Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR / MKDU4109

Nama : Rizki Putri Kumala


NIM : 049810926
Prodi : Ilmu Komunikasi
UPBJJ Jakarta

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikulturalisme dalam era Globalisasi!


Berikan contoh konkret!

Jawab : Multikulturalisme adalah suatu konsep yang mengakui dan menghargai


keberagaman budaya, etnis, dan agama di dalam suatu masyarakat. Dalam era globalisasi,
multikulturalisme menjadi semakin penting karena masyarakat semakin terhubung dan
interaksi antar budaya semakin intensif.
Contoh konkret dari multikulturalisme dalam era globalisasi adalah terlihat di negara-
negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Negara-negara ini memiliki
penduduk yang sangat beragam etnis dan budaya, dan mengakui keberagaman tersebut
sebagai sumber kekuatan dan identitas nasional mereka. Contohnya, di Amerika Serikat
terdapat beragam festival dan acara budaya yang dirayakan oleh berbagai kelompok etnis,
seperti Mardi Gras di New Orleans, Pawai Budaya di San Francisco, dan lain-lain.

Namun, terdapat juga perdebatan mengenai multikulturalisme dalam era globalisasi.


Beberapa orang mengkritik konsep multikulturalisme karena dianggap dapat menyebabkan
konflik budaya dan menimbulkan ketidakpuasan pada kelompok-kelompok yang merasa
kurang diakui. Namun, yang lainnya menganggap multikulturalisme dapat memperkaya
kehidupan sosial dan ekonomi di dalam masyarakat.

Selain itu, multikulturalisme dalam era globalisasi juga terlihat dalam bentuk pengakuan
hak minoritas budaya dan etnis untuk mempertahankan dan mempraktikkan budaya
mereka. Hal ini dapat terlihat dalam undang-undang atau kebijakan yang diambil oleh
pemerintah, seperti pengakuan bahasa minoritas atau pendidikan multibudaya.

Dalam beberapa kasus, multikulturalisme juga dapat menimbulkan masalah. Terkadang,


kebijakan multikulturalisme dapat menimbulkan polarisasi dan konflik antara kelompok-
kelompok etnis dan agama yang berbeda. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
pandangan tentang nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat Oleh
karena itu, penting untuk mengelola keberagaman dengan bijak dalam era globalisasi.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mempromosikan dialog antar
kelompok etnis dan agama untuk memahami perbedaan dan mencari kesamaan. Selain itu,
diperlukan juga kebijakan yang menjamin keadilan dan kesetaraan bagi semua kelompok
di dalam masyarakat.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan stereotipe, berikan contohnya!


Jawab : Menurut Dyah Gandasari dkk, dalam buku Pengantar Komunikasi Antarmanusia
(2022), stereotip adalah salah satu bentuk prasangka antaretnis atau ras. Makna stereotip
adalah suatu prasangka yang didasarkan pada penilaian atau anggapan berdasarkan
karakteristik perilaku orang lain. Adapun karakteristik tersebut, meliputi ras, jenis kelamin,
suku bangsa, dan keterampilan komunikasi yang dimiliki seseorang atau kelompok sosial.
Dikutip dari buku Konseling Lintas Budaya (2019) karangan Diana Ariswanti Triningtyas,
sebelum memberi stereotip pada orang lain, proses identifikasi akan dilakukan terlebih
dahulu. Artinya orang tersebut akan diidentifikasi sebagai bagian dari kelompok tertentu.
Kemudian akan diberi penilaian atas dasar orang yang bersangkutan.

Contoh stereotip

Dilansir dari buku Etika dan Filsafat Komunikasi (2009) karya Muhamad Mufid, berikut
beberapa contoh stereotip:

1. Orang gemuk biasanya pemalas dan suka makan


2. Orang Jawa dari Solo identik dengan sikap lemah lembut
3. Orang Batak digambarkan pekerja keras dan temperamen
4. Orang etnis Tionghoa cenderung pelit, kaya, dan punya banyak uang
5. Pria dianggap kuat dan jantan (gagah dan berani)
6. Perempuan dianggap lemah dan harus selalu dilindungi
7. Orang Indonesia dikenal ramah
8. Guru dikenal sebagai sosok yang bijak dan selalu bisa dijadikan panutan.

3. Jelaskan arti kesetaraan menurut Bikhu Parekh, berikan contohnya?

Jawab : Bikhu Parekh adalah seorang filsuf politik yang telah menulis banyak buku
tentang masalah multikulturalisme dan pluralisme. Menurut Parekh, kesetaraan adalah
prinsip moral yang mengakui bahwa semua individu memiliki martabat yang sama dan
harus diperlakukan secara adil dan setara, tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama,
gender, atau orientasi seksual. Parekh menekankan bahwa kesetaraan bukanlah hanya
tentang memberikan hak yang sama kepada semua orang, tetapi juga tentang mengakui
perbedaan yang ada dan memperlakukan individu sesuai dengan kebutuhan dan
kapasitasnya.

Kesetaraan, menurut Parekh, adalah tentang mempromosikan keadilan sosial dan


memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang
dan mencapai potensi mereka. Sebagai contoh, kesetaraan dapat diwujudkan dalam bentuk
kebijakan publik yang mengakui keberagaman budaya dan bahasa di masyarakat, dan
memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan kepada kelompok yang
terpinggirkan atau kurang diwakili dalam kebijakan publik. Kesetaraan juga dapat
diwujudkan melalui pendidikan yang inklusif, yang mengakui keberagaman budaya dan
bahasa dalam kurikulum dan mempromosikan pengertian dan toleransi terhadap perbedaan
budaya dan agama.
Parekh menekankan bahwa kesetaraan adalah prinsip yang penting dalam masyarakat
multikultural dan pluralistik, di mana individu dengan latar belakang yang berbeda-beda
harus hidup bersama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Parekh juga
mengemukakan bahwa kesetaraan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Misalnya, dalam bidang politik,
kesetaraan dapat diterapkan dalam bentuk hak pilih yang sama bagi semua warga negara,
tanpa diskriminasi berdasarkan latar belakang sosial atau budaya.

Di bidang ekonomi, kesetaraan dapat diterapkan melalui kebijakan yang mengurangi


kesenjangan ekonomi antara kelompok yang berbeda, dan memastikan akses yang sama
terhadap peluang ekonomi dan sumber daya. Sedangkan di bidang sosial, kesetaraan dapat
diterapkan melalui kebijakan yang mempromosikan penghargaan terhadap perbedaan
budaya dan agama, dan melindungi hak-hak individu dari kelompok minoritas. Namun,
Parekh juga mengakui bahwa kesetaraan tidak selalu mudah diterapkan dalam praktiknya,
terutama di masyarakat yang masih mengalami diskriminasi dan ketidakadilan sosial. Oleh
karena itu, Parekh menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai kelompok sosial
untuk mempromosikan kesetaraan dan keadilan sosial, serta menghindari sikap
diskriminatif dan intoleran terhadap kelompok minoritas.

Sumber / Referensi :

https://amp.kompas.com/skola/read/2022/04/21/083000069/stereotip--makna-dan-
contohnya

https://www.dikasihinfo.com/pendidikan/9808738379/terjawab-jelaskan-arti-kesetaraan-
menurut-bikhu-parekh-berikan-contohnya?page=2

https://www.dikasihinfo.com/pendidikan/amp/9808738315/terjawab-jelaskan-apa-yang-
dimaksud-dengan-multikulturalisme-dalam-era-globalisasi-berikan-contoh-konkret

Kymlicka, W. (2012). Multiculturalism: Success, failure, and the future. Washington, DC:
Migration Policy Institute.

Parekh, B. (2002). Equality and diversity. In R. Chadwick, E. Lövbrand, & F. Sundman


(Eds.), The ethics of stakeholding (pp. 167-182). Houndsmills: Palgrave.

Parekh, B. (2008). Multiculturalism and globalization. Critical Review of International


Social and Political Philosophy, 11(4), 497-516.

Parekh, B. (2008). A new politics of identity: Political principles for an interdependent


world. New York: Palgrave Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai