Anda di halaman 1dari 12

Pengantar Psikologi

Pengantar Psikologi
Oleh: Dr. Sunarto

Psikologi tidak mempunyai definisi resmi, terutama di lnggris. Meskipun setiap orang dapat
menyebut dirinya sebagai psikolog, kebanyakan dari mereka menghubungkan istilah ini dengan
lulusan 51 atau yang setara dengan sarjana, dan ada yang akan berpikir lebih lauh tentang
kualifikasi dan atau pengalaman pada wilayah khusus, Mereka menganggap psikologi sebagai
studi tentang perilaku dan pengalaman manusia yang kurang lebih bersifat ilmiah. Mereka
membedakannya dengan psikiatri, yaitu orang dengan kualitas medis khusus di bidang mental
dan tingkah laku aneh. Psikologi juga dibedakan secara tajam dengan psikoanalisis yaitu orang
yang menerapkan-metode perawatan khusus dari Freud (dan dari metode-metode yang serupa).
Meskipun ada perbedaan konseptual namun dalam prakteknya ada kesimpangsiuran. Psikolog
berhubungan dengan masalah yang juga dihadapi oleh psikiater dan keduanya mungkin sama-
sama menggunakan metodologi psikoanalis. Akan tetapi psikolog mempunyai jangkauan yang
lebih luas. Karena itu yang akan dibahas di sini adalah psikologi dalam konteks akademik.
Ungkapan bahwa 'psikologi telah lama ada tetapi sejarahnya hanya singkat, dibuat oleh
Herman Etbinghause (1908)dan sejak itu ucapan ini sering dikutip. Sebuah usaha studi ilmiah
yang sistematis terhadap psikologi, sebagaimana yang dilakukan pada cabang ilmu lainnya dapat
dikatakan telah muncul pada pertengahan abad ke-19. Laboratorium psikologi yang pertama
adalah milik Willhelm Wundt (1879) di Leipzig, sedangkan pengukuran psikometrik diawali oleh
Francis Galton dalam buku Hereditary Genius (1869). Namun demikian masalah yang dihadapi
psikolog barangkali sama banyaknya dengan jumlah ras manusia. Semua masyarakat yang kita
kenal telah berusaha menangani masalah-masalah tersebut, dengan berbagai kecanggihannya.
Baru-baru ini ada yang tertarik pada “psikologi pribum” baik di dalam budaya kita sendiri
maupun budaya lainnya.
Istilah itu sendiri, bagaimanapun juga secara etnosentris digunakan untuk psikologi “kita”.
Seperti semua istilah lainnya (sejarah, kimia), istilah ini juga mengacu pada bidang yang sangat
berbeda. Tiga di antaranya saya bedakan menjadi bidang disiplin, profesi dan subyek. Disiplin
berarti suatu serangkaian masalah yang dihubungkan serta metode dan teori yang dibuat untuk
memecahkannya. Profesi, berarti sekelompok orang yang terlibat dalam pekerjaan, entah itu

