
berpusat pada Partai Masjumi;
serta kelompok Islam konservatif
atau sering disebut tradisionalis
yang berpusat pada Nadhadul
Ulama. Seperti dinyatakan dalam
4. Nasionalisme Radikal, aliran diagram diatas, perspektif inilah yang
yang muncul sebagai respon menjadi kerangka umum pembacaan
terhadap kolonialisme dan model politik aliran di Indonesia.
berpusat pada Partai Nasionalis Andreas Uffen (2008) lebih jauh
Indonesia (PNI). menyediakan model pembacaan
5. Tradisionalisme Jawa, penganut politik aliran dengan melihat hasil
tradisi-tradisi Jawa. Pemunculan Pemilu 1999 dan Pemilu 2004. Uffen
aliran ini agak kontroversial (2008) dalam Gede Indra (2015:62-
karena aliran ini tidak muncul 63) menggunakan cleavage sosial ala
sebagai kekuatan politik formal Lipset dan Rokkan untuk
yang kongkret, melainkan sangat membandingkan kiprah partai-partai
mempengaruhi cara pandang pada Pemilu 1999 dan 2004,
aktor-aktor politik dalam Partai kemudian membandingkannya
Indonesia Raya (PIR), dan dengan hasil Pemilu 1955, Uffen
kelompok Teosufis (kebatinan) sampai pada kesimpulan bahwa
terdapat kontinuitas dalam aliran
Kelima aliran itu muncul dalam politik di Indonesia (lihat Tabel 2).
diagram pemikiran politik antara
tahun 1945-1965 yang dibuat oleh
Herbert Feith (lihat gambar).
sama sekali tidak rela dengan cetusan
kemerdekaan rakyat terjajah ini.
Seperti sudah disinggung di atas
bahwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia bisa saja tertunda sekiranya
PD II tidak meledak, sebab Belanda
sebagai penjajah memang tidak
pernah siap untuk melihat sebuah
kemerdekaan bagi Nusantara yang
sebagaian wilayahnya sudah cukup
lama dikuasainya. Indonesia adalah
negara kepulauan yang terluas di
I. Bagaimana Seharusnya
muka bumi. Jumlah pulaunya lebih
Bangsa Indonesia Melihat
dari 17.000, etnisitas, subkultur, dan
Perkembangan Politik
bahasa lokalnya ratusan. Baswedan
Identitas, Berikan Solusi bagi
(2004)
Penyelengaraan Kehidupan
Bahkan di Papua saja misalnya,
Berbangsa
tidak kurang dari 252 suku dengan
Secara historis, pembentukan
bahasa khasnya masingmasing. Dari
Indonesia sebagai bangsa baru terjadi
sisi keragaman budaya (pluralisme)
tahun 1920-an, dilakukan melalui
ini saja, jika Indonesia bisa bertahan
kegiatan intensif PI (Perhimpunan
dalam tempo lama, maka menurut
Indonesia) di Negeri Belanda,
saya adalah mukjizat sejarah yang
kemudian dikukuhkan oleh Sumpah
bernilai sangat tinggi. Oleh sebab itu,
Pemuda 1928. Semua peristiwa
apa yang bernama politik identitas
penting ini terjadi di zaman kolonial
yang sering muncul ke permukaan
periode akhir. Selanjutnya dengan
sejarah modern Indonesia harus
Proklamasi 17 Agustus 1945, sebuah
ditangani dan dikawal secara bijak
negara baru yang juga bernama
oleh nalar historis yang dipahami
Indonesia, muncul ke atas peta dunia,
secara benar dan cerdas. Saat
sekalipun Belanda dibantu Inggris
proklamasi, jumlah penduduk
Indonesia adalah sekitar 70 juta; konflik antar suku, etnis, agama dan
sekarang di awal abad ke-21 sudah masalah-masalah lain yang sering
menjadi sekitar 250 juta, mem terjadi di Indonesia. masalah
bengkak lebih tiga kali lipat sejak kegalauan politik identitas ini terjadi
1945, telah muncul sebagai bangsa karena banyak yang menganggap
terbesar keempat di dunia sesudah bahwa identitas hanya diartikan
Cina, India, dan Amerika Serikat. secara sempit yaitu identitas
Modal dasar untuk pengawalan kelompok. Padahal pasca
keutuhan bangsa itu sudah kita miliki, kemerdekaan bangsa Indonesia telah
yaitu, pengalaman sejarah berupa sepakat untuk menjunjung tinggi nilai
pergerakan nasional, PI, Sumpah identitas nasional yang bersumber
Pemuda, Pancasila, dan adanya tekat dari nilai persatuan dan kesatuan
bulat untuk mempertahankan dan dalam kebhinekaan. Artinya identitas
membela keutuhan bangsa dan negara antar suku, ras, agama dan antar
ini. Dalam ranah gerakan sosial golongan yang berbeda dijadikan
keagamaan, ada Muhammadiyah dan sebagai alat pemersatu bangsa untuk
NU, dua sayap besar umat Islam, mewujudkan nasionalisme Indonesia.
