DOSEN iPENGAMPU
iYusriah, S.Ag., M.Pd.
MATA iKULIAH
Ilmu Sosial dan Budaya
DISUSUN iOLEH
Yesika Nadia
NPM : 044066085
i
KATA iPENGANTAR
Segala ipuji idan isyukur ipenulis ipanjatkan ikepada iTuhan iYang iMaha iEsa. iDengan
isemua irahmatnya, iSaya iakhirnya ibisa imenyelesaikan imakalah iini itepat ipada iwaktunya.
Tak ilupa, iSaya ijuga imengucapkan iterima ikasih ikepada iIbu iVioni iSaputri iselaku
iDosen iMata iKulia Ilmu Sosial dan Budaya, iyang isudah imemberikan ibanyak ibantuan iuntuk
imenyusun imakalah iini. iSaya ijuga iingin imengucapkan iterima ikasih ikepada isemua ipihak iyang
isudah imembantu ipenyusunan imakalah iini.
Makalah iberjudul i“MULTIKULTURALISME DALAM ERA GLOBALISASI” idisusun
iuntuk imemenuhi itugas imata iKuliah Ilmu Sosial dan Budaya. Melalui itugas iini, iSaya
iMendapatkan ibanyak iilmu ibaru.
Tentu ipenyusunan imakalah iini imasih ijauh idari ikata isempurna. iMeskipun ibegitu, iSaya
iberharap ibahwa imakalah iini ibisa ibermanfaat iuntuk iorang ilain.
Apabila iada ikritik idan isaran iyang iingin idisampaikan, iSaya isangat iterbuka idan idengan
isenang ihati imenerimanya.
ii
DAFTAR iISI
3
BAB iI
PENDAHULUAN
4
BAB iII
PEMBAHASAN
5
Selain dari itu, Azyumardi Azra juga berpendapat bahwa multikulturalisme merupakan
suatuparadigma kehidupan bermasyarakat yang berdasar atas persatuan dan
mengesampingkanperbedaan untuk mengantisipasi konflik sosial. Kesepakatan yang dibentuk
mengenaikeberagaman perbedaan seperti kebiasaan dalam masyarakat serta adat istiadat.
Dikatakan oleh Bikhu Parekh (2001), bahwa multikultultural mengandung tiga komponen,yakni,
pertama, konsep ini berkaitan dengan kebudayaan; kedua, konsep ini mengacu kepadapluralitas
kebudayaan; dan ketiga, konsep ini mengandung cara tertentu untuk meresponspluralitas itu. Oleh
sebab itu, multikulturalisme bukanlah sebuah doktrin politik pragmatikmelainkan bagaimana cara
pandang atau ideologi dalam kehidupan sehari - hari.
Multikulturalisme adalah suatu ideologi jalan keluar dari persoalan mundurnya kekuatanintegrasi
dan kesadaran nasionalisme suatu bangsa dikarenakan akibat dari perubahan ditingkat global.
Indonesia mengalami perubahan tersebut Setidaknya kekhawatiran terjadinyakemunduran dalam
kesadaran nasionalisme telah terbukti.
Contoh yang paling nyata adalah semakin meningkatnya keinginan beberapa daerah tertentuuntuk
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun begitu jauhpemerintah masih
mampu meredam kehendak tersebut sehingga perceraian daerah-daerahtersebut belum terwujud pada
saat ini. Konflik-konflik yang terjadi akibat ketidaksetaraansosial dan ekonomi juga meningkat pada
awal abad keduapuluh satu ini.
Sebagian besar kebudayaan multikultural di dunia dapat digolongkan kedalam tiga model yaitu :
1. Pertama, model yang mengedepankan nasionalitas, dimana ini adalah sosok baru
yangdibangun bersama tanpa memperhatikan keanekaragaman suku bangsa, agama, dan
bahasa,serta nasionalitas ini bekerja sebagai perekat integrasi. Model ini memandang setiap
orangberhak untuk dilindungi negara. Model kebijakan multikulturalisme ini rentan terjatuh
kedalam kekuasaan otoritarian karena kekuasaan untuk menentukan unsur integrasi
nasionaltersebut berada di tangan suatu kelompok tertentu yang menguasai negara.
Nasionalitas dannasionalisme menjadi tameng bagi para elite untuk mencapai tujuannya.
2. Kedua, model nasionalitas etnik yang berdasarkan kesadaran kolektif yang kuat
sebagailandasannya adalah hubungan darah dan kekerabatan dengan para founders. Selain
itu,kesatuan bahasa juga merupakan ciri nasionalitas etnik ini. Model ini dianggap sebagai
modeltertutup karena orang luar yang tidak memiliki sangkut paut hubungan darah dengan
etnis pendiri bangsa, akan tersingkir menjadi orang luar dan diperlakukan sebagai orang
asing.
