Anda di halaman 1dari 10

Hanya Berilmu? Tidak Cukup!

: Kontribusi Mahasiswa sebagai


Cendekiawan Muda bagi Pengembangan Ilmu Psikologi
Olyn Silvania
169114096/B

I. Pendahuluan
Salah satu bidang psikologi yang penulis minati adalah Psikologi
Perkembangan, yaitu bidang studi yang mempelajari tentang pola perubahan
manusia sejak masa pembuahan hingga meninggal berupa pertumbuhan,
pemeliharaan, dan penurunan (Santrock, 2011). Penulis berefleksi bahwa
perkembangan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor seperti biologis,
sosiokultural, dan individual, sehingga menyebabkan setiap orang memiliki
kepribadian dan perilaku yang berbeda. Di sisi lain seiring dengan perubahan
zaman, fenomena yang ada di masyarakat akan semakin beragam. Oleh karena itu,
psikolog, peneliti, dan ilmuwan perlu memahami perilaku manusia secara
mendalam, mengkaji fenomena di masyarakat, dan pada akhirnya berkontribusi
dalam menyelesaikan permasalahan hidup manusia. Upaya tersebut dapat
difasilitasi melalui pengembangan ilmu psikologi.
Namun, psikologi sebagai ilmu diperdebatkan oleh banyak ilmuwan hingga
kini. Perdebatan tersebut diawali oleh Wilhelm Wundt yang mendirikan
laboratorium penelitian ilmiah psikologi pertama di Universitas Leipzig, Jerman
(Schultz & Schultz, 2008; Shiraev, 2011). Wundt menggunakan metode ilmiah
untuk memahami kesadaran manusia yang terdiri atas kumpulan elemen
psikologis yang teridentifikasi. Penelitian Wundt menghasilkan subject matter
psikologi pertama yakni kesadaran (Leahey, dalam Henriques, 2011). Lalu,
subject matter psikologi kedua adalah ketidaksadaran yang berasal dari penelitian
Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung. Terakhir, subject matter psikologi ketiga
adalah fungsionalisme yang berasal dari penelitian Herbert Spencer dan William
James (Schultz & Schultz, 2008).
Sepanjang abad ke 19 hingga 20, terjadi berbagai perdebatan tentang ilmu
psikologi berupa kritik antaraliran psikologi. Salah satunya adalah kritik psikolog

1
Gestalt terhadap pendekatan behaviorisme. Psikolog Gestalt yang menekankan
pada perlunya melihat pengalaman atau fenomena secara menyeluruh, tidak
menyetujui pendekatan behaviorisme Wundt dan Waston terkait pereduksian
fenomena menjadi elemen-elemen kecil. Hal tersebut menarik perhatian Lev
Vygotsky. Namun, Vygotsky merasa bahwa teori Gestalt juga gagal memahami
fenomena secara kompleks. Vygotsky menyatakan bahwa krisis dalam psikologi
akan terus ada jika seseorang tetap menerima kritik Gestalt terhadap pendekatan
sebelumnya. Menurut Vygotsky (1978), krisis psikologi merupakan suatu keadaan
di mana keragaman psikologi terpecah menjadi dua bagian besar yakni sains
natural (natural science) dan sains mental (mental science). Goertzen (2008)
menegaskan bahwa krisis psikologi terjadi apabila terjadi perpecahan disiplin ilmu
yang memengaruhi masa depan.
Pada dasarnya, penelitian yang telah dilakukan ilmuwan terdahulu dan kritik
antaraliran psikologi bertujuan untuk menyempurnakan pengetahuan tentang
perilaku manusia yang kompleks. Penulis beragumen bahwa psikologi dapat
dikatakan sebagai ilmu apabila terdapat penerapan metode ilmiah (natural
science) untuk meneliti perilaku manusia yang dinamis (mental science).
Meskipun demikian, krisis dalam psikologi tidak hanya berasal dari di masa lalu,
namun dapat muncul di masa kini dan bahkan masa depan. Krisis dapat muncul
apabila psikolog, peneliti, dan ilmuwan hanya condong ke satu hal, natural
science atau mental science. Kecondongan pada satu hal menimbulkan kesan
ketidakterbukaan akan kondisi masyarakat yang ada, sehingga upaya
pengembangan ilmu psikologi menjadi tidak optimal
Penulis beragumen bahwa upaya pengembangan ilmu psikologi sebaiknya
tidak hanya dilakukan oleh psikolog, peneliti, dan ilmuwan namun pembelajar
atau mahasiswa psikologi perlu berkontribusi di dalamnya. Hal tersebut penting
agar pengembangan ilmu menjadi optimal sehingga dapat membantu mengatasi
krisis psikologi. Hal ini disebabkan karena mahasiswa merupakan bagian dari
cendekiawan muda, yakni kelompok masyarakat terdidik yang telah dibekali
berbagai ilmu dan keterampilan dari perkuliahan. Meskipun demikian, sebaiknya
tidak hanya menerima ilmu dari perkuliahan saja, namun mereka perlu