1
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

sebagai peneliti, guru atau praktisi; mereka mungkin terorganisasi dan mungkin juga tidak.
Subyek berarti pemilihan bahan dan sumber untuk pengajaran dan penyebaran untuk umum.
Semua ini dapat dianalisa lebih jauh. Jadi antara disiplin psikologi, problem dan investigasinya
mempunyai hubungan yang refleksif. Apa yang dilakukan dan dikatakan psikolog adalah bagian
dari masalah subyek mereka dan berperan untuk mengubah keadaan. Pada dasarnya, dalam satu
pengertian, semua penjelasan itu sendiri adalah sebuah penegasan; teori tentang tingkah laku
manusia adalah bagian dari tingkah laku mereka sendiri yang perlu disesuaikan dalam teori.
Dengan demikian tidak ada teori yang lengkap. Pada umumnya ada sedikit keragu-raguan bahwa
tingkah laku manusia (Barat) masa sekarang tidak lagi sama dengan masa pertengahan 1890-an
dan ini sekurang-kurangnya mengacu pada dampak kerja psikologi (dan pekerjaan yang berkaitan;
mungkin juga, khuzusnya, psikoanalis dan psikometri).
Psikologi pada gilirannya akan berubah karena adanya perubahan tingkah laku; kini
manusia mampu, misalnya, menerbangkan pesawat tempur atau membuat program komputer
yang tidak ada pada abad ke-19. Tidak ada lagi banyak frustasi dari para penggemar komputer
ketimbang mereka yang mencari mesin. Tanpa hardware dan software tak ada korespondensi
aktivitas mental atau, jika ada, tidak akan ada kemampuan tanpa keahlian.
Semua disiplin yang berhubungan dengan tingkah laku manusia dalam ruang lingkup
tertentu selalu tumpang tindih tapi masing-masing bisa dikatakan mempunyai suatu fokus
terhadap karakteristik kepentingan dan metodologi. Fokus sejarah adalah masa lalu; tentang
pengobatan, penyakit, kesehatan atau keduanya. Fokus psikologi bisa dianggap sebagai tingkah
laku dan pengalaman individu. Tujuan umumnya, yang bervariasi, bisa dipahami, dijelaskan,
diperkirakan dan dikontrol. Beberapa pendekatan psikologi lebih menekankan para pemahaman
empatik dan intuitif, tetapi mayoritas lebih berusaha menyerupai cabang ilmu lainnya yang
berdasarkan pembentukan hipotesa yang dapat diuji dengan data empiris obyektif, dan idealnya
dengan eksperimen di mana variabel relevannya dapat dimanipulasi dan dikontrol. Ilmu tentang
manusia lainnya seperti sejarah dan antropologi jarang yang dapat diuji dengan ekperimen.
Bahkan dalam psikologi eksperimen itu tidak mungkin dilakukan. Ada banyak variabel yang tidak
dapat dimanipulasi karena alasan etis dan praktis. Beberapa investigasi harus menggunakan
variasi kejadian alam misalnya pada contoh anak kembar atau perbedaan budaya dalam mengasuh
anak; yang lainnya lagi mengandalkan korelasi antara variable yang dapat diamati; yang lainnya
mungkin sebagian besar berupa deskripsi. Beberapa informasi didapat hanya dengan introspeksi
misalnya setelah orang-orang mengatakan apa yang ia pikirkan. Namun demikian metode itu
dapat dipakai untuk mengumpulkan data yang kurang lebih sistematis dan obyektif. Kebanyakan

2
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

investigasi berusaha menggunakan analisis deskripsi dan statistik yang cukup canggih agar
dipercaya, entah itu nantinya hasilnya akan sangat berarti atau hanya bersifat sementara. Inilah
sesungguhnya perbedaan pokok pendekatan psikologi dari cara tradisional yang menangani
masalah perilaku manusia, yang sebagian besar berdasar pada nalar namun juga sering
berdasarkan konvensi, praduga, kabar, politik dan lain-lain. Gambaran sifat dari psikologi bisa
berarti bahwa keutuhan obyektivitas adalah tidak mungkin, tetapi beberapa ahli menyatakan ini
untuk cabang ilmu yang lain: hal ini tidak berarti bahwa obyektivitas yang lebih luas tidak dapat
dicari.
Ada banyak cara berpikir, atau bisa dikatakan tidak terbatas, tentang tingkah laku manusia,
dan psikologi cenderung mendominasi dengan satu mode berpikir kendati tidak secara eksklusif
dan tiap kasus bisa melebar variasinya. Mode dominant yang pertama muncul pada abad ke-20
(1910-1960) adalah aliran behavioris. Pembahasannya dimulai dari pandangan yang sederhana
bahwa tingkah laku dapat diteliti, (dan karena itu) dapat dirumuskan atau dibuat teori, sampai
kepada analisis eksperimental yang lebih canggih terhadap perkembangan tingkah laku yang
dilakukan oleh B. F. Skinner dan pengikutnya. Sejak tahun 1950-an mode "kognitif " menjadi
dominan. Mode ini menekankan usaha membentuk model dari apa yang sedang terjadi di dalam
pikiran, dengan input dari kerja kecerdasan buatan. Tetapi mode yang bisa disebut “kultural”
muncul dengan cepatdi tahun 1990-an. Mode tersebut menekankan tentang bagaimana tingkah
laku manusia tidak hanya bisa dipengaruhi tetapi secara simbolis juga diciptakan oleh konteks
sosial. Fokusnya pada individu sebagai aspek dari sesuatu keseluruhan yang kompleks.
Yang termasuk di dalam profesi psikologi bisa dikatakan adalah semua orang yang
berhubungan langsung dengan problem tingkah laku individu dan pengalamannya, entah itu
dengan mengajar, meneliti atau praktek. Kebanyakan negara industri telah mengembangkan
sistem perizinan profesi psikolog, umumnya berdasar pada gelar yang diakui ditambah dengan
kualifikasi yang lebih
spesifik dan pengalaman. Dalam beberapa kasus, hal ini menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat, sedang dalam kasus lainnya menjadi tanggung jawab organisasi profesi. Bentuk
cabang kerja profesi yang diakui saat ini berupa klinik, pendidikan, pekerjaan, konseling,
kriminologi, pengajaran psikologi dan penelitian. Perbedaan di antaranya sangat penting bagi para
praktisi tetapi bagi peneliti mungkin sulit mengikuti salah satu diantara mereka. Contohnya,
seorang psikolog mungkin melakukan tes intelegensi atau kepribadian dan mendiskusikannya
dengan klien, atau merancang dan melakukan investigasi eksperimental, atau mengajar murid-
muridnya. Sebaliknya, dua orang, bahkan dalam satu cabang yang sama, mungkin melakukan

