UNIVERSITAS TERBUKA
Judul:
Oleh:
Rhenif Oktoka
NIM: 043075107
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman akan budaya, serta memiliki
wilayah yang sangat luas. Dimana, wilayah yang sangat luas ini menyebabkan terjadinya
interaksi dan integrasi ekonomi sulit merata antar masyarakat sehingga terjadi tumpang tindih
akan kesejahteraan masyarakat. dan dimana Indonesia bisa disebut dengan Negara
multikultural.
PEMBAHASAN
Globalisasi tidak hanya terbatas hanya pada fenomena perdagangan dan aliran
keuangan yang berkembang karena adanya kecenderungan lain yang didorong oleh
kemampuan teknologi yang memfasilitasi perubahan keuangan. Globalisasi ini dapat dilihat
sebagai kompresi ruang dan waktu dalam hubungan sosial. Globalisasi dilihat sebuah proses
integrasi yang terjadi secara internasional yang disebabkan adanya pertukaran pandangan
secara menyeluruh seperti pemikiran, pandangan dunia, produk, dan berbagai aspek
kebudayaan lainnya.
Waters mendefinisikan globalisasi dengan sebuah proses sosial dimana batas geografis
tidak berpengaruh penting terhadap kondisi sosial budaya dimana ini berpengaruh kepada
kesadaran seseorang.
Multikulturalisme adalah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan
pada kesederajatan perbedaan kebudayaan yang ada. Ideologi ini bergandengan dan saling
mendukung dalam proses demokratisasi yang pada dasarnya adalah kesederajatan pelaku
secara individual yang terikat dalam Hak Asasi Manusia dalam berhadapan dengan kekerasan
dan komunitas atau masyarakat setempat.
Selain dari itu, Azyumardi Azra juga berpendapat bahwa multikulturalisme merupakan
suatu paradigma kehidupan bermasyarakat yang berdasar atas persatuan dan
mengesampingkan perbedaan untuk mengantisipasi konflik sosial. Kesepakatan yang dibentuk
mengenai keberagaman perbedaan seperti kebiasaan dalam masyarakat serta adat istiadat.
Dikatakan oleh Bikhu Parekh (2001), bahwa multikultultural mengandung tiga komponen,
yakni, pertama, konsep ini berkaitan dengan kebudayaan; kedua, konsep ini mengacu kepada
pluralitas kebudayaan; dan ketiga, konsep ini mengandung cara tertentu untuk merespons
pluralitas itu. Oleh sebab itu, multikulturalisme bukanlah sebuah doktrin politik pragmatic
melainkan bagaimana cara pandang atau ideologi dalam kehidupan sehari - hari.
Contoh yang paling nyata adalah semakin meningkatnya keinginan beberapa daerah
tertentu untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun begitu
jauh pemerintah masih mampu meredam kehendak tersebut sehingga perceraian daerah-
daerah tersebut belum terwujud pada saat ini. Konflik-konflik yang terjadi akibat
ketidaksetaraan sosial dan ekonomi juga meningkat pada awal abad keduapuluh satu ini.
Sebagian besar kebudayaan multikultural di dunia dapat digolongkan kedalam tiga
model. Pertama, model yang mengedepankan nasionalitas, dimana ini adalah sosok baru yang
dibangun bersama tanpa memperhatikan keanekaragaman suku bangsa, agama, dan bahasa,
serta nasionalitas ini bekerja sebagai perekat integrasi. Model ini memandang setiap orang
berhak untuk dilindungi negara. Model kebijakan multikulturalisme ini rentan terjatuh ke dalam
kekuasaan otoritarian karena kekuasaan untuk menentukan unsur integrasi nasional tersebut
berada di tangan suatu kelompok tertentu yang menguasai negara. Nasionalitas dan
nasionalisme menjadi tameng bagi para elite untuk mencapai tujuannya.
Kedua, model nasionalitas etnik yang berdasarkan kesadaran kolektif yang kuat
sebagai landasannya adalah hubungan darah dan kekerabatan dengan para founders. Selain itu,
kesatuan bahasa juga merupakan ciri nasionalitas etnik ini. Model ini dianggap sebagai model
tertutup karena orang luar yang tidak memiliki sangkut paut hubungan darah dengan etnis
pendiri bangsa, akan tersingkir menjadi orang luar dan diperlakukan sebagai orang asing
Ketiga, model multikultural etnik yang mengakui eksistensi dan hak-hak warga etnik
secara kolektif. Dalam model ini keanekaragaman menjadi realitas yang harus diakui negara,
dan identitas serta asal-usul warga negara diperhatikan.
Indonesia memiliki pancasila sebagai ideologi bangsa dan dimana pancasila adalah
sebuah kenyataan sejarah yang tidak dapat dipungkiri telah berkontribusi besar terhadap
keberlangsungan hidup bangsa. Oleh karenanya, pancasila diharapkan mampu menjadi jalan
tengah yang sekaligus menjembatani perbedaan yang ada dan mengakomodasikan seluruh
kepentingan kelompok sosial yang beragam.
Bikhu Parek menjelaskan bahwa perlakuan yang berbeda terhadap individu dan
kelompok dianggap setara jika mencerminkan cara untuk mewujudkan hak - hak yang sama,
kesempatan yang sama, dan perlakuan yang sama. Penerapan kesetaraan memang rentan
terhadap tuduhan diskriminasi terhadap kelompok khusus. Kesetaraan memerlukan kesetaraan
hak dan kewajiban dimana pemenuhan hak spili, politik, ekonomi, serta social budaya juga
harus diperhatikan. Struktur politik masyarakat multikultural perlu dibangununtuk menciptakan
persatuan dan kebersamaan antara kebijakan desentralisasi yang berkeadilan.
Multikulturalisme ini adalah keadaan masyarakat yang terdiri atas beberapa elemen
kelompok yang berbeda antara ras, adat, kebiasaan, dan juga kebudayaan yang akan tetap
hidup tanpa adanya pembauran satu sama lain sehingga multikultural disini adalah masyarakat
yang terdiri atas dua atau lebih masyarakat yang secara kultur yang akan mengalami
fragmentasi dan mempunyai struktur sosial kelembagaan yang beda satu samalain.
Multikulturalisme ini cenderung terjadi karena adanya paksaan di masyarakar karenaharus
menerima apa yang ada masyarakat dan juga multikulturalisme ini juga rentan terjadi konflik di
dalamnya. Banyak keanekaragaman ras yang menunjukkan pengelompokan manusia serta
keberagaman lainnya yang terdiri atas beberapa kelompok kecil sehingga tidak ada posisi yang
dominan dalam aspek kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/aliyalisa/5e807f64d541df29707424b3/jati-diri-multikultu
ralisme-di-era-globalisasi-indonesia
https://www.kompasiana.com/cpfocvianny/56657fc45fafbdd5094bc78f/multikulturalis
me-indonesia.
Multikultural.
Lyman, P.N. 2000. Globalization and the Demands of Governance. Georgetown Journal of
Parekh, B. (1997) National Culture and Multiculturalism. In Kenneth Thompson (ed.) Media
https://madrasahdigital.co/opini/globalisasi-dan-ancaman-terhadap-multikulturalisme/
https://www.kompasiana.com/bambangjes/54f43164745513a22b6c862b/multikulturalis
me-indonesia
Waters, M. 1995. Globalization. 2nd Edition. Taylor and Francis Group. London.