Anda di halaman 1dari 14

Accelerat ing t he world's research.

MAKALAH SOSIOLOGI AGAMA


Budaya dan Agama
putri juwita

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Post modern.pdf


Rest u Singgih

Prosiding Konferensi APSSI Vol2.compressed.pdf


yuhdi fahrimal

MODAL SOSIAL PELAKU DALAIL KHAIRAT


abdul jalil
MAKALAH SOSIOLOGI AGAMA

Budaya dan Agama

Oleh:

Kelompok 7

1. Aulia (4118016)
2. Silvi Andriani (4118038)

Dosen Pengampu

Dr. Silfia Hanani, M.Si

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

2020 M/1441 H
A. Pendahuluan
Keragaman politik identitas suku, ras, antar golongan serta agama menuntut kita
untuk hidup bertoleransi dan memiliki rasa solidaritas kebangsaan yang tinggi. Politik
identitas pada dasarnya sering muncul ketika terjadi adanya ketidakadilan atau biasanya
hal tersebut juga muncul akibat adanya konflik yang melibatkan kelompok satu dengan
yang kelompok yang lain. Modal sosial merupakan sarana agar terjadi keikatan yang
kokoh dalam membangun suatu masyarakat. Ada dua kategori dalam modal sosial yaitu
yang menekankan pada jaringan hubungan sosial dan menekankan pada karakteristik
yang melekat pada diri individu yang terlibat dari interaksi sosial. Modal sosial sangat
diperlukan oleh masyarakat agar terjaga kelangsungan hidupnya dalam menghadapi
gelombang yang dahsyat dalam era teknologi informasi. Dan adapun media massa
memiliki peran penting dalam kehidupan umat beragama pada masa kini. Hubungan
antara agama dan media massa bersifat mutualisme dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
B. Pembahasan
1. Identitas Diri dan Politik Identitas
Politik identitas berasal dari dua kata yaitu politik dan identitas. Politik secara
etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu politeia, atau polis yang artinya adalah
negara atau kota. Menurut Miriam Budiarjo, politik adalah bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem negara yang menyangkut proses dalam menentukan tujuan-tujuan
dari sistem itu. Sedangkan identitas, secara etimologi berasal dari kata identity yang
artinya sebuah ciri yang melekat pada seseorang atau kelompok misalnya suku, ras,
agama dan antar golongan yang membedakan dengan yang lainnya. Jadi, politik
identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama
atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan atau
sebagai alat untuk menunjukkan jati diri suatu kelompok tersebut. Politik identitas
pada dasarnya sering muncul ketika terjadi adanya ketidakadilan atau biasanya hal
tersebut juga muncul akibat adanya konflik yang melibatkan kelompok satu dengan
yang kelompok yang lain. Hal tersebut terjadi karena merasa adanya kesamaan
karakteristik atau etnis serta kesukuan suatu kelompok tersebut.1
Identitas politik merupakan peninjauan yang dilakukan untuk menentukan posisi
kepentingan subjek di dalam ikatan suatu komunitas politik sedangkan politik identitas

1
Ihsan Ali Fauzi dan Samsu Rizal Panggabean, Politik Identitas Dan Masa Depan Pluralisme Kita,
Centre for the Study of Islam and Democracy. (Jakarta: 2010) hlm. 112-114

1
mengacu pada cara kerja politik pengorganisasian identitas (baik identitas politik
maupun identitas sosial) sebagai sumber dan sarana politik.2
Politik identitas mengacu pada gerakan yang berusaha membela yang berusaha
membela dan memperjuangkan kepentingan kelompok-kelompok tertentu yang
tertindas karena identitas yang dimilikinya. Politik identitas berkaitan erat dengan
upaya memperjuangkan hak-hak dan pengakuan terhadap keberadaan kelompok-
kelompok minoritas.3
Permasalahan identitas diri dalam konteks dunia yang menyebar saat ini semakin
muncul ke permukaan. Permasalahan ini menyangkut berbagai aspek kehidupan mulai
dari orientasi seksual, simbol-simbol budaya dan agama, hingga upaya membatasi
agama-agama tradisional yang menjadi minoritas dalam suatu wilayah negara.
Fenomena ini menjadi menarik karena seolah-olah bertentangan dengan
kecenderungan globalisasi yang bersifat “menyesuaikan” berbagai hal mulai dari
selera musik hingga sistem politik. Di tengah arus penyesuaian global, ternyata
keunikan citra diri juga semakin menguat. Meskipun demikian, aspek globalisasi yang
timbul dari fenomena ini ialah dalam hal permasalahan globalisasi nya itu sendiri.
Sebagai contoh, permasalahan yang terkait dengan simbol-simbol agama dan budaya
di ranah publik (seperti hijab) yang terjadi di Perancis, yang menyebar ke sejumlah
negara Eropa, bahkan ke negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam.4
Isu orientasi seksualitas seperti homoseksualitas menjadi salah satu isu global
yang menyita perhatian berbagai kalangan karena rangkaian persoalannya cukup luas,
tidak hanya menyangkut perdebatan yang berpengaruh pada penerimaan terhadap
homoseksualitas, tetapi juga berbagai hal yang berkaitan dengannya, seperti hukum
yang mengatur pernikahan sejenis, adopsi anak gay, gay dalam militer, hingga sanksi
hukuman terhadap perilaku homoseksualitas. Di berbagai negara terjadi pertentangan
antara nilai-nilai “universal” (HAM) dan nilai-nilai agama lokal yang terkait dengan
homo seksualitas. Kaum liberal dan kosmopolitan kota umumnya beranggapan bahwa
homoseksualitas hanyalah orientasi seksual yang pelakunya memiliki hak yang sama
2
Muhtar Haboddin, (2012). Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal. Jurnal Studi
Pemerintahan, 3(1), hlm. 119
3
Ihsan Ali Fauzi dan Samsu Rizal Panggabean, Politik Identitas Dan Masa Depan Pluralisme Kita
hlm. 53-54
4
Alfaqi, M. Z. (2015). Memahami Indonesia Melalui Prespektif Nasionalisme, Politik Identitas,
Serta Solidaritas. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(2), hlm 32

2
dengan warga negara lain sehingga tidak sepantasnya dimusuhi dan dikucilkan.
Kelompok yang memusuhi kaum homo dianggap konservatif. Sementara itu, kalangan
agamawan cenderung tidak menoleransi homoseksualitas dan berbagai turunannya,
seperti pernikahan sejenis dan adopsi anak gay.
Kepercayaan agama mempunyai efek lebih besar dalam sikap terhadap
seksualitas di negara maju, seperti AS, yang diidentikkan oleh ekspresi diri yang lebih
tinggi dari negara, seperti Zimbabwe, yang memiliki orientasi kelangsungan hidup
yang lebih kuat. Pemikiran ini menegaskan pentingnya peninjauan kembali terhadap
pemikiran masyarakat mengenai hubungan antar agama dan kaitannya dengan
toleransi terhadap kelompok-kelompok yang tidak familiar, seperti kaum homo.
Keseimbangan ekonomi dan politik membuat masyarakat di negara yang sudah maju
menjadi lebih terbuka terhadap gagasan dan kelompok-kelompok non-normatif.
Isu homoseksualitas dalam kaitannya dengan agama menjadi isu yang sensitif
saat ini karena bersifat memecah belah di berbagai komunitas agama. Isu
homoseksualitas telah menyebabkan "perang budaya”. Hal ini disebabkan oleh
individu tumbuh di dalam suatu komunitas dan mempunyai pengalaman dalam
interaksi nya terkait homoseksualitas berdasarkan latar belakang budaya masyarakat
masing-masing.
Isu yang terkait dengan homoseksualitas pada dasarnya merupakan bagian dari
permasalahan ekspresi identitas diri di ranah publik. Permasalahan ini yang semula
dipicu oleh kebijakan negara-negara sekuler yang berupaya membebaskan ranah
publik dari simbol-simbol budaya dan agama. Adanya sikap penolakan terhadap kaum
homoseksual dari kalangan agamawan didasarkan pada suatu keyakinan bahwa
orientasi seksual tersebut merupakan bentuk penyimpangan moral dan hal itu ada
sanksi hukumannya tersendiri.
Identitas agama merupakan salah satu identitas yang sensitif ketika mendapat
serangan atau ancaman dari komunitas lain. Dalam dunia yang semakin mengglobal
saat ini sensitivitas semakin tinggi karena peristiwa yang terjadi pada belahan dunia
sehingga memicu adanya pengerahan yang menimbulkan reaksi yang berlebihan.
Komunitas agama saat ini menjadi komunitas transnasional (membangun ruang baru
yang terdiri atas jaringan yang saling menghubungkan individu atau kelompok yang
melintasi batas negara). Misalnya penderitaan yang dialami Muslim di Palestina,
Myanmar dan, Afganistan, menjadi penderitaan seluruh Muslim di belahan dunia. Hal
ini menegaskan pentingnya politik identitas di suatu negara pluralistic seperti Inggris.

3
Di Inggris kontroversi Salman Rushdie mendorong pergerakan identitas diri Muslim
pertama yang berskala besar, sama halnya dengan kontroversi seputar rencana
diizinkannya Bhakti Vedanta Manor sebagai tempat ibadah menjadi faktor pergerakan
identitas Hindu di ranah publik.
Konflik identitas menjadi perihal utama pada masyarakat pluralistic dan sedang
mengalami perubahan sosial yang berlangsung cepat. Pada tipe masyarakat ini, konflik
yang terjadi lebih kompleks karena tidak hanya terjadi antarkelompok agama atau
etnis, namun juga antara kelompok yang ingin mempertahankan nilai-nilai lama
dengan kelompok yang menghendaki perubahan nilai. Negara-negara pecahan
Yugoslavia dan Uni Soviet merupakan contoh untuk mendeskripsikan perdebatan
antar ideologi di masyarakat. Negara-negara tersebut sejak lama menganut ideologi
komunis disertai dengan kuatnya ortodoksi agama. Dalam beberapa tahun terakhir,
negara-negara tersebut berupaya mewujudkan negara “baru” dalam arti pembentukan
nilai-nilai ideologi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Negara Serbia,
misalnya, merupakan salah satu negara yang berupaya “meracik” ideologi dan agama
yang ada untuk menciptakan pola budaya-nasional. Negara ini layaknya sebuah bejana
besar yang terdiri atas kelompok-kelompok etnis yang saling memiliki keterkaitan
dengan kelompok-kelompok agama.
Jadi, pembentukan karakter bangsa pada masyarakat yang pluralistic menjadi
permasalahan yang rumit. Masalahnya bukan hanya soal perdebatan antarkelompok
etnis atau agama yang masing-masing berkepentingan untuk mengekspresikan
identitasnya, melainkan juga pada penerapan kebijakan negara dalam karakter
bangsa.5
2. Agama dan Modal Sosial
Pandangan para pakar dalam mendefinisikan konsep modal sosial dapat
dikategorikan dalam dua kelompok. Kelompok pertama menekankan pada jaringan
hubungan sosial, sedangkan kelompok kedua lebih menekankan pada karakteristik
yang melekat pada diri individu yang terlibat dalam sebuah interaksi sosial.
Pendapat kelompok pertama ini diwakili oleh Brehmdan Rahn yang
menyatakan bahwa modal sosial adalah jaringan kerja sama di antara warga
masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Definisi lain yang dikemukakan oleh Woolock yang mengemukakan bahwa modal

5
Sindung Haryanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2015) hlm. 197-206

4
sosial adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia yang berupa
saling percaya, saling pengertian dan adanya kesamaan nilai serta perilaku yang
mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan
adanya kerja sama.
Pendapat kelompok kedua diwakili oleh Fukuyama menjelaskan modal sosial
merupakan serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama
di antara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya
kerja sama. Adapun para pakar lainnya yakni, Bowles dan Gintis mendefinisikan
modal sosial sebagai kapital sosial yang pada umumnya merujuk pada kepercayaan,
perhatian pada suatu kelompok, kemauan untuk hidup dengan norma dari satu
komunitas.
Modal sosial merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tanpa adanya kerukunan dan kerja sama yang
sinergi akan semakin sulit berkembangnya ekonomi suatu masyarakat. Untuk
membangun modal sosial peranan kelompok sangat penting mulai dari kelompok inti
yaitu keluarga sampai masyarakat pada umumnya.
Upaya yang layak dilakukan untuk meningkatkan modal sosial, antara lain
belajar bersama dalam sebuah kelompok dapat meningkatkan hasil kerja kelompok
dan perasaan menyatu dalam organisasi. Pendidikan karakter mampu
mengembangkan kemampuan individu agar bisa berinteraksi dengan orang lain.
Serta kegiatan silaturahmi juga dapat membuat kegiatan bersama.
Modal sosial akan menjadi bencana apabila dimiliki oleh kelompok manusia
yang tidak bermoral sebab solidaritas dan kerja sama yang tinggi dapat digunakan ke
arah yang buruk. Oleh karena itu, setiap pengembangan modal sosial harus didasari
oleh semangat spiritual dan etika yang tinggi. Solidaritas yang kuat di dalam sebuah
kelompok dapat menimbulkan sikap diskriminatif terhadap kelompok lain. Hal ini
perlu diwaspadai oleh tiap-tiap kelompok.6
Modal sosial itu ialah hubungan sosial, norma sosial, kepercayaan, bisa juga
disebut dengan hubungan manusia dengan manusia. Konsep modal sosial mempunyai
empat dimensi, yakni ekonomi, sosial, kultural dan politik.

6
Djamaludin Ancok. (2003). Modal Sosial Dan Kualitas Masyarakat. Psikologika: Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 8(15), hlm. 4-14

5
Salah satu kecenderungan yang terjadi di tengah arus globalisasi yaitu
menurunnya modal sosial di berbagai negara. Kecenderungan ini berhubungan dengan
berkembangnya individualisme. Dari segi sosial berkaitan dengan pengenalan modal
sosial. Modal sosial yang merujuk pada hubungan yang dibangun untuk mengatasi
masalah hidup, yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan suatu gerakan
pengendalian terhadap lingkungan.
Modal sosial juga berkaitan dengan kepercayaan yang membutuhkan kerja sama
antar warga yang berkaitan dengan agama, hal ini sering dibicarakan oleh agama.
Berdasarkan penjelasan yang dijelaskan dalam tulisan Hopkins yang mengatakan
bahwa identitas agama mempengaruhi keterkaitan sosial dan jaringan sosial antar
kelompok yang tergantung pada pemahaman anggota kelompok mereka.
Kenyataan isu-isu yang terjadi menimbulkan keterkaitan sosial di berbagai
negara. Di Belanda misalnya, topik yang berhubungan dengan modal sosial dan
keterkaitan sosial merupakan agenda politik penting. Isu-isu yang berkaitan tersebut
seperti penyesuaian budaya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
Konteks masyarakat yang beragam menyebabkan terjadinya permasalahan yang
rumit. Ketika dalam tipe masyarakat memiliki unsur budaya yang menghasilkan
pandangan dunia yang berbeda yang berdampak pada terbentuknya modal sosial. Pada
umumnya modal sosial itu kuat antar anggota dalam satu kelompok masyarakat atau
negara dalam menghadapi ancaman yang disebabkan oleh perbedaan yang terjadi
sehingga tidak bisa didamaikan antar kelompok.
Contohnya Ukraina, negara yang sedang menghadapi masalah yang terkait
dengan tuntutan merdeka Republik Krimea yang selama ini diberikan otonomi.
Hubungan antar agama dan modal sosial yang di konfirmasi oleh Traunmuler
terkait agama yang merupakan sumber kepercayaan sosial. Berdasarkan data sosial
ekonomi Jerman menunjukkan bahwa efek positif ganda Protestantisme yang
cenderung lebih dipercaya, selain itu juga meningkatkan kepercayaan agama
individual. Sebaliknya tingkat kepercayaan sosial kurang berkembang di wilayah
penduduk Katolik. Modal sosial tidak akan bisa tumbuh dengan sendirinya akan tetapi
harus melalui proses di masyarakat. Pengembangan modal sosial dapat meningkatkan
minat masyarakat dari berbagai latar belakang suku atau ras.
Menurut Candland, suatu komunitas beragama membutuhkan interaksi secara
langsung yang bervariasi untuk mengembangkan kepercayaan masing-masing. Adanya
suatu sikap saling percaya terhadap sesama agama menimbulkan adanya kesadaran

6
dalam mempertahankan modal sosial melalui kepercayaan. Organisasi sosial
memerlukan modal sosial sebagai bentuk kepentingan manusia secara keseluruhan.
Contohnya jamaah Islamiah berorientasi memperkuat kepercayaan anggota agar
mematuhi norma agama sosial yang mendasar dalam Islam.
Sedangkan nilai agama berfungsi untuk memperkuat keterkaitan dengan modal
sosial dan memiliki keuntungan jika memenuhi salah satu syarat yaitu penyebaran
nilai untuk antar generasi .
Menurut Patacchini dan Zenou, upaya yang dilakukan orang tua dan kualitas
dari teman sebaya mempunyai arti penting dalam membentuk perilaku yang bersifat
keagamaan untuk anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku agama
berkaitan positif dengan kepuasan hidup. Agama telah membentuk sistem ekonomi
yang membawa kebaikan untuk sesama. 7

3. Media Massa dan Agama


Istilah agama dalam bahasa sanskerta kata "a" berarti tidak dan "gama" berarti
kacau jadi secara harfiah agama berarti tidak kacau. Nama lain untuk agama adalah
religi menurut bahasa latin ialah religio berakar pada kata religare yang berarti
mengikuti kembali. Arti seseorang memiliki agama adalah seseorang yang mengikat
dirinya kepada Tuhan. Agama menurut Alwi adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.
Tafsir mengungkapkan agama adalah peraturan tentang cara hidup, lahir dan
batin. Sedangkan definisi agama menurut Durkheim adalah suatu sistem kepercayaan
dan praktik yang telah dipersatukan berkaitan dengan yang Kudus. Kepercayaan dan
praktik yang kemudian bersatu menjadi komunitas moral.8
Dengan demikian agama mengandung nilai dan norma yang memberikan arahan
dan makna bagi suatu kehidupan. Dalam proses penyebaran agama, Masyarakat
biasanya menerima menimal tiga bentuk penilaian terhadap agama, pertama agama
diterima sepenuhnya. Kedua, agama diterima sebagian-sebagian yang disesuaikan
dengan kebutuhan seseorang atau sekelompok orang. Ketiga, agama itu ditolak sama

7
Sindung Haryanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Modern, hlm. 207-214
8
Sunaryo, Sosiologi Untuk Keperawatan. (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2015) hlm.136

7
sekali. Ketiga cakrawala sikap penerima terhadap agama tersebut berlaku juga di
Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.9
Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan.10
Agama dapat pula diartikan sebagai sistem kepercayaan dan praktik yang sesuai
dengan kepercayaan tersebut. Untuk kelangsungan hidup manusia perlu mengadakan
hubungan manusia dengan Tuhan yang kemudian melahirkan agama serta hubungan
manusia dengan manusia yang kemudian melahirkan sosial.
Penganut agama adalah orang yang meyakini dan mempercayai suatu ajaran
agama keyakinan ini dimiliki dari suatu rangkaian proses memahami dan mempelajari
ajaran agama tersebut oleh karena itu setiap penganut agama akan berbeda dan
memiliki kadar interpretasi yang beragam dalam memahami ajaran agamanya sesuai
dengan kemampuan masing-masing.11
Dengan mempengaruhi nilai agama menjadi suatu komponen penting dalam ide
orang mengenai benar dan salah.12 Fungsi yang dijalankan oleh agama memiliki peran
yang penting tidak hanya bagi individu tetapi sekaligus bagi masyarakat. Bagi individu
agama berperan dalam mengidentifikasikan individu dengan kelompok, menghibur
ketika dilanda kecewa, memperkuat moral, dan menyediakan unsur-unsur identitas.
Sedangkan bagi kehidupan bermasyarakat, agama berfungsi menguatkan kesatuan dan
stabilitas masyarakat dengan mendukung pengendalian sosial, menopang nilai-nilai
dan tujuan yang mapan, dan menyediakan sarana untuk mengatasi kesalahan dan
keterasingan.13
Media massa menurut KBBI diartikan sebagai alat, atau sarana komunikasi
seperti majalah, radio televisi film, poster dan spanduk. Media yaitu segala bentuk
yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi media merupakan
perantara dari suatu komunikasi. Media masa juga dikenal sebagai pers. Menurut
Oemar Seno Adji bahwa pers terdiri dari dua bentuk yaitu:

9
Silfia Hanani, Intelarasi Sosiologi dan Agama (Bandung:Humoniora, 2011) hlm. 77
10
Fahim Tharaba, Sosiologi Agama (Malang: Madani, 2016) hlm. 107
11
Fahim Tharaba, Sosiologi Agama hlm. 59
12
James M. Husein, Sosiologi Dengan Pendekatan Bumi (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama) hlm.78
13
Fahim Tharaba, Sosiologi Agama, hlm. 68

8
1. Pers dalam arti sempit yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-
berita dengan kata tertulis
2. Pers dalam arti luas yaitu memasukkan di dalamnya. Semua media masa
communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan
kata-kata tertulis maupun dengan lisan.

Adapun karakteristik media masa:


1. Bersifat melembaga artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang,
yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya reaksi umpan balik.
3. Meluas dan serempak artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena
memiliki kecepatan bergerak secara luas dimana informasi yang disampaikan
diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Bersifat terbuka artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja
tanpa mengenal usia jenis kelamin dan suku bangsa.

Media massa mempunyai peran dalam kehidupan manusia. Agama yang


merupakan salah satu aspek kehidupan manusia juga mendapat pengaruh besar dari
media massa. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat
mendorong perkembangan agama dan mengubah penampilan agama sehingga lebih
menarik bagi komunitas agama maupun masyarakat awam. Penyebaran agama melalui
dakwah, misalnya, tidak lagi hanya diselenggarakan secara langsung, namun juga
melalui media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Selain itu, media
massa mendorong globalisasi komunitas agama sekaligus berbagai isu yang berkaitan
dengan agama.
Media massa secara umum dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, sebagai
perangkat teknologi yang memainkan peran dalam penyebarluasan informasi. Kedua,
sebagai lembaga sosial yang memiliki hubungan jelas dalam mengumpulkan informasi
bagi konsumsi publik. Media massa sebagai pengawas masyarakat tidak dapat
dipisahkan dari lembaga keagamaan. Baik media siaran maupun cetak dapat
digunakan untuk menyiarkan moral, etika, dan kepalsuan agama. Kekuatan media juga
dapat digunakan untuk penyusunan kembali sistem nilai-nilai nasional dengan
menyiarkan kegiatan-kegiatan agama. Media juga memiliki kemampuan untuk
mengomunikasikan pesan agama yang memungkinkan orang memiliki semangat