3
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

tugas harian yang lain sama sekali. Perbedaan lebih pada kontek ketimbang tujuan utama
pekerjaan. Jadi klinik psikolog pada umumnya berasosiasi dengan rumah sakit atau badan
kesehatan, meski beberapa diantaranya menjalankan praktik pribadi tersendiri, yang berhubungan
dengan mental dan tingkah laku tidak normal; psikolog yang bekerja di perusahaan industri
terutama sekali berhubungan dengan masalah-masalah "biasa" dari pegawai, kondisi pekerjaan,
ergonomi dan lain-lain; sedang guru dalam bidang ini juga ada di sekolah, akademi dan perguruan
tinggi. Masih banyak wilayah profesi ini seperti penelitian pasar yang sedikit berbeda definisi dan
aturannya.
Gambaran yang lebih abstrak mengenai apa yang dilakukan psikolog, menurut filosof
Richard Peters (1953) adalah mereka biasanya berhubungan dengan satu atau dari empat
pertanyaan. Pertama adalah pertanyaan teori yaitu pertanyaan ilmiah tentang apakah masalahnya,
apakah yang benar, di bawah kondisi apa dan mengapa. Kedua adalah pertanyaan teknologi:
bagaimana agar tujuan praktis didapat apa pun tingkat ilmu pengetahuannya. Yang ketiga adalah
pertanyaan tentang kebijakan, etika dan moral. Hampir semua psikolog mengangkat persoalan
baik itu yang berhubungan dengan individu maupun akibatnya terhadap masyarakat dalam
konteks yang lebih luas. Keempat adalah pertanyaan filsafat, termasuk di antaranya adalah jenis
aktivitas apakah psikologi itu sendiri dan asumsi apa yang mendasari teori dan metodenya.
Banyak problem praktis mencakup keempat pertanyaan itu. Contohnya, apakah hukuman fisik
bisa diterapkan pada anak-anak (masih diperdebatkan di Inggris). Bagaimana pembuktian ilmiah
didapat merupakan teka-teki dan bagaimana cara menunjukkan
bahwa hukuman semacam itu bisa berlaku atau tidak; di sini jelas melibatkan masalah etika,
dan mungkin juga melibatkan sudut pandang kemanusiaan kita, yaitu apakah hal ini baik, buruk,
ataukah normal secara intrinsik.
Pada tingkat yang lain seseorang dapat mengatakan bahwa psikolog pada umumnya
berhubungan dengan salah satu dari empat aktivitas atau beberapa kombinasi dari keempatnya.
Pertama teoretisasi yaitu mencoba memahami keadaan dari pengetahuan pada saat tertentu. Kedua
adalah penelitian empiris di bawah kondisi yang kurang lebih terkendali, dan biasanya dengan
melakukan eksperimen. Ketiga adalah psikometrik yaitu menilai perbedaan dan persamaan
manusia menggunakan instrumen standar (tes). Keempat adalah bersifat klinis yaitu membantu
orang bermasalah tanpa harus menyatakan bahwa mereka adalah pathologis. Sekali lagi dalam
praktek ini semua sering tumpang tindih. Sebuah tes psikometrik bisa digunakan pada beberapa
eksperimen atau diagnosa masalah. Eksperimen digunakan untuk menguji teori. Tetapi secara

4
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

konseptual, dan pada level historis, pendekatannya berbeda pada subyek persoalan yang sama,
yaitu tingkah laku manusia.
Beberapa pakar utama historis dari psikologi dijumpai di Jerman, Perancis, Inggris dan
Rusia, tapi sejak perang dunia pertama psikologi didominasi oleh Amerika dalam jumlah dan
pengaruh, meski sekarang mulai terjadi pemulihan keseimbangan. Ketidakseimbangan lain dalam
psikologiyang semakin meningkat adalah bahwa psikologi sebagai profesi cenderung hanya untuk
perempuan. Mahasiswa psikologi di Eropa dan Amerika 80 persen adalah perempuan. Psikologi
dipandang sebagai bidang 'perempuan,' ketika perempuan yang masuk ke pendidikan tinggi
psikologi melebihi laki-laki (di Inggris tahun 1993). Pandangan bahwa psikologi hanya cocok-bagi
salah satu jenis kelamin tampaknya sudah terbentuk sejak masa remaja, kendati sulit untuk
dipahami. Perbedaan utamanya tampaknya dihubungkan dengan ide bahwa bidang dari pekerjaan
itu 'berorientasi benda' atau 'berorientasi orang.'
Subyek yang saya maksudkan tidak hanya mengacu pada pengajaran tetapi juga penyebaran
dalam pengertian yang lebih luas misalnya melalui buku-buku dan jurnal ilmiah. Tidak ada
kesepakatan mengenai talsonomi psikologi, mungkin karena sifat relatifnya, namun
pengelompokan baru dari subyek ini terus-menerus muncul. Bagaimanapun juga, sebagaimana
yang dikenal dalam texbook, psikologi mencakup sekurang-kurangnya bidang-bidang berikut ini:
L. Basis biologis dari tingkah laku genetik, otak dan sistem syaraf, pikiran, sistem hormon; 2.
proses kognitif - persepsi, pembelajaran, memori, pikiran, bahasa; 3. Proses sosial - interaksi
antara dua orang atau lebih, misalnya orang tua dan anak, kelompok, media massa, 4. Emosi dan
motivasi; 5. Perbedaan individu misalnya kemampuan intelektual, kepribadian; 6. Mentaldan
tingkah laku abnormal; 7. Perkembangan dari bayi sampai tua; 8. Konsep teoretis dan isu-isu
sejarah dalam psikologi; 9. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif; 10. Aplikasi psikologi
(dengan pelatihan khusus di tingkat pasca sarjana). Pengajaran psikologi untuk tujuan yang lain,
seperti kursus-kursus prasarjana, biasanya hanya mengandung pilihan yang lebih sedikit dari
menu yang sama. Psikologi kini berkembang sebagai bagian dari perdagangan dan pelatihan
profesi, dari penata rambut sampai polisi. Di masa yang lalu tidak diragukan lagi bahwa
pengajaran yang diberikan adalah tidak lengkap dan tidak relevan, tapi sekarang
perkembangannya sangat banyak. Ketimbang mengajarkan versi psikologi yang begitu banyak,
para pengajar bertanya mengenai masalah-masalah apa yang ada dalam pekerjaan tertentu dan
apakah ada sesuatu di dalam psikologi yang mungkin dapat digunakan. Hal ini berhubungan
dengan fakta bahwa psikologi pelan-pelan naik daun diberbagai negara di mana psikologi
diajarkan secara sistematis.

5
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

Dalam pandangan ini, dan berdasar perjalanan sejarahnya yang telah berjalan sekitar satu
setengah abad, agak mengejutkan bahwa gambaran publik tentang psikologi semakin sama
banyak variasinya dengan psikologi itu sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa 'psikolog'
dipandang sebagai pembimbing "untuk segala tujuan" dengan cara yang samar-samar walaupun
mungkin tidak banyak membantu. Psikologi dianggap sebagai cara yang intuitif dan tidak ilmiah
dalam menangani kondisi abnormal, yang pada umumnya dengan merekomendasikan
pendekatan yang hangat dan "lembut." Dalam pandangan yang berlawanan, psikologi seringkali
dilihat cara yang masuk akal dan sekaligus tidak masuk akal; dan ini tidak efektif dan berbahaya.
Psikologi seringkali (tetapi tidak selalu) dicemooh di media massa, di mana kata tersebut dapat
saling ditukar dengan psikiater. Toko buku umum sering mempunyai tempat yang diberi label
"psikologi" yang sebagian besar berisi psikoanalisa; ini menunjukkan dengan jelas
bahwa pengaruh kultural Freud telah mewarnai pandangan populer tentang psikologi yang
sebenarnya sangat berbeda dengan psikoanalisa tersebut. Mungkin yang lebih unik, toko yang
sama ini juga menempatkan counter "psikologi populer" yang sebagian besar berisi macam-
macam buku pertolongan diri sendiri. Buku-buku ini kadang-kadang mengambil dari penelitian
tetapi biasanya mengandalkan cara dari fantasi penulis sendiri yang dipakai berabad-abad yang
lalu ditambah dengan hal-hal apa saja yang sedang laku di masyarakat.
Memang ada beberapa bukti meningkatnya popularitas dari apa yang bisa disebut dengan
"psikologi semu" di bawah pikiran "New Age". Para akademisi telah melaporkan adanya
peningkatan jumlah siswa yang tidak hanya menolak penemuan ilmiah tetapi juga menolak
pencarian obyektivitas ilmiah. Sikap yang sama juga menjadi karakter dari penganut
fundamentalisme agama yang kini semakin meningkat. Bahkan bagi siswa-siswa psikologi aspek-
aspek ilmiah ini kurang populer. Pada saat yang sama para penguasa, seperti politikus dan hakim
dengan seenaknya mengutarakan masalah dan pengobatan tingkah laku manusia, tapi biasanya
bersifat dangkal, dan hanya berharap memperoleh popularitas, tanpa pembuktian, dan hanya
berdasar prasangka mereka sendiri.
Sikap seperti itu mungkin sebagian berkaitan dengan fakta bahwa psikologi jarang
memberikan obat yang sederhana dan bahkan dalam kasus tertentu tidak mampu memberi
jawaban yang tegas. Penyebab tingkah laku sangat beragam; psikolog hanya menawarkan
metodologi sistematik, obyektivitas, dan penuh kesabaran tapi canggih, yang akan menguraikan
masalah-masalah yang pokok. Dalam semua bentuknya, psikologi mengangkat isu kompleks yang
tidak mudah diselesaikan. Konsisten dengan sifat reflektif dari disiplin ilmu ini, para psikolog
dipusingkan dengan masalah apakah mereka akan terlibat dalam aktivitas yang utuh, dan jika ya,

6
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

sejauh mana ruang lingkupnya dan apa metodenya. Banyak sekali kebingungan yang muncul dari
kegagalan untuk membuat perbedaan yang telah disebutkan tadi. Kebingungan ini lebih banyak
berasal dari keinginan untuk memperlakukan label sebagai sesuafu yang nyata; menulis seolah-
olah karena ada label "psikologi" maka pasti ada sesuatu yang berhubungan dengan label ini, yang
didefinisikan dengan karakteristik yang dangkal, hanya jika kita dapat menemukan apa yang
berhubungan itu.
Psikologi biasanya didefinisikan sebagai studi, atau ilmu pengetahuan, tentang tingkah laku,
atau pengalaman, atau keduanya. Versi apa pun yang dipakai, argumen selanjutnya adalah apakah
semua spesies dimasukkan, ataukah hanya untuk manusia saja? Jika hanya untuk manusia, apakah
mencakup semua manusia atau hanya sebagian saja. Dalam praktiknya, sejauh ini sejumlah besar
eksperimen psikologi telah dilakukan pada siswa perguruan tinggi Amerika, seolah-olah mereka
ini adalah tabung percobaan yang proses dasarnya dapat dipelajari, kendati keseimbangannya
sekarang bergeser menuju bidang yang lebih luas.
Seperti dinyatakan di sini bahwa psikologi adalah istilah yang tepat untuk serangkaian
masalah yang berpusat pada individu. Maka cukup masuk akal jika muncul pertanyaan mengapa
William Shakespear, dan bukan anggota keluarganya yang lain, yang menulis naskah drama
terkenal, atau mengapa orang tertentu, bukan yang lain, menganiaya anaknya, karena ia
mengalami ilusi atau mendapat nilai matematika para ranking 13 di kelas pertama. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita harus memperhatikan apa yang oleh Fredrick Bartlet
disebut dengan istilah "kondisi tingkah taku manusia." Satu cara untuk memahami kondisi yang
beragam ini adalah dengan mempertimbangkan tiga dimensi atau "level," meskipun metafora
topografi semacam ini bisa keliru. Ketiganya adalah psikologi, individu per sedan sosial. Ada
beberapa perilaku manusia yang tidak masuk di sini meskipun tidak selalu dalam derajat yang
sama. Misalnya, Shakespear pasti memiliki bakat genetik tertentu (baru-baru ini dibuktikan
adanya sifat gen unik yang mungkin berada di balik sifat jenius seseorang), berinteraksi dengan
pengalaman tertentu untuk mengembangkan keahlian linguistik dan keahlian drama, di mana
semuanya ini dalam konteks sosial di mana puisi dan drama dinilai sama dengan nilai uang dan
prestise. Ada yang menambahkan bahwa penjelasan lengkap mengenai manusia seharusnya juga
membedakan dengan apa yang disebut sebagai dimensi spiritual, dan karenanya tanpa perlu
mengimplikasikan sesuatu yang supranatural. Bagaimanapun juga psikologi Barat tidak banyak
berbicara tentang masalah ini.
Beberapa ahli teori mencoba menilai perilaku yang konsisten pada level psikologi, individu
dan sosial. Freud, misalnya, yang pertama berharap menghasilkan penjelasan tentang syaraf yang

