Anda di halaman 1dari 4

MULTI KULTURALISME DALAM ERA GLOBALISASI

BAB I : PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Globalisasi adalah proses mendunianya suatu hal sehingga batas negara menjadi hilang.
Globalisasi didukung oleh oleh berbagi faktor, seperti perkembnagan teknologi, tranportasi,
ilmu pengetahuan, telekomunikasi, dan sebagainya yang kemudian berpengaruh pada
perubahan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya.
Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan
negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi
cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap
bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan tentang ragam
kehidupan di dunia, atau kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan tentang adanya
keragaman, kebhinekaan, pluralitas, sebagai realitas utama dalam kehidupan masyarakat
menyangkut nilai-nilai, sistem sosial- budaya, dan politik yang mereka anut (Roald, 2009). Di sisi
lain, pluralisme berasal dari kata plural dan isme, ‘plural’ yang berarti banyak atau jamak,
sedangkan ‘isme’ berarti paham. Sehingga, definisi dari pluralisme adalah suatu paham atau
teori yang menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi. Dalam perspektif ilmu
sosial, pluralisme yang mengindikasikan adanya diversitas dalam masyarakat memiliki dua
wajah yakni: konsesus dan konflik (Roald, 2009). Konsensus dalam hal ini mengandaikan bahwa
masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda itu akan mampu bertahan hidup
karena para anggotanya menyepakati hal-hal tertentu sebagai aturan bersama yang harus
ditaati, sedangkan teori konflik justru memandang sebaliknya bahwa masyarakat yang berbeda-
beda itu akan bertahan hidup karena adanya konflik. Konsep pluralitas mengandaikan adanya
hal-hal yag lebih dari satu, keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu
berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat disamakan. Berbeda dengan konsep
mutikulturisme yang memiliki pandangan dunia – yang pada akhirnya diimplementasikan dalam
kebijakan- tentang kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa
memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun agama (Roald, 2009). 
Dalam konteks agama, pluralisme dapat dipahami melalui dua sudut pandang. Pertama, melalui
sudut pandang sosial yang mana individu berhak untuk menganut agama apapun dan dalam
hidup semua umat beragama sama-sama belajar untuk toleran, dan menghormati iman atau
kepercayaan dari setiap penganut agama. Kedua, etika atau moral yaitu‚ semua umat beragama
memandang bahwa moral atau etika dari masing-masing agama bersifat relatif dan sah apabila
umat beragama menganut pluralisme agama dalam nuansa atis, maka didorong untuk tidak
menghakimi penganut agama lain (Roald, 2009).

TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh globlisasi terhadap mayarakat multikuluralisme

2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat multikulturalisme agar menjunjung tinggi


kebudayaan bangsa sendiri

BAB II

PEMBAHASAN

Globalisasi dan Budaya

Globalisasi yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia,
termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar
terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah
kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan
sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan, dimana hal-
hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai berkaitan
dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.
Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan
bagian sistem dari kebudayaan bangsa Indonesia. Aspek kebudayaan merupakan salah satu
kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian
rakyat, salah satu bagian dari
Kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Perubahan Budaya Dalam Globalisasi

Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya
pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah
yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi
namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang
terlekat di dalamnya masih tetap berarti. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang
majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam
berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai
kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas.
Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.

BAB III

PENUTUP

Pengaruh Globalisasi menimbulkan beberapa dampak positif dan negatif bagi kebudayaan
Indonesia. Dampak negatifnya yaitu norma – norma yang terkandung dalam kebudayaan
bangsa Indonesia perlahan – lahan mulai menghilang.
Antara multikulturalisme dan kesetaraan harus saling berhubungan agara tidak terjadi
kesenjangan sosial. Jika kondisi multikulturalisme disuatu bangsa tidak diimbangi deangan
kesetraan, maka berpotensi terjadi diskriminasi, pihak atau golongan yang memiliki
keunggulan misalnya beda fisik, kemajuan budaya, akan mendapat privilegen dalam hidup
dibandingkan dengan pihak yang dianggap memiliki keterbatasan.

Contohnya adalah di suatu negara yang terdapat multikulturalisme , golongan atau kalangan
yang berasal dari suku bangsa berkulit putih lebih mudah mendaptkan pekerjaan daripada
yang berkulit sawo matang, karena mengedepankan penampilan fisik yang menarik. Meskipun
terlihat eksplisit, namun hal itu sering kita jumpai bahkan di bangsa kita sendiri

Daftar Pustaka

1. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia

2. Wikipedia.com

3. Journal upgris.ac.id

Anda mungkin juga menyukai