Anda di halaman 1dari 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315338050

Identity Politics in Indonesia

Working Paper · March 2017


DOI: 10.13140/RG.2.2.16590.66887

CITATION READS

1 4,905

1 author:

Muhammad Habibi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
8 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Habibi on 18 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS POLITIK IDENTITAS DI INDONESIA
Muhammad Habibi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda
E-mail: habibi.id@gmail.com

Abstrak: Indonesia adalah negara kepulauan yang terluas di muka bumi. Jumlah pulaunya lebih
dari 17.000, etnisitas, sub-kultur, dan bahasa lokalnya ratusan. Bahkan di Papua saja misalnya,
tidak kurang dari 252 suku dengan bahasa khasnya masing-masing. Dari sisi keragaman budaya
(pluralisme) ini saja, jika Indonesia bisa bertahan dalam tempo lama, maka menurut saya adalah
mukjizat sejarah yang bernilai sangat tinggi. Oleh sebab itu, apa yang bernama politik identitas
yang sering muncul ke permukaan sejarah modern Indonesia harus ditangani dan dikawal secara
bijak oleh nalar historis yang dipahami secara benar dan cerdas. Saat proklamasi, jumlah
penduduk Indonesia adalah sekitar 70 juta; sekarang di awal abad ke-21 sudah menjadi sekitar
250 juta, mem bengkak lebih tiga kali lipat sejak 1945, telah muncul sebagai bangsa terbesar
keempat di dunia sesudah Cina, India, dan Amerika Serikat.Dengan masyarakat yang terdiri dari
beranekaragam etnis, agama, dan budaya yang berbeda, masyarakat Indonesia dapat saling
menghargai dan toleransi antar perbedaan yang ada. Oleh karena itu perlu menganalisis
terjadinya politik identitas di Indonesia
Kata kunci: Politik Identitas, Multikultural, Politik Etnis, Politik Agama

1. Konsep, Gagasan, memiliki pengetahuan akan sesuatu


Perkembangan, Kelebihan dan halnya itu. Politik identitas adalah
Kelemahan Politik Identitas nama lain dari biopolitik dan politik
Sebagai suatu konsep yang perbedaan. Biopolitik mendasarkan
sangat mendasar, apa yang diri pada perbedaan-perbedaan yang
dinamakan identitas tentunya timbul dari perbedaan tubuh.
menjadi sesuatu yang sering kita Identitas menurut Jeffrey Week
dengar. Terlebih lagi, ini merupakan adalah berkaitan dengan belonging
konsep yang menjadi basis untuk tentang persamaan dengan sejumlah
pengenalan sesuatu hal. Kita akan orang dan apa yang membedakan
mengenali sesuatu halnya itu kalau seseorang dengan yang lain.
kita tahu identitasnya. Ini juga akan Pendapat Jeffrey Week tersebut
berarti bahwa kalau kita mengenali menekankan pentingnya identitas
identitas sesuatu hal, maka kita akan bagi tiap individu maupun bagi suatu

1
kelompok atau komunitas mencenagkan karena sikap ilmiah
(Widayanti, 2009: 14). dan cakupannya kesegala aspek
Menyebarnya politik identitas sehingga menjadi bentuk kontrol dan
atau biopolitik dalam pandangan tirani absolut. Dengan demikian,
Foucault merupakan akibat dari tubuh terlempar kedalam penjara
runtuhnya “masyarakat yang jiwa. Abdillah (2002:61)
direncanakan secara ilmiah” yang
merupakan suatu gerakan dengan A. Konsep Politik Identitas
implementasi kontrol demografis Politik identitas sendiri
objektif. Inilah dasar-dasar merupakan konsep baru dalam kajian
biopolitik. Seorang Foucault merasa ilmu politik. Politik identitas adalah
diasingkan, disendirikan, dengan nama lain dari biopolitik dan politik
cara dibaptis yang memaksanya perbedaan. Biopolitik mendasarkan
menyandang suatu identitas baru diri pada perbedaan-perbedaan yang
sebagai seorang Kristen. Politik timbul dari perbedaan tubuh. Dalam
identitas merupakan kekhasan yang filsafat, sebenarnya wacan ini sudah
terjadi pada negara dan masyarakat lama muncul, namun penerapannya
modern (liberal dan demokratis), dalam kajian ilmu politik
sebagaimana penyelidikan Foucault, mengemuka setelah disimposiumkan
untuk menerapkan prinsip-prinsip pada suatu pertemuan internasional
ilmiah terhadap tubuh individual Asosiasi Ilmuan Politik Internasional
dalam proses politik melalui di Wina pada 1994.1
kekuasaan negara. Tujuanyan adalah Pertemuan tersebut
agar orang “tercerahkan”: mencapai menghasilkan konsepsi tentang
pertumbuhan populasi optimum, dasar-dasar praktek politik identitas
pertumbuhan generasi yang 1
Simposium ini diadakan oleh European
proporsional, dan lain-lain. Dalam Centre for Social Welfare Policy dan Dr.
Karl Renner Institute, serta disponsori oleh
hai ini, tolak ukurnya adalah standar Jewish Museum of Vienna, dan Department
of Scientifict Affairs. Hasil simposium
negara, tidak pernah berdasarkan tersebut dibukukan dalam bentuk antologi
individu atau masyarakat. Bagi yang dieditori oleh Agnes Heller dan Sonja
Puntscher Riekmann dengan judul
Foucault, hasilnya ternyata Biopolitics: The Politics of The Body, Race
and Nature, (Brookfield:Avebury, 1996).