7
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

akan konsisten dengan pembuktian di dua level yang lain, yang juga dipelajarinya; tapi bidang
syaraf pada masa itu tidak banyak membantu untuk tujuan tersebut. Pembahasan oleh H.J.
Eysenck tentang kepribadian mencoba menerangkan konsistensi yang serupa: kekuatan kondisi
(conditionability), yang dianggap sebagai atribut sistem syaraf, menentukan tingkat ketertutupan
(introversion) atau .keterbukaan (extroversion) individu yang pada gilirannya menenfukan tingkah
laku sosial, seperti memilih menyendiri ketimbang berkelompok atau melakukan kejahatan.
Skinner juga berusaha menjelaskan genetika, sejarah pembelajaran individu, dan kepentingan
fungsional dari lingkungan sosial.
Psikolog dihadapkan pada masalah pokok, yaitu individu, yang sangat beragam, bahkan
individu kembar yang 'identik' (monozygot), tidak sepenuhnya persis. Ada beberapa pendekatan
yang bisa dilakukan. Salah satu pendekatan menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat
secara prinsip berhubungan dengan masalah individu, tapi hanya secara umum. Kita dapat
mengatakan dengan akurat berapa pria yang akan mati oleh kanker di usia 50-an, tetapi kita tidak
mungkin mencari lebih dari perkiraan probabilitas dalam setiap kasus - ini adalah pernyataan
yang janggal. Pandangan alternatif yang ekstrim adalah karena tiap individu itu unik, dia hanya
bisa dimengerti dengan cara dia sendiri. Namun demikian memahami orang lain harus meliputi
sekurang-kurangnya asumsi bahwa ada beberapa persamaan, yang umumnya diterima begitu saja
kecuali tingkah laku yang kelihatan ganjil. Ini adalah upaya memahami dengan lebih sistematis,
dan karena itu untuk mengenal individu tertentu dengan cara yang lebih umum, yang berada di
jantung psikologi yang disebut disiplin. Salah satu strategi meliputi asumsi bahwa, ada beberapa
unit atau proses yang mendasari tingkah laku, seperti ahli kimia yang berusaha mereduksi subyek
persoalan menjadi elemen-elemen dan ahli fisika yang mereduksi persoalan menjadi materi dan
daya. Jadi Wundt dan pengikutnya misalnya, mencoba menganalisa proses persepsi ke sensasi
sederhana, dan versi behavioris yang lebih sederhana berusaha menunjukkan bagaimana perilaku
dapat dibuat dengan gerak reflek yang terkondisikan. Freud, sebagai seorang ahli fisiologi dan
fisika, juga berpikir serupa, walaupun dengan strategi yang lebih canggih. Tekniknya dalam
menggambarkan kesimpulan umum dari analisis yang hanya menggunakan beberapa pasien
pilihan sering dikatakan "tidak ilmiah," tetapi hanya menyerupai metode fisiologi, khususnya
pembedahan. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Piaget, seorang ahli biologi. Pendekatan model
kognitif berdasar pada asumsi bahwa pikiran dari semua individu itu mirip dalam hal-hal yang
penting, sehingga sebuah model secara umum dapat diaplikasikan. Memang asumsi ini mendasari
kebanyakan dari apa yang disebut dengan psikologi eksperimen dan juga beberapa pendekatan
yang agak berbeda, seperti psikoanalis.

8
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

Sebaliknya pendekatan psikometrik bersandar pada pengertian bahwa perilaku manusia