2
mengembangkan ilmunya secara lebih luas kepada masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, terdapat pertanyaan penelitian yang ingin dijawab yaitu, "Apakah
kontribusi yang dapat dilakukan mahasiswa S1 Psikologi untuk mengembangkan
ilmu secara lebih luas bagi masyarakat?." Pertanyaan tersebut akan dijawab
dengan meninjau sejarah dan aliran psikologi.

II. Hasil
Banyaknya penemuan sepanjang abad ke 19 hingga 20 memotivasi ilmuwan
psikologi untuk melakukan penelitian dengan metode ilmiah (science), yakni
pencarian pengetahuan akan alam dan dunia sosial dengan metode sistematis
berdasarkan bukti yang sudah ada (Henriques, 2016). Hal tersebut bertujuan untuk
memajukan pengetahuan psikologi. Ilmuwan psikologi memandang pengetahuan
sebagai alat praktis untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. Pandangan
tersebut dipengaruhi oleh gagasan utilitarism dari James Mill dan John Stuart Mill
bahwa individu yang berpengetahuan luas dapat menentukan tindakan terbaik
untuk diri sendiri maupun orang lain (Shiraev, 2011).
Wilhelm Wundt merupakan pendiri laboratorium psikologi pertama di Jerman
yang menerapkan metode ilmiah seperti pengamatan, pengukuran, dan pengujian
sistematis untuk meneliti elemen pengalaman sadar manusia (Schultz & Schultz,
2008; Shiraev, 2011). Laboratorium Wundt memolopori penelitian psikologi
eksperimen yang berkembang ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Rusia,
Kanada, Perancis, dan Inggris. Penelitian psikologi eksperimen dalam
laboratorium dikembangkan oleh beberapa ilmuwan psikologi behaviorisme
seperti (1) Thorndike yang mencetuskan studi psikologi hewan; (2) Pavlov yang
meneliti tentang refleks terkondisi; (3) Bekthterev yang mengenalkan prinsip
transformasi energi; dan (4) Watson yang melihat psikologi sebagai cabang dari
ilmu pengetahuan alam.
Secara keseluruhan, psikologi behaviorisme menekankan pada pentingnya
meneliti perilaku manusia dengan menggunakan metode objektif. Dari penelitian
psikologi behaviorisme, para peneliti melanjutkan studi tentang ingatan,
kecerdasan, pembelajaran, dan motivasi. Meskipun demikian, penelitian tentang

3
subjektivitas manusia juga tidak dilupakan. Hal ini dibuktikan dari salah satu
penelitian ilmuwan psikologi bernama Vygotsky. Beliau meneliti tentang
perkembangan sosiokultural seseorang di mana perkembangan kognitif seseorang
diperoleh dari interaksi sosial dalam konteks budaya di mana ia dibesarkan
(Danobroto, 2015).
Pada tahun 1950-an, banyak psikolog yang mengkritik pendekatan
behaviorisme terkait teori belajarnya. Banyak psikolog memandang bahwa teori
belajar behavioristik hanya memberikan informasi terkait proses belajar individu,
namun belum menggambarkan dunia batin dari individu tersebut. Selain itu, para
psikolog mengkritik bahwa kajian perilaku manusia yang terlalu berfokus pada
saintifik beresiko menghilangkan esensi keberadaan manusia. Kritik psikolog
akan psikologi behaviorisme melahirkan pendekatan baru yakni psikologi
humanistik. Psikologi humanistik melihat kekuatan manusia sebagai pribadi utuh
yang memiliki tanggung jawab dan kapasitas untuk menentukan pilihan secara
bebas. Selain itu, psikologi humanistik menghargai keunikan individu. Penelitian
psikologi humanistik dilakukan oleh beberapa ilmuwan yaitu (1) Maslow yang
meneliti tentang fungsi manusia yang optimal, matang, dan sehat dan (2) Rogers
yang meneliti tentang person centered theraphy, yakni metode terapi yang
mengajarkan terapis untuk menunjukkan keaslian, rasa empati, dan penghargaan
positif tak bersyarat sehingga mendorong klien untuk berani terbuka akan
masalahnya dan akhirnya mencapai potensinya secara utuh (Shiraev, 2011).
Dari uraian sejarah di atas, penulis belajar bahwa penelitian dengan metode
ilmiah dapat menjadi sarana untuk memahami perilaku manusia. Ditinjau dari
sejarah psikologi behaviorisme, kontribusi yang dapat dilakukan mahasiswa S1
Psikologi adalah membuat karya ilmiah atau skripsi yang melibatkan beberapa
proses yakni menjelaskan latar belakang, merumuskan pertanyaan atau hipotesis
penelitian, membaca berbagai literatur, mengolah data, menguraikan hasil
penelitian, dan membuat kesimpulan. Melalui skripsi, mahasiswa dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan baik berupa penemuan baru maupun
pengembangan penelitian sebelumnya dan memberikan solusi atas permasalahan
tertentu. Kontribusi lain yang dapat dilakukan adalah mengkritisi fenomena di

4
masyarakat melalui pendapat atau argumen berdasarkan bukti empiris yang telah
ada seperti buku, jurnal penelitian, dan data statistik. Mahasiswa perlu menyajikan
hasil penelitian dan pendapat kritis atas fenomena di masyarakat dengan bahasa
yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
Selanjutnya apabila ditinjau dari teori perkembangan sosiokultural kontribusi
yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengembangkan ilmunya adalah
berinteraksi dengan orang lain seperti dosen, orang tua, senior, teman sebaya, dan
masyarakat (Shiraev, 2011). Selain berinteraksi, mahasiswa perlu berkontribusi
untuk membantu menyelesaikan orang lain di sekelilingnya. Ditinjau dari
psikologi humanistik, mahasiswa perlu mengembangkan sikap empati,
menunjukkan keaslian, dan penghargaan positif tak bersyarat agar membentuk
hubungan yang sehat dan ramah. Ketika membantu menyelesaikan masalah orang
lain, mahasiswa perlu mempelajari teori yang relevan dan pengalaman pribadi
yang dapat menjadi pedoman untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang
memiliki masalah yang sama.

III. Pembahasan
Psikologi telah berkembang cukup pesat sejak pertama kali dipelajari.
Psikologi merupakan sesuatu yang berasal dari usaha para ilmuwan dan filsuf
untuk membantu masyarakat dalam memahami pikiran dan perilaku manusia dari
yang paling primitif hingga kompleks. Dengan demikian, psikologi merupakan
bidang studi yang mempelajari tentang perilaku manusia (Henriques, 2003). Akan
tetapi, terdapat perdebatan mengenai peranan psikologi sebagai ilmu hingga kini.
Banyak ilmuwan berpendapat bahwa psikologi seharusnya dapat berdiri sejajar
dengan ilmu alam. Ditinjau dari pendekatan behaviorisme, banyak ilmuwan
berpendapat bahwa psikologi perlu menggunakan metode objektif seperti
pengukuran untuk memahami pikiran dan perilaku manusia secara lebih praktis.
Akan tetapi, psikologi dapat menjadi bagian dari ilmu sosial karena memiliki
metode yang khas yakni lebih bersifat fenomenologi deskriptif. Ditinjau dari
pendekatan humanistik, banyak psikolog berpendapat bahwa selain pengukuran
untuk meneliti fungsi manusia, penelitian perlu memerhatikan esensi keberadaan

5
manusia sebagai pribadi utuh dan unik yang memiliki tanggung jawab, potensi,
dan kapasitas untuk menentukan pilihan secara bebas (Shiraev, 2011). Singkatnya,
psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu apabila terdapat penerapan metode ilmiah
(natural science) untuk meneliti perilaku manusia yang dinamis (mental science).
Seperti yang telah disinggung di bagian pendahuluan, Vygotsky
menjelaskan bahwa krisis psikologi merupakan suatu keadaan di mana keragaman
psikologi terpecah menjadi dua bagian besar yakni natural science dan mental
science. Vygotsky menyatakan bahwa perpecahan keragaman psikologi
disebabkan karena adanya ketegangan dualistik yakni objektivitas versus
subjektivitas (Goertzen, 2008). Lebih lanjut, Kendler (dalam Goertzen, 2009)
perpecahan keragaman psikologi juga merupakan hasil ketegangan filosofis yang
mendasarinya baik ontologi (misalnya perilaku versus neurofisiologi versus
pengalaman fenomenal) dan epistemologi (misalnya penjelasan versus
pemahaman). Dengan demikian, krisis psikologi dapat muncul dalam kehidupan
sehari-hari yakni ketika mahasiswa, psikolog, peneliti, dan ilmuwan
mencondongkan diri ke satu hal natural science atau mental science.
Kecondongan berlebihan pada natural science dapat berupa cenderung
mengabaikan konteks sosial yang diteliti, kurangnya fleksibilitas saat melakukan
penelitian di lapangan, dan menyajikan hasil penelitian yang hanya terbatas pada
deskripsi numerik sehingga menimbulkan kesan mengabaikan esensi perilaku
manusia (Bakan, 1996). Sedangkan, kecondongan berlebihan pada mental science
dapat berupa terlalu menekankan asumsi pribadi, menyajikan pendapat tanpa
bukti yang jelas atau terlalu memakai common sense, dan tidak menyusun
prosedur penelitian secara jelas. Jika krisis psikologi berlangsung terus-menerus,
maka akan menimbulkan beberapa resiko yakni psikologi akan kehilangan makna
dari isinya, metodenya, dan misi untuk membantu masyarakat dalam memahami
perilaku manusia (Bakan, 1996). Hal tersebut dapat mengakibatkan
pengembangan ilmu psikologi menjadi tidak optimal.
Pengembangan ilmu psikologi akan menjadi optimal apabila semua pihak
terlibat seperti psikologi, peneliti, dan ilmuwan (Zittoun, Gillespie, & Cornish,
2008). Meskipun demikian, mahasiswa juga dapat terlibat di dalamnya dengan

6
tidak terlalu mencondongkan diri ke satu hal baik natural science atau mental
science. Apabila dilihat dari sisi natural science, mahasiswa dapat berkontribusi
dengan (1) memberikan sumbangan ilmu pengetahuan berupa solusi atas
permasalahan tertentu melalui karya ilmiah atau skripsi, dan (2) mengkritisi
fenomena di masyarakat berdasarkan bukti empiris dengan memakai bahasa yang
mudah dimengerti masyarakat awam. Sedangkan apabila dilihat dari sisi mental
science, mahasiswa dapat membantu menyelesaikan masalah orang lain di
sekelilingnya dengan menggunakan teori yang relevan dan pengalaman
pribadinya. Ketika membantu menyelesaikan masalah orang lain, mahasiswa
perlu mengembangkan empati dan penghargaan positif tak bersyarat agar orang
lain merasa nyaman dan lebih terbuka (Shiraev, 2011). Meskipun demikian,
kontribusi pengembangan ilmu tersebut baru berfokus untuk masa kini.
Sedangkan, kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.
Pengembangan ilmu psikologi di masa depan dapat dilakukan dengan
menggunakan pendapat kritis atas fenomena di masyarakat dan solusi
permasalahan hidup manusia yang berasal dari masa lalu atapun masa kini sebagai
referensi dalam mengatasi berbagai kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Kemudian, pengembangan ilmu psikologi di masa depan dapat dilakukan dengan
mengombinasikan metode dari berbagai aliran untuk meneliti isu psikologis
(Shiraev, 2011). Lalu pengembangan ilmu psikologi di masa depan sebaiknya
mengkoordinasikan metodologi, pengalaman, dan tradisi. Selain itu,
pengembangan ilmu psikologi di masa depan berfokus pada kinerja dari bawah ke
atas (bottom-up work) melalui hubungan yang melampaui batas dan
mendefinisikan kembali batasan disiplin ilmu psikologi (Zittoun et al., 2009).

7
DAFTAR PUSTAKA
Bakan, D. (1996). The crisis in psychology. Journal of Distress and Homeless,
5(4), 335-342.

Danoebroto, S. W. (2015). Teori belajar konstruktivis Piaget dan Vygotsky.


Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education. 2(3), 191-198.

Goertzen, J. R. (2008). On the possibility of unification: The reality and nature of


the crisis in psychology. 18(6), Theory & Psychology, 829-852. doi:
10.1177/0959354308097260

Henriques, G. (2011). A new unified theory of psychology. New York : Springer.

Henriques, G. (2016, Januari 27). The “is psychology a sicence?” debate :


reviewing the ways in which psychology is and is not a science. Diunduh dari
https://www.psychologytoday.com/intl/blog/theory-knowledge/201601/the-
is-psychology-science-debate

Henriques, G. (2003). The tree of knowledge system and the theoretical unification
of psychology. Review of General Psychology, 7(2), 150-182. doi:
10.1037/1089-2680.7.2.150

Santrock, J. W. (2011). Perkembangan masa hidup edisi ketigabelas jilid 1. Jakarta:


Penerbit Erlangga

Shiraev, E. (2011). A history of psychology a global perspective. California: SAGE


Publications Inc.

Schultz, D. P & Schultz, S. E. (2008). A history of modern psychology ninth


edition. California : Thomson Higher Education.

Vygotsky, L. S. (1978). Mind society : the development of higher psychological


processes. London : Harvard University Press.

Zittoun, T., Gillespie, A., & Cornish, F. (2009). Fragmentation or differentiation:


Questioning the crisis in psychology. Integration Psychology Behavior, 43,
104-115. doi: 10.1007/s12124-008-9083-6

8
9
10

Anda mungkin juga menyukai