Kelompok 6
1. Kheista Prima Nurmala (1511419095)
2. Andini Kusnia Dewi (1511419121)
3. Winarsih (1511419124)
4. Dhiya Afsha Salsabilla (1511419131)
5. Syerlita Astrid Fitria Cristin (1511419137)
6. Olivia Tri Wulandari (1511419)
Dosen Pengampu
1. Luthfi Fathan Dahriyanto, S. Psi., M. A.
2. Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengantar Psikologi Politik
Psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia secara pelik dan
lugas. Ilmu psikologi pada dasarnya memiliki karakter yang luas, dalam artian memiliki
banyak bidang kajian aktual. Salah satu kajian aktual yang erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari kita yaitu Psikologi Sosial. Dalam Psikologi Sosial itu berarti
bahwa ilmu yang mempelajari sikap dan perilaku manusia dengan lingkungan sosial dan
kehidupan bermasyarakatnya. Banyak sekali aspek-aspek sosial yang sering kita dengar
dan pahami sebelumnya, salah satunya seperti politik. Di dalam bidang psikologi sosial,
aspek politik juga urut berpengaruh. Jika ditarik lebih spesifik lagi, psikologi sosial ini
memiliki bahasan terkait psikologi politik.
Serupa dengan pengertian bidang psikologi lainnya, psikologi politik merupakan
suatu disiplin ilmu yang membahas tentang batas gagasan kajian ilmu politik dan juga
ilmu psikologi. Pada pembahasan psikologi politik , kita juga akan mempelajari terkait
bagaimana institusi politik mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh perilaku manusia.
Bentuk fundamental politik dan konflik Pendekatan terbaik dalam menyeleksi aksi
politis, dan imagi lawan politik. politis.
Pandangan umum dalam menggapai nilai Bagaimana suatu target dan tujuan dapat
politis yang fundamental. diraih dengan cara seefektif mungkin.
Sejauh mana pemimpin politik dalam Kemampuan dalam mengatur waktu dan
mempengaruhi perkembangan sejarah dan aksi.
mengontrol hasil.
1. Jurnal 1
Judul Perilaku Politik Generasi Milenial: Sebuah Studi Perilaku Memilih (Voting
Behaviour)
Jurnal Jurnal Psikologi Jambi
Volume & Volume 04. No. 01 & Halaman 10-15
Halaman
Tahun Juli 2019
Penulis Muhammad Zulfa Alfaruqy
Pendahuluan Perilaku pemilih atau voting behaviour adalah keputusan pemilih dalam
menyalurkan hak pilih kepada seorang calon atau kandidat, baik dalam pemilu
legislatif maupun eksekutif. Generasi milenial bisa dibilang melek dengan pemilu
presiden dan wakil presiden. Sebagian besar dari generasi ini merupakan pemilih
pemula yang memakai hak pilih untuk pertama kalinya. Sedangkan sebagian lainnya
memakai hak pilihnya pada pemilu sebelumnya. Pada dasarnya generasi milenial
memperoleh informasi mengenai kandidat, dinamika kompetisi politik, dan isu
sosial melalui sosial media. Antusiasme generasi milenial pada perilaku politik
terbilang tinggi. Menurut Cottam, Uhler, Mastors, dan Preston pada tahun 2012,
terdapat dua aliran besar yang menjelaskan mengenai tipe pemilih dalam konteks
politik, yaitu aliran Columbia dan Michigan. Aliran Columbia biasa disebut sebagai
sosiologis yang mempercayai bahwa pemilih menentukan keputusan berdasarkan
identitas sosial, seperti isu-isu yang menyangkut daerah, suku, atau agama tertentu.
Sedangkan aliran Michigan dikenal sebagai psikologis yang mempercayai bahwa
pemilih menentukan keputusannya berdasarkan daya tarik secara personal kandidat.
Subjek Penelitian Mahasiswa aktif Universitas Diponegoro, termasuk generasi milenial (lahir sebelum
tahun 2000), mengambil mata kuliah psikologi politik (38 mahasiswa), dan bersedia
untuk dilibatkan dalam penelitian.
Metode Penelitian Metode kualitatif dan cara mendapatkan datanya melalui kuesioner yang berisi
pertanyaan terbuka seperti “Apa saja yang mempengaruhi perilaku memilih/voting
behaviour-mu?” dan “Jelaskan jawabanmu tersebut dengan menyertakan bukti-bukti
perilaku memilih/voting behaviour pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun
2019!”.
Hasil Terdapat lima faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih atau voting behaviour
yaitu personal kandidat, tawaran kandidat, personal pemilih, lingkungan sosial
pemilih, dan lingkungan sosial kandidat. Dari lima faktor tersebut, hasil penelitian
yang didapatkan menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi
perilaku pemilih atau voting behaviour pada generasi milenial yaitu personal
kandidat. Tipe pemilih paling banyak dari pemilih generasi milenial terkategori
sebagai pemilih psikologis yang mana memperhatikan kepribadian, tampilan fisik
kandidat, keterampilan menjalin relasi yang hangat dengan masyarakat serta rival
politik dipersepsi sebagai kemampuan guna memberikan perlindungan semua
kalangan (aliran Michigan). Yang mana hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
menjelaskan bahwa kandidat yang berhasil menghadirkan semangat optimisme yang
lebih bisa menyita perhatian pemilih.
Kesimpulan Voting behaviour pada generasi milenial dipengaruhi oleh personal kandidat,
tawaran kandidat, persepsi pemilih, lingkungan sosial pemilih, dan lingkungan
sosial dari kandidat. Generasi milenial di sini cenderung tergabung sebagai tipe
pemilih psikologis dan rasional, di mana mempunyai perhatian pada kepribadian
dan tampilan luar atau fisik kandidat. Selain itu juga apa yang telah dan akan
dilakukan oleh kandidat.
Saran Kandidat butuh membangun trustworthiness atau kepercayaan dan kepribadian yang
diterima oleh masyarakat dengan menyeluruh. Lalu, tim sukses butuh mengemas
kampanye dengan lebih mengedepankan kepribadian kandidat, daripada tawaran
visi misi serta program kerja dalam konten yang kreatif. Selanjutnya, peneliti lain
yang tertarik juga dengan topik ini perlu mengembangkan penelitian pada generasi
milenial dengan latar belakang yang berbeda.
2. Jurnal 2
Judul Pengetahuan dan Persepsi Politik pada Remaja
Jurnal Jurnal Psikologi Sosial
Volume & Halaman Vol 18, No. 1, 45-55
Tahun 2018
Penulis Putri Limilia & Evie Ariadne
Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan untuk memahamai pengetahuan dan persepsi remaja
terhadap partai politik, secara lebih spesifik penelitian dilakukan untuk
mengkaji pengetahuan dan persepsi terhadap partai politik sebagai salah satu
institusi politik.
Subjek Penelitian Remaja (siswa yang sedang menempuh Sekolah Menengah Atas).
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, peneliti
menggunakan metode kualitatif karena ingin melihat pemaknaan individu
terhadap partai politik. Informan dari peneliti dipilih menggunakan teknik
sampel non probability sampling khususnya purposive sample.
Hasil Penelitian - Definisi dan Peran Partai politik
Para informan belum mengetahui sepenuhnya apa itu partai politik dan apa
peran dari partai politik, ada dari mereka yang menjawab dengan benar dan
sebelihnya salah. Namun dari hasil penelitian menunjukan para informan juga
lebih paham mengenai peran partai politik daripada definisi dari partai politik.
Ada tokoh yang berpendapat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
yang menganut sistem demokrasi perwakilan. Adanya demokrasi tersebut
konsekuensinya adalah adanya jarak antara rakyat yang berdaulat dengan
pemerintahan yang dibentuk. Oleh karena itu, partai politik hadir dalam
menjembatani jarak tersebut. Partai politik berperan sebagai pihak yang
menata atau menampung aspirasi rakyat untuk kemudian dijadikan landasan
dalam pembuatan keputusan yang teratur (Asshiddiqie,2006).
- Fungsi partai politik
Partai politik tidak hanya memiliki peran tetapi memiliki tugas, fungsi, dan
hak. Ada empat fungsi yang dimiliki oleh partai politik dalam sebuah negara
demokrasi yaitu komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik dan
pengatur politik (Asshiddiqie, 2006). Selain itu, Firmanzah (2010) juga
mengemukakan pendapat bahwa fungsi partai politik terbagi menjadi dua
kelompok yaitu fungsi partai politik bagi pihak internal dan pihak eksternal.