Ketiga, model multikultural etnik yang mengakui eksistensi dan hak-hak warga etnik secara
kolektif. Dalam model ini keanekaragaman menjadi realitas yang harus diakui negara, dan
identitas serta asal-usul warga negara diperhatikan.
Globalisasi merombak kehidupan secara besar-besaran dan juga mempengaruhi kehidupan
sehari-hari. Globalisasi ini tidak hanya menarik ke atas melainkan juga mendorong ke bawah
dan menciptakan tekanan baru bagi ekonomi lokal dan globalisasi ini juga menjadi alasan
bangkitnya kembali identitas budaya lokal di belahan dunia. Menurut Giddens (1999),
globalisasi ini menciptakan zona ekonomi baru dan budaya baru di dalam dan antar bangsa.
H. A. R. Tilaar mengungkapkan bahwa globalisasi dapat melahirkan kebudayaan yang
bersifat monoisme kebudayaan atau monokulturalisme dimana menyebabkan imperialisme
kebudayaan barat dan ini menjadi nilai - nilai intrinsik dan nilai instrumental dalam
masyarakat yang semakin terkikis sejalan dengan arus globalisasi.
Multikulturalisme yang ada di Indonesia sangatlah membutuhkan solidaritas antar sesama
manusia demi terciptanya solidaritas antar masyarakat. Menurut Emile Durkheim yang
dikutip oleh Robert M.Z Lawang (1985:63), bahwa solidaritas sosial adalah keadaan saling
percaya antar anggota kelompok atau komunitas. Adanya solidaritas yang kuat dan selalu
berpegang teguh terhadap nilai gotong-royong, menjadikan Indonesia tetap aman dan kuat.
Akibat arus globalisasi yang masuk dengan tidak seimbang dan ketidakmampuan dalam
memfilter budaya yang masuk dari luar akan menjadi salah satu faktor penyebab pudarnya
jati diri masyarakat.
Indonesia memiliki pancasila sebagai ideologi bangsa dan dimana pancasila adalah sebuah
kenyataan sejarah yang tidak dapat dipungkiri telah berkontribusi besar terhadap
keberlangsungan hidup bangsa. Oleh karenanya, pancasila diharapkan mampu menjadi jalan
tengah yang sekaligus menjembatani perbedaan yang ada dan mengakomodasikan seluruh
kepentingan kelompok sosial yang beragam.
Memperhatikan kondisi bangsa untuk mengantisipasi terjadinya disintegrasi bangsa yang
tampaknya dapat memperkuat multikulturalisme yang halnya adalah sebuah sesuatu yang
mendesak. Memperkuat multikulturalisme ini harus berjalan efektif dan berdaya guna dengan
berlandaskan pada lima pilar, seperti berpegang pada kebenaran dan memperjuangkan,
Ketiga, model multikultural etnik yang mengakui eksistensi dan hak-hak warga etnik secarakolektif.
Dalam model ini keanekaragaman menjadi realitas yang harus diakui negara, danidentitas serta asal-
usul warga negara diperhatikan.Globalisasi merombak kehidupan secara besar-besaran dan juga
mempengaruhi kehidupansehari-hari. Globalisasi ini tidak hanya menarik ke atas melainkan juga
mendorong ke bawahdan menciptakan tekanan baru bagi ekonomi lokal dan globalisasi ini juga
menjadi alasanbangkitnya kembali identitas budaya lokal di belahan dunia. Menurut Giddens
(1999),globalisasi ini menciptakan zona ekonomi baru dan budaya baru di dalam dan antar bangsa.H.
A. R. Tilaar mengungkapkan bahwa globalisasi dapat melahirkan kebudayaan yangbersifat monoisme
kebudayaan atau monokulturalisme dimana menyebabkan imperialismekebudayaan barat dan ini
menjadi nilai - nilai intrinsik dan nilai instrumental dalammasyarakat yang semakin terkikis sejalan
dengan arus globalisasi.Multikulturalisme yang ada di Indonesia sangatlah membutuhkan solidaritas
antar sesamamanusia demi terciptanya solidaritas antar masyarakat. Menurut Emile Durkheim
yangdikutip oleh Robert M.Z Lawang (1985:63), bahwa solidaritas sosial adalah keadaan
salingpercaya antar anggota kelompok atau komunitas. Adanya solidaritas yang kuat dan
selaluberpegang teguh terhadap nilai gotong-royong, menjadikan Indonesia tetap aman dan
kuat.Akibat arus globalisasi yang masuk dengan tidak seimbang dan ketidakmampuan
dalammemfilter budaya yang masuk dari luar akan menjadi salah satu faktor penyebab pudarnyajati
diri masyarakat.Indonesia memiliki pancasila sebagai ideologi bangsa dan dimana pancasila adalah
sebuahkenyataan sejarah yang tidak dapat dipungkiri telah berkontribusi besar
terhadapkeberlangsungan hidup bangsa. Oleh karenanya, pancasila diharapkan mampu menjadi
jalantengah yang sekaligus menjembatani perbedaan yang ada dan mengakomodasikan
seluruhkepentingan kelompok sosial yang beragam.Memperhatikan kondisi bangsa untuk
mengantisipasi terjadinya disintegrasi bangsa yangtampaknya dapat memperkuat multikulturalisme
yang halnya adalah sebuah sesuatu yangmendesak. Memperkuat multikulturalisme ini harus berjalan
efektif dan berdaya guna denganberlandaskan pada lima pilar, seperti berpegang pada kebenaran dan
memperjuangkan, litik antara orang yang berbeda cara hidup dan
berpikirnya dalam satu masyarakat. Secara ideal, multikulturalisme berarti penolakan
terhadap kefanatikan dan menerima secara inklusif keanekaragaman yang ada.
Seperti kita ketahui, masyarakat multikultural di Bali sangat menerima perbedaan
kebudayaan yang ada serta keberagaman lainnya yang sangat berbeda dari kebudayaan yang
dimilikinya. Selain itu, toleransi kehidupan beragama juga dalam masyarakat dapat
mempererat hubungan dan kesatuan dalam bernegara. Tidak menyinggung ciri khas dari ras
yang ada dalam masyarakat juga merupakan toleransi atas multikulturalisme di Indonesia
sendiri dan menyadari akan keberagaman budaya milik bangsa lain dengan mempertahankan
budaya sendiri sebagai identitas nasional
3. Ketiga, model multikultural etnik yang mengakui eksistensi dan hak-hak warga etnik
secarakolektif. Dalam model ini keanekaragaman menjadi realitas yang harus diakui negara,
danidentitas serta asal-usul warga negara diperhatikan.
6
2. toleransi hidup beragama, dimana kita semua tahu bahwa di indonesia kita ini mengakui 5
agama, dengan ajaran, kepercayaan, serta tata ibadat yang berbeda.
8
BAB iIII
PENUTUP
Kesimpulan
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang masing-
masing mempunyai struktur budaya (culture) yang berbeda-beda. Ciri-ciri masyarakat
multikultural yaitu :Terjadi segmentasi,Memilki struktur, Konsensus rendah, Relatif potensi ada
konflik, Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan dan Adanya dominasi politik terhadap
kelompok lain. Penyebab timbulnya masyarakat multikultural sbb: Faktor geografis,Pengaruh budaya
asing, Kondisi iklim yang berbeda, Keanekaragaman SukuBangsa, Keanekaragaman Agama
danKeanekaragaman Ras. Konflik yangmuncul karena adanya keanekaragamaan, seperti
konflik antar etnis.Penyelesaiannya dengan menggunakan kearifan lokal dan kearifan nasional.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama. Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman
identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan sesuatu yang inheren yang dimiliki manusia
sejak lahir. Dengan identitas pluralis dan multikulturalis, bangunan interaksi dan relasi antar
manusia Indonesia akan bersifat setara. Paham kesetaraan akanmenandai cara berpikir
dan berperilaku bangsa Indonesia, apabila setiaporang Indonesia berdiri di atas realitas
bangsanya yang plural danmultikultural itu. Identitas kesetaraan ini tidak akan muncul dan
berkembang dalam susunan masyarakat yang didirikan di atas paham dominasi dan
kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok lain Kesimpulannya multikultural haruslah diseimbangi
dengan kesetaraan, karenamustahil terjadinya perdamaian apabila tidak diseimbangi. Kita
harusmenghargai perbedaan yang ada di negeri ini, dan memahami bahwa sesungguhnya
kita semua mempunyai drajat yang sama, tidak ada yangberbeda satu sama lain.
Perbedaan membuat kita kuat, bukan membuathancur kita, mari kita tingkatkan kesadaran kita
dalam menyetarakan semua masyarakat dan saudara saudara kita yang berada di indonesia tercinta.
DAFTAR iPUSTAKA
https://www.sosial79.com/2021/02/pengertian-kesetaraan-sosial-konsep.html
https://www.pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=MKDU4109/&doc=M5.pdf%2014
https://roboguru.ruangguru.com/forum/berikan-contoh-perbandingan-antara-konsep-
multikulturalisme-dengan-kesetaraan-dan-yang-berkaitan-dengan_FRM-5K0MFJHS
https://www.researchgate.net/publication/
365211116_Multikulturalisme_dalam_Era_Globalisasi_di_Indonesia