hanya dapat dinilai secara relatif, tidak secara absolute. Adalah Galton yang melihat bahwa orang
yang "jenius," misalnya, secara esensial pasti lebih baik dibanding yang lain dalam beberapa
aktivitas meskipun mungkin ia tidak melihat secara jelas bahwa ini tergantung siapa yang orang
lain tadi. Apa pun penyebab atau mekanisme yang mendasari kejeniusan (atau setiap derajat
perilaku lainnya), kinerjanya sendiri harus didefinisikan secara relatif menurut apa yang dapat
dilakukan oleh orang lain. Karya-karya yang langsung mengambil dari rintisan Galton adalah tes
psikologi yang menggunakan alat instrumen standar untuk populasi tertentu, yaitu, pada
kelompok orang yang norrna kinerjanya telah terbentuk. Penggunaan tes untuk menilai individu
dan kelompok, baik itu yang berkarakteristik yang sama maupun yang tidak, sebagai referensi
telah menimbulkan kontroversi sengit, yang paling terkenal adalah dalam kasus skor dari tes
kecerdasan pada bangsa Amerika non-kulit putih. Secara konseptual ada keberatan, seperti
apakah pengukuran itu akan menunjukkan bahwa individu terbagi menjadi sejumlah kelompok
(tupe) yang relatif berbeda; atau apakah tiap-tiap orang akan memanifestasikan sejumlah
karakteristik (ciri); atau apakah perbedaan dapat diringkas dalam sejumlah kecil dimensi dasar,
yaitu posisi yang masing-masing akan menggambarkan individu dengan tepat. H.J. Eysenck iuga
berusaha menunjukkan bahwa pendekatan-pendekatan tersebut sesungguhnya bisa
direkonsiliasikan. Dia juga berpendapat bahwa, di satu pihak, banyak nilai kerja eksperimental
akan sia-sia jika perbedaan individu tidak diperhitungkan, sedangkan, di pihak lain, adalah
mungkin untuk mengidentifikasi mekanisme fisiologi dasar yang mendasari dimensi perbedaan,
seperti kecerdasan dan keterbukaan/ketertutupan, sehingga dapat mengintegrasikan pendekatan
eksperimental dan psikometrik.
Akan tetapi, meskipun mekanisme fisiologi mungkin sama pada setiap anggota manusia,
dalam hal ini yang lebih sulit adalah mempertahankan tingkah lakunya. Bahkan sebuah operasi
dasar seperti memori, misalnya, mungkin mempunyai fungsi yang berbeda dalam budaya lisan
dan tulis, dan mungkin juga memakai mekanisme yang berbeda. Dalam budaya kita sendiri, yang
secara psikologis telah tahu, selama bertahun-tahun diyakini bahwa memori langsung dapat
mengingat angka, yaitu kuantitas angka-angka tunggal yang dapat diingat sesudah dipresentasikan
secara singkat, kurang lebih berjumlah sekitar tuiuh angka, plus atau minus 2, berkisar antara lima
sampai dengan sembilan. Sejumlah eksperimen menunjukkan hal ini. Sejak pertengahan 1980'an
telah ditunjukkan bahwa dengan teknik yang tepat dan dengan praktek yang intensif, jangkauan
ingatan dapat ditingkatkan, dan bahkan sampai tujuh puluh atau delapan puluh. Individu-individu
secara terbuka berkompetisi dalam prestasi memori untuk mendapatkan hadiah. Juga studi

9
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

kultural menunjukkan adanya masyarakat lain yang tidak setalu memanifestasikan


pengelompokan tingkah laku yang sama seperti milik kita, misalnya dalam hal “kecerdasan”.
Bukannya mereka mengartikan hal yang berbeda sebagai "kecerdasan," tapi hanya tidak ada
persamaan klasifikasi atau dimensi. perdebatan tentang apakah ada sesuatu yang bisa dikatakan
budaya universal telah lama berrangsung di daram antropologi dan ini tidak akan diuraikan lebih
jauh di sini. Dari sudut psikologi penting untuk disadari bahwa tidak bisa diterima begitu saja
usulan mahasiswa Amerika untuk mengisolasi sampel tingkah laku yang asli dalam tabung
percobaan yang sesuai – seperti pada percobaan terhadap tikus putih.
Memang, seperti yang disebutkan di atas, masih diragukan apakah ada suatu subyek
masalah psikologi yang dapat dijadikan sampel dengan cara yang persis seperti cabang ilmu
pengetahuan alam lainnya. Namun, sebagian besar mode psikologi telah terpengaruh oleh
keberhasilan sains tersebut, dan psikolog telah berusaha menerapkan metode yang sama,
khususnya eksperimen yang dapat ditiru. Tetapi sesungguhnya tidak ada eksperimen yang dapat
ditiru, meskipun pada cabang ilmu sains lainnya perbedaan logika dapat diabaikan. Ini tidak
berlaku dalam perilaku: di sini tidak dapat diasumsikan bahwa ada dua kelompok orang yang
ekuivalen sebagaimana ada dua elemen kimia yang ekuivalen. Tidak mungkin untuk terus-
menerus menggunakan desain arketip yang menangani semua variabel kecuali satu saja, yang
kemudian harus dikembangkan agar bisa melihat efeknya. Cara yang lainnya seringkali berupa
metode kompleks dari disain eksperimental dan analisis statistik multi varian. Menarik
kesimpulan dari sini, bagaimanapun juga, selalu berdasar pada konsep statistik protabilitas. Secara
esensial, hal ini melibatkan kalkulasi dari kemungkinan bahwa hasil dari urutan tertentu
akan terjadi secara kebetulan. Jadi, jika pada satu kali lemparan sebuah koin menunjukkan kepala,
maka mustahil mengatakan bahwa hasil ini menyimpang. Jika hal yang sama terjadi dalam,
katakanlah, seribu kali berturut-turut, peneliti akan merasa adanya faktor lain selain kebetulan,
meskipun, tentu saja, secara logika tidak mungkin. Dalam praktek, eksperimen tidak dapat
diulang ratusan atau ribuan kali. Metode statistik memungkinkan perhitungan probabilitas dari
hasil tertentu yang diperoleh, tapi tingkat kemungkinan yang dapai diterima adalah sebuah
persoalan pemilihan. Hasil secara umum dirasakan dapat diandalkan jika mempunyai suatu
probabilitas yang terjadi secara kebetulan sekali dalam dua puluh kali atau lebih tinggi lagi sekali
dalam seratus kali.
Kendati hal ini sudah tidak diragukan lagi sebagai suatu dasar awal dari metode tradisional
penilaian subyektivitas, masih ada masalah yang lebih jauh. Pertama, adalah penerimaan
kesimpulan statistik cenderung dipengaruhi oleh daerah penelitian. Mungkin penting untuk

10
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

mendapatkan probabilitas yang lebih tinggi, jika konsekuensi kesalahan serius. Banyak psikolog
enggan menerima pembuktian dari eksperimen extra sensory perception (ESP), bahkan meskipun
hasil statistik menunjukkan tingginya keyakinan di bidang lain, karena mereka merasa hal itu
tidak masuk akal. Masalah lain adalah bahwa beberapa penelitian (ESP sekali lagi sebagai contoh)
menunjukkan hasil yang secara statistik signifikan, tapi hanya ketika jumlah observasi yang
dilakukan sangat besar. Mungkin aneh menyimpulkan kalau ada faktor penyebab yang muncul
dengan sendirinya. Sekali lagi, hasil yang signifikan secara statistik tidak selalu sama dengan
makna secara psikologis. Masalah lain muncul ketika studi selanjutnya menunjukkan hasil yang
kontradiktif. Pada umumnya hal ini sebagian berkaitan dengan kesulitan untuk mendapalkan
replikasi yang persis; tapi, kemudian, juga sulit melihat bagaimana menarik kesimpulan umum.
Suatu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah meta-analisis . Esensi
dari metode ini adalah lebih semua penelitian yang cocok yang tersedia dipandang sebagai
populasi yang dijadikan sampel dan dinilai secara sistematis ketimbang sekedar menghitung
penelitian yang bisa atau yang tidak bisa untuk mendukung kesimpulan tertentu. Kesemuanya ini
akan menghasilian sebuah basis data yang dapat dianalisis secara statistik sebagaimana cara survei
data kualitatif lainnya. Meta analisis ini dapat memberikan bukti yang meyakinkan ketepatan
metode psikologi intervensi.
Ada yang akan menyanggah bahwa ujian terakhir dari upaya ilmiah adalah apakah usaha itu
bisa bekerja atau tidak. Di atas kriteria-kriteria ini, psikologi, dalam pengertian yang dibahas di
sini, muncul sebagai pendekatan yang paling berhasil, atau satu-satunya pendekatan yang
memiliki peluang nyata untuk berhasil, untuk mengatasi berbagai macam masalah praktis, seperti
tindakan perawatan terhadap individu yang kacau dan tertekan, metode pengajaran yang lebih
baik, meningkatkan kondisi kerja dan seleksi jabatan, menilai keandalan dari kesaksian hukum
dan ketepatan metode kriminologi, dan lain-lain. Jika ini semua tampak masih tidak cukup untuk
mencari solusi terhadap masalah utama yang membentuk peradaban manusia, hal ini sebagian
karena kerumitan masalah itu dan keterlibatannya yang tak terpisahkan dengan semua faktor yang
tak dapat dikontrol seperti situasi politik, ekonomi, agama dan lain-lain. Hal ini juga karena
jawaban dari beberapa masalah mungkin tidak pernah diberikan oleh sains tetapi akan tetap
menjadi persoalan filsafat atau metafisika. Namun betapapun sulit dan terbatasnya usaha itu,
pada pemahaman tingkah laku manusia yang lebih obyektif, upaya ini adalah pendekatan yang
lebih baik bahkan terhadap masalah-masalah itu ketimbang usaha yang pernah dilakukan
berabad-abad yang lalu.

11
Dr. Sunarto
Pengantar Psikologi

Pustaka
Peters, R. S. (1953) Brett's History of Psychology, London.
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E. and Bem, D. K. (1993) Introduction to Psychology,
11th edn, London.
Leahey, H. (1992) A History of Psychology,3rd edn, New York.
Radford, J. and Govier, E. (eds.) (1990) A Text book of Psychology, 2nd edn, London.
Valentine, E, R. (1992) Conceptual Problems in Psychology,2nd edn, London

12
Dr. Sunarto

Anda mungkin juga menyukai