yang telah mengukuhkan dirinya Semangat nasionalisme di
sebagai benteng demokrasi dan Indonesia pada awalnya lahir dari
pluralisme di Indonesia. Sekalipun bentuk perlawanan terhadap
sering digerogoti oleh kelakuan kolonialisme. Akan tetapi
politisi salah tingkah dalam berbagai nasionalisme Indonesia juga di
perio de sejarah pasca proklamasi, toh pengaruhi oleh adanya politik
sudah lebih enam dasawarsa, Indo identitas serta solidaritas nasional.
nesia masih bertahan dengan segala Bagaimana suku-suku yang ada di
keberuntungan dan mala petaka yang Indonesia memiliki ciri khas
dialaminya. sendirisendiri antara satu dengan
Politik identitas serta solidaritas yang lainnya, ini merupakan ciri dari
yang ada di Indonesia sekarang nasionalisme yang ada di Indonesia.
mengalami berbagai masalah. Hal ini Sebagai contoh, Suku Jawa pada
terjadi karena adanya beberapa awalnya adalah sebuah suku yang
terdiri atas komunal-komunal rasa bahwa bangsa Indonesia tidak
mempunyai norma yang sudah lebih rendah dari bangsa penjajah.
dijalankan dan di taati oleh Seperti keyakinan bahwa bangsa
masyarakat Suku Jawa. Artinya Indonesia memiliki peradaban besar
sebelum penjajah datang Suku Jawa yang pernah terjadi di nusantara.
sudah memiliki tatanan sosial Seperti kerajaan Majapahit, Sriwijaya
masyarakat yang dijadikan landasan dan kerajaan-kerajaan yang lainnya
dalam kehidupan. telah membuktikan bahwa bangsa
Tetapi adanya kolonialisme Indonesia dahulu mampu bersaing
yang datang di Indonesia nilai dengan bangsa asing.
tersebut menjadi luntur. Seperti yang Dalam situasi keterserakan
telah disampaikan oleh George identitas dan entitas-entitas
McTurnan kahin (2013:3). “Karakter perbedaan, politik perbedaan dan
perpolitikan masyarakat jawa yang entitas-entitas perbedaan, politik
sebelum masa penjajahan boleh perbedaan sangat subur dalam situasi
dikatakan tidak terlalu otoriter negara atau masyarakat yang
menjelma sangat sewenang-wenang multikultural dan multietnis. Dalam
selama tiga abad pemerintahan kerangka ini, hubungan interaktif
kolonial”. Pernyataan tersebut antar kelompok perbedaan, terutama
menunjukan bahwa akibat adanya kelompok etnis yang berbeda-beda
kolonialisme maka politik identitas harus menjalin suatu kerangka etis,
masyarakat jawa yang menjadi ciri dalam hal ini adalah sikap toleran.
khas masyarakat jawa menjadi luntur. Toleransi politik hanya mungkin
Keinginan mengembalikan politik dalam suasana politik negara yang
identitas yang telah lama sebagai demokratis. Oleh karena toleransi
aturan atau norma yang ada politik (political tolerance) sangat
dimasyarakat tersebut yang akhirnya dipengaruhi oleh sistem, struktur, dan
menjadikan sebagai simbol atmosfer politik yang berlaku. John
perlawanan kepada kolonialisme. Sullivan dan kawan-kawan, yang
Nasionalisme juga muncul dari menganalisis konsep dan penerapan
adanya solidaritas yang tinggi yaitu toleransi poltik di tiga negara yang
berbeda: Amerika Serikat,Selandia yang ada di Kalimantan, Suku Jawa
Baru, dan Israel, menemukan kadar atau suku-suku yang lainnya.
intensitas toleransi yang berbeda- Politik identitas yang ada
beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh disetiap suku ada bermacam corak
faktorfaktor antara lain tingkat dan latar belakang sendiri-sendiri,
kemakmuran ekonomi, struktur dan mulai dari kemunculan politik
sistem politik, faktor psikologi identitas yang di sebabkan oleh
politik. adanya ketidakadilan, wujud
Bangsa Indonesia harus melihat perlawanan, warisan nilai luhur, serta
bahwa nasionalisme begitu penting alat untuk menunjukan jati diri suku
bagi bangsa dan Negara Indonesia. tertentu dengan suku lain. Politik
karena semangat nasionalisme inilah identitas yang ada di Indonesia yang
yang akhirnya membawa bangsa begitu beragam tersebut harus
Indonesia untuk keluar dari era diperhatikan oleh pemerintah
kolonialisme dan imperialisme yang Indonesia supaya adanya politik
telah lebih dari tiga abad menjajah identitas kesukuan tersebut tidak
Indonesia. Semangat nasionalisme mengganggu semangat nasionalisme.
yang tinggi akhirnya melahirkan Akan tetapi adanya politik
konsep persatuan dan kesatuan identitas tersebut bisa menguatkan
Indonesia. Bagaimana sebuah nasionalisme yang ada di Indonesia
perbedaan mulai dari suku, ras, dengan bentuk politik identitas
agama, dan antar golongan serta nasional yang menjunjung tinggi nilai
bahasa dijadikan sebagai alat persatuan dan kesatuan dalam
pemersatu dan sebagai kekayaan kebhinekaan. Kemudian sikap
keanekaragaman yang ada di nasionalisme dan politik identitas
Indonesia. Ketika berbicara tentang harus dibarengi dingan sikap
nasionalisme maka kita seharusnya solidaritas kebangsaan yang kuat.
tidak boleh melupakan adanya politik Sikap solidaritas kebangsaan yang
identitas yang ada di Indonesia. kuat akan melahirkan tatanan
Misalnya di masyarakat Suku Dayak masyarakat yang stabil dan saling
menghargai serta merasa memiliki
individu satu dengan individu yang pada bangsa Indonesia. bangsa
lainnya, dalam hal ini adalah warga Indonesia tidak boleh terjebak pada
negara. Akan tetapi pada dewasa ini solidaritas kelompok-kelompok yang
tidak jarang solidaritas mengalami melahirkan primordialisme dan
berbagai macam permasalahan, chauvinisme. Kemudian kita akan
karena banyak masyarakat yang terjebak pada fanatisme kedaerahan,
terjebak pada solidaritas dalam arti kesukuan, agama, golongan, serta
sempit yaitu kelompok. kelompokkelompok lainnya, yang
Banyaknya benturan antar pastinya akan melunturkan jiwa
suku, kelompok, agama bahkan nasionalisme bangsa Indonesia.
suporter sepak bola menunjukan Konflik antar daerah, suku,
bahwa ada yang salah dalam agama, serta kelompok yang sekarang
memaknai sikap solidaritas dalam sering terjadi hanya akan memecah
masyarakat. Seharusnya solidaritas belah semangat persatuan dan
dimaknai sebagai sikap yang saling kesatuan bangsa Indonesia. Ideologi
menyayangi antar indivdu, sikap melahirkan nasionalisme dan
saling memegang teguh norma-norma nasionalisme melahirkan identitas
yang ada di masyarakat, serta sikap yang selanjutnya disebut politik
saling merasa senasib dan secita-cita identitas. Ideologi merupakan
dalam bingkai Negara Kesatuan sekumpulan ide atau gagasan yang
Republik Indonesia (NKRI). Dengan berasal dari nilainilai budaya dan
sikap solidaritas kebangsaan yang diterima oleh beberapa lapisan
tinggi setiap warga negara maka akan masyarakat sebagai pedoman menuju
menjadi sebuah gerakan bersama kearah perubahan yang di cita-
untuk mewujudkan negara yang adil citakan. Ideologi yang semula berarti
dan makmur, sesuai dengan amanah gagasan, ide, cita-cita itu berkembang
Pancasila sebagai pandangan hidup menjadi suatu paham mengenai
bersama bangsa Indonesia. Untuk seperangkat nilai atau pemikiran yang
mewujudkan nasionalisme dan politik oleh seseorang atau sekelompok
identitas nasional Indonesia orang menjadi suatu pegangan hidup.
dibutuhkan solidaritas yang tinggi Ideologi ibarat wadah atau konsep
yang mewadahi beberapa kelompok menjadikannya sebagai dominasi
masyarakat dengan berbagai macam dalam sebuah wadah atau bahkan
identitas yang dimiliknya untuk dapat keluar dari wadah disebut sebagai
hidup dalam satu konsep tersebut. Politik Identitas. Tujuan sebenarnya
Wadah tersebut, apabila seluruh dari politik adalah mencapai kebaikan
kelompok dapat menerima dan bersama. Maka menurut saya
merasa terwadahi, akan bagaimana pun caranya, entah dengan
manjadikannya sebuah identitas baru menggunakan politik identitas atau
yang dianggapnya sebagai kekuatan identitas politik, asalkan
untuk mencintai, memiliki pemerintahan yang dibangun atas
kebanggaan dan memelihara dasar politik tersebut mampu
kehormatannya yang kekuatan mewujudkan kebaikan bersama maka
tersebut disebut sebagai ia menjadi baik.
Nasionalisme.
Namun apabila wadah/identitas REFRENSI:
baru tersebut tidak dapat mewadahi Abdilah S, Ubed. 2002. Politik
identitas-identitas yang ada, akan Identitas Etnis: Pergulatan
timbul penonjolan oleh identitas- Tanda Tanpa Identitas.
identitas tersebut untuk keluar dari Magelang: Yayasan
wadahnya. Penguatan identitas Indonesiatera.
tersebut muncul apabila identitas Baswedan, A. (2004). Political Islam
yang dikonsepkan untuk mewadahiya in Indonesia. Asian Survey Vol.
dirasa tidak dapat mewakili atau 5, hal. 669-690.
menyatukan kelompok-kelompok Beyme, Klaus Von. 1996.
tersebut. Federalism, Democracy, And
Bahkan, kekuatan kolompok The Politics Of Identity.
tersebut menimbulkan juga University of Heidelberg.
ketegangan antar kelompok untuk Fox, Colm dan Menchik, Jeremy.
memperoleh dominasi dari sebuah 2011. The Politics of Identity in
konsep yang akan dibangun. Indonesia: Results from
Penguatan identitas kelompok untuk Campaign Advertisements,
APSA 2011 Annual Meeting http://www.dw.com. diakses
Paper. pada 11 Maret 2016.
Gaffar, Afan. 1999. Politik Indonesia, Pramana, Gede Indra. 2015. Politik
Transisi Menuju Demokrasi. Aliran di Bali Pasca Soeharto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jurnal Ilmu Pemerintahan
Hefner, Robert W. 2007. Politik Volume 8, Nomor 2, Juli 2015.
Multikulturalisme: Menggugat Widayanti, Titik. 2009. Politik
Realitas Kebangsaan. Subalter: Pergulatan Identitas
Yogyakarta: Impulse. Waria. Yogyakarta: UGM.
Heller, Agnes dan Punsher, Sonja.
1995. Biopolitical Ideologies an
their Impact on the New Social
Movements. A New Handbook
of Political Societies. Oxford,
Blackwell.
James G. Kellas, 1988, The Politics of
Nationalism and Ethnicity,
edisi II, New York: ST Martin's
Press.
Lipset S M & Rokkan S. 1967.
Cleavage structures, party
systems, and voter alignments:
an introduction. New York:
Free Press. p. 1- 64.
Mahasin, Aswab. 1981. Abangan,
Santri, Priyayi dalam
Masyarakat Jawa. Bandung:
Dunia Pustaka Jaya.
Sumanto, Al Qurtuby. 2016. Agama,
Politik, dan Politik Agama.