Anda di halaman 1dari 4

REVIEW BUKU PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Judul buku : Pendidikan Multikultural


Penulis : Choirul Mahfud
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2006
Tebal buku : xxviii+294 halaman

1. Sinopsis Buku
Krisis sosio-kultural di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
terjadi akibat krisis moneter, ekonomi dan politik yang terjadi pada awal 1997
yang semakin meluas. Krisis tersebut dapat kita saksikan dalam berbagai modus
disoreintasi dan dislokasi masyarakat kita, misalnya lenyapnya kesabaran sosial
dalam menghadapi realitas kehidupan yang semakin sulit sehingga mudah
mengamuk dan bertindak anarkis; merosotnya penghargaan dan kepatuhan
terhadap hukum, etika, moral dan kesantunan sosial; penggunaan narkoba yang
meluas dan penyakit sosial lainnya hingga konflik dan kekerasan yang bernuansa
politis, etnis, dan agama yang pernah terjadi diwilayah Aceh, Kalimantan Barat
dan Tengah, Maluku, dan lain-lain. Tragedi kekerasan antarkelompok diahir tahun
1990-an hingga sekarang di berbagai kawasan Indonesia menunjukan betapa
rentannya rasa kebersamaan yang dibangun di Negara kita, betapa kentalnya
prasangka antarkelompok dan berapa rendahnya nilai multikulturalisme.
Krisis tersebut semakin menjadi dengan arus globalisasi yang tidak terbendung,
hingga melahirkan gaya hidup baru yang yang tidak selalu sesuai bagi kehidupan
sosial budaya masyarakat bangsa kita. Dari kecenderungan gaya hidup tersebut
akan memunculkan kultur hybrid tanpa identitas yang dapat mengakibatkan erosi
budaya. Budaya hybrid juga akan melenyapkan identitas kultural nasional dan
lokal, padahal identitas nasional lokal tersebut mutlak diperlukan bagi tewujudnya
masyarakat nasional dan lokal tersebut mutlak dibutuhkan demi terwujudnya
intergrasi sosial, kultural, dan politik masyarakat, Bangsa dan Negara.
Menurut Abraham A. Maslow dalam Theory of Human Motivation, bahwa salah
satu kebutuhan dasar manusia adalah pengakuan/penghargaan. Pengingkaran
masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui merupakan akar dari ketimpangan di
berbegai bidang kehidupan. Multikultural adalah sebuah ideology dan sebuah alat
atau wahana untuk mningkatkan derajat manusia dan kemanusiannya. Maka,
konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan
manusia.

