Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

UNIVERSITAS TERBUKA

Judul:

Globalisasi dalam Konsep Multikulturalisme

dalam Kebudayaan Indonesia

Oleh:

Rhenif Oktoka

NIM: 043075107

UNIVERSITAS TERBUKA 2022


POKJAR JEMBER
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman akan budaya, serta memiliki
wilayah yang sangat luas. Dimana, wilayah yang sangat luas ini menyebabkan terjadinya
interaksi dan integrasi ekonomi sulit merata antar masyarakat sehingga terjadi tumpang tindih
akan kesejahteraan masyarakat. dan dimana Indonesia bisa disebut dengan Negara
multikultural.

Multikultural dapat dipahami sebagai pandangan dimana dikenal dengan ragam


kehidupan dunia dan juga kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap
banyak keragaman dan berbagai macam kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat
multikultural menganggap bahwa sejumlah perbedaan yang ada dalam satu masyarakat plural
dan heterogen tersebut merupakan bagian dari identitasnya. Konsep multikultural mengakui
adanya perbedaan-perbedaan dalam identitas yang juga berbeda (intra cultural differentiation).

PEMBAHASAN

Globalisasi merupakan perkembangan yang mempengaruhi terhadap munculnya


berbagai perubahan tatanan dunia. Pengaruh dalam globalisasi ini dapat menyebabkan
berbagai hambatan dan dimana globalisasi mencetuskan konsep “Dunia Tanpa Batas” yang
menjadi realita dan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan budaya. Globalisasi
ini mengacu kepada seluruh kegiatan masyarakat dunia dimana intensifikasi hubungan sosial di
seluruh dunia dihubungkan ke daerah terpencil dengan berbagai cara.

Globalisasi tidak hanya terbatas hanya pada fenomena perdagangan dan aliran
keuangan yang berkembang karena adanya kecenderungan lain yang didorong oleh
kemampuan teknologi yang memfasilitasi perubahan keuangan. Globalisasi ini dapat dilihat
sebagai kompresi ruang dan waktu dalam hubungan sosial. Globalisasi dilihat sebuah proses
integrasi yang terjadi secara internasional yang disebabkan adanya pertukaran pandangan
secara menyeluruh seperti pemikiran, pandangan dunia, produk, dan berbagai aspek
kebudayaan lainnya.

Waters mendefinisikan globalisasi dengan sebuah proses sosial dimana batas geografis
tidak berpengaruh penting terhadap kondisi sosial budaya dimana ini berpengaruh kepada
kesadaran seseorang.
Multikulturalisme adalah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan
pada kesederajatan perbedaan kebudayaan yang ada. Ideologi ini bergandengan dan saling
mendukung dalam proses demokratisasi yang pada dasarnya adalah kesederajatan pelaku
secara individual yang terikat dalam Hak Asasi Manusia dalam berhadapan dengan kekerasan
dan komunitas atau masyarakat setempat.

Upaya penyebarluasan ideologi ini dalam masyarakat Indonesia harus bergandengan


tangan dengan pemantapan ideologi demokrasi dan kebangsaan yang seimbang, sehingga
masyarakat Indonesia nantinya akan mempunyai kesadaran sebagai warga negara Indonesia
dan akan mampu untuk menolak diskriminasi dan perlakuan sewenang-wenang oleh kelompok
masyarakat yang dominan. Multikulturalisme ini lebih menekankan relasi antar kebudayaan
dengan keberadaan suatu budaya harus mempertimbangkan keberadaan kebudayaan lainnya.

Dikatakan oleh Haviland, multikultural diartikan sebagai pluralitas kebudayaan dan


agama, dimana jika kita memelihara pluralitas ini keita akan mencapai kehidupan yang ramah
dan menciptakan kebudayaan. Pluralisme kebudayaan multikulturalisme berarti penolakan
akan kefanatikan, purbasangka, rasialisme dan menerima secara inklusif keberagaman yang ada
(Haviland, 1988).

Selain dari itu, Azyumardi Azra juga berpendapat bahwa multikulturalisme merupakan
suatu paradigma kehidupan bermasyarakat yang berdasar atas persatuan dan
mengesampingkan perbedaan untuk mengantisipasi konflik sosial. Kesepakatan yang dibentuk
mengenai keberagaman perbedaan seperti kebiasaan dalam masyarakat serta adat istiadat.
Dikatakan oleh Bikhu Parekh (2001), bahwa multikultultural mengandung tiga komponen,
yakni, pertama, konsep ini berkaitan dengan kebudayaan; kedua, konsep ini mengacu kepada
pluralitas kebudayaan; dan ketiga, konsep ini mengandung cara tertentu untuk merespons
pluralitas itu. Oleh sebab itu, multikulturalisme bukanlah sebuah doktrin politik pragmatic
melainkan bagaimana cara pandang atau ideologi dalam kehidupan sehari - hari.

Multikulturalisme adalah suatu ideologi jalan keluar dari persoalan mundurnya


kekuatan integrasi dan kesadaran nasionalisme suatu bangsa dikarenakan akibat dari
perubahan di tingkat global. Indonesia mengalami perubahan tersebut Setidaknya
kekhawatiran terjadinyakemunduran dalam kesadaran nasionalisme telah terbukti.