Bagi pihak internal politik sebagai pihak yang melakukan pembinaan, edukasi,
pembekalan, kaderisasi, dan melanggengkan ideologi politik dari partai politik.
Diskusi Responden atau informan memiliki pengetahuan yang rendah terkait definisi
partai politik, tetapi memiliki pengetahuan yang tinggi terkait peran dari partai
politik.
- Ada beberapa faktor juga yang menyebabkan masyarakat memiliki
persepsi negatif terkait elit politik diantaranya adalah kebohongan, korupsi,
rendahnya kepedulian terhadap sesama, tidak transparan, penyalahgunaan
kekuasaan dan ketidaktegasan (Haryanto, dkk., 2015).
- Dalam proses menerima informasi pemilih pemula cenderung memberikan
harapan yang tinggi kepada partai politik, misalnya mereka beranggapan
bahwa partai politik seharusnya menjadi wadah atau saluran aspirasi
rakyat, namun faktanya partai politik tidak maksimal dalam menjalankan
perannya menjadi saluran aspirasi rakyat.
Kelebihan Kelebihan dari penelitian yang dilakukan adalah memiliki topik yang sangat
berkaitan dengan fakta yang ada, yaitu remaja dan politik, selain itu bahasa
yang digunakan dalam jurnal ini mudah dipahami.
Kekurangan Kekurangan dalam penelitian ini adalah tidak ada pengetahuan mengenai latar
belakang perbedaan individu dalam mempersepsi partai politik dan
memperbanyak informan dan latar belakang yang berbeda,
Kesimpulan Remaja atau pemilih pemula cenderung memiliki minat yang rendah terhadap
politik dan kegiatan partai politik. Remaja juga memiliki persepsi yang negatif
terhadap partai politik hal ini dikarenakan media juga turut berperan dalam
memberikan informasi seperti perebutan kekuasaan dan saling menjatuhkan
lawan. Remaja juga menganggap bahwa partai politik ini tidak memiliki
manfaat langsung bagi mereka.
3. Jurnal 3
Judul Peran Kepercayaan politik dan Kepuasan Demokrasi terhadap Partisipasi Politik
Mahasiswa
Jurnal Jurnal Psikologi
Volume & Halaman Vol 9, Nomor 2
Tahun Desember 2013
Penulis Hasbi Wahyudi,Tantio Fernando, Azhari Ahmad, Ayu Khairani, Fatimah, Ivan
Muhammad Agung, Mirra Noor Milla.
Tujuan Penelitian Membuktikan hubungan kepercayaan politik dan kepuasan demokrasi dengan
partisipasi politik mahasiswa
Metode Penelitian Dalam mengumpulkan data menggunakan metode survey dengan kuesioner
tentang kepercayaan politik, kepuasan demokrasi serta partisipasi politik.
Sampel Sampel dalam penelitian ini sebanyak 307 orang (92 pria dan 213 wanita,
mising 2) rerata umur 20,21, aktif organisasi (43,3%) dan tidak aktif
beroganisasi (56,7%).
Hasil atau Temuan Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif antara kepercayaan
politik dan kepuasan demokrasi terhadap tingkat partisipasi politik mahasiswa.
Artinya, semakin tinggi kepercayaan politik dan kepuasan demokrasi, maka
semakin tinggi tingkat partisipasi politik mahasiswa. Sementara kepuasan
demokrasi tidak berhubungan langsung dengan partisipasi politik tetapi melalui
kepercayaan politik. Artinya kepercayaan politik menjadi variabel mediator
antara kepuasan demokrasi dan partisipasi politik.
LAMPIRAN
1. Jurnal 1: Perilaku Politik Generasi Milenial: Sebuah Studi Perilaku Memilih (Voting
Behaviour)
2. Jurnal 2: Pengetahuan dan Persepsi Politik Pada Remaja
3. Jurnal 3 “Peran Kepercayaan Politik dan Kepuasan Demokrasi terhadap Partisipasi
Politik Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Alfaruqy, Muhammad Zulfa. 2019. Perilaku Politik Generasi Milenial: Sebuah Studi Perilaku
Memilih (Voting Behavior). Jurnal Psikologi Jambi, Volume 04, No. 01: 10-15.
Saloom, G., & Rahmani, I. S. (2013). Pengantar Psikologi Politik. UIN Jakarta Press.
Yustisia, W., Hakim, M. A., & Ardi, R. (2021). Psikologi Politik. Kompas Media Nusantara.