2. Isi Review Buku

Multikulturalisme merupakan sebuah konsep dimana sebuah komunitas


dalam konteks kebangsaaan yang mengakui keberagaman, perbedaan dan
kemajemukan budaya, ras, suku, etnis, agama dan lain sebagainya. Sebuah konsep
yang memberikan pemahaman bahwa sebuah bangsa yang plural dan majemuk
adalah bangsa yang dipenuhi budaya-budaya yang beragam (multikultural). Dan
bangsa yang multikultural adalah bangsa yang kelompok-kelompok etnik atau
budayanya yang ada dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co-
existensi yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain.
Pendidikan merupakan wahana paling tepat untuk membangun kesadaran
multikulturalisme karena dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya bisa
berperan sebagai juru bicara bagi terciptanya fundamen kehidupan multikultural
yang terbebas dari kooptasi Negara. Hal itu dapat berlangsung apabila ada
perubahan paradigma dalam pendidikan, yakni dimulai dari penyeragaman
identitas tunggal, lalu ke arah pengakuan dan penghargaan keragaman identitas
dalam kerangka penciptaan harmonisasi kehidupan. Selanjutnya, harus diakui
bahwa multikulturalisme bangsa Indonesia belum sepenuhnya dipahami oleh
segenap warga masyarakat selaku given, takdir Tuhan, dan bukan faktor bentukan
manusia. Memang masyarakat telah memahami sepenuhnya bahwasetiap manusia
terlahir berbeda, baik secara fisik maupun non fisik, tetapi nalar kolektif
masyarakat belum bisa menerima realitas bahwa setiap individu atau kelompok
tertentu memiliki system keyakinan, budaya, adat, agama, dan tatacara ritual yang
berbeda.nalar kolektif masyarakat Indonesia tentang multikulturalitas bangsa
masih terkooptasi oleh logosentrisme tafsir hegemonik yang syarat akan
prasangka, kecurigaan, bisa, kebencian, dan reduksi kelompok yang berada di luar
dirinya (the other). Akibatnya, ikatan-ikatan sosial melalui kolektivitas dan
kerjasama hanya berlaku didalam kelompokmya sendiri.
Pelaksaan Otonomi Daerah seharusnya dapat meningkatkan hubungan baik
antarkelompok, dapat memacu pembangunan daerah, pengakuan dan kesetaraan
dalam lini kehidupan dan banyak hal positif lain. Dalam pelaksaananya kepala
daerah diberikan wewenang dalam sebagian besar bidang pemerintahan, termasuk
wewenang untuk mengelola sumber daya alam, mengatur kesehatan pemberian
izin bisnis berdasarkan aspirasi masyarakat dan yang paling penting adalah
pendidikan berbasis multikultural. Otonomi Daerah juga dapat membawa daerah
ke dalam ancaman jika Pemerintah Daerah gagal dalam mengelola keberagaman
masyarakat. Undang-undang No. 22/1999 yang memberikan peluang kepada
daerah-daerah untuk bergabung membentuk propinsi dan kabupaten baru
merupakan salah satu cara dalam meningkatkan evektivitas pembangunan daerah
dan meredam terjadinya Gerakan seperatisme. Pendidikan multikultural mengakui
adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa. Dan dalam
menghadapi tantangan globalisasi pendidikan multikultural harus direlisasikan.
Seprti halnya otonomi daerah, globalisasi dapat melahirkan peluang, ancaman,
dan tantangan bagi kehidupan manusia dibelahan bumi manapun, termasuk
Indonesia. Salah satu aspek kehidupan yang yang terkena imbasnya adalah
kehidupan yang terkena imbasnya adalah kebudayaan bangsa (culture and
tradition). Meminjam kata HAR Tilaar bahwa bangsa yang tidak memiliki strategi
untuk mengelola kebudayaan yang mendapat tantangan sedemikian dahsyatnya,
dikhawatirkan akan mudah terbawa arus hingga ahirnya kehilangan jati diri lokal
dan nasionalnya.

3. Kesimpulan

Pendidikan multikultural hendaknya dijadikan strategi dalam mengelola


kebudayaan dengan menawarkan strategi trannformasi budaya yang ampuh yakni
melalui mekanisme pendidikan yang menghargai perbedaan budaya (different of
culture). Globalisasi harus diimbangi dengan penguatan budaya lokal, akan tetapi
dihindari pula fanatisme berlebihan dan primordialisme yang beresisko
menimbulkan disintegrasi Negara. Begitu urgennya pendidikan multikultural
untuk dihadirkan dalam dunia pendidikan kita pada saat ini, alasannya adalah
pendidikan merupakan instrument paling ampuh untuk memberikan penyedaran
(concious) kepada masyarakat, supaya tidak timbul konflik antar etnis, budaya,
dan agama.
Buku ini amat bermanfaat dalam memahami konflik antaretnis dan antaragama,
buku ini semoga dapat memberi pelajaran betapa pentingnya memelihara
kebudayaan nasional, seperti yang kita alami sekarang ketika kebudayaan kita
tidak mendapatkan perhatiaan danakan sadar betapa pentingya dan sangat
berharganya kebudayaan daerah ketika diklaim oleh negara lain, maka sangatlah
penting penyampaian dan menghayatan terhadap pendidikan multikultural. Dalam
buku ini bercerita sangat banyak fakta yang terjadi dalam pendidikan kita dengan
pemaparan yang sistematis, sehingga semua orang dapat memahami buku ini
dengan baik. Dan saya sarankan bagi praktisi pendidikan seperti guru, dosen dan
mahasiswa kependidikan, wajib membaca dan mengamalkan hal-hal yang
disarankan dalam buku ini, sehingga konsep pendidikan multikultural segera
terlaksana demi Indonesia yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai