Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“MULTIKULTURALISME DALAM ERA GLOBALISASI”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Disusun oleh :
Karina Gayatri Gozal
51047556

FAKULTAS ILMU HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang sudah


memberikan Rahmat dan Ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Multikulturalisme dalam Era Globalisasi” dengan
baik.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, saya menerima dengan senang hati kritik dan saran dari para
pembaca.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 14 November 2022


Penyusun

Karina Gayatri Gozal

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................................ iv
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... v
C. TUJUAN .......................................................................................... v
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBERAGAMAN .................................................... vi
B. MULTIKULTURALISME.................................................................. vi
C. MULTIKULTURALISME DALAM ERA GLOBALISASI .................... vii
D. KESETARAAN ............................................................................... vii
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................ ix
B. SARAN ........................................................................................... ix
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. x

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Terdapat 37 provinsi di
Indonesia, yang mana di setiap daerahnya memiliki budaya dan ciri khasnya masing-
masing. Dari segi perekonomian dan kesejahteraan di tiap daerah pun berbeda. Dan dari
situlah Indonesia bisa disebut dengan negara multikultural.
Manusia dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan, yang berarti manusia hidup
bertumbuh kembang di dalam dunia yang terstruktur oleh budaya.
Tentu saja di dalam berbedaan tersebut, pasti ada benturan-benturan antar budaya yang
menyebabkan terjadinya konflik. Yang mana disebabkan karena masyarakat yang kurang
peka terhadap keberagaman budaya atau ketidakmampuan untuk berhadapan dengan
budaya yang berbeda. Hal tersebut dapat memunculkan stereotipe, prasangka, bahkan
diskriminasi, dan realisme. Dalam konteks hubungan antara kelompok budaya, prasangka
memiliki konotasi yang negatif. Sedangkan strereotipe adalah suatu citra yang dilekatkan
pada suatu kelompok tertentu yang belum tentu benar. Misalnya, orang Minang
dikonotasikan pelit, orang Tionghoa di Indonesia dikonotasikan licik, orang Jawa
dikonotasikan malas. Sementara prasangka adalah suatu pendugaan yang dilakukan
seseorang terhadap kelompok lain yang dipandang memiliki karakteristik yang negatif atau
buruk atau tidak menyenangkan. Lalu adanya diskriminasi, yaitu suatu tindakan yang
membeda-bedakan perlakuan berdasarkan karakteristik budaya kelompok tertentu.
Misalnya, seorang pimpinan menolah mempromosikan seorang karyawan karena berasal
dari kelompok budaya tertentu.
Ketidakmampuan atau ketidakinginan menerima kelompok budaya yang berbeda dengan
kelompok budaya kita, ditambah dengan adanya etnosentrisme (budaya sendiri dipandang
lebih baik dan unggu dibandingkan budaya kelompok lain) yang berlebihan dapat pula
mengarah pada tindakan pemusnahan suatu kelompok etnis, atau budaya tertentu atau
yang biasanya disebut dengan ethnis cleansing.
Dapat dibayangkan betapa kompleksnya masalah yang dapat muncul akibat sulitnya
menerima perbedaan budaya.
Namun perlu diingat juga, bahwa memang tidak semua pertemuan budaya menghasilkan
hubungan yang negatif. Di sisi lain, banyak juga terjadi pembauran antara satu budaya
dengan budaya lain secara alamiah tanpa paksaan. Tetapi dalam era globalisasi,
pertemuan budaya akan semakin sulit dihindari dan apabila kita tidak dapat menanggapi
pertemuan-pertemuan budaya ini secara positif maka akan terjadi semakin banyak
benturan budaya.
Terkait masalah-masalah tersebut, perlu adanya suatu pandangan yang dapat menerima
dan menghargai perbedaan kelompok budaya dan yang paling penting dapat hidup

iv
berdampingan tanpa usaha-usaha salah satu kelompok budaya ingin mendominasi
kelompok budaya yang lain.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian keberagaman?


b. Apa itu multikulturalisme?
c. Bagaimana multikulturalisme dalam era globalisasi?
d. Apa itu kesetaraan?

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian keberagaman


b. Untuk mengetahui apa itu multikulturalisme
c. Untuk mengetahui multikulturalisme dalam era globalisasi
d. Untuk mengetahui apa itu kesetaraan

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keberagaman
Keberagaman adalah suatu kondisi masyarakat yang mana terdapat banyak perbedaan
di dalamnya. Perbedaan tersebut meliputi suku bangsa, ras, agama, dan antargolongan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak mengenal berbagai istilah untuk menggambarkan
masyarakat yang beragam. Mulai dari masyarakat plural, masyarakat majemuk, dan istilah
masyarakat multikultur.
Diawali dengan pengertian masyarakat plural. Indonesia pra kemerdekaan (pada masa
kolonial lebih dikenal sebagai Hindia Belanda atau Dutch Eash Indie) pernah mendapatkan
julukan sebagai masyarakat plural. Adalah J.S. Furnivall (1944:446), seorang administrator
dan penulis politik Inggris, pada akhir kolonialisme Barat di Asia Tenggara (1930-1940-an)
memperkenalkan konsep masyarakat plural. Masyarakat plural memiliki pengertian
masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen atau tatanan sosial yang hidup
berdampingan, namun tanpa membaur dalam satu unit politik. Dalam konsep masyarakat
plural tersebut, ada segregasi sosial yang diikuti dengan adanya sistem pembagian kerja di
antara kelompok-kelompok etnis/religius, dalam hal ini setiap kelompok memiliki peran
ekonomi yang berbeda. Artinya, terjadi tumpang tindih antara statifikasi ekonomi dengan
perbedaan budaya kelompok etnis. Oleh sebab itu, dalam masyarakat plural ini tidak ada
kehendak sosial umum dan tidak memiliki perasaan mengenai diri sendiri sebagai sebuah
bangsa atau sebuah budaya.
Pengertian di atas tidak jauh berbeda dengan definisi yang diungkapkan oleh J. Rex (2004)
:
Plural society (largely unequal) institutionalization of ethnic differences, and which is more
likely to perpetuate social divisions and ethnic group conflicts.
Indonesia juga memiliki semboyan yang menggambarkan keberagaman masyarakat
Indonesia dari sisi etnisitas, agama, bahasa, dan membangun semangat persatuan di
antara kelompok-kelompok yang berbeda, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, yang memiliki arti
harfiah ‘berbeda-beda, tetapi tetap satu’.

vi
B. Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan, yang mencakup perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan secara
budaya.
Menurut Bhikhu Parekh, multikulturalisme bukan sebuah doktrin politik maupun teori filsafat
tentang manusia dan dunianya, melainkan sebuah perspektif tentang kehidupan manusia.
Demikian pula menurut Parsudi Suparlan, akar kata kulturalisme adalah kebudayaan.
Kebudayaan dalam konteks ini harus dipandang sebagai pedoman bagi kehidupan
manusia. Oleh karena itu, multikulturalisme tercermin dalam interaksi yang ada dalam
berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia, baik itu kehidupan sosial, ekonomi, politik,
dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan.
J. Rex mendefinisikan masyarakat multikultur sebagai :
Multicultural society is to be understood as one where the public sphere, incorporating such
areas as politics, economics, professional education and law, would be based on single and
universal cultural principles hereas the private sphere, which involves areas such as
religious beliefs, moral education and primary socialization, would allow for greater diversity
between ethnic groups.
Artinya, masyarakat multikultur adalah masyarakat yang membedakan antara kehidupan
publik dan kehidupan pribadi. Kehidupan publik meliputi, area politik, ekonomi, pendidikan,
dan hukum berlandaskan pada prinsip-prinsip budaya yang universal. Sementara dalam
kehidupan pribadi meliputi, kepercayaan atau agama, pendidikan moral, dan sosialisasi
primer, keberagaman nilai-nilai budaya dari berbagai kelompok etnis ditujukan untuk terus
hidup dan berkembang.
C. Multikulturalisme dalam Era Globalisasi
Menurut H.A.R. Tilaar, multikulturalisme pada masa modern, terutama dalam era
globalisasi, berbeda dengan multikulturalisme pada masa lalu. Multikulturalisme modern di
dalam era globalisasi bersifat terbuka dan melihat ke luar. Yang mana tidak hanya beragam
pada suatu kelompok etnis dalam sebuah negara, tetapi juga seluruh kelompok etnis yang
beragam di luar batas-batas negara, termasuk di dalamnya perkembangan agama, isu
jender, dan kesadaran kaum marjinal.
Kesadaran multikultural berarti seseorang mempunyai kesadaran serta kebanggaan
memiliki dan mengembangkan budaya komunitasnya sendiri, namun demikian dia akan
hidup berdampingan secara damai, bahkan saling bekerja sama dan saling menghormati
dengan anggota kelompok lain yang berbeda budaya.
Untuk itu, sangat diperlukan pendidikan mengenai multikulturalisme di era globalisasi ini.
Contohnya, program yang dibuat oleh pemerintah, yaitu program Pertukaran Pemuda Antar
Negara (PPAN) melalui Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA). Tujuan
program ini adalah untuk mengembangkan generasi muda Indonesia agar pengetahuan
dan wawasannya diperluas, sekaligus mempersiapkan mereka dalam menghadapi
tantangan global di masa yang akan mendatang. Serta memberikan kesempatan bagi para
generasi muda untuk lebih mengenal budaya adat-istiadat dan kesenian di negara tujuan

vii
serta saling bertukar pengalaman dengan melakukan kegiatan bersama, yang mana akan
menimbulkan sifat saling pengertian, saling menghormati dan toleransi.

D. Kesetaraan
Kesetaraan merupakan konsep yang paling penting dalam memaknai keberagaman
budaya. Untuk menjamin kesetaraan tidaklah mudah, apalagi menerapkan
multikulturalisme dalam suatu masyarakat.
Kesetaraan diartikan dengan memberi perlakuan yang kurang lebih sama dan memberi
mereka hak-hak yang kurang lebih sama. Pada dasarnya, menusia memiliki beberapa
kemampuan dan kebutuhan yang sama, tetapi perbedaan kultural yang dimiliki, membentuk
dan menyusun kemampuan dan kebutuhan baru yang berbeda. Manusia juga memiliki
identitas bersama yang dimediasi oleh budaya.
Manusia adalah maklhluk yang sama, tetapi juga berbeda. Maka dari itulah, manusia harus
diperlakukan setara karena dua karakteristik sebagai makhluk sama dan sebagai makhluk
yang berbeda.
Hak yang setara tidak berarti adanya hak-hak yang sama karena individu yang memiliki
latar belakang budaya dan kebutuhan yang berbeda, mungkin membutuhkan hak-hak yang
berbeda untuk menikmati kesetaraan.
Kesetaraan harus mampu untuk tidak menolak perbedaan-perbedaan yang tidak relevan,
namun juga harus diikuti oleh pengakuan yang penuh terhadap perbedaan-perbedaan yang
sah dan relevan dalam konteksnya.
Kesetaraan diwujudkan dalam beberapa tingkatan :
 Kesederajatan dalam kekuasaan sebagai makhluk hidup, kemampuan dasar untuk
berkembang
 Kesederajatan dalam kesempatan, kepercayaan diri, kemampuan diri
 Kesederajatan dalam hak-hak dan menghargai perbedaan

viii
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Multikulturalisme adalah bagian dari keberagaman, yang meliputi suku bangsa, ras,
agama, dan antar golongan. Namun, pada era globalisasi, pertemuan budaya akan
semakin sulit dihindari dan apabila kita tidak dapat menagggapi pertemuan-pertemuan
budaya ini secara positif, maka akan terjadi banyak benturan budaya. Langkah yang
dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah dengan dibuatnya program pertukaran pelajar,
yang mana generasi muda diajarkan untuk lebih menghargai dan toleransi terhadap budaya
negara lain. Selain itu, perlu adanya kesetaraan, yang mana manusia pada dasarnya sama,
tetapi juga berbeda. Kesetaraan yang bertujuan untuk memberi perlakuan yang kurang
lebih sama dan memberi mereka hak-hak yang kurang lebih sama.

2. Saran
Saya berharap para pembaca dapat menambah wawasan dari makalah tentang
Multikulturalisme dalam Era Globalisasi yang saya susun ini. Besar harapan saya untuk
menerima kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini kedepannya bisa menjadi
lebih baik lagi.

ix
DAFTAR PUSTAKA
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/keberagaman-dalam-masyarakat-indonesia-
9/#:~:text=Keberagaman%20adalah%20suatu%20kondisi%20dalam,ras%2C%20agama%2C%20dan%20antargolongan.

https://indbeasiswa.com/2021/04/pertukaran-pemuda-antar-
negara.html#:~:text=Program%20ASVI%20merupakan%20salah%20satu,antara%20negara%20ASEAN%20dan%20India
.

Lasiyo, Reno Wikandaru, Hastangka, 2021. Pendidikan Kewarganegaraan. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai