Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian psikologi
Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi
yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau
keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat. Definisi ini,
menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, pengetahuan psikologi tidak dipaksakan dari luar, melainkan
dimunculkan dari tradisi budaya setempat; kedua psikologi yang sesungguhnya bukan
berupa tingkah laku artifisial (buatan) yang diciptakan (hasil studi eksperimental),
melainkan berupa tingkah laku keseharian; ketiga, tingkah laku dipahami dan
diinterpretasi tidak dalam kerangka teori yang diimport, melainkan dalam kerangka
pemahaman budaya setempat; keempat, psikologi indegenus mencakup pengetahuan
psikologi yang relevan dan didesain untuk orang-orang setempat. Dengan kata lain,
psikologi indigenus mencerminkan realitas sosial dari masyarakat setempat. Psikologi
indigenus menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, juga merupakan psikologi yang
appropriate (cocok; tepat; pantas) untuk setiap budaya yang ada di negara manapun.
Prof. Sarlito Sarwono, guru besar Psikologi UI, juga menjelaskan bahwa
keberadaan Psikologi di Indonesia saat ini memang sedang menghadapi beberapa
permasalahan, antara lain apa yang sudah berhasil diterapkan di Barat tidak selalu
dapat diterapkan di Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan etnik dan
kondisi masyarakat Negara kita, misalnya masyarakat desa dan kota. Sehingga, apa
yang sudah berhasil diterapkan di satu etnik belum tentu sesuai untuk etnik lain.
Pada kenyataanya memang demikian. Selama ini, ilmu psikologi yang telah
kita pelajari, masih difahami sebagai western psychology dengan mengasumsikan
perilaku dan tingkahlaku manusia sebagai sesuatu yang universal. Padahal menurut
Uichol Kim, seorang psikolog asal Korea, teori psikologi barat hanya memadai untuk
memahami fenomena kejiwaan masyarakat barat saja sesuai dengan kultur sekuler
dimana ilmu itu lahir.
Adanya indigenous psychology sebagai understanding people in context
merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi karena mampu memahami
manusia berdasarkan konteks kultural/budaya setempat. Hal ini juga sebagai bukti
bahwa setiap perilaku manusia itu akan selalu dan pasti dipengaruhi oleh sistem nilai
masyarakat setempat.
Sangat. Karena hal ini terkait “masalah” yang ditimbulkan oleh teori western
psychology yang, selama ini kita gunakan.
Jika ditelusuri lebih mendalam, teori western psychology merupakan suatu
teori yang disusun berdasarkan sampel orang-orang—bahkan beberapa sampel justru
bukan manusia—barat dengan budaya orang barat. Teori tersebut kemudian
digeneralisasikan untuk bisa diaplikasikan hampir di semua orang di dunia ini,
termasuk di Indonesia. Padahal belum tentu teori tersebut sesuai dengan budaya
semua negara. Maka, dengan adanya perbedaan yang terdapat di dalam budaya di
tiap-tiap daerah ini, sangat menitikberatkan akan pentingnya indigenous psychology.

Beberapa tulisan yang pernah saya baca, indigenous psychology selalu saja
dikaitkan dengan penelitian dan proses indigenisasi budaya. Proses untuk meng-
indegenous psychology-kan suatu budaya itulah yang disebut dengan indigenisasi.
Sehingga, tak jarang kita akan menemukan adanya istilah indigenisasi di beberapa
penelitian tentang budaya.

Pun demikian, menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada kedekatan antara


pendekatan ingenus dengan pendekatan psikologi lintas budaya. Kedua pendekatan ini
berbeda, namun sama-sama perlu digunakan secara bersamaan. Pendekatan psikologi
indigenus mencakup indigenization from within dan pendekatan psikologi lintas
budaya mencakup indigenization from without. Pendekatan indigenization from
without membicararakan isu, konsep dan metode yang dikembangkan oleh komunitas
ilmiah di barat—kebanyakan Amerika Serikat dan Eropa Barat—dan yang dipelajari
di timur—kebanyakan negara dunia ketiga. Adapun indigenization from within
mencakup studi tentang isu dan konsep yang mencerminkan kebutuhan dan realitas
dari budaya tertentu—dalam hal ini, tentu akan banyak upaya untuk memodifikasi
instrumen guna memasukkan perspektif indigenus/setempat.

Kim & Berry (1993) memberi contoh mudah untuk proses indigenisasi ini. Isu
buta-huruf, kemiskinan, pembangunan nasional, dan psikologi desa, kata Kim &
Berry, adalah isu yang tepat untuk India, tetapi belum tentu tepat untuk negara
Industri (baca: negara maju).
Indigenous psychology dianggap penting sejak munculnya teori-teori
psikologi yang ingin bisa diberlakukan secara universal, tidak hanya di Eropa dan
Amerika Utara saja. Tujuan ataupun goal dari indigenous psychology ini adalah untuk
membuat science lebih teliti, sistematis dan universal yang secara teori maupun
empirik bisa dibuktikan dimana pun berada..
2. Syarat syarat psikologi sebagai ilmu pengetahuan
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan juga harus memiliki sifat-sifat yang
dimiliki oleh ilmu pengetahuan pada umumnya. Oleh karena itu, psikologi
mempunyai:
a. Objek tertentu. Syarat mutlak di dalam suatu ilmu, karena objek inilah yang akan
menentukan langkah-langkah yang lebih lanjut di dalam pengupasan lapangan ilmu
pengetahuan. Tanpa adanya objek dapat diyakinkan tidak akan adanya pembahasan
yang mapan.
b. Metode penyelidikan tertentu. Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu,
penyelidikan atau pembahasan akan kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
keilmuan. Segi metode inilah akan terlihat ilmiah tidaknya sesuatu penyelidikan atau
pembahasan.
c. Sistematik yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objeknya. Hasil
pendekatan terhadap objek itu kemudian disistematisasi sehingga merupakan suatu
sistematika yang teratur yang menggambarkan hasil pendekatan terhadap objek
tertentu
3. Ruang lingkup Psikologi
Untuk memahami psikologi lebih mendalam, maka penting untuk melihat
cakupan dari psikologi itu sendiri. Ditinjau dari objek kajian dari psikologi adalah
dapat dilihat pada dua hal yakni (Ahmadi, 2003):
a. Psikologi yang menyelediki dan mempelajari manusia
b. Psikologi yang menyelediki dan mempelajari hewan, yang umumnya lebih tegas
disebut psikologi hewan.
kajian psikologi manusia dengan menggunakan hewan sebagai eksperimen
telah ditinggalkan oleh sarjana psikologi. Olehnya itu kajian dalam buku ini berfokus
pada psikologi yang berobjekkan manusia. Hal ini dapat dibedakan dalam dua hal
yakni psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum adalah psikologi yang
menyelediki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas psikis
manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal dan yang beradab (berkultur).
Psikologi umum berusaha mencari dalildalil yang bersifat umum daripada kegiatan-
kegiatan atau aktivitas psikis. Psikologi umum memandang manusia seakanakan
terlepas dari manusia yang lain. Psikologi khusus adalah psikologi yang menyelediki
dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal
yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi
khusus.
Psikologi khusus dapat dipahami dengan melihat beberapa pembagiannya,
diantaranya:
1) Psikologi Perkembangan: psikologi yang membicarakan perkembangan psikis
manusia dari masa bayi sampai tua. Perkembangan tersebut bisa mencakup:
a. Psikologi anak (mencakup masa bayi)
b. Psikologi puber dan adolesensi (psikologi masa pemuda)
c. Psikologi orang dewasa
d. Psikologi orang-tua
2) Psikologi Sosial: psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau
aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial
3) Psikologi Pendidikan: psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau
aktivitas-aktivitas manusia dalam hubunganya dengan situasi pendidikan, misalnya
bagaimana cara guru menarik perhatian siswa agar pelajaran dapat dengan mudah
diterima.
4) Psikologi Kepribadian dan Tipologi: psikologi yang khusus menguraikan tentang
struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia
5) Psikapatologi: psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang
tidak normal (abnormal) atau yang menguraikan hal-hal klinis manusia
6) Psikologi Kriminil: psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau
kriminalitas. Bagian ini terkait dengan psikologi forensik
7) Psikologi industri: psikologi yang khusus berhubungan dengan persoalan
perusahaan, misalnya manajemen Sumber Daya Manusia yang baik, dan sebagainya
Psikologi khusus ini akan terus berkembang. Hal ini dimungkinkan karena
perkembangan kajian manusia dalam beragam aspek yang terus menarik dikaji dan
semakin kompleks. Selain itu, psikologi khusus ini merupakan psikologi praktis,
artinya bahwa pengetahuan yang selalu memungkinkan diaplikasikan sesuai dengan
bidangnya. Dalam hal praktis ini, kajiannya tentu saja mengenai bagaimana dapat
mempraktekkan psikologi untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan konteksnya.
Dapat dipahami bahwa psikologi dipelajari secara praktis dapat dipraktekkan
dalam bermacam-macam bidang, misalnya dalam bidang pendidikan dikenal
psikologi pendidikan, dalam bidang industri dikenal psikologi industri dan organisasi,
dan dalam bidang klinik dikenal psikologi klinis.

Anda mungkin juga menyukai