Anda di halaman 1dari 5

Nama : Henike Primawanti

NPM : 170330200501
Program : Doktor
Prodi : Hubungan Internasional
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Sosial

 Ontologi Hubungan Internasional


Saat ini kajian Hubungan Internasional sangat luas sekali sehingga terus berkembang
dengan sangat cepat mengingat dunia semakin terintegrasi melampaui batas-batas negara, jarak
yang semakin kabur, hingga kemudahan manusia menerima informasi berkat kecanggihan
teknologi yang sangat maju. Kita hidup di zaman di mana bukan lagi teknologi yang berkembang
seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, namun justru sebaliknya: manusialah
akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Hubungan Internasional yang awalnya
berfokus pada aktor negara saja dan isu-isu high politics seperti strategi perang, kekuatan militer,
kini berkembang dan mulai menjalar pada isu-isu sosial seperti pemanasan global, gender, dan
kerja sama aktor-aktor non-negara seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau
International Non-Governmental Organizations (INGO’s), Organisasi Internasional (TNC,
MNC).
Bermula dari Inggris (Anglo Saxon), Hubungan Internasional berkembang ke wilayah
Eropa daratan (Eropa Continental), kemudian menjalar ke Amerika Serikat (Anglo America). Di
wilayah Anglo Amerika inilah, disiplin studi Hubungan Internasional mengalami masa kejayaan
dan keemasan. Setelah itu, berkembang ke wilayah negara-negara Dunia Ketiga, seperti Amerika
Latin, Asia, dan Afrika, termasuk ke wilayah Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Kemajuan
Hubungan Internasional di Indonesia juga didorong oleh adanya interaksi antar dosen dan
peneliti dari berbagai program studi Hubungan Internasional di Indonesia yang tergabung dalam
Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII), yang menjadi wadah bagi semua
dosen, staf pengajar, dan peneliti Hubungan Internasional untuk berdiskusi, sharing informasi,
pengalaman dan sharing pengetahuan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perkembangan
studi Hubungan Internasional.
 Epistemologi Hubungan Internasional
 Great Debate I (1960-1970an)
Pada Great Debate I, para ilmuan HI berdebat tentang bagaimana metodologi Hubungan
Internasional yang paling ilmiah dan dapat memenuhi standar ilmu pengetahuan, karena pada
masa itu ilmu sosial didominasi oleh pendekatan Behavioralisme dalam sains. Berdebat tentang
tentang bagaimana caranya memperoleh atau merumuskan sebuah teori yang akurat.
Adapun persamaan dan perbedaan antara Idealism (tradisional/klasik) dan Realism (saintifik):
 Persamaan: memiliki tujuan dan ambisi keilmuan yang sama, sama-sama mencari satu
penjelasan atau teori yang relative akurat untuk menjelaskan perilaku negara-negara
dalam Hubungan Internasional, mencari keteraturan-keteraturan dalam perilaku negara
berhubungan dengan negara lainnya yang dapat dirumuskan dalam preposisi-preposisi
dan teori-teori tertentu.
 Perbedaan: Idealism fokus kajian pada sejarah, pengalaman para diplomat, proses
diplomasi, biografi dan autobiografi mereka, pemikiran dan pandangan filosofis yang
dominan pada saat itu. Jika Realism saintifik mengkritik aliran klasik tidak ilmiah karena
tidak menggunakan metode penelitian secara empirik, sistematis dengan konsep dan teori
yang standar dan dapat digunakan untuk penelitian secara berulang.

Para saintifik (sering disebut juga Behavioralist) sangat dipengaruhi oleh pendekatan
saintifik dalam ilmu alam. Bagi mereka HI hanya akan maju jika meniru model ilmu-ilmu alam.
Filsafat ilmu yang dipakai oleh para saintifik adalah pendekatan Positivisme. Dalam positivisme,
ilmu pengetahuan muncul hanya melalui pengumpulan data yang dapat diamati. Pengumpulan
data ini, menurut mereka akan lebih mudah kalau dilakukan mengikuti tingkat atau level analisis
seperti: individu, kelompok, state, dan global sehingga memudahkan identifikasi pola. Kelompok
saintifik cenderung melakukan penelitian bersifat kuantitatif. Kaum Realis (tradisionalis/klasik)
mengkritik balik kaum saintifik, karena banyak konsep yang sulit diukur, misalnya: kekuasaan
(power) dan kepentingan nasional (national interest).
 Great Debate II (1980an-sekarang)

Perdebatan metodologi positivis/empiris versus post-positivist. Kritik post-positivist


terhadap positivist lebih filosofis dan dalam karena berkaitan dengan hakikat dunia sosial
(nature of the social world) atau ontologi dan hubungan antara pengetahuan kita denga dunia
sosial itu (epistemology).

 Tinjauan Ontologi
 Positivisme, mempercayai adanya realitas obyektivisme. HI bagi mereka adalah suatu
benda, suatu obyek, diluar sana.
 Post-positivist, sebaliknya tidak percaya pada dunia diluar sana, bagi mereka HI hanya
ide-ide atau konsep yang dipahami bersama oleh orang-orang, khususnya tentang
bagaimana seharusnya mengelola kehidupan mereka dan hubungan satu sama lain secara
politik. HI dibentuk secara eksklusif oleh bahasa, ide-ide dan konsep-konsep (subyektif).
 Tinjauan Epistemologi
Dengan cara apa kita dapat memperoleh pengetahuan tentang dunia?
 Positivist menjelaskan dunia ilmiah melalui penyelidikan yang menghasilkan proposisi-
proposisi yang secara empiris dapat diverifikasi.
 Post-Positivist, mencoba memahami dunia dan mengintepretasikan topik-topik yang
dikaji. Bagi mereka, sejarah, hukum atau moral politik dunia tidak dapat diterjemahkan
dalam Bahasa ilmiah atau science tanpa memahaminya.

 Metodologi Positivis dalam Hubungan Internasional

Positivisme merupakan metodologi penting dalam HI, banyak penelitian HI yang


menggunakannya, seperti (International Studies Quaterly, American Political Science Review,
etc). Metodologi positivis berpendapat bahwa observasi dan pengalaman adalah kunci untuk
membangun dan menilai teori-teori ilmiah. Inti positivisme adalah epistemologinya, yang
menegaskan bahwa ilmuan dapat membuat generalisasi tentang dunia sosial, termasuk hubungan
internasional yang dapat diuji.
Teori-teori Aliran Positivisme:

 Neorealisme Waltzian
 Teori sistem Kaplan
 Analisis Rational Choice (Scheling)
 Game theory

Metodologi Post Positivist dalam Hubungan Internasional:


Post positivist jauh lebih luas dan sangat bervariasi. Yang termasuk kedalamnya antara lain:
 Teori Kritis
 Postmodernisme
 Konstruktivisme
 Teori Normatif

 Aksiologi Hubungan Internasional

Menurut Andre (1999:2-3), pada mulanya, studi Hubungan Internasional didirikan


bertujuan untuk: (1) mencegah peperangan; (2) menciptakan perdamaian. Artinya, perang dapat
dicegah dan perdamaian dapat diciptakan apabila antar negara menjalin komunikasi, koordinasi,
kerjasama dan sinergi serta interaksi yang konstruktif. Saat itu, belum ada disiplin studi yang
mempelajari tentang hubungan negara dalam rangka mencegah peperangan dan menciptakan
perdamaian. Dalam konteks inilah, disiplin studi Hubungan Internasional lahir di dunia dan
dicetak untuk mempelajari hubungan antar negara yang bertujuan mencegah peperangan dan
menciptakan perdamaian dunia.
Hubungan Internasional juga sangat hirau akan isu keamanan non tradisional yakni salah
satunya isu kesehatan. Saat ini kita masih menghadapi pandemi Covid-19, Hubungan
Internasional mengajarkan tata kelola global (global governance) dimana kita sebagai umat
manusia perlu membangun kerja sama diberbagai bidang seperti saling membantu alat medis
antar negara-negara, cepat dan tanggap menjalankan himbauan World Health Organizations
(WHO), pemulangan warga negara asing ke negara asalnya, berusaha membendung infodemi
yang keliru. Hubungan Internasional di sini melihat kebenaran moral bahwa sesungguhnya
kemanusiaan hal yang sangat penting.
Jackson dan Sorensen (2005,2) dikemukakan bahwa pentingnya belajar HI terkait dengan
adanya fakta bahwa seluruh penduduk dunia terbagi ke dalam wilayah komunitas politik yang
terpisah, yaitu dalam satu entitas negara-bangsa, yang sangat mempengaruhi cara hidup manusia.
Secara bersama-sama kemudian negara-negara tersebut membentuk sistem internasional yang
akhirnya menjadi sistem global. Setidaknya, di dalam sistem global tersebut terdapat kurang
lebih 190 negara-bangsa yang berinteraksi satu sama lain. Sehingga, setiap orang dimuka bumi
ini tidak hanya hidup disalah satu dari negara tersebut, tapi juga merupakan warga negara dari
salah satu negara tersebut dan sangat jarang lebih dari satu negara. Jadi, baik laki-laki maupun
perempuan serta anak-anak dimuka bumi ini terkait dengan negara tertentu, dan melalui negara
itu terkait dengan sistem negara yang mempengaruhi kehidupan dalam cara-cara yang penting
yang mungkin tidak sepenuhnya mereka menyadari. Oleh karena itu, sangat penting kemudian
belajar Hubungan Internasional jika melihat fenomena negara-bangsa serta dinamika didalamnya
yang mempengaruhi perilaku warga negaranya.

Anda mungkin juga menyukai