9
hidup, ketaatan mematuhi aturan Tuhan, prinsip-prinsip hidup bersama sehingga
berdampak positif bagi perkembangan masyarakat.
Media massa adalah lembaga yang berperan sebagai pelopor perubahan serta
media massa juga sebagai institusi pencerahan masyarakat yaitu peran sebagai media
edukasi. Media massa setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka
pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. Sebagai media informasi yaitu media
yang setiap saat memberikan informasi kepada masyarakat. Maka masyarakat akan
menjadi kaya dengan informasi masyarakat yang terbuka dengan informasi.
Hubungan interaktif masih terjaga sekalipun penyebarluasan agama melalui
media massa. Misalnya, di Jepang konseling agama dilakukan secara online dan
website. Adanya agama baru (Konkokyo dan Tenrikyo) yang berkembang di Jepang
menyediakan layanan konseling secara online dan ternyata berhasil memberikan apa
yang dibutuhkan masyarakat dalam mengakses pengetahuan agama. 14
Isu-isu agama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan media, terlebih di
negara-negara belahan timur yang dikenal masih menjaga nilai-nilai luhur keagamaan.
Bagi orang-orang timur media masih menjadi musuh agamanya, mereka menolak
media-media yang membawa konten berbahaya yang bertentangan dengan nilai dan
tradisi keagamaannya, hal tersebut menjadi perhatian media sehingga media mencoba
menghadirkan program-program yang sejalan dan searah dengan nilai-nilai keagamaan
dan mengurangi konten yang berlawanan dengan nila-nilai keagamaan yang bisa
memicu emosi pemeluknya. Hal ini di rasa sangat penting untuk menjaga kondisi
masyarakat agar media tersebut dapat dianggap dan diterima dengan baik yang
selanjutnya menghadirkan keuntungan bagi media itu sendiri.15

C. Penutup
Permasalahan identitas diri dalam konteks dunia yang menyebar saat ini semakin
muncul ke permukaan. Permasalahan ini menyangkut berbagai aspek kehidupan mulai
dari orientasi seksual, simbol-simbol budaya dan agama, hingga upaya membatasi agama-
agama tradisional yang menjadi minoritas dalam suatu wilayah negara. Modal sosial juga

14
Sindung Haryanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2015) hlm. 214-218
15
Minan, I. (2016). Relasi Media Massa dan Dakwah Kontemporer. al-Balagh: Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, 1(2), 197-214, hlm. 201-202

10
berkaitan dengan kepercayaan yang membutuhkan kerja sama antar warga yang berkaitan
dengan agama, hal ini sering dibicarakan oleh agama.
Media massa secara umum dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, sebagai perangkat
teknologi yang memainkan peran dalam penyebarluasan informasi. Kedua, sebagai
lembaga sosial yang memiliki hubungan jelas dalam mengumpulkan informasi bagi
konsumsi publik. Media massa sebagai pengawas masyarakat tidak dapat dipisahkan dari
lembaga keagamaan. Baik media siaran maupun cetak dapat digunakan untuk menyiarkan
moral, etika, dan kepalsuan agama. Kekuatan media juga dapat digunakan untuk
penyusunan kembali sistem nilai-nilai nasional dengan menyiarkan kegiatan-kegiatan
agama.

DAFTAR PUSTAKA

Alfaqi, M. Z. (2015). Memahami Indonesia Melalui Prespektif Nasionalisme, Politik


Identitas, Serta Solidaritas. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(2),
111-116

Ancok, D. (2003). Modal sosial dan kualitas masyarakat. Psikologika: Jurnal Pemikiran
dan Penelitian Psikologi, 8(15), 4-14

Haboddin, M. (2012). Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal. Jurnal Studi


Pemerintahan, 3(1), 116-133

Hanani, S. 2011. Intelarasi Sosiologi dan Agama. Bandung: Humoniora

Haryanto, S. (2015). Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media)

Henslin, M. J. 2013. Sosiologi Dengan Pendekatan Bumi. Jakarta: PT Glora Aksara


Pratama

Lubis R. 2015. Sosiologi Agama Memahami Perkembangan Agama Dalam Interaksi


Sosial. Jakarta: Kencana

Maarif, A. S., Ali-Fauzi, I., & Panggabean, S. R. (2010). Politik Identitas Dan Masa
Depan Pluralisme Kita. Centre for the Study of Islam and Democracy

Minan, I. (2016). Relasi Media Massa dan Dakwah Kontemporer. al-Balagh: Jurnal
Dakwah dan Komunikasi, 1(2), 197-214

11
Sunaryo. 2015. Sosiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Perpustakaan Nasional

Tharaba, F. 2016. Sosiologi Agama. Malang: Madani

12

Anda mungkin juga menyukai