PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Mengetahui dan memahami pengertian teori
Mengetahui dan memahami pengertian teori nature
Mengetahui dan memahami pengertian teori culture
Mengetahui dan memahami hubungan multicultural dengan pekerja sosial
BAB II
1
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN TEORI
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang
mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu
teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan
menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Edward L. Thorndike (1903), salah seorang psikolog terkemuka pada tahun 1900-an
memihak kubu pertama ketika ia membuat pernyataan bahwa “Dalam kehidupan
manusia, faktor yang paling menentukan adalah hereditas”. Akan tetapi, peneliti
yang sezaman dengannya, yaitu John B. Watson (1925), seorang tokoh behavioris
dalam ungkapannya yang sangat terkenal, menyatakan bahwa pengalaman mampu
menuliskan segala pesan pada tabula rasa-lembaran putih bersih-sifat dasar
manusia.
2
Hampir semua psikolog dewasa ini memahami bahwa pembawaan hasil keturunan
dan lingkungan selalu berinteraksi dan menghasilkan bukan hanya sifat-sifat
psikologis, namun juga sebagian besar ciri-ciri fisik. Pertama, gen mempunyai
dampak bagi pengalaman kita. Di sisi lain, pengalaman memengaruhi gen. Tekanan
stres, pola makan, emosi, dan perubahan hormon dapat memengaruhi gen yang
aktif maupun yang tidak aktif pada saat-saat tertentu selama hidup seseorang.
Pentingnya perbandingan hereditas dan lingkungan adalah persoalan besar di
antara para psikolog dan masyarakat umum. Saat ini telah jelas bahwa walaupun
beberapa gangguan fisik langka 100 persen adalah keturunan, kecenderungan
untuk kebanyakan kondisi normal merupakan hasil kekuatan herediter dan
lingkungan yang kompleks.
3
Jelas hal ini bertentangan dengan Comte dan Sorokin. Bagi Ogburn, segi
yang paling penting dari perubahan sosial adalah kemajuan dalam kebudayaan
materil, termasuk penemuan-penemuan dan perkembangan teknologi; sedangkan
Comte dan Sorokin menekankan perubahan dalam bentuk-bentuk pengetahuan atau
pandangan dunia sebagai rangsangan utama untuk perubahan sosial, di mana
perubahan dalam kebudayaan materil mencerminkan perubahan dalam aspek-
aspek kebudayaan nonmateril.
Penemuan dan inovasi paling sering terjadi dalam dunia kebudayaan materil.
Perubahan-perubahan ini terbentang mulai dari penemuan-penemuan awal seperti
roda dan perkakas sampai ke komputer dan satelit-satelit komunikasi. Kebudayaan
nonmateril seperti – kebiasaan, tata cara, pola organisasi sosial – akhirnya harus
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam kebudayaan materil tetapi
karena adanya pelbagai sumber yang menolak perubahan, proses penyesuaian itu
selalu ketinggalan di belakang perubahan-perubahan dalam kebudayaan materil.
Hasilnya adalah ketegangan antara kebudayaan materil dan kebudayaan
nonmateril.
Kajian budaya (cultural studies) adalah hubungan kajian budaya dengan soal-soal
kekuasaan dan politik, dengan keinginan akan perubahan dan ‘untuk’ kelompok-
kelompok sosial yang terpinggirkan, terutama kelompok kelas, gender dan ras (tapi
juga kelompok usia, kecacatan, kebangsaan, dan sebagainya)
Meski sulit didefinisikan, namun ada beberapa karakteristik yang dapat dikemukakan
untuk mengidentifikasi apa. yang disebut Cultural Studies itu. Yaitu antara lain:
4
a) Cultural Studies bertujuan meneliti/mengkaji berbagai kebudayaan dan praktik
budaya serta kaitannya dengan kekuasaan. Tujuannya adalah untuk
mengungkapkan dimensi kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu mempengaruhi
berbagai bentuk kebudayaan (sosial-politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum dan
lain-lain. Bandingkan dengan konsep kuasa dan pengetahuan, kuasa dan kebenaran
pada Foucault, kuasa dan kepentingan pada Habermas).
c) Dalam Cultural Studies budaya dikaji baik dari aspek obyek maupun lokasi
tindakan selalu dalam tradisi kritis, maksudnya kajian itu tidak hanya bertujuan
merumuskan teori-teori (intelektual), akan tetapi juga sebagai suatu tindakan
(praksis) yang bersifat emansipatoris (Bandingkan dengan teori kritis Mazhab
Frankfurt).
f) Cultural Studies tidak merasa harus steril dari nilai-nilai (tidak bebas nilai) akan
tetapi melibatkan diri dengan nilai dari pertimbangan moral masyarakat modern serta
tindakan politik dan konstruksi sosial.
5
Beberapa pengertian dari pekerjaan social menurut para ahli, diantaranya :
1) Max Siporin : Pekerjaan social sebagai suatu metode institusi sosial untuk
membantu orang mencegah dan memecahkan masalah mereka serta untuk
memperbaiki dan meningkat kan keberfungsian sosial mereka.
2) Alen Pincus dan Anne Minahan : Pekerjaan social berkepentingan dengan
permasalahan interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya, sehingga
mereka mampu melasanakan tugas-tugaskehidupan, mengurangi ketegangan,
mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka.
3) Charles Zastrow : Pekerjaan social merupakan kegiatan profesional untuk
membantu individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat guna
meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial
serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai
tujuan.
4) W. Friedlander dan Robert Z. Apte : Pekerjaan social merupakan suatu
pelayanan profesional, yang prakteknya didasaran kepada pengetahuan dan
ketrampilan ilmiah tentang relasi manusia, sehingga dapat membantu individu,
kelompok, dan masyarakat mencapai kepuasan pribadi dan sosial serta
kebebasan.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat diatarik kesimpulan :
1) Pekejaan sosial merupakan kegiatan professional. Kegiatan tersebut
berlandaskan kepada ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai ilmiah.
Kegiatan pekejaan social merupakan kegiatan ilmiah dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
2) Pekerjaan sosial adalah kegiatan pertolongan.Orientasi pertolongan
pekerjaan sosial dipusatkan kepada kepentingan orang-orang yang ditolong
(klien), untuk kepentingan pemecahan masalah klien bukan kepentingan pekerja
sosial.Pekerja sosial selalu bekerja sama dengan klien, dan menuntut adanya
partisipasi aktif dari kliennya (perencanaan, pelaksanaan, pengevaluasian).
3) Klien yang dibantu pekerja sosial adalah baik individu maupun kolektivitas
(keluarga,klompok,organisasi dan masyarakat) yang tidak dapat berinteraksi
dengan lingkungannya, sehingga tidak mampu berfungsi sosial. Pekerjaaan
social menggunakan berbagai metode casework, social group work, community
development, community organization, serta metode bantu
4) Intervensi pekerjaan sosial diarahkan kepada klien dengan lingkungan
sosialnya.
6
a. Masyarakat Multikultur
Beberapa pengertian masyarakat multikultur menurut para ahli, diantarnya :
1) Furnival : Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas
dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomiterpisah-
pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain.
2) Dr. Nasikun : Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang
menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang
menjadi bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggota
masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu
keselutuhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang
memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.
7
a. Masyarakat tidak ada dengan sendirinya. Masyarakat adalah ekstensi yang
hidup dinamis, dan selalu berkembang.
b. Masyarakat bergantung pada upaya setiap individu untuk memenuhi
kebutuhan melalui hubungan dengan individu lain yang berupaya memenuhi
kebutuhan masing-masing.
c. Individu-individu, dalam berinteraksi dan berupaya bersama guna memenuhi
kebutuhan, melakukan penataan terhadap upaya tersebut dengan jalan apa
yang disebut tentang sosial.
d. Setiap masyarakat bertanggung jawab atas pembentukan pola tingkah laku
antara individu dan komunitas yang membentuk masyarakat.P
e. Pertumbuhan individu dalam komunitas, keterkaitan dengannya, dan
perkembangannya dalam bingkai yang menuntunnya untuk bertanggung jawab
terhadap tingkah lakunya.
Terhadap hubungan keanekaragaman dan perubahan budaya dalam
menghadapi hubungan keanekaragaman dan perubahan kebudayaan di
masyarakat, dibutuhkan sikap yang kritis, disertai toleransi dan empati social
terhadap perbedaan-perbedaan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa sikap kritis yang harus dikembangkan dalam
masyarakat yang beranekaragam, yaitu :
a. Mengembangkan sikap saling menghargai (toleransi) terhadap nilai-nilai dan
norma sosial yang berbeda-beda dari angota masyarakat yang kita temui, tidak
mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok agamanya sendiri dalam
menyelenggarakan tugas-tugasnya.
b. Meninggalkan sikap primodialisme, terutama yang menjurus pada sikap
etnosentrisme dan ekstrimisme (berlebih-lebihan).
c. Menegakkan supremasi hukum, artinya bahwa suatu peraturan formal harus
berlaku pada semua warga negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras,
etnik dan agama yang mereka anut.
d. Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan wawasan
berbangsa dan bernegara namun menghindarkan sikap chauvimisme yang akan
mengarah pada sikap ekstrim dan menutup diri akan perbedaan kepentingan
dengan masyarakat yang berada di negara-negara lain.
e. Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi,
kompromi, dan adjudikasi.
f. Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi setiap
individu terutama para pemegang kekuasaan dan penyelenggara kenegaraan
secara formal.
8
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat
multicultural, yaitu :
a. Asimilasi
Proses di mana seseorang meninggalkan tradisi budaya mereka sendiri untuk
menjadi dari bagian dari budaya yang berbeda. Dengan demikian kelompok etnis
yang berbeda secara bertahap dapat mengadopsi budaya dan nilai-nilai yang ada
dalam kelompok besar, sehingga setelah beberapa generasi akan menjadi bagian
dari masyarakat tersebut.
b. Self-regregation
Suatu kelompok etnis mengasingkan diri dari dari kebudayaan mayoritas, sehingga
interaksi antar kelompok sedikit sekali, atau tidak terjadi. Sehingga potensi konflik
menjadi kecil
c. Integrasi
Merupakan keadaan ketika kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap
konformistis, terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, tetapi dengan tetap
mempertahankan kebudayaan mereka sendiri
d. Pluralisme
Suatu masyarakat di mana kelompok-kelompok sub ordinat tidak harus
mengorbankan gaya hidup dan tradisi mereka, bahkan kebudayaan kelompok-
kelompok tersebut memiliki pengaruh terhadap kebudayaan masyarakat secara
keseluruhan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di Dalam menyelenggarakan hubungan multicultural ini memiliki
pendekatan pendekatan sehingga lebih mudah dalam menyampaikannya. Selain itu,
hubungan keanekaragaman dan perubahan kebudayaan di masyarakat juga
dibutuhkan sikap yang kritis, disertai toleransi dan empati social terhadap
perbedaan-perbedaan tersebut.
Pekerjaan social sebagai profesi pertolongan tentunya juga memiliki peran
dalam mencapai kedamaian oleh multikulural ini. Dalam dewasa ini, pekerjaan social
9
dapat menggunakan pendekatan, diantarnya pendekatan hukum, pendekatan
agama, pendekatan system, dan sebagainya. Selain itu seorang pekerja social juga
dapat mengupayakan asimilasi, self-regregation, integrasi, dan pluralisme dalam
prakteknya kemudian kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dictionary of Feminist theories, penj. Mundi Rahayu, (Jogjakarta: Fajar
Pustaka, 2007) Ilyas, Hanim, et. al
2. Wade, Carol. Dan Tavriz, Carol. 2007.Psikologi, Edisi Kesembilan, Jilid 2.
Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Diakses pada tanggal 1 Desember 2015
http://justinlase.blogspot.co.id/2013/01/pendekatan-pekerjaaan-sosial-
dalam.html
4. Diakses pada tanggal 1 Desember 2015
https://ahmadfatoniofficial.wordpress.com/2010/04/27/cultural-studies/
10
5. Diakses pada tanggal 2 Desember 2015
http://gagoknursing.blogspot.co.id/2012/11/teori-nature-dan-nurture.html
6. Diakses pada tanggal 2 Desember 2015
http://www.pojokpedia.com/teoriperubahan-sosial-cultural-lag-william-f-
ogburn.html
11
KELOMPOK 1
1. Sabitatul Izzah
2. Nina Florentina Raisa
3. Sr. Endang Sugiastuti
4. Sarnubi Said
5. Rosadi
JAKARTA BARAT
2015/2016
12