Contoh yang paling nyata adalah semakin meningkatnya keinginan beberapa daerah
tertentu untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun begitu
jauh pemerintah masih mampu meredam kehendak tersebut sehingga perceraian daerah-
daerah tersebut belum terwujud pada saat ini. Konflik-konflik yang terjadi akibat
ketidaksetaraan sosial dan ekonomi juga meningkat pada awal abad keduapuluh satu ini.
Sebagian besar kebudayaan multikultural di dunia dapat digolongkan kedalam tiga
model. Pertama, model yang mengedepankan nasionalitas, dimana ini adalah sosok baru yang
dibangun bersama tanpa memperhatikan keanekaragaman suku bangsa, agama, dan bahasa,
serta nasionalitas ini bekerja sebagai perekat integrasi. Model ini memandang setiap orang
berhak untuk dilindungi negara. Model kebijakan multikulturalisme ini rentan terjatuh ke dalam
kekuasaan otoritarian karena kekuasaan untuk menentukan unsur integrasi nasional tersebut
berada di tangan suatu kelompok tertentu yang menguasai negara. Nasionalitas dan
nasionalisme menjadi tameng bagi para elite untuk mencapai tujuannya.

Kedua, model nasionalitas etnik yang berdasarkan kesadaran kolektif yang kuat
sebagai landasannya adalah hubungan darah dan kekerabatan dengan para founders. Selain itu,
kesatuan bahasa juga merupakan ciri nasionalitas etnik ini. Model ini dianggap sebagai model
tertutup karena orang luar yang tidak memiliki sangkut paut hubungan darah dengan etnis
pendiri bangsa, akan tersingkir menjadi orang luar dan diperlakukan sebagai orang asing

Ketiga, model multikultural etnik yang mengakui eksistensi dan hak-hak warga etnik
secara kolektif. Dalam model ini keanekaragaman menjadi realitas yang harus diakui negara,
dan identitas serta asal-usul warga negara diperhatikan.

Globalisasi merombak kehidupan secara besar-besaran dan juga mempengaruhi


kehidupan sehari-hari. Globalisasi ini tidak hanya menarik ke atas melainkan juga mendorong
ke bawahdan menciptakan tekanan baru bagi ekonomi lokal dan globalisasi ini juga menjadi
alas an bangkitnya kembali identitas budaya lokal di belahan dunia. Menurut Giddens (1999),
globalisasi ini menciptakan zona ekonomi baru dan budaya baru di dalam dan antar bangsa.

H. A. R. Tilaar mengungkapkan bahwa globalisasi dapat melahirkan kebudayaan yang


bersifat monoisme kebudayaan atau monokulturalisme dimana menyebabkan imperialisme
kebudayaan barat dan ini menjadi nilai - nilai intrinsik dan nilai instrumental dalam masyarakat
yang semakin terkikis sejalan dengan arus globalisasi.

Multikulturalisme yang ada di Indonesia sangatlah membutuhkan solidaritas antar


sesama manusia demi terciptanya solidaritas antar masyarakat. Menurut Emile Durkheim yang
dikutip oleh Robert M.Z Lawang (1985:63), bahwa solidaritas sosial adalah keadaan saling
percaya antar anggota kelompok atau komunitas. Adanya solidaritas yang kuat dan selalu
berpegang teguh terhadap nilai gotong-royong, menjadikan Indonesia tetap aman dan kuat.
Akibat arus globalisasi yang masuk dengan tidak seimbang dan ketidakmampuan dalam
memfilter budaya yang masuk dari luar akan menjadi salah satu faktor penyebab pudarnya jati
diri masyarakat.

Indonesia memiliki pancasila sebagai ideologi bangsa dan dimana pancasila adalah
sebuah kenyataan sejarah yang tidak dapat dipungkiri telah berkontribusi besar terhadap
keberlangsungan hidup bangsa. Oleh karenanya, pancasila diharapkan mampu menjadi jalan
tengah yang sekaligus menjembatani perbedaan yang ada dan mengakomodasikan seluruh
kepentingan kelompok sosial yang beragam.

Memperhatikan kondisi bangsa untuk mengantisipasi terjadinya disintegrasi bangsa


yang tampaknya dapat memperkuat multikulturalisme yang halnya adalah sebuah sesuatu yang
mendesak. Memperkuat multikulturalisme ini harus berjalan efektif dan berdaya guna dengan
berlandaskan pada lima pilar, seperti berpegang pada kebenaran dan memperjuangkan,
melakukan tugas dan kewajiban dengan orientasi kepentingan masyarakat, menyebarkan
rasadamai yang bersumber dari kesadaran masyarakat, memupuk cinta kasih murni tanpa ego,
dan cinta damai serta anti kekerasan.

Bikhu Parek menjelaskan bahwa perlakuan yang berbeda terhadap individu dan
kelompok dianggap setara jika mencerminkan cara untuk mewujudkan hak - hak yang sama,
kesempatan yang sama, dan perlakuan yang sama. Penerapan kesetaraan memang rentan
terhadap tuduhan diskriminasi terhadap kelompok khusus. Kesetaraan memerlukan kesetaraan
hak dan kewajiban dimana pemenuhan hak spili, politik, ekonomi, serta social budaya juga
harus diperhatikan. Struktur politik masyarakat multikultural perlu dibangununtuk menciptakan
persatuan dan kebersamaan antara kebijakan desentralisasi yang berkeadilan.

Dalam konteks kehidupan multikultural, pemahaman berdimensi multikultural harus


ada untuk memperluas wacana pemikiran manusia yang masih mempertahankan egoisme
terhadap kebudayaan, agama, dan kelompok. Memelihara kebudayaan dan keberagaman
budaya merupakan interaksi sosial dan politik antara orang yang berbeda cara hidup dan
berpikirnya dalam satu masyarakat. Secara ideal, multikulturalisme berarti penolakan terhadap
kefanatikan dan menerima secara inklusif keanekaragaman yang ada.

Seperti kita ketahui, masyarakat multikultural di Bali sangat menerima perbedaan


kebudayaan yang ada serta keberagaman lainnya yang sangat berbeda dari kebudayaan yang
dimilikinya. Selain itu, toleransi kehidupan beragama juga dalam masyarakat dapat mempererat
hubungan dan kesatuan dalam bernegara. Tidak menyinggung ciri khas dari ras yang ada dalam
masyarakat juga merupakan toleransi atas multikulturalisme di Indonesia sendiri dan
menyadari akan keberagaman budaya milik bangsa lain dengan mempertahankan budaya
sendiri sebagai identitas nasional.
PENUTUP

Multikulturalisme ini adalah keadaan masyarakat yang terdiri atas beberapa elemen
kelompok yang berbeda antara ras, adat, kebiasaan, dan juga kebudayaan yang akan tetap
hidup tanpa adanya pembauran satu sama lain sehingga multikultural disini adalah masyarakat
yang terdiri atas dua atau lebih masyarakat yang secara kultur yang akan mengalami
fragmentasi dan mempunyai struktur sosial kelembagaan yang beda satu samalain.
Multikulturalisme ini cenderung terjadi karena adanya paksaan di masyarakar karenaharus
menerima apa yang ada masyarakat dan juga multikulturalisme ini juga rentan terjadi konflik di
dalamnya. Banyak keanekaragaman ras yang menunjukkan pengelompokan manusia serta
keberagaman lainnya yang terdiri atas beberapa kelompok kecil sehingga tidak ada posisi yang
dominan dalam aspek kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Aliya, Sidqin L. (2020). Jati Diri Multikulturalisme di Era Globalisasi Indonesia,

https://www.kompasiana.com/aliyalisa/5e807f64d541df29707424b3/jati-diri-multikultu

ralisme-di-era-globalisasi-indonesia

Cellin Pfeifer Ocvianny. (2015). Multikulturalisme Indonesia",

https://www.kompasiana.com/cpfocvianny/56657fc45fafbdd5094bc78f/multikulturalis

me-indonesia.

Giri Wiloso, P. Multikulturalisme dalam perspektif antropologi.

Hanum, F. (2009, December). Pendidikan Multikultural sebagai Sarana Pembentuk Karakter

Bangsa (Dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan). In Makalah disampaikan pada

Seminar Regional DIY-Jateng dan sekitarnya yang diselenggarakan Himpunan

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal (Vol. 14).

Irianto, A. M. (2008). Pencarian Identitas dan Integrasi Kebudayaan pada Masyarakat

Multikultural.

Lyman, P.N. 2000. Globalization and the Demands of Governance. Georgetown Journal of

International Affairs (Winter/Spring). Premier Issue

Najmina, N. (2018). Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa

Indonesia. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10(1), 52-56.

Parekh, B. (1997) National Culture and Multiculturalism. In Kenneth Thompson (ed.) Media

and Cultural Regulation. London-Thousand Oaks, Calif.: Sage Publications in

association with the Open University.

Parekh, B. (2001) Rethinking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory.

Cambridge, Mass.: Harvard University Press.


Rastari, Raena. (2020). Globalisasi dan Ancaman Terhadap Multikulturalisme.

https://madrasahdigital.co/opini/globalisasi-dan-ancaman-terhadap-multikulturalisme/

Syaifuddin, A. F. (2006). Membumikan multikulturalisme di Indonesia. Jurnal Antropologi

Sosial Budaya ETNOVISI, 2(1), 3-10.

Suparlan, P. (2004). Masyarakat majemuk, masyarakat multikultural, dan minoritas:

Memperjuangkan hak-hak minoritas. In Makalah dalam Workshop Yayasan Interseksi,

Hak-hak Minoritas dalam Landscape Multikultural, Mungkinkah di Indonesia.

Susilo, Bembeng Je. (2014). Multikulturalisme Indonesia,

https://www.kompasiana.com/bambangjes/54f43164745513a22b6c862b/multikulturalis

me-indonesia

Waters, M. 1995. Globalization. 2nd Edition. Taylor and Francis Group. London.

Anda mungkin juga menyukai