2
dan menjadikannya sebagai kajian kerangka ini, hubungan interaktif
dalam bidang ilmu politik. Agnes antar kelompok perbedaan, terutama
Haller mengambil definisi politik kelompok etnis yang berbeda-beda
identitas sebagai konsep dan gerakan harus menjalin suatu kerangka etis,
politik yang fokus perhatiannya dalam hal ini adalah sikap toleran.
adalah perbedaan (difference) Toleransi politik hanya mungkin
sebagai suatu kategori politik yang dalam suasana politik negara yang
utama. Setelah kegagalan narasi demokratis. Oleh karena toleransi
besar (grand narative), ide politik (political tolerance) sangat
perbedaan telah menjanjikan suatu dipengaruhi oleh sistem, struktur,
kebebasan (freedom), toleransi dan dan atmosfer politik yang berlaku.
kebebasaan bermain (free play), John Sullivan at al. yang
meskipun kemudian ancaman baru menganalisis konsep dan penerapan
muncul. Politik perbedaan menjadi toleransi poltik di tiga negara yang
suatu nama baru dari politik berbeda: Amerika Serikat,Selandia
identitas; rasisme (race thinking), Baru, dan Israel, menemukan kadar
biofeminimisme dan perselisihan intensitas toleransi yang berbeda-
etnis menduduki tempat yang beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh
terlarang oleh gagasan besar lama. faktor-faktor antara lain tingkat
Berbagai bentuk baru intoleransi, kemakmuran ekonomi, struktur dan
praktek-praktek kekerasan pun sistem politik, faktor psikologi
muncul. Heller (1995: ix). politik.
Konsep politik identitas
B. Gagasan Politik Identitas relevan untuk diterapkan, paling
Dalam situasi keterserakan tidak diwacanakan mengingat peta
identitas dan entitas-entitas politik masa depan, yang
perbedaan, politik perbedaan dan berkembang ke arah politik yang
entitas-entitas perbedaan, politik beragam, lebih melihat kembali pada
perbedaan sangat subur dalam situasi tataran humanitas dan etik. Geoff
negara atau masyarakat yang Mulgan seorang ilmuwan politik,
multikultural dan multietnis. Dalam mengemukakan bahwa peran-perang

3
etis dan moral harus dikedepankan. yang menyeluruh. Dalam hal ini
Oleh karena seiring runtuhnya narasi mobilisasi secara ideologis
besar, ideologi-ideologi besar, partai- diprakarsai oleh para pemimpin.
partai politik berkurang perannya. Tujuannya adalah perampasan dan
Moralitas pun akan lebih dibutuhkan perebutan kekuasaan dari suatu
untuk mengatasi gejolak-gejolak penguasa ke penguasa yang baru.
politik dan menumbuhkan perilaku Pada tahap modern, gerakan
politik yang etis dan bermoral. tersebut muncul dengan adanya
Sejalan dengan Mulgan, Walter pendekatan kondisional,
Lippmann (1950) dalam filsafat keterpecahan membutuhkan sumber-
publiknya mendorong para politikus sumber untuk dimobolisasi. Terjadi
demokrasi untuk menjunjung tinggi keseimbangan mobilisasi dari atas
moralitas berpolitik. Hal ini dan partisipasi dari bawah, peran
dikarenakan dalam negara-negara pemimpin tidak lagi dominan dan
demokratis sekalipun penyakit dari tujuan akhirnya adalah pembagian
terbukanya kebebasan akan kekuasaan.
senantiasa muncul, sehingga perlu Kemudian pada
adanya suatu tatanan etika dan perkembangan pos modern,
moralitas demokrasi. Robert Hafner munculnya gerakan-gerakan itu
(2007). berasal dari dinamikanya sendiri,
protes muncul atas berbagai macam
C. Perkembangan Politik Identitas kesempatan individual, tidak ada satu
Klaus Von Beyme kelompok atau pecahan yang
menganalisis karakter gerakan dominan. Pola aksi dan kegiatannya
identitas dalam beberapa tahap berdasarkan kesadaran diri yang
perkembangannya, mulai dari tahap bersifat otonami sebagai tujuan
pramodern sampai dengan finalnya. Bayme, (1996: 122). Hasil
postmodern. Perpecahan dari analisis Von Beyme
fundamental, kelompok-kelompok digambarkan melalui tabel berikut:
kesukuan dan kebangsaan
memunculkan gerkan sosial politik

4
nasionalis klasik, mereka tidak
menghendaki “determinasi diri
kebangsaan” dalam suatu wilayah
bangsa (negara). Akan tetapi, lebih
pada penerimaan proteksi dan
kemajuan bagi kelompok, khususnya
bagi individu-individu dalam
kelompok itu, dalam suatu negara
yang telah ada. Kellas, (1988:119).

Kelebihan dan Kelemahan Politik


Identitas
Pemaknaan politik identitas
.
Kemunculan politik etnis antara Kemala dengan Agnes Heller
diawali dengan tumbuhnya dan Donald L Morowitz sangat
kesadaran yang mengidentikan berbeda. Kemala melangkah lebih
mereka kedalam suatu golongan atau jauh dalam melihat politik identitas
kelompok etnis tertentu. Kesadaran yang terjadi pada tataran praktis.
ini kemudian memunculkan Yang biasanya digunakan sebagai
solidaritas kekelomokkan dan alat memanipuiasi alat untuk
kebangsaan. Politik etnis mengacu menggalang politik guna
pada politik “kelompok etnis” dan kepentingan ekonomi dan politik.
“minoritas kecil”, sementara Namun pada bagian yang lain,
penfsiran kelomok etnis bisa argumen Kemala mengalami
mencakup bangsa etnis (ethnic kemunduran penafsiran dengan
nation). Pada wacana politik mengatakan bahwa: Dalam politik
kontemporer nuansanya lebih sempit. identitas tentusaja ikatan kesukuan
Dalam konteks ini, biasanya mendapat Peranan penting, ia
kelompok etnis atau minoritas etnis menjadi simbol-simbol budaya yang
tidak memiliki teritori tertentu. potensial serta menjadi surnber
Tujuan mereka pun berbeda dengan kekuatan untuk aksi-aksi politik.

5
Pemahaman ini berimplikasi pada Sebagai contoh, dalam kontestasi
kecenderungan untuk: Pertama, pilkada DKI terjadi sentimen politik
ingin mendapat pengakuan dan identitas yang sangat kuat, dimana
perlakuan yang setara atau dasar hak- pribumi mengkhususkan diri dan
hak sebagai manusia baik politik, menolak non-pribumi, hal ini terkait
ekonomi maupun sosial-budaya. dengan ketika kekuasaan tidak dapat
Kedua, demi rnenjaga dan ditaklukkan dan pembagian
melestarikan nilai budaya yang kekuasaan tidak tercapai sebagai
menjadi ciri khas kelompok yang tujuan gerakan, pemisahan dan
bersangkutan. Terakhir, kesetiaan pengecualian diri diambil sebagai
yang kuat terhadap etnisitas yang jalan keluar untuk menjatuhkan
dimilikinya. pasangan calon yang lain.
Gerakan politik identitas pada Sedangkan hal positif yang
dasarnya membangun kembali dapat diambil dari politik identitas
"narasi besar"' yang prinsipnya adalah ada upaya untuk tetap
mereka tolak dan membangun suatu melestarikan nilai budaya yang
teori yang mengendalikan faktor- menjadi ciri khas kelompok yang
faktor biologis sebagai penyusun bersangkutan, sehingga pengguatan
perbedaan-perbedaan mendasar akan budaya tidak akan luntur dan
sebagai realitas kehiduparmya; hilang. Penguatan identitas tersebut
Dalam gerakan politik identitas ada muncul apabila identitas yang
suatu tendensi untuk membangun dikonsepkan untuk mewadahiya
sistem apartheid terbalik. Ketika dirasa tidak dapat mewakili atau
kekuasaan tidak dapat ditaklukkan menyatukan kelompok-kelompok
dan pembagian kekuasaan tidak tersebut. Bahkan, kekuatan
tercapai sebagai tujuan gerakan, kolompok tersebut menimbulkan
pemisahan dan pengecualian diri juga ketegangan antar kelompok
diambil sebagai jalan keluar; untuk memperoleh dominasi dari
Kelemahan dari gerakan politik sebuah konsep yang akan dibangun.
identitas adalah upaya untuk Penguatan identitas kelompok untuk
menciptakan kelompok khusus. menjadikannya sebagai dominasi

6
dalam sebuah wadah atau bahkan Naqsabandiyah di Banten, Indonesia,
keluar dari wadah disebut sebagai hanyalah sekelumit contoh sejarah
Politik Identitas. Tujuan sebenarnya dimana agama telah melakukan
dari politik adalah mencapai fungsi kritisnya sebagai medium
kebaikan bersama. Maka menurut kritik sosial sebuah masyarakat
kami bagaimana pun caranya, entah sekaligus sarana perubahan politik
dengan menggunakan politik sebuah tatanan kekuasaan.
identitas atau identitas politik, Penting untuk dicatat, bukan
asalkan pemerintahan yang dibangun hanya agama yang melakukan
atas dasar politik tersebut mampu perlawanan terhadap politik. Politik
mewujudkan kebaikan bersama maka juga sering melawan,
ia menjadi baik. mengintimidasi, dan menghancurkan
agama. Dengan kata lain, hubungan
2. Sejarah Perkembangan Politik sekaligus nasib agama dan politik
Agama di Indonesia, Kelebihan akan ditentukan oleh otoritas mana
dan Kekurangan dari yang paling kuat dan dominan dari
Perkembangan Politik Agama keduanya serta bagaimana watak dan
A. Sejarah Perkembangan Politik karakter para elit politik dan elit
Agama di Indonesia agama yang kebetulan berkuasa. Jika
Sejarah mencatat, tokoh, politik menjadi “superordinat”, maka
komunitas, dan institusi keagamaan agama akan berpotensi menjadi
bisa berperan menjadi penjaga moral “subordinat”. Begitu pula sebaliknya.
2
masyarakat serta pengkritik
kekuasaan yang garang. Pula, agama Politik agama dalam konteks
bisa menjadi sumber energi luar sejarah Indonesia, terjadi
biasa untuk melakukan perlawanan perkembangan yang terus berubah
terhadap rezim korup dan despotik. dan berkembang menyangkut relasi
Sejarah gerakan Gereja Katolik di agama dan politik dapat dibagi
Amerika Latin, Black Chruches di
2
Amerika Serikat, Sufi Sanusiyah di Sumanto Al Qurtuby. 2016. Agama,
Politik, dan Politik Agama.
Lybia, atau Tarekat Qadiriyah- http://www.dw.com. diakses pada 11 Maret
2016

7
menjadi 4 zaman yaitu Kolonial, Masyumi bahkan dari organisasi
Orde Lama, Orde Baru, dan Era tersebut betul-betul terjun kedalam
Revormasi. Pada masa Kolonial, politik praktis yaitu dengan
agama berperan ganda: sebagai mendirikan partai politik, muskipun
legitimasi kolonialisme sekaligus pada akhirnya Soekarno menerbitkan
kritik sosial. Banyak tokoh agama, Keppres Nomor 200/1960 tanggal 15
yang bekerja dengan pemerintah Agustus 1960, yang isinya
kolonial. Tetapi pada saat yang membubarkan Masyumi dan Partai
bersamaan juga banyak di antara Sosialis Indonesia (PSI). Namun
mereka yang menjadi pengkritik dan pelaksanaan pembubaran itu harus
pemberontak kolonial. Misal Kiai dilakukan sendiri oleh Masyumi dan
Mahfudh (1901-1950) yang aktif PSI. Jika dalam tempoh seratus hari
berjuang di medan pertempuran dan kedua partai itu tidak membubarkan
memiliki strategi jitu dalam diri, maka partai itu akan dinyatakan
mengorganisasi pasukan. Ia sebagai partai terlarang. Sebab itulah
membentuk laskar santri, dalam Ketua Umum Masyumi Prawoto
barisan Angkatan Oemat Islam Mangkusasmito dan Sekjennya
(AOI) dalam melawan penjajah.3 Muhammad Yunan Nasution,
Pada zaman Orde Lama, mengeluarkan pernyataan politik
Presiden Sukarno di satu sisi membubarkan Masyumi, mulai dari
mengakomodasi tokoh-tokoh Muslim pusat sampai ke daerah-daerah.
Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Pada masa Orde Baru,
Presiden Suharto tidak melirik
3
AOI terbentuk pada 27 Ramadhan 1346 H/
4 September 1945. Pada waktu itu, tentara kelompok Islam meskipun pada
nasional sebagai pasukan militer Negara awalnya mereka digandeng untuk
Indonesia belum sepenuhnya solid. Masa
awal kemerdekaan, masih dalam transisi mengantarkan jalan kekuasaan. Pak
kepemimpinan, ekonomi dan konsolidasi
pasukan militer. Pasukan-pasukan militer Harto lebih tertarik menggandeng
yang terdiri dari berbagai latar belakang
ideologi, golongan dan etnis, masih tercerai kelompok abangan-kejawen dan
berai. Pasukan yang dikomando Panglima
Soedirman juga masih menata barisan. Hal kalangan militer. Baru pada awal
ini, sebagaimana tercatat dalam thesis Atik 1990-an, ia tertarik “melirik” Islam
Maskanatun Ni‟amah (2013), “Biografi
Syaikh Mahfudh al-Hasani Somalangu dengan menggaet kelompok kelas
Kebumen (1901-1950)”.

8
menengah teknokrat di bawah pendirian partai sangat beragam. Ada
bendera ICMI (Ikatan Cendekiawan yang didirikan atas dasar gender,
Muslim Indonesia) setelah terjadi seperti Partai Perhimpunan
friksi dengan sejumlah petinggi Indonesia; ada yang merupakan
militer. Pak Harto dulu juga tidak sempalan dari Golkar, seperti Partai
memberi ruang gerak secuilpun MKGR; ada partai yang dibentuk
untuk perkembangan “Islam politik” atas identitas seperti Partai Tionghoa
meskipun mendukung gerakan Indonesia (PARTI).4 Ada partai yang
“Islam kultural” yang apolitis. didirikan atas dasar orientasi politik
Pada Era-Revormasi, keran masa lalu, seperti Partai Bulan
kebebasan berekspresi dan berserikat Bintang (PBB) dengan mengusung
yang dulu ditutup rapat, kini pun kembali idiom-idiom Partai
dibuka kembali lebar-lebar. Masyumi yang telah lama “mati”.
Indonesia menjadi bebas kemudian Di kalangan umat Islam
lahirlah partai partai berbasis misalnya, Deliar Noer (alm.)
keagamaan, yang mengakomondasi menghendaki didirikannya sebuah
kekuatan politik identitas mereka. partai Islam sebagai penampung
Adanya peluang itulah yang aspirasi umat. Didukung oleh
mendorong tumbuhnya partai-partai beberapa aktivis Islam, mereka
politik baru di era reformasi. Di era akhirnya mendirikan Partai Umat
ini, pertumbuhan partai-partai politik Islam (PUI). Kalangan Islam
ibarat jamur di musim hujan. tradisionalis, yakni Nahdlatul Ulama
Menyongsong Pemilu 1999 pemilu (NU) akhirnya memelopori
pertama era reformasi, 141 partai berdirinya Partai Kebangkitan
tercatat sebagai organisasi yang Bangsa (PKB). PKB dapat disebut
memiliki badan hukum partai politik lahir dari rahim tokoh-tokoh NU,
dan tercatat di Departemen khususnya Abdurrahman Wahid.
Kehakiman dan HAM. Demikian pula dengan lahirnya
Dari 141 partai politik partai-partai agama lainnya, seperti
tersebut, orientasi dan politik 4
Afan Gaffar, Politik Indonesia, Transisi
keagamaan yang menjadi basis Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), hlm. 316.

9
Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai lokal telah mendorong menguatnya
Keadilan (PK)-Partai Keadilan politik identitas. Simbol identitas
Sejahtera (PKS), Partai Bulan (etnik dan agama) sering menjadi
Bintang (PBB), dan Partai Bintang alat mobilisasi paling menonjol
Reformasi (PBR). dalam pelaksanaan Pilkada. Hal ini
nampak misalnya dalam riset Fox
B. Kekurangan dan Kelebihan dan Menchik yang menunjukkan
dari Perkembangan Politik bahwa sebagian besar (65 persen)
Agama poster kampanye dalam Pilkada
Kekurangan dari Politik mengandung muatan yang
Agama adalah; Pertama berdasar menekankan pada dimensi identitas
hasil penelitian Fox dan Menchik para kandidat dalam Pilkada.
menunjukkan sebagian dari poster- Sedangkan hasil penelitian
poster dalam kampanye yang yang dilakukan Program Studi
menonjolkan simbolisme identitas Agama dan Lintas Budaya atau
mempunyai karakter inklusif, Center for Religious and Cross-
misalnya dengan menampilkan cultural Studies (CRCS)
secara bersamaan simbol-simbol menyebutkan bahwa permasalahan
yang merepresentasikan keragaman terkait kehidupan beragama terjadi
identitas di daerah.5 Namun dalam akibat: pertama, sebagai negara
konteks yang berbeda, tidak jarang demokrasi dengan mayoritas
mobilisasi elektoral dilakukan penduduk memegang teguh identitas
dengan mengafirmasi kontestasi keagamaan, kontestasi untuk
antarkelompok identitas hal tersebut mendorong peran agama di ruang
rentan sekali menimbulkan konflik. publik adalah tidak terhindarkan.
Kedua, mudah dijadikan alat Namun ekspresi-ekspresi publik
politik Pragmatisme politik dan tentang agama dalam bentuk
marjinalisasi kelompok masyarakat kekerasan dan pelanggaran terhadap
prinsip kewargaan mestinya bisa
5
Colm Fox dan Jeremy Menchik, 2011.The dihindari atau dicegah. Penelitian
Politics of Identity in Indonesia: Results
from Campaign Advertisements, APSA 2011 CRCS menunjukkan sebagian besar
Annual Meeting Paper.

10
aksi kekerasan dan persekusi wilayah-wilayah yang rentan bisa
terhadap kelompok agama tertentu diatasi. Sebaliknya, tidak sedikit
adalah pengulangan dari aksi-aksi situasi rukun di satu masyarakat
serupa sebelumnya, sebagian bahkan dirusak oleh faktor-faktor eksternal
terjadi di tempat atau dengan termasuk informasi-informasi
kelompok sasaran yang sama, dan bernuansa konflik yang berasal dari
sejauh penelitian CRCS, tak pernah tempat lain.
terjadi secara spontan. Hal ini Ketiga, kapasitas masyarakat
menunjukkan bahwa sesungguhnya dan negara dalam mengelola
konflik-konflik semacam itu dapat keragaman seringkali diperlemah
dihindari; ini sekaligus juga oleh kurangnya sinergi antarelemen.
menunjukkan lemahnya kapasitas Perbedaan perspektif, pendekatan,
pengelolaan keragaman dalam dan kesalahpahaman seringkali
pengertian strategi pencegahan dan menciptakan situasi saling
respons terhadap resiko konflik menyalahkan antaraktor yang
keagamaan. seharusnya bekerjasama dalam
Kedua, tingkat kemampuan menciptakan kerukunan. Hal yang
masyarakat dan negara dalam mengkhawatirkan adalah respons
mengelola keragaman beragam dari terhadap isu keragaman seringkali
satu tempat ketempat lain. Di banyak didasarkan pada opini, kecurigaan,
tempat ditemukan komunitas- atau kesalahpahaman daripada
komunitas dengan penduduk yang pengetahuan yang akurat berbasis
berbeda identitas tetapi mampu hidup riset. Akibatnya, tidak jarang potensi
secara berdampingan (koeksisten) kekerasan bukan hanya tidak bisa
dalam kurun waktu yang lama. dicegah, tetapi bahkan upaya
Namun sayangnya tidak cukup ada menangani konflik keagamaan justru
upaya untuk menjelaskan, melanggengkan masalah. Kajian-
mempublikasikan dan mentransfer kajian yang dilakukan CRCS
kemampuan satu masyarakat dalam menggunakan konsep pengelolaan
mengelola keragaman ke tempat lain keragaman atau juga biasa kami
sehingga potensi kekerasan di sebut perspektif „pluralisme

11
kewargaan‟ yang melihat isu-isu perjalanan historis dengan
dalam hubungan antar atau menekankan terhadap konflik sosial
intraagama tidak terbatas pada yang fundamental. Lipset dan
masalah hukum dan perbedaan Rokkan (1967) menerjemahkan
keagamaan, tetapi juga sebagai kerangka konflik ini dalam kaitannya
masalah ketatanegaraan dan sosial. dengan dua periode besar yang
Berdasarkan hasil penelitian mengubah sosial masyarakat.
CRCS tersebut dapat dilihat bahwa Peristiwa pertama adalah revolusi
politk agama juga memiliki nasional, dimana terjadi pertentangan
kelebihan jika dikelola dengan baik. antara pendukung kebudayaan yang
Perbedaan keagamaan semata tersentralisasi dan pendukung
bukanlah faktor penentu dalam kebudayaan lokal. Periode ini juga
konflik, begitu juga meski regulasi ditandai dengan terbentuknya
dan penegakan hukum dibutuhkan, cleavage “agama-sekuler” dalam
pendekatan hukum perlu diperkuat kerangka perlawanan yang sama
oleh proses “rekayasa sosial” yang terhadap kerangka dominasi gereja,
mendukung situasi koeksistensi atau terutama dalam bidang pendidikan.
kerukunan. Sehingga peran Peristiwa kedua adalah revolusi
pemerintah sangat diperlukan untuk industri, yang memengaruhi
menciptakan kerukunan. pembentukan kerangka ekonomi
primer (Urban) dan ekonomi
3. Perkembangan Politik Aliran di sekunder (Rural). Pertentangan ini
Indonesia berlangsung antara kelas tuan tanah
Dalam memahami politik dan pengusaha yang membutuhkan
aliran, konsep social cleavage yang lahan, satu untuk mempertahankan
ditawarkan Seymour M. Lipset dan pertanian dan perkebunan, yang
Stein Rokkan membantu kita satunya membutuhkannya untuk
memahami bagaimana dasar mengembangkan industri.
pembentukan partai dipengaruhi oleh Model pembacaan yang
struktur sosial masyarakat. Struktur ditawarkan Lipset dan Rokkan yang
cleavage ini terbentuk berdasarkan melihat transformasi sistem politik

12
aliran ini akan lebih jelas, apabila petani, pengrajin dan buruh kecil
terlebih dahulu kita memperhatikan yang penuh dengan tradisi animisme
basis sosial mana dari masyarakat upacara selamatan, kepercayaan
yang membentuk pilihan-pilihan terhadap makhluk halus, tradisi
tersebut. Disinilah kajian Clifford pengobatan, dan sihir menunjuk
Geertz menemukan relevansinya kepada seluruh tradisi keagamaan
dalam membantu pemahaman kita. abangan. Sementara pasar “terlepas
Dalam konteks masyarakat Jawa, dari penguasaan etnis Cina yang
Geertz menunjukan terdapat pola- tidak menjadi pengamatan Geertz
pola politik aliran dalam masyarakat, diasosiasikan kepada petani kaya dan
yang menjadi basis mobilisasi pedagang besar dari kelompok Islam
politik. Pengamatan Geertz berdasarkan kondisi historis dan
dilakukan di Mojokuto Jawa Timur, sosial di mana agama Timur Tengah
tentang bagaimana kaitan antara berkembang melalui perdagangan
profesi, dan penggolongan penduduk dan kenyataan yang menguasai
menurut pandangan masyarakat ekonomi Mojokuto adalah mereka
berdasarkan kepercayaan, preferensi memunculkan subvarian keagamaan
etnis dan pandangan politik. santri. Yang terakhir adalah
Hasilnya adalah ada tiga inti struktur subvarian priyayi, varian ini
sosial masyarakat di Jawa yakni menunjuk pada elemen Hinduisme
desa, pasar dan birokrasi pemerintah lanjutan dari tradisi Keraton Hindu
yang mencerminkan tiga tipe Jawa. Sebagaimana halnya Keraton
kebudayaan, santri, abangan, dan (simbol pemerintahan birokratis),
priyayi.6 Struktur sosial desa maka priyayi lebih menekankan pada
“biasanya diasosiasikan kepada para kekuatan sopan santun yang halus,
seni tinggi, dan mistisisme intuitif
6
Istilah Abangan, Santri, dan Priyayi bukan dan potensi sosialnya yang
merupakan istilah yang diadaadakan oleh
Clifford Geertz, tetapi diambil dari memenuhi kebutuhan kolonial
penggolongan yang diterapkan oleh
masyarakat sendiri. Lihat dalam Belanda untuk mengisi birokrasi
pendahuluan bukunya, The Religion of Java, pemerintahannya.
terj. Aswab Mahasin: Abangan, Santri,
Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Bandung:
Dunia Pustaka Jaya, 1981), h. 8

13
Berbagai kajian yang Pertama, bersumber dari tradisi
mencoba menggunakan perspektif (kebudayaan Hindu-Budha maupun
politik aliran bermunculan pasca Islam). Kedua, bersumber pada aliran
karya monumental Geertz salah pemikiran barat. Peluang bagi
satunya adalah Herbert Feith yang munculnya keragaman aliran politik
berusaha menerjemahkan lebih lanjut dimungkinkan ketika muncul
konteks pembacaan Geertz dalam Maklumat Pemerintah yang
kerangka orientasi pilihan politik. ditandatangani oleh Wakil Presiden
Seperti Geertz, Feith (1966) Mohammad Hatta, tanggal 3
menekankan perbedaan orientasi November 1945, yang menyatakan
dasar, atau dalam istilah lain disebut bahwa “Pemerintah menyukai
“Weltanschauliche Grundlagen”, timbulnya partai-partai politik,
yaitu perbedaan basis ideologi antara karena dengan adanya partai-partai
satu partai dengan partai lainnya. itulah dapat dipimpin ke jalan yang
Basis ideologis itulah yang teratur segala aliran paham yang ada
menentukan tujuan, program atau dalam masyarakat”. Selanjutnya
platform, komposisi kepribadian Feith menyatakan bahwa berawal
dalam politik. Perbedaan basis dua sumber utama pemikiran politik
ideologis di dalam semua hal di Indonesia inilah kemudian muncul
tersebut di atas akan menentukan lima aliran politik yaitu:
jarak politik dari kekuatan politik 1. Komunisme yang mengambil
yang ada. konsepkonsep langsung maupun
Pemetaan aliran versi Feith tidak langsung dari Barat,
terlihat lebih “canggih” walaupun mereka seringkali
dibandingkan dengan model menggunakan istilah politik dan
trikotomi (abangan, santri dan mendapat dukungan kuat dari
Priyayi) dari Geertz karena tidak kalangan abangan tradisional.
seperti Geertz yang hanya melihat Komunisme mengambil bentuk
tradisional-religio-politicalsystem, utama sebagai kekuatan politik
Feith melihat adanya dua sumber dalam Partai Komunis Indonesia.
utama pemikiran politik di Indonesia.

14
2. Sosialisme Demokrat yang juga antara tahun 1945-1965 yang dibuat
mengambil inspirasi dari oleh Herbert Feith (lihat gambar).
pemikiran barat. Aliran ini
muncul dalam Partai Sosialis
Indonesia.
3. Islam, yang terbagi menjadi dua
varian; kelompok Islam Reformis
(dalam bahasa Feith) atau
Modernis dalam istilah yang
digunakan secara umum yang
berpusat pada Partai Masjumi;
serta kelompok Islam konservatif Seperti dinyatakan dalam
atau sering disebut tradisionalis diagram diatas, perspektif inilah
yang berpusat pada Nadhadul yang menjadi kerangka umum
Ulama. pembacaan model politik aliran di
4. Nasionalisme Radikal, aliran yang Indonesia. Andreas Uffen (2008)
muncul sebagai respon terhadap lebih jauh menyediakan model
kolonialisme dan berpusat pada pembacaan politik aliran dengan
Partai Nasionalis Indonesia (PNI). melihat hasil Pemilu 1999 dan
5. Tradisionalisme Jawa, penganut Pemilu 2004. Uffen (2008) dalam
tradisi-tradisi Jawa. Pemunculan Gede Indra (2015:62-63)
aliran ini agak kontroversial menggunakan cleavage sosial ala
karena aliran ini tidak muncul Lipset dan Rokkan untuk
sebagai kekuatan politik formal membandingkan kiprah partai-partai
yang kongkret, melainkan sangat pada Pemilu 1999 dan 2004,
mempengaruhi cara pandang kemudian membandingkannya
aktor-aktor politik dalam Partai dengan hasil Pemilu 1955, Uffen
Indonesia Raya (PIR), dan sampai pada kesimpulan bahwa
kelompok Teosufis (kebatinan) terdapat kontinuitas dalam aliran
Kelima aliran itu muncul politik di Indonesia (lihat Tabel 1).
dalam diagram pemikiran politik

15
Proklamasi 17 Agustus 1945, sebuah
negara baru yang juga bernama
Indonesia, muncul ke atas peta dunia,
sekalipun Belanda dibantu Inggris
sama sekali tidak rela dengan cetusan
kemerdekaan rakyat terjajah ini.
Seperti sudah disinggung di atas
bahwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia bisa saja tertunda
sekiranya PD II tidak meledak, sebab
Belanda sebagai penjajah memang
tidak pernah siap untuk melihat
sebuah kemerdekaan bagi Nusantara
yang sebagaian wilayahnya sudah
cukup lama dikuasainya. Indonesia
adalah negara kepulauan yang terluas
4. Bagaimana Seharusnya Bangsa
di muka bumi. Jumlah pulaunya
Indonesia Melihat
lebih dari 17.000, etnisitas, sub-
Perkembangan Politik Identitas,
kultur, dan bahasa lokalnya ratusan.
Berikan Solusi bagi
Baswedan (2004)
Penyelengaraan Kehidupan
Bahkan di Papua saja
Berbangsa
misalnya, tidak kurang dari 252 suku
Secara historis, pembentukan
dengan bahasa khasnya masing-
Indonesia sebagai bangsa baru terjadi
masing. Dari sisi keragaman budaya
tahun 1920-an, dilakukan melalui
(pluralisme) ini saja, jika Indonesia
kegiatan intensif PI (Perhimpunan
bisa bertahan dalam tempo lama,
Indonesia) di Negeri Belanda,
maka menurut saya adalah mukjizat
kemudian dikukuhkan oleh Sumpah
sejarah yang bernilai sangat tinggi.
Pemuda 1928. Semua peristiwa
Oleh sebab itu, apa yang bernama
penting ini terjadi di zaman kolonial
politik identitas yang sering muncul
periode akhir. Selanjutnya dengan
ke permukaan sejarah modern Indo

16
nesia harus ditangani dan dikawal segala keberuntungan dan mala
secara bijak oleh nalar historis yang petaka yang dialaminya.
dipahami secara benar dan cerdas. Politik identitas serta
Saat proklamasi, jumlah penduduk solidaritas yang ada di Indonesia
Indonesia adalah sekitar 70 juta; sekarang mengalami berbagai
sekarang di awal abad ke-21 sudah masalah. Hal ini terjadi karena
menjadi sekitar 250 juta, mem adanya beberapa konflik antar suku,
bengkak lebih tiga kali lipat sejak etnis, agama dan masalah-masalah
1945, telah muncul sebagai bangsa lain yang sering terjadi di Indonesia.
terbesar keempat di dunia sesudah masalah kegalauan politik identitas
Cina, India, dan Amerika Serikat. ini terjadi karena banyak yang
Modal dasar untuk menganggap bahwa identitas hanya
pengawalan keutuhan bangsa itu diartikan secara sempit yaitu
sudah kita miliki, yaitu, pengalaman identitas kelompok. Padahal pasca
sejarah berupa pergerakan nasional, kemerdekaan bangsa Indonesia telah
PI, Sumpah Pemuda, Pancasila, dan sepakat untuk menjunjung tinggi
adanya tekat bulat untuk nilai identitas nasional yang
mempertahankan dan membela bersumber dari nilai persatuan dan
keutuhan bangsa dan negara ini. kesatuan dalam kebhinekaan. Artinya
Dalam ranah gerakan sosial identitas antar suku, ras, agama dan
keagamaan, ada Muhammadiyah dan antar golongan yang berbeda
NU, dua sayap besar umat Islam, dijadikan sebagai alat pemersatu
yang telah mengukuhkan dirinya bangsa untuk mewujudkan
sebagai benteng demokrasi dan nasionalisme Indonesia.
pluralisme di Indonesia. Sekalipun Semangat nasionalisme di
sering digerogoti oleh kelakuan Indonesia pada awalnya lahir dari
politisi salah tingkah dalam berbagai bentuk perlawanan terhadap
perio de sejarah pasca proklamasi, kolonialisme. Akan tetapi
toh sudah lebih enam dasawarsa, nasionalisme Indonesia juga di
Indo nesia masih bertahan dengan pengaruhi oleh adanya politik
identitas serta solidaritas nasional.

17
bagaimana suku-suku yang ada di politik identitas yang telah lama
Indonesia memiliki ciri khas sendiri- sebagai aturan atau norma yang ada
sendiri antara satu dengan yang dimasyarakat tersebut yang akhirnya
lainnya, ini merupakan ciri dari menjadikan sebagai simbol
nasionalisme yang ada di Indonesia. perlawanan kepada kolonialisme.
Sebagai contoh, Suku Jawa pada Nasionalisme juga muncul dari
awalnya adalah sebuah suku yang adanya solidaritas yang tinggi yaitu
terdiri atas komunal-komunal rasa bahwa bangsa Indonesia tidak
mempunyai norma yang sudah lebih rendah dari bangsa penjajah.
dijalankan dan di taati oleh Seperti keyakinan bahwa bangsa
masyarakat Suku Jawa. Artinya Indonesia memiliki peradaban besar
sebelum penjajah datang Suku Jawa yang pernah terjadi di nusantara.
sudah memiliki tatanan sosial Seperti kerajaan Majapahit,
masyarakat yang dijadikan landasan Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan
dalam kehidupan. yang lainnya telah membuktikan
Tetapi adanya kolonialisme bahwa bangsa Indonesia dahulu
yang datang di Indonesia nilai mampu bersaing dengan bangsa
tersebut menjadi luntur. Seperti yang asing.
telah disampaikan oleh George Dalam situasi keterserakan
McTurnan kahin (2013:3). “Karakter identitas dan entitas-entitas
perpolitikan masyarakat jawa yang perbedaan, politik perbedaan dan
sebelum masa penjajahan boleh entitas-entitas perbedaan, politik
dikatakan tidak terlalu otoriter perbedaan sangat subur dalam situasi
menjelma sangat sewenang-wenang negara atau masyarakat yang
selama tiga abad pemerintahan multikultural dan multietnis. Dalam
kolonial”. Pernyataan tersebut kerangka ini, hubungan interaktif
menunjukan bahwa akibat adanya antar kelompok perbedaan, terutama
kolonialisme maka politik identitas kelompok etnis yang berbeda-beda
masyarakat jawa yang menjadi ciri harus menjalin suatu kerangka etis,
khas masyarakat jawa menjadi dalam hal ini adalah sikap toleran.
luntur. Keinginan mengembalikan Toleransi politik hanya mungkin

18
dalam suasana politik negara yang golongan serta bahasa dijadikan
demokratis. Oleh karena toleransi sebagai alat pemersatu dan sebagai
politik (political tolerance) sangat kekayaan keanekaragaman yang ada
dipengaruhi oleh sistem, struktur, di Indonesia. Ketika berbicara
dan atmosfer politik yang berlaku. tentang nasionalisme maka kita
John Sullivan dan kawan-kawan, seharusnya tidak boleh melupakan
yang menganalisis konsep dan adanya politik identitas yang ada di
penerapan toleransi poltik di tiga Indonesia. Misalnya di masyarakat
negara yang berbeda: Amerika Suku Dayak yang ada di Kalimantan,
Serikat,Selandia Baru, dan Israel, Suku Jawa atau suku-suku yang
menemukan kadar intensitas lainnya. Politik identitas yang ada
toleransi yang berbeda-beda. Hal disetiap suku ada bermacam corak
tersebut dipengaruhi oleh faktor- dan latar belakang sendiri-sendiri,
faktor antara lain tingkat mulai dari kemunculan politik
kemakmuran ekonomi, struktur dan identitas yang di sebabkan oleh
sistem politik, faktor psikologi adanya ketidakadilan, wujud
politik. perlawanan, warisan nilai luhur, serta
Bangsa Indonesia harus alat untuk menunjukan jati diri suku
melihat bahwa nasionalisme begitu tertentu dengan suku lain.
penting bagi bangsa dan Negara Politik identitas yang ada di
Indonesia. karena semangat Indonesia yang begitu beragam
nasionalisme inilah yang akhirnya tersebut harus diperhatikan oleh
membawa bangsa Indonesia untuk pemerintah Indonesia supaya adanya
keluar dari era kolonialisme dan politik identitas kesukuan tersebut
imperialisme yang telah lebih dari tidak mengganggu semangat
tiga abad menjajah Indonesia. nasionalisme. Akan tetapi adanya
Semangat nasionalisme yang tinggi politik identitas tersebut bisa
akhirnya melahirkan konsep menguatkan nasionalisme yang ada
persatuan dan kesatuan Indonesia. di Indonesia dengan bentuk politik
Bagaimana sebuah perbedaan mulai identitas nasional yang menjunjung
dari suku, ras, agama, dan antar tinggi nilai persatuan dan kesatuan

19
dalam kebhinekaan. Kemudian sikap gerakan bersama untuk mewujudkan
nasionalisme dan politik identitas negara yang adil dan makmur, sesuai
harus dibarengi dingan sikap dengan amanah Pancasila sebagai
solidaritas kebangsaan yang kuat. pandangan hidup bersama bangsa
Sikap solidaritas kebangsaan yang Indonesia.
kuat akan melahirkan tatanan Untuk mewujudkan
masyarakat yang stabil dan saling nasionalisme dan politik identitas
menghargai serta merasa memiliki nasional Indonesia dibutuhkan
individu satu dengan individu yang solidaritas yang tinggi pada bangsa
lainnya, dalam hal ini adalah warga Indonesia. bangsa Indonesia tidak
negara. Akan tetapi pada dewasa ini boleh terjebak pada solidaritas
tidak jarang solidaritas mengalami kelompok-kelompok yang
berbagai macam permasalahan, melahirkan primordialisme dan
karena banyak masyarakat yang chauvinisme. Kemudian kita akan
terjebak pada solidaritas dalam arti terjebak pada fanatisme kedaerahan,
sempit yaitu kelompok. Banyaknya kesukuan, agama, golongan, serta
benturan antar suku, kelompok, kelompokkelompok lainnya, yang
agama bahkan suporter sepak bola pastinya akan melunturkan jiwa
menunjukan bahwa ada yang salah nasionalisme bangsa Indonesia.
dalam memaknai sikap solidaritas Konflik antar daerah, suku, agama,
dalam masyarakat. Seharusnya serta kelompok yang sekarang sering
solidaritas dimaknai sebagai sikap terjadi hanya akan memecah belah
yang saling menyayangi antar semangat persatuan dan kesatuan
indivdu, sikap saling memegang bangsa Indonesia.
teguh norma-norma yang ada di Ideologi melahirkan
masyarakat, serta sikap saling merasa nasionalisme dan nasionalisme
senasib dan secita-cita dalam bingkai melahirkan identitas yang
Negara Kesatuan Republik Indonesia selanjutnya disebut politik identitas.
(NKRI). Dengan sikap solidaritas Ideologi merupakan sekumpulan ide
kebangsaan yang tinggi setiap warga atau gagasan yang berasal dari nilai-
negara maka akan menjadi sebuah nilai budaya dan diterima oleh

20
beberapa lapisan masyarakat sebagai dikonsepkan untuk mewadahiya
pedoman menuju kearah perubahan dirasa tidak dapat mewakili atau
yang di cita-citakan. Ideologi yang menyatukan kelompok-kelompok
semula berarti gagasan, ide, cita-cita tersebut. Bahkan, kekuatan
itu berkembang menjadi suatu kolompok tersebut menimbulkan
paham mengenai seperangkat nilai juga ketegangan antar kelompok
atau pemikiran yang oleh seseorang untuk memperoleh dominasi dari
atau sekelompok orang menjadi sebuah konsep yang akan dibangun.
suatu pegangan hidup. Ideologi Penguatan identitas kelompok untuk
ibarat wadah atau konsep yang menjadikannya sebagai dominasi
mewadahi beberapa kelompok dalam sebuah wadah atau bahkan
masyarakat dengan berbagai macam keluar dari wadah disebut sebagai
identitas yang dimiliknya untuk Politik Identitas. Tujuan sebenarnya
dapat hidup dalam satu konsep dari politik adalah mencapai
tersebut. Wadah tersebut, apabila kebaikan bersama. Maka menurut
seluruh kelompok dapat menerima saya bagaimana pun caranya, entah
dan merasa terwadahi, akan dengan menggunakan politik
manjadikannya sebuah identitas baru identitas atau identitas politik,
yang dianggapnya sebagai kekuatan asalkan pemerintahan yang dibangun
untuk mencintai, memiliki atas dasar politik tersebut mampu
kebanggaan dan memelihara mewujudkan kebaikan bersama maka
kehormatannya yang kekuatan ia menjadi baik.
tersebut disebut sebagai
Nasionalisme. Namun apabila REFRENSI:
wadah/identitas baru tersebut tidak
dapat mewadahi identitas-identitas Abdilah S, Ubed. 2002. Politik
Identitas Etnis: Pergulatan
yang ada, akan timbul penonjolan
Tanda Tanpa Identitas.
oleh identitas-identitas tersebut untuk Magelang: Yayasan
Indonesiatera.
keluar dari wadahnya.
Baswedan, A. (2004). Political Islam
Penguatan identitas tersebut in Indonesia. Asian Survey
Vol. 5, hal. 669-690.
muncul apabila identitas yang

21
Beyme, Klaus Von. 1996. Pemerintahan Volume 8,
Federalism, Democracy, And Nomor 2, Juli 2015.
The Politics Of Identity. Widayanti, Titik. 2009. Politik
University of Heidelberg. Subalter: Pergulatan
Fox, Colm dan Menchik, Jeremy. Identitas Waria. Yogyakarta:
2011. The Politics of Identity UGM.
in Indonesia: Results from
Campaign Advertisements,
APSA 2011 Annual Meeting
Paper.
Gaffar, Afan. 1999. Politik
Indonesia, Transisi Menuju
Demokrasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hefner, Robert W. 2007. Politik
Multikulturalisme:
Menggugat Realitas
Kebangsaan. Yogyakarta:
Impulse.
Heller, Agnes dan Punsher, Sonja.
1995. Biopolitical Ideologies
an their Impact on the New
Social Movements. A New
Handbook of Political
Societies. Oxford, Blackwell.
James G. Kellas, 1988, The Politics
of Nationalism and Ethnicity,
edisi II, New York: ST
Martin's Press.
Lipset S M & Rokkan S. 1967.
Cleavage structures, party
systems, and voter
alignments: an introduction.
New York: Free Press. p. 1-
64.
Mahasin, Aswab. 1981. Abangan,
Santri, Priyayi dalam
Masyarakat Jawa. Bandung:
Dunia Pustaka Jaya.
Sumanto, Al Qurtuby. 2016. Agama,
Politik, dan Politik Agama.
http://www.dw.com. diakses
pada 11 Maret 2016.
Pramana, Gede Indra. 2015. Politik
Aliran di Bali Pasca
Soeharto. Jurnal Ilmu

22

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai