Anda di halaman 1dari 257

Editor:

Hisnuddin Lubis, S.Sos., M.A

Program Studi Sosiologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Universitas Trunojoyo Madura
PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN
Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura
© 2019

Penulis:
Mahasiswa Sosiologi A, B dan C Universitas Trunojoyo
Angkatan 2017
Editor:
Hisnuddin Lubis, S.Sos., M.A
Layouter:
Ipunk Wardoyo
Cover Design:
Shufa10
Diterbitkan oleh:
Elmatera Publishing
Jl. Waru 73 Kav. 3, Sambilegi Baru Maguwoharjo
Yogyakarta Hp. 085293437797
email: penerbitelmatera@yahoo.co.id

bekerjasama dengan

Program Studi Sosiologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Universitas Trunojoyo Madura

ISBN: 978-623-2230-50-7

Cetakan Pertama
Juli 2019, vi + 245 / 14.5 x 21 cm
HAK CIPTA PADA PENULIS DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

ii | Pemberdayaan dan Pembangunan


KESADARAN MAHASISWA SOSIOLOGI
MENGURAI BENANG KUSUT KEMISKINAN
DI MADURA

Pada kesempatan pertama, saya harus menyampaikan peng­


hargaan, apresiasi, dan respek kepada dosen pengampu dan para
mahasiswa sosiologi yang bisa merealisasikan buku ini sehingga
bisa hadir dihadapan para pembaca sekalian. Saya mengetahui dan
juga menyaksikan bahwa dalam dua tahun ini (2018-2019, pen)
mahasiswa sosiologi fisib utm amat produktif dalam menulis buku.
Bagi saya tradisi menulis yang dilakukan sejak mahasiswa ini penting
untuk dipupuk dan dikembangkan secara berkelanjutan sehingga
mahasiswa dapat berlatih dan terbiasa menuangkan gagasan, ide
yang didiseminasikan kepada public secara luas.
Menulis buku jelas punya multiplier effect. Selain sebagai bentuk
eksistensi dan memelihara nalar kritis juga dapat menjadi menjadi
tempat menyemai idealisme dan ekspresi akademis mahasiswa
dalam wadah yang terhormat yang bisa di respons para pembaca
dan masyarakat secara luas. Sekaligus menurut saya hal ini strategis
karena bisa meletakkan tradisi akademis yang fungsional untuk
mendapatkan feedback secara luas sehingga tercipta relasi dialogis
yang fungsional antara masyarakat kampus dan masyarakat luas.
Bagaimanapun literasi menulis kian penting di masa sekarang
dan masa yang akan datang karena menulis sebenarnya sedang

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | iii


melatih berpikir secara sistematis dan melalui proses berpikir secara
berulang-ulang yang melibatkan proses check and recheck sehingga
bisa menghindari produksi informasi hoax dan informasi palsu.
Apalagi karya tulis dalam bentuk buku juga akan selalu tersimpan
rapi dalam sejarah dan tidak mudah lekang hilang dilibas zaman. Ia
akan menjadi bukti sejarah yang bisa merekam perjalanan masyarakat
dan dinamika social dari masa ke masa. Ada sebagian kaum cerdik
cendikia yang mengatakan bahwa umur manusia ada batas masa
berlakunya, tetapi karya tulis tak ada batas waktu berlakunya. Abadi
dalam rekaman sejarah yang senantiasa membuat kita hadir dalam
berbagai lintasan zaman. Kita berharap ikhtiar ini dapat terus
dilanjutkan hingga mahasiswa kita lahir menjadi pemikir pemikir
yang hebat yang akan turut mewarnai kompetisi dan perang gagasan
di masa depan dalam rangka meningkatkan daya saing sekaligus
mendesakkan berbagai gagasan besar di masyarakat.
Saya tentu berharap tradisi ini terus dikembangkan agar peran
progresif mahasiswa sosiologi dan fisib utm kian terlihat dan dirasakan
keberadaannya oleh masyarakat luas. Sekaligus jika memungkinkan
ditindaklanjuti dalam aksi kongkret sebagai bentuk implementasi
kajian sehingga bisa menjadikan mahasiswa sebagai pelopor dan
pengerak perubahan social di masyarakat. Saya menyadari bahwa
tantangan masyarakat kampus, civitas academica sejatinya kian
berat. Para mahasiswa juga mengemban amanah yang tidak ringan
ditengah tuntutan perubahan masyarakat dan lingkungan saat ini.
Namun, bagaimanapun masyarakat kampus tidak bisa menjadi
menara gading yang terus menerus berada di ketinggian langit,
ongkang ongkang kaki bercanda dalam idealisme tinggi, tetapi tak
kunjung berpijak ke bumi. Bagaimanapun masyarakat kampus
dituntut lebih untuk peran aktif dalam memberi solusi kongkret
kepada masyarakat dan lingkungannya.

iv | Pemberdayaan dan Pembangunan


Tentu saja ditengah beragam problem dan perubahan tersebut,
keberadaan mahasiswa progresif dalam situasi sekarang tentu
amat dibutuhkan. Perubahan berlangsung demikian cepat dengan
prediksi yang kian sulit, khususnya menyangkut apa yang akan
dilakukan dan terjadi di masa depan. Fenomena discuption hampir
terjadi disemua aspke kehidupan kekinian. Sementara kondisi dan
kesiapan masyarakat kita bisa dibilang sering ketinggalan kereta
perubahan tersebut. Masyarakat kita juga masih tergopoh gopoh
mengikuti perkembangan itu sehingga belum mampu memanfaatkan
perubahan itu untuk mendapatkan keuntungan baik ekonomis
maupun keuntungan yang lain.
Mahasiswa sebagai avant-garde tentu sangat diharapkan
perannya karena potensi usia muda dan juga energy yang masih
melimpah. Mahasiswa dengan ciri khas idealism relatif belum
tercampur dengan kepentingan pragmatis sehingga pikirannya masih
genuine dan idealis. Bagi saya jika potensi ini bisa di kembangkan
tentu akan menjadi karya prospektif, bisa melahirkan dan menjaga
karya karya hebat milik perguruan tinggi.
Melalui mata kuliah pemberdayaan dan pembangunan prodi
sosiologi fisib utm mencoba untuk memberi sumbangsih pemikiran
terhadap masalah yang ada dilingkungannya. Kita semua mengetahui
bahwa hingga kini Madura tetap menjadi perhatian khalayak luas.
Madura hingga kini harus diakui masih ketinggalan dengan daerah
yang lain. Hampir semua indeks mendapat nilai merah dan meraih
rangking bawah dari 38 kab/kota di Jawa Timur. Mengingat banyak
hal yang belum mampu diperbaiki sampai ada yang berseloroh jika
Madura beres maka republic ini juga akan beres. Kendati itu seloroh,
tetapi sebenarnya menjadi cambuk bagi kita masyarakat Madura
untuk bisa menutup, memperbaiki berbagai kekurangan tadi menjadi
prestasi baru.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | v


Mahasiswa Sosiologi fisib Universitas Trunojoyo sudah memulai
untuk menyuguhkan potret dan solusi kemiskinan Madura secara
jujur sesuai dengan kapasitas mereka. Tentu saja buku ini tidak akan
mampu memotret utuh mengenai kemiskinan masyarakat Madura.
Persoalan kemiskinan yang demikian kompleks dicoba diurai melalui
perspektif mereka, tetapi kejujuran menyampaiakn fakta dan realitas
itu patut dihargai sebagai salah satu kekuatan buku ini. Tentu saja
masih banyak potret yang masih kepengal-pengal sehingga belum
bisa memberi gambaran yang utuh dan komprehensif.
Sejauh ini memang berbagai program telah diupayakan dan
dijalankan di Madura, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah
untuk penanggulangan kemiskinan tersebut. Kita mengenal program
mulai dari KUR, PSKS, Jalin Kesra, PKH, Raskin, BSM, Bantuan
BUMDES, hingga PNPM Mandiri. Meski demikian, hingga kini
masih banyak terdapat ketimpangan dan kemiskinan di beberapa
desa wilayah tertentu, terutama di wilayah kabupaten Sampang dan
Bangkalan yang belum juga bisa beranjak berubah. Disana sini masih
ditemukan anomali dan penyimpangan dalam pelaksanaan program
pengentasan kemiskinan tersebut.
Berdasarkan data BPS di tahun 2017, terdapat 17 dari 39
Kabupaten/Kota di Jawa Timur tingkat yang memiliki tingkat kemis­
kinan di atas rata-rata kemiskinan provinsi. Persentase penduduk
miskin di Jawa Timur sendiri pada Maret 2017 sebesar 11,77%, yang
berarti 11,77% penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Dua Kabupaten di Pulau Madura, yaitu Sampang (23,56%) dan
Bangkalan (21,32%) merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan
tertinggi di Jawa Timur. Potret ini tentu menjadi tantangan yang
tidak ringan bagi masyarakat Madura. Potret ini tentu saja butuh
solusi dan jalan keluar.

vi | Pemberdayaan dan Pembangunan


Mengutip hasil fgd yang diselenggarakan di UTM bulan Maret
2019 yang lalu paling tidak ada beberapa ‘Grand Strategy’ yang
bisa diadopsi sebagai upaya penaggulangan kemiskinan di Madura,
diantaranya : Pertama, perluasan kesempatan kerja, ditujukan untuk
menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang
memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan
dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup
secara berkelanjutan. Kedua, pemberdayaan masyarakat, dilakukan
untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan
budaya masyarakat dan memperluas partisipasi masyarakat miskin
dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin
kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga,
peningkatan kapasitas produksi, dilakukan untuk pengembangan
kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat miskin
agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. Keempat,
perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan
dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin baik
laki-laki maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh
bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial.
Kelima, kemitraan regional, dilakukan untuk pengembangan dan
menata ulang hubungan dan kerjasama lokal, regional, nasional,
dan internasional guna mendukung pelaksanaan ke empat strategi
diatas. Implementasi atas strategi itu jelas bukan pekerjaan ringan
karena ada kontekstual yang juga mengiringi, khusunya menyangkut
kultur dan kearifan local. Mahasiswa sosiologi sudah memulai untuk
mengurai peta jalan itu.
Semoga buku ini bisa menjadi bagian dari peta jalan untuk
untuk menemu kenali kemiskinan di Madura dan memetakan
kondisi kemiskinan penduduk sehingga bisa menjadi kompas jalan
bagi upaya mengurai problematikanya. Lebih jauh dari itu, bisa

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | vii


membedah persoalan-persoalan yang dapat berkontribusi pada
pengentasan kemiskinan secara mendalam dalam perspektif yang
lebih luas. Kiranya tindak lanjut ke depan amat dibutuhkan seperti
mendiskusikan bagaimana menjadikan pertumbuhan ekonomi dapat
bermanfaat bagi penduduk miskin; bagaimana menjadikan belanja
pemerintahan daerah bermanfaat bagi warga miskin; bagaimana
pula menjadikan perlindungan sosial bermanfaat bagi kelompok
miskin; dan bagaimana mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang bermanfaat bagi penduduk miskin. Paling tidak bagaimana
memahami kemiskinan masyarakat Madura, faktor-faktor penyebab
kemiskinan, pemberdayaan masyarakat dalam pengentasan
kemiskinan, identifikasi potensi lokal (sosial, budaya, ekonomi),
perlindungan sosial bagi warga miskin, pengaruh Suramadu terhadap
kemajuan sosial ekonomi masyarakat, kebijakan pengentasan
kemiskinan daerah, peta kemiskinan masyarakat Madura, rumusan
program pemberdayaan masyarakat, konsep pemanfaatan potensi
lokal guna mengurangi tingkat kemiskinan, konsep perlindungan
sosial bagi warga miskin dan rekomendasi kebijakan program
pengentasan kemiskinan
Saya percaya ini adalah bagian dari unjuk diri bahwa mahasiswa
sosiologi tidak ingin prodinya menjadi prodi bisa biasa saja dan
mereka ingin berkontribusi menjadikan prodinya hebat dan luar
biasa. Mahasiswa sosiologi telah memilih jalan progresif. Mereka
ingin menjadi mahasiswa tidak biasa sehingga bisa unjuk karya dan
berkompetisi di level yang lebih tinggi. Saya juga percaya bahwa
perubahan itu tidak harus dilakukan oleh banyak orang, tetapi
oleh kelompok kecil yang tiada henti berkeyakinan maju meraih
perubahan lebih baik. Saya mempercayai betul bahwa diantara sedikit
orang yang tulus dan penuh keyakinan akan membawa perubahan
bagi banyak orang jika sudah nampak hasilnya.

viii | Pemberdayaan dan Pembangunan


Saya juga memiliki keyakinan bahwa keterbatasan yang ada
saat ini baik di prodi maupun di fakultas tidak harus dijadikan
alasan untuk tidak berkarya dan berkontribusi termasuk melahirkan
karya karya fenomenal. Keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak
berkarya. Justru ditengah keterbatasan itu saya melihat lahirnya
mahasiswa yang bermental pejuang. Mahasiswa yang memiliki
karakter kuat dan tangguh yang menjadi pembeda dengan yang lain.
Bukankah banyak ahli juga telah menulis bahwa lahirnya kreativitas
dan inovasi tidak ditentukan semata oleh kelengkapan fasilitas,
tetapi lebih banyak didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi.
Pengalaman mahasiswa juga membuktikan bahwa kreasi itu sering
muncul pada saat deadline dan karena kepepet. Nah, kreativitas dan
inovasi sungguh lagi-lagi bukan karena sempurna dan lengkapnya
fasilitas, tetapi lebih banyak berkaitan dengan mindset, daya dorong
untuk survive dan eksis. Kreativitas dan inovasi, mengutip Hernowo
(2004) adalah wujud kuasa illahi yang akan campur tangan kepada
mahluqnya yang mau berusaha dan berikhtiar termasuk melebihi
kapasitas apa yang dipunyai. Kreativitas adalah adalah anugerah
Allah yang tidak boleh disia-siakan dan harus dieksplorasi apapun
kondisinya untuk melahirkan karya.
Atas berbagai alasan itu sekali lagi saya menyambut baik usaha
mahasiswa sosiologi untuk berani berekpresi, berani berproses
melalui penulisan buku ini. Sungguh saya sangat menghargai dan
merasa bangga. Semoga karya ini bisa menjadi pematik atas lahirnya
karya karya buku baru mahasiswa sosiologi selanjutnya. Saya percaya
jika mahasiswa bergairah maka civitas academica yang lain juga akan
bergairah untuk melahirkan karya karya akademis. Semoga setelah
ini akan muncul buku buku lain karya mahasiswa sosiologi yang lebih
hebat dan penuh inspirasi. Semoga buku ini bisa menjadi tanda awal
bahwa mahasiswa sosiologi ada dan tiada henti berkontibusi. Sekali

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | ix


lagi saya menyampaikan terima kasih atas kontribusi ini, lanjutkan
dan teruslah berkarya dan jangan berhenti hingga disini.

Selalu ada Secercah Harapan dan Keyakinan untuk Menjadi lebih


baik
Make it happen

Kampus Telang di sore Hari

Dekan FISIB UTM

Surokim As, S.Sos, S.H, M.Si., MIPR

x | Pemberdayaan dan Pembangunan


DAFTAR ISI

PENGANTAR ..................................................................................... iii


DAFTAR ISI ........................................................................................ xi

 DEEMMAAH JHEK NI’ BINI’ GUN DEDDIYE BU’


DEPOR KEYAH: STEREOTIP MASYARAKAT
MADURA TERHADAP PEREMPUAN DALAM
PENDIDIKAN DAN PEREKONOMIAN .............................. 1
 STIGMA MASYARAKAT KELAS BAWAH TERHADAP
PENTINGNYA PENDIDIKAN ............................................... 23
 KEMISKINAN: ANTARA PENDIDIKAN NON FORMAL
DAN PENDIDIKAN FORMAL .............................................. 45
 PENDIDIKAN MASYARAKAT MADURA DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA
MANUSIA DI KECAMATAN SOCAH BANGKALAN ...... 68
 OPTIMALISASI PEMASARAN PETIS DAN KERUPUK
SOCAH DIERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 ......................... 92
 PELUANG DIGITAL ENTERPRENEUR UNTUK
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN PENGUSAHA
EMPING MLINJO KECAMATAN BURNEH,
KABUPATEN BANGKALAN .................................................. 108

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | xi


 STRATEGI PEMASARAN UMKM PENJUAL JAMU
DI ERA REVOLUSI 4.0 MASYARAKAT DESA BARE-
ELEH,TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN ..... 124
 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI USAHA
KERAJINAN BATIK TANJUNG BUMI BANGKALAN
DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN LOKAL . 142
 ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA
GARAM RAKYAT (PUGAR) DALAM PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN PETANI GARAM DI KECAMATAN
KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP ............................... 161
 STRATEGI PENYULUHAN KONVERSI BIBIT JAGUNG
LOKAL MADURA KE HIBRIDA DIKABUPATEN
SUMENEP .................................................................................. 188
 STRATEGI PEMBERDAYAAN MELALUI PENGUATAN
MODAL SOSIAL SEBAGAI UPAYA MENANGGULANGI
BARGAINING POSITION PETANI TEMBAKAU .............. 209
 PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI PEMBUDIDAYA
UDANG TERPAL DI KECAMATAN SOCAH
KABUPATEN BANGKALAN .................................................. 224

xii | Pemberdayaan dan Pembangunan


DEEMMAAH JHEK NI’ BINI’ GUN DEDDIYE BU’
DEPOR KEYAH: STEREOTIP MASYARAKAT MADURA
TERHADAP PEREMPUAN DALAM PENDIDIKAN
DAN PEREKONOMIAN
(Dusun Du’ Alas Desa Klapayan
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan)

(M. Amir, Mega Hidayati, Dewi Rahayu Wahyuni, Suriyani, Ika


Apriyani BR. Purba, Sustri Liana, Rizca Diyah Fatmawati, Elma
Septalia Iftitah: SOSIOLOGI A 2017)

LATAR BELAKANG
Saat ini perempuan tidak hanya berperan dalam satu pem­
bangunan saja, tetapi sudah dihadapkan dengan berbagai macam
peran dimana perempuan dapat berperan dalam pembangunan,
peran perempuan di dalam pembangunan saat ini hanya bisa dilihat
di tempat-tempat yang sudah bisa dikatakan mampu menyerap
dan menerima kebudayaan dari luar, tetapi tidak dengan sebagian
masyarakat lainnya, masyarakat masih menganggap bahwa perem­
puan tidak bisa dipisahkan dengan perannya sebagai ibu dalam
lingkungan keluarga yakni sebagai ibu rumah tangga, fungsi ibu
rumah tangga lebih dikaitkan pada tugas nya sebagai pendamping
suami, pengasuh anak, dan peran domestik lainnya seperti memasak,
membereskan rumah, mencuci dan lain sebagainya, wanita jadi

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 1


bergantung kepada suami secara ekonomis karna pekerjaan yang
dilakukan di rumah tangganya tidak menghasilkan uang atau nilai
tukar (Pusat Studi Wanita UGM, 2005)
Perempuan saat ini juga dihadapkan pada dua pilihan yang
bertentangan antara peran tradisional dan peran transisi. Peran
tradisional adalah peran perempuan yang mencakup sebagai seorang
istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sedangkan peran transisi
menuntut pengertian peran perempuan sebagai tenaga kerja, anggota
masyarakat dan manusia pembangunan. Pada peran transisi ini
perempuan sebagai tenaga kerjsa yang aktif dalam kegiatan ekonomis
(mencari nafkah) diberbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan
dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan kerja yang tersedia
(Yusuf, 2006)
Indonesia yang secara keseluruhan belum terlepas dari budaya
patriarki seringkali membuat perempuan tidak mendapatkan
kesempatan untuk menempuh pendidikan dan berkarir seperti
anak laki-laki, terbukti di dusun Du’ Alas desa Klapayan terdapat
beberapa orang perempuan yang tidak memiliki kesempatan dalam
Pendidikan dan berkarir dimana ada stereotip masyarakat tentang
“deemmaah jhek nik binik gun deddiye bu’ depor keyah” artinya
mau kemana hanya seorang perempuan sehingga masyarakat sana
memandang bahwa perempuan tidak perlu menempuh ptinggi atau
melakukan sesuatu untuk melatih kreatifitasnnya karna perempuan
hanyalah seseorang yang akan kembali pada peran tradisionalnya
meskipun telah menempuh pendidikan tinggi. Jadi pandangan
mereka mengarah pada untuk apa perempuan berlomba-lomba
dalam pendidikan, karena tidak akanada hasil yang lebih baik selain
kembali pada peran tradisional perempuan.
Pembatasan ruang terhadap perempuan dalam hal pendidikan
dan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam prasangka

2 | Pemberdayaan dan Pembangunan


dan pemikiran masyarakat Dusun Du’Alas Desa Klapayan diantaranya
banyak perempuan dusun tersebut yang menempuh pendidikan
tinggi namun dipertengahan jalan ada berbagai rintangan seperti
hamil diluar nikah, pergaulan bebas, akhlaq amburadul, serta tidak
jarang dari mereka yang menempuh pendidikan tinggi menjadi
pengangguran. Selain itu faktor ekonomi, faktor pergaulan dan
faktor lingkungan juga mempengaruhi stereotip tersebut tetap ada di
Dusun Du’alas Desa Klapayan.
Era modern telah memberi peluang terhadap para perempuan
untuk memperoleh hak-hak sebagaimana yang diperoleh oleh
laki-laki. Namun yang terjadi di Dusun Du’alas Desa Klapayan
mengalami kentimpangan gender, khususnya tidak diperolehnya
hak-hak berpendidikan tinggi sebagaimana laki-laki sehingga para
perempuan tidak memiliki bekal yang cukup untuk mengasah
kecakapannya. Menjadi perempuan berpendidikan dapat dijadikan
sarana untuk memperbaiki perekonimian keluarga, akan tetapi hal itu
belum terjadi di Dusun Du’alas Desa Klapayan karena para orangtua
masih memiliki pemikiran yang tradisional bahwa perempuan sudah
cukup menguasai tugas domestiknya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelititan
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah,(sebagai lawannya adalah
eksperimen) hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi (Sugiyono, 2016).
Penelitian ini bertempat di Dusun Du`alas Desa Klapayan
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Populasi penelitian yaitu
masyarakat Desa Klapayan, dan sampelnya adalah masyarakat
Dusun Du`alas dimana budaya patriaki masih diterapkan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi nonpartisipan,

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 3


peneliti tidak terlibat dalam kegiatan informan dan hanya sebagai
pengamat independen.Kemudian dilakukan wawancara tidak
terstruktur, peneliti hanya menggunakan pedoman wawancara hanya
berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling
yaitu penentuan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria
yang ditetapkan oleh peneliti 1) Perempuan berusia 15-25 tahun, 2)
Warga Dusun Du`alas Desa Klapayan Kecamatan Sepulu Kabupaten
Bangkalan. Analisis data yang akan dilakukan menggunakan analisis
data model Miles and Huberman yang terdapat 3 langkah yang
pertama reduksi data yaitu setelah peneliti mendapatkan data selama
penelitian data yang didapat kemudian dirangkum, dipilih hal-hal
yang pokok. Kedua penyajian data, yang paling sering digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Ketiga
konklusi/verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono,2016).
Pengujian kredibilitas yang dilakukan menggunakan triangulasi
sumber yaitu mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.
Sumber pertama pada penelitian ini yaitu perempuan yang berusia
15-25 tahun, kemudian para warga Dusun Du`alas Desa Klapayan.

LITERATUR REVIEW
Dalam artikel ini menggunakan teori feminisme liberal,
feminisme liberal membahas penindasan wanita yang disebabkan

4 | Pemberdayaan dan Pembangunan


oleh kurangnya kesempatan dan pendidikan mereka secara
individual dan kelompok. Menurut Kandal cara pemecahan untuk
mengubahnya, yaitu dengan menambah kesempatan-kesempatan
bagi wanita, terutama melalui institusi-institusi Pendidikan dan
ekonomi. Landasan sosial bagi teori ini muncul selama revolusi
prancis dan masa pencerahan di eropa barat. Perubahan-perubahan
sosial besar-besaran tersebut, menyediakan baik argument-argemen
politik maupun moral, untuk gagasan-gagasan mengenai “kemajuan,
kontrak, sifat dasar, dan alasan-alasan” yang memutuskan ikatan-
ikatan dan norma-norma tradisional (Jane dan Helen, 2002).

PERMASALAHAN
Budaya patriarki masih kental di Dusun Du’alas. Desa Kelapayan
Kecamatan sepulu. Budaya ini berlaku secara turun temurun dan
tetap berlaku sampai sekarang, walaupun modernisasi dan emansipasi
wanita sudah marak dilakukan. Artikel ini membahas bagaimana
stereotip Demmaah jhek Ni’ Bini’ Gun Deddiye Buk Depor Keyah
yang merupakan bagian dari budaya patriarki mempengaruhi
Pendidikan dan perekonomian masyarakat Dusun Du’alas Desa
Kelapayan Kecamatan Sepulu.

PEMBAHASAN
Di era yang serba modern ini, kesetaraan gender bukanlah hal
yang tabu, di tengah-tengah Masyarakat. Persamaan hak-hak yang
dimiliki oleh perempuan dan laki-laki di tempatkan pada satu posisi
sejajar di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, pendidikan dan
lain-lain. Pada umumnya masyarakat menganggap bahwasanya
semua perempuan dan laki-laki sudah memiliki hak yang sama dan
adil menurut masyarakat yang melihatnya, tetapi kesetaraan antara

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 5


laki-laki dan perempuan umumnya hanya terlihat di kota besar yang
masyarakatnya sudah bisa menerima dengan perubahan jaman yang
semakin berkembang dan sudah bisa melihat bahwasanya perempuan
juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki, karena masyarakat
yang hidup di kota besar umunya lebih terbuka dan dapat menerima
perubahan yang besar melalui banyaknya kebudayaan dari negara di
luar Indonesia yang dibawa oleh kecanggihan teknologi masa kini.
Oleh karena itu kesetaraan laki-laki dan juga perempuan dapat dilihat
secara nyata oleh masyarakat, dan dari hal tersebut masyarakat dapat
menilai bahwa semua perempuan di Indonesia sudah memiliki hak
yang sama dengan laki-laki.
Namun yang terjadi persamaan hak tersebut tidak menyentuh
seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat yang masih
tradisional, dimana masih memiliki cara berpikir yang masih
sederhana, masih memegang teguh nilai-nilai dan norma-norma
adat istiadat serta budaya yang didapatkan secara turun temurun.
Pada masyarakat tradisional persamaan hak-hak antara laki-laki dan
perempuan mengalami ketimpangan dikarenakan masih berlakunya
budaya patriarki. Anggapan bahwa laki-laki lebih kuat, lebih cerdas,
dan emosinya lebih stabil sementara disisi lain perempuan dianggap
lemah, kurang cerdas, dan emosinya kurang stabil sebenarnya hanya
persepsi stereotip jender (Nasaruddin Umar, 2010).
Patriarki sebagai sebuah konsep memiliki sejarah kegunaan
diantara ilmuan-ilmuan sosial, seperti Weber yang menggunakan
konsep ini untuk menunjukkan sebuah sistem pemerintah dimana
laki-laki mengendalikan masyarakat melalui posisi mereka sebagai
kepala keluarga. Dalam penggunaan ini di dominasi laki-laki yang
lebih muda yang bukan kepala keluarga sama pentingnya, jika tidak
lebih penting dari pada, unsur dominasi laki-laki atas perempuan
melalui keluarga (Walby,2014).

6 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Dinegara-negara barat, Eropa barat termasuk Indonesia, budaya
dan ideologi patriarki masih sangat kental mewarnai berbagai aspek
kehidupan dan struktur masyarakat. Bila dilihat secara garis besar,
mayoritas penduduk Indonesia adalah masyarakat yang patrilineal
yang dalam hal ini posisi ayah atau bapak (laki-laki) lebih dominan
dibandingkan dengan posisi ibu (perempuan) (Ira Rambu, 2015).
Budaya patriarki untuk sebagian masyarakat khususnya di masyarakat
pedesaan masih dipertahankan, karena sebagian dari masyarakat
percaya bahwa perempuan memiliki level yang berbeda dengan laki-
laki dari segi pengetahuan dunia luar dan juga pekerjaan ataupun
pendidikan, masyarakat menganggap bahwa perempuan hanya dapat
bertugas untuk mengurus anak, dapur, kasur dan sumur, tetapi untuk
urusan pekerjaan mencari kebutuhan itu merupakan tugas seorang
laki-laki, hal tersebut menyebabkan perempuan yang ingin bekerja
dan pekerjaan tersebut sama dengan laki-laki ataupun jabatanya
di atas laki-laki di pedesaan umumnya akan ditentang oleh pihak
keluarga. Maka jika pekerjaan seorang perempuan dibatasi, maka
perempuan tersebut tidak akan mendapatkan hak untuk bekerja
ataupun berpendidikan yang lebih tinggi, karena masyarakat sudah
memegang teguh kepercayaan dan harus diterapkan bahwasanya
perempuan hanya dapat bekerja tetapi tidak di perbolehkan pekerjaan
tersebut melebihi pekerjaan laki-laki, karena seorang laki-laki harus
mendominasi dalam mengatur hidup berkeluarga.
Selama ini kecendrungan masyarakat menempatkan laki-laki di
dunia public dan perempuan di dunia domestik. Mitos yang semacam
itu juga melahirkan kesenjangan sosial yang berkepanjangan antara
dua jenis kelamin. Perempuan dianggap superior dalam aktivitas
rumah tangga (kegiatan domestik), sementara laki-laki dianggap
paling bertanggung jawab dalam kegiatan publik (Misbahul munir,
2010).

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 7


Hal tersebut juga ditemukan di Dusun Du’alas Desa Klapayan
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Dimana sebagian besar
masyarakat tersebut memandang perempuan dalam budaya patriarki.
Wiyata (dalam Tatik Hidayati, 2009) mengatakan bahwa masyarakat
Madura memandang dan memposisikan perempuan sebagai bagian
keluarga yang harus dilindungi, dipelihara, dan simbol perjuangan
laki-laki untuk memupuk harga diri didepan masyarakat sehingga
perempuan ditempatkan ditempat yang suci dan terpisah dari
ranah laki-laki. Sama halnya dengan aspek pendidikan, laki-laki
diperbolehkan untuk menempuh pendidikan sesuai keinginannya,
bahkan banyak yang menempuh pendidikan di luar pulau Madura.
Pendidikan utama di Dusun Du’alas sendiri merupakan pendidikan
yang berbasis pada agama, karena menurut mereka memegang teguh
nilai-nilai dan hukum agama khususnya agama Islam merupakan
suatu keharusan.
Pendidikan yang paling tinggi yang ditempuh para perempuan
di Dusun Du’alas paling tinggi hanya sampai SMA/Sederajat. Rata-
rata pendidikan yang ditempuh hanya sampai SD, SMP. Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, pertama faktor
internal yaituadanya rasa tidak ingin menjadi beban bagi orang
tua, sehingga ingin cepat bekerja agar bisa mandiri dan membantu
perekonomian keluarga.Faktor internal ini menjadikan kebanyakan
perempuan di Dusun Du’alas berhenti melanjutkan pendidikanya
karena mereka merasa bahwa jika mereka terus bersekolah tinggi
maka akan menambah beban orang tua dari segi perekonomian,
karena kebanyakan masyarakat di Dusun Du’alas memiliki anak yang
banyak dan jika harus menyekolahkan semua anaknya kejenjang
yang lebih tinggi maka akan menjadi persoalan yang berat, maka
perempuan di Dusun Du’alas lebih memilih bersekolah paling tinggi
tingkatanya adalah SMA, karena ingin cepat bekerja dan diharapakan

8 | Pemberdayaan dan Pembangunan


setelah lulus perempuan disana dapat mendapatkan pekerjaan atau
dapat segera menikah dan dapat membantu perekonomian keluarga
dan membantu menyekolahkan adik-adiknya.
Faktor yang kedua, yaitu faktor eksternal seperti keterbatasan
perekonomian keluarga, takutnya pengaruh-pengaruh negatif
modernisasi yang akan menurunkan nilai-nilai yang telah berlakudi
masyarakat. Faktor eksternal sendiri karena memang masyarakat
di Dusun Du’alas mayoritas buruh tani dan otomatis hasil dari
pertanian tersebut tidak dapat membiayai sekolah semua anaknya,
menjadikan anaknya harus bersekolah hingga tingkat SMA saja dan
setelah itu harus dapat membantu orang tua untuk menyekolahkan
adinya. Selain itu juga faktor pengaruh negatif pergaulan yang sudah
pernah terjadi di Dusun Du’alas menjadikan orang tua takut untuk
melepaskan anaknya pergi untuk bersekolah di luar Dusun Du’alas
sendiri.
Kemudian yang paling mempengaruhi rendahnya pendidikan
yang ditempuh oleh perempuan di Dusun Du’alas adalah stereotip
masyarakat terhadap perempuan dalam pendidikan. Ada suatu
ungkapan yang terkenal di Madura yaitu Deemma’ah Jhek Ni’ Bini’ Gun
Deddiye Bu’ Depor Keyah artinya mau kemana seorang perempuan
pada akhirnya akan berkewajiban di dapur. Maksud dari ungkapan
tersebut yaitu perempuan tidak perlu menempuh pendidikan terlalu
tinggi atau melakukan sesuatu untuk melatih kreativitasnya, karena
perempuan hanyalah seseorang yang akan kembali pada peran
tradisionalnya (dapur,sumur,kasur) walaupun sudah menempuh
pendidikan tinggi. Stereotip tersebut yang kemudian membuat para
perempuan di Dusun Du’alas menerima keadaan bahwa mereka
harus lebih mementingkan peran tradisonalnya daripada mengejar
pendidikan serta memendam keinginan untuk memperoleh ilmu
demi menggapai cita-citanya.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 9


Faktor-faktor yang mempengaruhi stereotip Deemmaah Jhek
Ni’bini’ Gun Deddiye Bu’ Depor tetap berlaku, diantaranya:

Faktor Ekonomi
Masyarakat Dusun Du’alas sebagian besar bekerja sebagai
buruh tani dan TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Bagi masyarakat yang
bekerja sebagai buruh tani, dengan latar belakang mengelola ladang
milik orang lain pasti penghasilan tidak akan mencukupi kebutuhan
untuk jangka panjang, sedangkan yang bekerja sebagai tukang
bangunan tidak berbeda jauh dengan seseorang yang bekerja sebagai
kuli bangunan dan juga buruh tani, bisa dilihat dari penghasilan,
jika tukang bangunan pendapatan lebih tinggi sedikit dari kedua
pekerjaan tersebut, penghasilan kuli bangunan memiliki pengasilan
lebih tinggi dari buruh tani karena penghasilannya tidak lebih
berbeda jauh dengan tukang bangunan dan pekerjaan serabutan
lainnya, penghasilan yang mereka dapatkan hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Sedangkan untuk warga
yang menginginkan penghasilan yang lebih tinggi dari buruh tani
mereka lebih memilih bekerja sebagai TKI, mayoritas Negara yang
dituju adalah Negara Malaysia. Masyarakat yang bekerja sebagai
buruh tani, tukang dan kuli bangunan memiliki alasan tersendiri
mengapa mereka tetap bertahan dengan pekerjaan tersebut, karena
memang kebanyakan warga masyarakat tidak memiliki biaya untuk
berangkat ke Malaysia, untuk bekerja sebagai TKI, karena penghasilan
dari buruh tani, tukang, dan kuli bangunan hanya cukup untuk biaya
hidup sehari-hari saja.
Penghasilan yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan
beban yang harus mereka penuhi dikarenakan jumlah anggota
keluarga yang banyak, dalam satu keluarga paling sedikit mempunyai

10 | Pemberdayaan dan Pembangunan


5 orang anak dan paling banyak adalah 12 orang anak. Sehingga
dibandingkan untuk menyekolahkan anak-anaknya lebih penting
uang yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-
hari
Masyarakat Dusun Du’alas merupakan masyarakat yang
masih tradisional, sehingga mereka tidak menggunakan program
KB (Keluarga Berencana). Mereka masih beranggapan bahwa
banyak anak banyak rezeki, tetapi dalam kenyataannya masyarakat
Dusun Du’alas kesulitan dalam perekenomiaanya, bahkan untuk
menyekolahkan anak-anaknya. Sehingga banyak perempuan yang
tidak dapat melanjutkan pendidikan karena keterbatasan dalam
biaya.Kemudian hal tersebut yang mempengaruhi mereka harus
membantu mengurangi beban keluarga dengan menjadi buruh tani,
mencari pakan hewan ternak, menjaga adik-adiknya. Selain itu,
karena keterbatasan biaya mereka juga dipengaruhi oleh pemikiran-
pemikiran masyarakat bahwasanya daripada bersekolah lebih
baik membantu orang tua, karena mereka beranggapan meskipun
perempuan telah menempuh pendidikan tinggi mereka hanya akan
kembali ke peran mereka yang sesungguhnya, yaitu dapur, sumur,
kasur.

Faktor pergaulan
Faktor pergaulan juga memiliki pengaruh terhadap pendidikan
perempuan di Dusun Du’alas Desa Klapayan. Seiring dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat di era saat ini membuka
ruang bebas terbuka untuk semua kalangan baik bagi kalangan laki-
laki maupun kalangan perempuan, kalangan muda maupun tua untuk
menjalin komunikasi teknologi di era modern ini mempermudah
manusia dalam menjalani kehidupan, namun tidak semua masyarakat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 11


dapat memanfaatkan teknologi dengan sebagaimana mestinya.
Teknologi yang membuat batas ruang manusia semakin tipis seolah-
olah menyatukan dunia dengan berbagai aspek kehidupan. Salah
satunya dari aspek kebudayaan yang seakan-akan memadukan
budaya timur dengan budaya barat.
Banyak nilai-nilai dari kebudayaan barat yang diadopsi oleh
budaya timur yang kemudian diterapkan pada masyarakat berbudaya
timur contohnya dalam pergaulan dimana sebelumnya berlakunya
nilai-nilai dan norma-norma seperti adanya batas-batas pergaulan
antara laki-laki dan perempuan. Namun dengan adanya adopsi
nilai-nilai budaya barat sehingga yang kemudian terjadi adanya
penurunan nilai dan norma untuk membatasi pergaulan antara laki-
laki dan perempuan yang kemudian hal tersebut bisa berdampak
positif negatif pada kalangan remaja.
Salah satunya yang yang terjadi di Dusun Du’alas Desa klapayan,
banyak kejadian pada perempuan saat menempuh pendidikan
dan menerima pengaruh pengaruh baik buruk maupun pengaruh
buruk dari luar.Pengaruh pengaruh buruk lah yang kemudian dapat
menjadikan mereka melanggar norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat. Salah satunya adalah peristiwa yang terjadi
pada saat perempuan dari Dusun Du’alas Desa Klapayan menempuh
pendidikan ke jenjang perguruan yang lebih tinggi pada pertengahan
pendidikan perempuan tersebut hamil diluar nikah akibat dari
pengaruh pengaruh buruk yang ada di lingkungan sekitar dengan
kejadian tersebut sehingga membuat mereka tidak bisa melanjutkan
pendidikannya akibat terpengaruh pergaulan bebas, dan banyak pula
peristiwa serupa yang terjadi pada perempuan tingkat pelajar SMP
dan SMA.
Banyaknya peristiwa hamil diluar nikah pada saat perempuan
menempuh pendidikan membuat warga masyarakat Dusun Du’alas

12 | Pemberdayaan dan Pembangunan


takut untuk menyekolahkan anak perempuan mereka jauh dari
rumah ataupun dari pandangan orang tua untuk menyekolahkan
anaknya ke jenjang yang lebih tinggi setelah SMA. Sehingga mereka
kemudian lebih memilih menyekolahkan anak perempuan mereka ke
dalam sekolah formal yang berbasis agama ataupun lembaga pondok
pesantren, walaupun kemudian peristiwa hamil diluar nikah tersebut
masing-masing menjadi namun jumlah nya lebih sedikit.
Tak jarang pada masyarakat Dusun Du’alas juga lebih memilih
menikahkan anaknya pada usia yang belum matang dikarenakan
mereka para orang tua takut jika anaknya akan salah dalam memilih
pergaulan dengan teman sebayanya oleh karena itu mereka lebih
memilih menikahkan anaknya daripada terjerumus dalam hal yang
tidak diinginkan. Dalam memilih pergaulan merupakan hal yang
sangat diharapkan oleh para orang tua salah satunya yaitu orang
tua yang ada di Dusun Du’alas Desa Klapayan, oleh karena itu juga
anaknya sudah memiliki pasangan (pacar) mereka para orang tua akan
lebih memilih menikahkan anaknya terutama pada anak perempuan
daripada menyerahkan anaknya mereka karena mulut mereka untuk
apa sekolah tinggi-tinggi toh ujung-ujungnya juga akan dirumah saja
oleh karena itu para orang tua lebih memilih menikahkan anaknya
daripada anaknya akan melakukan hal-hal yang diluar batas yang
seharusnya tidak akan dilakukan oleh pasangan yang bukan suami
istri.

Faktor Lingkungan
Selain dua faktor diatas, faktor lingkungan juga mempengaruhi
perempuan tidak dapat menempuh pendidikan tinggi. Karena
masyarakat di Dusun Du’alas Desa Klapayan sendiri solidaritas antar
masyarakat masih kuat, religiusitas masih tinggi dan juga masyarakat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 13


sendiri masih mempercayai suatu hal yang sudah terjadi sebelumnya.
Salah satu contohnya adalah perempuan yang mempunyai
kesempatan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, tetapi
saat di tengah perkuliahan perempuan tersebut terjerumus kedalam
hal yang negatif yang mengakibatkan harus berhenti kuliah, hal
tersebut yang kemudian membuat masyarakat Dusun Du’alas Desa
Klapayan memiliki pandangan bahwasanya jika anaknya menempuh
pendidikan yang lebih tinggi pasti akan mengalami hal yang
sama seperti kejadian yang sebelumnya. Orang tua lebih memilih
menikahkan anak perempuannya lebih awal agar peristiwa yang
tidak diinginkan tidak terjadi pada keluarga mereka.
Di Dusun Du’alas sendiri pernikahan dibawah umur sudah
bukan hal yang tabu lagi. Namun pernikahan yang dilakukan adalah
pernikahan secara agama (nikah siri) terlebih dahulu baru setelah
usianya mencukupi mereka menikahkan anaknya secara sah sesuai
hukum negara yang berlaku. Di Dusun Du’alas pernikahan di bawah
umur dan sudah memiliki anak sudah biasa dilakukan dan bahkan
sudah menjadi hal yang biasa-biasa saja. Jika anak yang masih sekolah
telah hamil terlebih dahulu sehingga harus menikah dan berhenti
sekolah, Hal itu mendorong tetangga mengikuti kebiasaan tersebut.
Perempuan di Dusun Du’alas sejak kecil sudah ditunangkan
untuk menghindari omongan-omongan masyarakat. Masyarakat juga
mempercayai jika anak perempuannya sudah dilamar oleh pemuda
maka lamaran tersebut harus di terima, karena masyarakat Du’alas
sendiri menyakini jika perempuan tersebut menolak laki-laki yang
melamarnya maka perempuan tersebut bisa saja susah mendapatkan
pendamping hidup. Sebaliknya jika yang menolak lamaran adalah
orang tua dari perempuan, tetapi perempuan dan laki-laki tersebut
sudah memiliki rasa atau hubungan sebelumnya dan dari pihak
laki-laki memiliki niatan yang serius dan ditolak maka banyak

14 | Pemberdayaan dan Pembangunan


kemungkinan perempuan dan laki-laki tersebut akan melakukan hal
yang tidak diinginkan yaitu seperti melakukan hubungan suami istri
dan mengakibatkan hamil diluar nikah, dan akhirnya mau tidak mau
pihak dari keluarga perempuan haarus menikahkan anaknya dengan
pemuda yang melamarnya tersebut. Dari hal tersebut masyarakat
memiliki pandangan dan pendapat bahwa dibandingkan anaknya
akan melakukan hal tersebut maka jika sudah ada yang memiliki
niatan untuk melamar maka lamaran tersebut langsung diterima.
Masyarakat Dusun Du’alas tingkat religiusitas nya tergolong
tinggi, contohnya seperti saat perempuan tidak memakai jilbab
maka dianggap melanggar nilai-nilai agama Islam, kemudian
saat perempuan dan laki-laki yang belum memiliki ikatan yang
sah bahkan tunangan sekalipun ketika berboncengan maka akan
dianggap melanggar syariat islam dan menjadi pergunjingan warga
masyarakat. Contoh lainnya setiap 1 minggu sekali masih berjalan
dengan rutin pengajian yang berisi pembacaan Surat Yasin dan Tahlil,
dan setiap satu bulan sekali mendatangkan kyai-kyai yang berasal
dari pondok pesantren untuk meberikan tausiyah. Para orang tua
memilih anaknya di pondokkan di pondok pesantren yang berbasis
salaf agar mendapatkan ilmu agama yang dianggap lebih penting
daripada ilmu umum. Jadi mereka takut untuk menyekolahakan anak
mereka ke sekolah negeri khususnya perempuan, karena di takutkan
terpengaruh pergaulan yang negatif.
Budaya patriarki (sistem sosial yang menempatkan laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan dalam organisasi sosial)
seringkali membuat para perempuan merasa tidak percaya diri untuk
dapat berkarya dan berkonstribusi dalam bidang perekonomian.
Tidak hanya lingkungan masyarakat, nilai-nilai yang dibangun dalam
lingkungan keluarga juga dapat membatasi ruang gerak perempuan
misalnya stereotip terhadap perempuan dalam bidang pendidikan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 15


dan perekonomian yang masih diterapkan oleh masyarakat Dusun
Du’alas dimana mereka memandang Deemmaah Jhe’ Ni’bini’ Gun
Deddiye Buk Depor Keyah juga sangat dipegang teguh oleh para
orangtua dimana mereka membatasi anak perempuannya untuk
menempuh pendidikan tinggi dan menjadi wanita karir yang dapat
membantu roda perekonomian. Bagi masyarakat Dusun Du’alas
perempuan hanya dituntut pandai dalam menjalankan peran
tradisionalnya (mengurus peran domestik) karena untuk mengurus
masalah perekonomian laki-laki yang memiliki tugas penuh.
Pada tahun-tahun terakhir, perempuan mulai menunjukkan
eksistensinya di ranah produktif, mereka mulai dilibatkan secara
aktif dalam semua lini baik dibidang ekonomi, politik, sosial hingga
agama. Namun rendahnya pendidikan di Dusun Du’alas Desa
Klapayan membuat para perempuan disana tidak memiliki ruang
gerak untuk terjun dalam ranah produktif sebagaimana para wanita
karir yang saat ini mulai aktif dalam semua bidang pekerjaan. Ada
beberapa kesempatan dan peluang yang telah diberikan kepada para
perempuan untuk menyuarakan hak-haknya baik dalam bidang
pendidikan, sosial ekonomi dan sebagainya sama halnya dengan laki-
laki. Menempuh pendidikan bagi para perempuan sangatlah penting
demi sebuah masa depan yang cemerlang serta untuk konstribusinya
sebagai wanita karir. Para perempuan yang memiliki bekal pendidikan
yang memadai akan menunjang kesiapannya dalam mengahadapi
dan menentukan posisi strategis seperti laki-laki dalam dunia kerja.
Kesempatan bagi para perempuan di Dusun Du’alas untuk
menempuh pendidikan tinggi sangatlah rendah, hal demikian yang
juga dialami para orang tua di Dusun Du’alas sehingga mereka
cenderung mendidik anak-anaknya tidak mengikuti perkembangan
zaman dan teknologi sebagai mana anak-anak mereka alami. Para
perempuan di Dusun Du’alas dibayang-bayangi oleh ketakutan

16 | Pemberdayaan dan Pembangunan


orang tua terhadap hal-hal negatif yang banyak terjadi di dusunnya
sehingga membuat para perempuan tidak memiliki kesempatan
untuk menata masa depan yang lebih berkualitas.Pendidikan
seringkali menjadi penentu profesi yang akan diperoleh seseorang,
oleh karena itu pendidikan para perempuan di Dusun Du’alas harus
dibenahi karena perempuan yang telah memiliki bekal pendidikan
yang memadai akan mampu memperbaiki kualitas perekonomian
keluarganya. Pendidikan yang baik juga akan menunjang sumber
daya manusia yang berkualitas sehingga juga akan mempengaruhi
terhadap pembangunan-pembangunan khususnya dibidang
ekonomi. Pendidikan juga berperan dalam pembentukan karakter
seseorang danpola pikir seseorang yang lebih mapan sehingga mereka
mampu berkompetisi dalam bidang apapun untuk memperbaiki
perekonomiannya.
Yang terjadi di Dusun Du’alas karena perempuan tidak bisa
menempuh pendidikan sampai pada perguruan tinggi atau pen­
didikan­nya rendah membuat mereka tidak bisa berkarir atau
bekerja pada sektor industri,perusahaan,perkantoran atau sektor
lainnya. Mereka terpaku untuk menjalani profesi-profesi yang lebih
berorientasi pada tenaga daripada keahlian. Setelah mereka tidak
melanjutkan sekolah pekerjaan memungkinkan yang bisa dijalani
yaitu menjadi buruh tani, merawat hewan ternak yang sudah
dimiliki keluarga secara turun temurun, menjadi pramuniaga di
toko-toko kelontong di sekitar rumah. Hal lain yang mempengaruhi
terbatasnya jenis profesi yang dijalani yaitu faktor dekatnya pekerjaan
yang dijalani dengan rumah, sehingga orang tua menginginkan anak
perempuan mereka tidak pergi terlalu jauh karena takut terpengaruh
hal-hal negatif saat pengawasan orang tua kurang. Terlebih lagi jika
seorang perempuan belum menikah maka rawan menjadi sorotan
warga dusun. Adapun profesi yang setingkat di atas buruh, yaitu

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 17


menjadi guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI), itupun hanya
sebagai lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau hanya setingkat
SMP.
Dari rendahnya pendidikan para perempuan mengakibatkan
terbatasnya profesi yang dapat dijalani, dan berdampak tidak
bisa membantu menunjang perekonomian keluarga. Sedangkan
jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga banyak. Sehingga
keterbetassan perekonomian keluarga tetap terjadi karena hal
tersebut terjadi seperti sebuah siklus dari rendahnya pendidikan
kemudian berdampak pada terbatasnya pendapatan karena
pekerjaan yang dijalani masih terbatas, kemudian membuat orang
tua tidak bisa menyekolahkan anaknya sehingga pendidikannya
rendah kemudian keterbatasan perekonomian keluarga terulang
kembali. Teori feminisme liberal mengatakan bahwa perempuan
mengalami penindasan karena kurangnya pendidikan yang
ditempuh perempuan, akan tetapi di Dusun Du’alas perempuan tidak
mengalami penindasan melainkan mengalami pembatasan dalam
hal menempuh pendidikan karena adanya stereotip Deemaah Jhe’ Ni’
Bini’ Gun Deddiyeh Bu’ Depor Keyah yang memberi dampak bagi
pendidikan perempuan Dusun Du’alas. Untuk mencapai kesetaraan
gender perlu ditumbuhkan kesadaran mengenai keadilan gender
melalui strategi pengembangan model pendidikan yang berspektif
gender (Sumiati, 2001).
1. Adapun strategi atau solusi yang dapat dilakukan agar dapat
memutus siklus yang telah terjadi dengan caraDiberikan
penyuluhan tentang pentingnya Usaha Kecil Menengahdalam
membantu meningkatkan pendapatan keluarga dan perluasan
jaringan pemasaran produk.
Di Dusun Du’alas ada sebagian kecil perempuan yang membuat
kerajinan tangan berupa tikar anyaman pandan, namun terdapat

18 | Pemberdayaan dan Pembangunan


kendala pada pemasaran produk jadi hanya di pasarkan di
pasar terdekat yaitu Pasar Kombangan. Sempitnya jaringan
pemasaran produk tersebut membuat minat perempuan
dalam membuat tikar anyaman pandan rendah, dikarenakan
permintaan produk tikar anyaman pandan sedikit. seandainya
jaringan pemasaran luas dan minat perempuan di dusun Du’alas
dalam mengembangkan usaha kecil menengah tersebut tinggi
maka perkembangan perekonomian di wilayah tersebut akan
membaik.
2. Memberikan penyuluhan tentang program KB (Keluarga
Berencana), agar mereka bisa membatasi dalam memiliki anak
dan mengatur jarak kelahiran. Penyuluhan tersebut dilakukan
dengan alasan di Dusun Du’alas Desa Klapayan setiap suami
istri memiliki paling sedikit empat anak dan paling banyak dua
belas. Selain itu penyuluhan tentang program KB (Keluarga
Berencana) diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan
keluargaagar meminimalisir jumlah tanggungan keluarga
sehingga kebutuhan ekonomi yang dikeluarkan tidak terlalu
banyak mengingat rata-rata mata pencaharian masyarakat
Dusun Du’alas Desa Klapayan sebagai petani dan buruh tani.
sehingga memungkinkan untuk membiayai pendidikan anak-
anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Mengadakan sosialisasi tentang upaya pengentasan angka
putus sekolah dan pentingnya pendidikan sebagai modal
dalam menghadapi tantangan zaman yang berkembang dengan
pesat. karena banyaknya masyarakat desa yang menganggap
pendidikan tidak penting dan adanya keterbatasan ekonomi
sehingga orang tua tidak menyekolahkan anaknya sampai
dua belas tahun wajib belajar. Banyak masyarakat yang tidak
mengetahui bahwa pemerintah telah menyediakan fasilitas

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 19


pendidikan berupa beasiwa, seperti KIP (Kartu Indonesia
Pintar), PKH (Program Keluarga Harapan), Bidikmisi, dan lain
sebagainya. Karena di lapangan ditemukan bahwa sebagian dari
perempuan di Dusun Du’alas Desa Klapayan yang putus sekolah
ingin melanjutkan pendidikan namun terpaksa berhenti karena
keterbatasan ekonomi.
4. Pembangunan yang berimbang dan ideal adalah tidak
memberikan perbedaan status dan memberikan kesempatan
yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Pendekatan women in
development menitik beratkan bahwa perempuan adalah target
pembangunan yang utama dengan asumsi adanya marginalisasi
peran perempuan dalam pembangunan dan minimnya peran
perempuan diberbagai bidan terutama dibidang produksi.
Marginalisasi yang dialami perempuan madura bukanlah peran
produksi dan ekonomi seperti yang dialami perempuan di
Amerika pada tahun 70-an. Marginalisasi perempuan madura
lebih kearah pembatasan terhadap peran-peran potensial baik
ekonomi, sosial dan politik bagi perempuan akibat dari kuatnya
tanaman nilai-nilai kultural yang mendukung pemahaman,
kekuasaan serta implementasi patriarki terhadap perempuan.
Berpijak pada women in development, pembangunan atau
pengembangan bagi perempuan madura dapat dilakukan
dengan dua prinsip utama WID yaitu egalitarian dan menghapus
diskriminasi. Nilai-nilai patriarki yang menjadi salah satu
penghambat pembangunan perempuan madura tidak bisa
dihapus dan ditiadakan, mengingat nilai tersebut merupakan
budaya local yang dipengaruhi tradisi dan juga pemahaman
terhadap religi ( Risca dan Fajar, 2016).

20 | Pemberdayaan dan Pembangunan


KESIMPULAN
Stereotip tentang Demmaah Jhek Ni’ Bini’ Gun Deddiye
Buk Depor Keyah terhadap perempuan dalam pendidikan dan
perekonomian di Dusun Du’alas Desa Klapayan Kecamatan Sepulu
menjadi pengaruh tersendiri terhadap para perempuan yang hendak
menempuh pendidikan tinggi dan berkarir sehingga pendidikan
yang rendah di Dusun Du’alas tersebut berdampak pada keterbatasan
profesi yang akan ditempuh oleh para perempuan. Adapun faktor
yang mempengaruhi stereotip tersebut tetap berkembang adalah
faktor ekonomi, faktor pergaulan dan faktor lingkungan. Menempuh
pendidikan bagi para perempuan sangatlah penting demi sebuah
masa depan yang cemerlang serta untuk konstribusinya sebagai
wanita karir. Para perempuan yang memiliki bekal pendidikan yang
memadai akan menunjang kesiapannya dalam mengahadapi dan
menentukan posisi strategis seperti laki-laki dalam dunia kerja.
Keterbatasan jenjang pendidikan yang ditempuh para
perempuan di Dusun Du’alas Desa Klapayan tersebut membuat
mayoritas perempuan menduduki pekerjaan sebagai buruh tani
dan ibu rumah tangga dengan penghasilan yang diperoleh hanya
mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari saja. Untuk memperbaiki
perekeonomian di Dusun Du’alas Desa Klapayan dapat dilakukan
upaya penyuluhan tentang pentingnya Usaha Kecil Menengah
dalam membantu meningkatkan pendapatan keluarga dan perluasan
jaringan pemasaran produk, penyuluhan tentang program KB
(Keluarga Berencana), agar mereka bisa membatasi dalam memiliki
anak dan mengatur jarak kelahiran sehingga pendidikan juga dapat
ditempuh secara merata oleh anggota keluarga dan sosialisasi
tentang upaya pengentasan angka putus sekolah dan pentingnya
pendidikan sebagai modal dalam menghadapi tantangan zaman yang
berkembang dengan pesat.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 21


DAFTAR PUSTAKA

Buku
Munir, Misbahul. 2010. Produktifitas perempuan. Malang: UIN-
Maliki PRESS
Ollenburger, Jane C, Helen A. Moore. 2002. Sosiologi Wanita. Jakarta
: PT Asdi Mahasatya
Sastriani, Siti Hariti. 2005. Women in Public Sector. Yogyakarta : Tiara
Wacana
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Umar, Nasaruddin. 2010. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-
Qur’an. Jakarta: Dian Rakyat.
Walby, Sylvia. 2014. Teorisasi Patriarki. Yogyakarta: Jalasutra.

Jurnal
Hidayati, Tatik. 2009. Perempuan Madura Antara Tradisi dan
Industrialisasi. Volume XVI Nomor2.
Hika, Ira Rambu Teba. 2015. Menuju keadilan gender: Perempuan
dalam budaya patriarki di Indonesia. Jakarta: London School
of Public Relations
Putri, Risca Yunike. Fajar Muharram. 2016. Perempuan Madura
Tradisi Lokal dan Gender. Bangkalan.
Sumijati, As. 2001. Manusia dan Dinamika Budaya, dari Kekerasan
sampai Barata Yuda. Yokyakarta : BPPF Fakultas Sastra UGM

22 | Pemberdayaan dan Pembangunan


STIGMA MASYARAKAT KELAS BAWAH TERHADAP
PENTINGNYA PENDIDIKAN

(Dania rahmatina, Ina nurianti, Sherlianisa, Anita febrianti, Moh.


terdam, Yudi kuswanto, Diana, Ferdihardianto, Dini Agustin:
SOSIOLOGI A 2017)

LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sebuah hal yang penting dan mendasar
yang harus ditempuh oleh setiap kalangan di masyarakat sebagai
pembuka pengetahuan baru akan sebuah bidang keilmuan.
Diharapkan dengan adanya tingkat pendidikan yang mampu
dijalankan bagi masyarakat luas sehingga mampu memandang suatu
hal dari sudut pandang yang berbeda.
Namun, meski pemerintah sudah mencanangkan pendidikan
yang merata di Indonesia, tetapi masih banyak diketemukan
masyarakat Indonesia belum mengenyam pendidikan formal sesuai
dengan ketentuan yang dianjurkan oleh pemerintah. Hal tersebut
dominanya terjadi pada masyarakat tradisional, juga masyarakat
yang letak geografis jauh dari pusat pemerintahan atau kota, serta hal
itu juga terjadi pada masyarakat dengan tingkat perekonomian yang
rendah.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak
bisa menikmati jenjang pendidikan salah satunya yakni menyangkut

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 23


kondisi perekonomian dan anggapan-anggapan negative (stigma)
masyarakat pedesaan akan individu yang mampu berpendidikan
tinggi, untuk kaum lelaki masyarakat pedesaan di pulau Madura
beranggapan bahwa “ghebey apah nak asakolah ghi terngghi ango’an
alakoh dhe’ olle pesse” dengan arti dalam diksi Indonesia “buat apa
nak sekolah tinggi-tinggi lebih baik kerja dapat uang”. Sedangkan
anggapan (stigma) bagi perempuan sedikit berbeda dari lelaki di
masyarakat tersebut, yakni “ghebey apah nik binek asakolah tengghi’
her aherrah bedeh e somor, e depor, e kasor” dengan arti dalam diksi
bahasa indonesia “ buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi pada
akhirnya di sumur, di dapur, di kasur”. Dari stigma masyarakat tersebut
dapat ditarik penyimpulan bahwasanya pendidikan terkhusus bagi
masyarakat pedesaan tidak menjadi prioritas.
Salah satu contohnya yang terdapat di Kabupaten Bangkalan,
Kecamatan Geger, Desa Geger, Dusun Lher Ghunung. Dimana mayo­
ritas masyarakatnya hanya menempuh pendidikan sampai Sekolah
Dasar, serta dapat dilihat sangat minim sekali masyarakat disana yang
berpendidikan sampai jenjang SMP, SMA, serta perguruan tinggi.
Untuk tingkat pendidikan, data BPS Jatim menunjukkan, angka
partisipasi sekolah (APS) di Madura untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah pertama sebanding dengan rata-rata Jatim,
yakni mencapai 90%. Sementara APS untuk tingkat menengah
relatif rendah, yaitu 69,8% di Pamekasan, 58,7% di Bangkalan, dan
55,3% di Sampang. APS tingkat menengah atas tersebut lebih rendah
dibanding rata-rata Jatim 70,4% (news, 2017).
Seperti halnya disaat kami melakukan observasi di desa tersebut
hanya ada kurang lebih dua orang berpendidikan strata satu.Lebih
banyak ditemukan masyarakat lelaki di wilayah tersebut memilih
untuk merantau ke kota-kota besar maupun luar negri dan bagi

24 | Pemberdayaan dan Pembangunan


perempuan memilih untuk melakukan pernikahan ikut dengan
suami serta berdagang, bertani, dan menjadi kuli batu dengan alasan
untuk membantu perekonomian keluarga.
Sedangkan untuk bisa bersaing di dunia global dan bisa
mendapatkan pekerjaan yang baik, masyarakat tidak bisa mening­
galkan dunia pendidikan baik formal maupun nonformal. Pada
saat ini sulit sekali untuk bisa bersaing di dunia kerja jika hanya
menggunakan atau memilki ijazah SMA/SMK, SMP, bahkan SD,
tanpa di lengkapi dengan skill tertentu.
Dengan demikian tujuan khusus penelitian ini adalah : 1) Untuk
menegtahui stigma masyarakat Dusun Ler Ghunung nya tentang
penting pendidikan. 2) Mendapat informasi tentang perekonomian
masyarakat Dusun Ler Ghunung. 3) Upaya pemberdayaan masyarakat
melalui pendidikan.
Penelitian terdahulu tentang faktor – faktor yang dapat
ber­
pengaruh pada kemiskinan di Kabupaten Sampang meng­
hasilakan kesimpulan bahwa, jumlah penduduk SMA keatas dapat
menimbulkan dampak berkurangnya jumlah masyarakat yang
miskin. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka peluang untuk
mendapatkan pekerjaan akan semakin besar. SDM yang mempuni
akan menimbulkan inovasi dan kreatifitas sehingga potensi untuk
bekerja sebagai wiraswasta maupun bekerja di perusahaan akan
semakin besar (jufriadi, 2013).
Berdasarkan pernyataan master plan (2008) pertumbuhan
dan perkembangan pulau madura relatif hambat hal ini dilihat dari
rendahnya pendapatan perkapita penduduk yang masih dibawah
rata-rata, wilayah madura termasuk daerah tapal kuda dimana
wilayah ini menjadi kantong kemiskinan. (yamin, 2013)

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 25


LITERATUR REVIEW
Dalam peneilitian ini peneliti menggunakan teori dari James.
S. Collemen yakni Teori Pilihan Rasional. Teori Pilihan Rasional ini
tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan
mengarah pada satu tujuan dan tujuan tersebut adalah tindakan yang
ditentukan oleh nilai atau preferensi (pilihan).(rejeki, 2016)
Teori ini menyatakan bahwa setiap pilihan yang diambil oleh
seorang actor, pasti memiliki tujuan yang ingin di capai / diwujudkan.
Dan dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, seorang actor memiliki
cara (sumber daya). Sumberdaya tersebut bisa berupa Moral, Budaya,
Sosial, dan Material.

PERMASALAHAN
Stigma lama yang tertanam sangat kuat di kalangan masyarakat
desa Geger, dusun Lher Ghunung merupakan masalah mendasar
yang menyebabkan perekonomian masyarakat dusun Lher Ghunung
sulit berkembang, lantaran para pemuda dan pemudi desa tersebut
masih minim pengetahuan dan skill karena tingkat pendidikan
yang masih rendah. Yang menjadi pokok pembahasan dalam
artikel ini adalah bagaimana stigma masyarakat kelas bawah yang
terdapatdi desa Geger, dusun Lher Gunung, serta korelasi nya dengan
kemiskinan yang terdapat pada desa tersebut. Dan bagaimana strategi
untuk bisa mengatasi stigma – stigma pendidikan yang terdapat di
desa Geger, dusun Lher Ghunung, untuk upaya peningkatan tingkat
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa Geger, dusun Lher
Ghunung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dekriptif
untuk mengkaji, dan mendeskripsikan mengenai stigma masyarakat
kelas bawah mengenai pendidikan serta pengaruh nya dengan

26 | Pemberdayaan dan Pembangunan


perekonomian keluarga. Pemberdayaan masyarakat kelas bawah
melalui pendidikan (sugiyono, 2013)
Yang menjadi lokasi dari penelitian ini adalah Dusun Ler
Ghunung, Desa Geger, kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan,
alasan pemilihannya adalah, karena sebagian besar masyarakatnya
masih berpendidikan rendah, serta sebagian besar tingkat pereko­
nomian masyarakat nya yang masih rendah.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yakni observasi
dan wawancara mendalam (indepth interview). Observasi dilakukan
dengan teknik pengamatan yang secara langsung oleh peneliti di
lokasi penelitian.Wawancara mendalam menggunakan pedoman
wawancara (interview guide) yang berisi pertanyaan-pertanyaan
terstruktur dari peneliti, hal tersebut dilakukan agar wawancara lebih
terarah. (Prof. Dr. Lexy J. Moleong, 2014)
Pemilihan informan berfokus pada masyarakat Dusun Ler
Ghunung, Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan, menggunakan
metode purposive sampling, informan yang dipilih harus memenuhi
kriterie atau persyaratan sebagai berikut :
a. Warga masyarakat desa Geger dusun Lher ghunung.
b. Warga dengan tingkat perekonomian menengah kebawah.
Analisis data menggunakan metode Miles dan Huberman.
Menurut miles &huberman analisis terdiri dari tiga alur yang
terjadi secara bersama yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verivikasi (iskandar, 2014)
Pemeriksaan keabsahan data diujikan dengan men ggunakan
metode yang dikembangkan triangulasi. Ada empat tipe triangulasi:
triangulasi dengan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi
yang digunakan pada rencana penelitian ini adalah triangulasi sumber
dan metode. Penulis dalam penelitian ini menggunakan triangulasi

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 27


dengan sumber yaitu dengan membandingkan antara data dari hasil
pengamatan dan hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti
terhadap masyarakat Dusun Ler Ghunung, Desa Geger, Kecamatan
Geger, Kabupaten Bangkalan (hamdani, 2016)

PEMBAHASAN
Letak Gerografis Dusun Lher Ghunung sendiri terletak di Desa
Geger, Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan Pulau Madura.
Lher Ghunung terletak tepat berada dikaki bukit Gunung Geger
yang memiliki ketinggian 100-200 kaki diatas permukaan laut.Desa
tersebut terdiri dari beberapa dusun, diantaranya adalah Dusun Tenjuy
dan Dusun Trehgi. Masyrakat di wilayah sana sendiri mayoritasnya
berprofesi sebagai petani dan tukang kuli batu, karena letak geografis
desa tersebut berada didataran yang tinggi yakni berada di kaki bukit
Geger, akibatnya akses keluar masuk ke luar wilayah lain terbilang
cukup susah artinya ada kecenderungan terisolasi dengan wilayah
lain, oleh karenanya terbukanya akses mobilitas dengan tujuan
pendidikan, kesehatan maupun perekonomian terbilang cukup
susah.
Dari letak geografis tersebut yang terletak di wilayah dataran
tinggi dan dekat dengan Gunung Geger menjadikan masyarakat
disana lebih memilih untuk mengelola kebutuhan sumber daya
alamnya yakni dengan pemanfaatan batu yang dominanya banyak
ditemukan pada Dusun Lher Gunung, dengan modal tersebut
masyarakat disana berprofesi sebagai kuli batu untuk menunjang
kebutuhan perekonomian kemudian dijual kepada tengkulak lalu
didistribusikan ke luar wilayah sebagai penunjang bahan bangunan.
Masyarakat Kecamatan Geger Dusun Lher Gunung rata-rata
berprofesi sebagai kuli batu, petani, pedagang, dan beternak dan

28 | Pemberdayaan dan Pembangunan


hanya sebagaian kecil saja yang bekerja sebagai ASN, dan rata-rata
pendidikan masyarakat dusun Geger hanya sampai SD dan SMP, dari
sekian banyak penduduk yang berada di Dusun Geger hanya terdapat
2 orang saja yang sampai sarjana atau S1. Masyarakat Kecamatan
Geger Dusun Lher Gunung masih tergolong dalam masyarakat
Dusun tertinggal.
Karena letak geografis nya yang cukup jauh dari wilayah
perkotaan, juga cukup sulit untuk di akses oleh masyarakat luar, dan
dikarenakan tingkat pendidikannya yang masih rendah, sebagian
besar masyarakat dusun Lher Ghunung masih sangatamat tertutup
dengan kehadiran orang luar, anggapan - anggapan negative selalu
hadir di benak masyarakat dusun Lher Ghunung, sebagian besar
masyarakat dusun Lher Ghunung selalu menghindar jika mereka
merasa ada orang baru yang mendekati. Namun ternyata sikap
tertutup itu bukan terbentuk bukan hanya karena faktor letak
geografis dan juga tingkat pendidikan, setelah peneliti menanyakan
lebih jauh, ternyata sebagian warga dusun Lher Ghunung kerap
menjadi korban penipuan, dan juga di manfaat kan oleh oknum –
oknum tertentu untuk melancarkan kebutuhan – kebutuhan politik
mereka.
Dusun Lher Gunung yang terletak di wilayah Kecamatan
Geger, Kabupaten Bangkalan masih dapat dikatakan dalam desa
tertinggal hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya aspek pendidikan
di masyarakat tersebut, hal itu didasari pada observasi yang telah
dilakukan menemukan masyarakat tersebut rata-rata pendidikanya
hanya sampai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan hanya sebagian kecil masyarakat wilayah tersebut berpendidikan
di perguruan tinggi, hanya diketemukan 2 orang saja masyarakat
Lher Gunung yeng dapat melanjutkan pendidikanya hingga strata
pertama. Aspek-aspek minimnya pendidikan ini diakibatkan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 29


rendahnya tingkat perekonomian mereka yang mengharuskan para
pemuda-pemudi Dusun Lher Gunung memilih untuk langsung
bekerja setelah lulus dari SD/SMP dikarenakan masyarakat kurang
memanfaatkan keberadaannya subsidi pendidikan dari pemerintah
seperti kartu indonesia pintar atau program PKH (Program Keluarga
Harapan). Selain faktor ekonomi tingkat rendahnya pendidikan
Juga di pengaruhi oleh stigma-stigma masyarakat yang negatif yang
membuat para pemuda-pemudi Dusun Lher Gunung memiliki
pendidikan yang rendah.

KONDISI PEREKONOMIAN MASYARAKAT DUSUN LHER GHUNUNG’


Keadaan ekonomi masyarakat Lher Ghunung tergolong tingkat
menengah ke bawah, mata pencaharian para wanita yang sebagian
besar hanya menjadi kuli batu, hanya bisa sedikit membantu
perekonomian keluarga, hasil dari menguli batu biasanya akan di
jual, dimana harga dari batu batu tersebut perkilonya hanya Rp.5000,
para kuli batu wanita biasanya menjual hasil batunya, ke warga/
masyarakat yang berada di desa tersebut, namun juga terkadang
ada pengepul yang membutuhkan batu kerikil, membeli hasil dari
penguli batu wanita di Dusun Lher Ghunung.
Selain menjadi kuli batu, para wanita yang terdapat di Desa
Lher Ghunung juga bertani, namun pertanian yang mereka kelola,
hanya pertanian kecil-kecilan, dimana para wanita/ibu – ibu yang
terdapat di Desa Lher Ghunung hanya memanfaatkan lahan kosong
yang ada di sekitar rumahnya ataupun mereka hanya memanfaatkan
lahan kosong dari peningggalan keluarga yang tidak terlalu luas,
bahkan para ibu/wanita Dusun Lher Ghunung menggarap lahan
pertanian-nya sendiri, tidak menggunakan tenaga orang lain,
mereka hanya di bantu oleh anak – anak mereka dalam melakukan

30 | Pemberdayaan dan Pembangunan


kegiatan pertanian. Dan hasil dari pertanian tersebut dimanfaatkan
untuk mereka konsumsi sehari – hari, hanya segelintir orang saja
yang memutuskan untuk menjual hasil pertanian nya lantaran yang
di hasilkan dalam pertanian tersebut tidak terlalu banyak, sehingga
mereka hanya menjual hasil pertaniannya hanya pada warga sekitar
Dusun Lher Ghunung.
Kaum laki – laki di Dusun Lher Ghunung sebagian besar
memutuskan untuk merantau, baik itu keluar kota ataupun keluar
negeri, rata rata pekerjaan yang di geluti oleh para laki – laki Dusun
Lher Ghunung yang merantau adalah sebagai kuli bangunan atau
bekerja serabutan, namun ada pula yang memutuskan untuk
membuka usaha, seperti usaha potong rambut, dsb. Pekerjaan
yang masih serabutan, membuat penghasilan yang didapatpun
tak menentu, sehingga Para laki – laki yang merantau tidak rutin
mengirimkan uang untuk keluarga yang berada di Dusun Lher
Ghunung, mereka mengirimkan uang apabila pengahasilan yang di
dapat cukup banyak, karena selain untuk dikirim kan pada keluarga
yang ada di kampung halaman, pendapatan mereka juga harus bisa
mencukupi kebutuhan sehari hari mereka di tanah rantau. Biasanya
para keluarga yang belum/tidak mendapat kiriman uang dari suami/
anak nya yang merantau, mereka akan memanfaat kan hasil pertanian
yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik itu
di konsumsi sendiri ataupun di jual.
Selain sebagai kuli bangunan, petani, dan merantau, sebagian
besar masyarakat Dusun Lher Ghunung pasti memiliki hewan
ternak, hewan ternak yang mereka miliki tidak terlalu banyak, ada
yang hanya memiliki 1 – 2 sapi, atau beberapa ekor ayam/kambing,
namun unik nya, beberapa warga Dusun Lher Ghunung yang
memiliki hewan ternak tidak mau menjual hasil ternak nya, mereka
menjadikan hewan – hewan tersebut sebagai aset,dan terkadang,

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 31


mereka mengkonsumsi sendiri hasil ternak nya. Namun adapula
masyarakat di Dusun Lher Ghunung yang menjual hasil ternak nya
untuk memenuhi dan mencukupi kehidupan sehari – hari.
Di Dusun Lher Ghunung kami juga menemukan seorang
penyandang disabilitas, kondisi tersebut sudah ia miliki sejak ia
lahir, sampai saat ini beliau belum menikah. Dari kecil sampai saat
ini beliau hanya bisa bergantung pada belas kasihan dari keluarga
dan tetangganya.Ia tidak memiliki pekerjaan, untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari nya biasa nya salah satu anggota keluarga,
atau tetangga nya yang akan membantu memenuhi kebutuhan beliau.

KONDISI PENDIDIKAN MASYARAKAT DUSUN LHER GHUNUNG


Untuk tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakt
dusun Lher Ghunung, berdasarkan hasil observasi dan wawancara
kami, masyarakat dusun Lher Ghunung, sebagian besar masih
berpendidikan rendah. Banyak masyarakat yang terdapat di Dusun
Lher Ghunung hanya mampu menempuh pendidikan nya sampai
tingkat SD / SMP. Bahkan terdapat beberapa masyarakat dusun Lher
Ghunung yang tidak bersekolah. Salah seorang penderita disabilitas
yang kami temukan beliau hanya menempuh tingkat pendidikan hanya
sampai pada jenjang Sekolah Dasar ( SD ), alasan yang ia sampaikan
mengapa ia tidak melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjut
nya lantaran ia merasa malu, dan tidak percaya diri ( PD ) dengan
kekurangan yang ia miliki. Pada saat kami melakukan penelitian
pada masayarakat dusun lher ghunung, kami hanya menemukan
2 orang saja yang mampu menempuh sampai jenjang perguruan
tinggi, dan 2 orang tersebut berasala dari satu saudara. Alasan para
kedua orang tersebut mau melanjutkan sampai ke perguruan tinggi
lantaran mereka sadar bahwa pendidikan merupakan sebuah hal

32 | Pemberdayaan dan Pembangunan


yang penting untuk bisa merubah hidup. Kedua orang bersaudara ini
bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara ( ASN ).
Namun selain bersekolah formal, masyarakat dusun Lher
Ghunung juga memilih untuk bersekolah atau menyekolahkan anak
– anak nya di sector non formal seperti pondok pesantren, namun
pondok pesantren yang mereka jadi kan tujuan untuk bersekolah
basis pengajaran nya hanya agama, hanya sedikit yang memasukan
pendidikan atau materi pelajaran umum kerpada para santri nya.
Setelah kami tanyakan kepada beberapa warga ternyta di bagian
timur dari desa tersebut terdapat pondok pesantren yang tidak cukup
besar namun masyarakat dusun Lher Ghunung kerap menjadikan
pondok pesantren tersebut sebagai tujuan bai anak – anak nya untuk
menimba ilmu.
Setelah lulus dari pondok pesantren atau setelah lulus dari
pendidikan formal seperti SD / SMP para pemuda di dusun lher
ghunung banyak yang memutuskan untuk tidak melanjutkan
pendidikan nya ke jenjang yang lebih tinggi dengan alasan yang
beragam seperti, jarak sekolah formal yang terlalu jauh, sehingga
sulit untuk di jangkau, sedangkan dusun mereka bisa dibilang
cukup jauh dari jangkau kendaraan umum. Selain itu masyarakt
dusun Lher Ghunung juga jarang sekali yang memiliki kendaraan
bermotor.Bahkan untuk melakukan kegiatanj sehari hari nya seperti
berdagang, dsb, masyarakat dusun Lher Ghunung harus berjalan
kaki dari rumah sampai ke jalan raya untuk bisa mendapatkan atau
menemukan kendaraan umum.
Selain karena akses sekolah formal yang sulit, alasan yang paling
banyak diberikan oleh masyarakat dusun lher ghunung karena stigma
– stigma yang sudah tertana lama dalam masyarakat desa geger,
dusun lher gunung, salah satu nya yakni stigma yang biasa mengikat
kaum wanita di desa tersebut yakni “ghebey apah nik binek asakolah

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 33


tengghi’ her aherrah bedeh e somor, e depor, e kasor” dengan arti dalam
diksi bahasa indonesia “ buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi
pada akhirnya di sumur, di dapur, di kasur”, stigma seperti inilah yang
menjadikan alasan bagi para orang tua yang terdapat di dusun Lher
Ghunung, sehingga banyak dari putri mereka yang lulus dari pondok
atau sekolah formal (SD / SMP / SMA ) langsung di nikahkan. Namun
seperti dikenal oleh kenyakan orang bahwa perempuan Madura pada
umumnya akan menjadi menarik jika diteliti focus permasalahan
adalah pada faktor kemiskinan structural dan pada factor kultur
kemiskinan (laili, 2017).
Selain stigma yang berlaku pada kaum wanita, adapula stigma
yang berlaku bagi kaum pria yang terdapat di desa Gege, dusun Lher
Ghunung, yakni “ghebey apah nak asakolah ghi terngghi ango’an
alakoh dhe’ olle pesse” dengan arti dalam diksi Indonesia “buat
apa nak sekolah tinggi-tinggi lebih baik kerja dapat uang”, stigma
ini terbentuk karena kondisi dan keadaan masyarakat dusun lher
ghunung yang memang sebagian besar masyarakat nya memiliki
tingkat perekonomian yang cukup rendah, sehingga para pemuda /
kaum laki – laki di desa tersebut setelah lulus dari pondok pesantren
/ sekolah formal (SD / SMP / SMA ) di tuntut untuk langsung bekerja
demi membantu perekonomian keluarga, selain untuk membantu
perekonomian keluarga, ada salah satu hal unik yang menjadikan
para pemuda ini ingin langsung bekerja, yakni menurut salah satu
pemaparan informan kami, ia menyatakan kadang para pemuda di
dusun lher ghunung ingin segera menikah dengan kekasih hati nya,
namun para orang tua tidak mau kalau anak nya terus bergantung
setelah mereka memiliki istri, untuk itu para orang tua di dusun Lher
Ghunung meminta anak nya untuk segera bekerja jika merekaingin
segera meminang kekasih hati nya.

34 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Dengan tingkat pendidikan yang rendah dan skill / kemampuan
yang seadanya para pemuda yang ada di desa Geger , dusun Lher
Ghunung di minta dan di tuntut untuk bisa mendapatkan pekerjaan
agar bisa membantu perekonomian keluarga, alhasil para pemuda
tersebut hanya bisa bekerja seadanya. Ada yang membantu kegiatan
berkebun dirumah, namun sebagian besar pemuda yang ada di
dusun Lher Ghunung memutuskan untuk merantau baik itu keluar
kota maupun keluar negeri, dan setelah peneliti menanyakan lebih
jauh, ternyata para pemuda tersebut hanya bekerja serabutan di
tanah rantau, ada yang menjadi kuli bangunan, dan lain sebagai nya.
Pekerjaan yang serabutan dan pendapatan yang tidak menentu
membuat lingkaran kemiskinan terus berputar pada sebagian besar
masyarakat desa Geger, dusun Lher Ghunung, kesadaran masyarakat
yang masih rendah tentang penting nya pendidikan dalam upaya
peningkatan kondisi perekonomian semakin membuat masyarakat
sulit keluar dan beranjak dari lingkaran kemiskinan, sedangkan di
zaman sekarang sangatdi butuh kan sumber daya manusia ( SDM )
yang berkualitas untuk bisa bersaing di dunia kerja, di tambah lagi
kini Indonesia menerapkan pasar bebas, sehingga para TKA ( Tenaga
Kerja Asing ) dapat dengan mudah mengakses pekerjaan yang ada di
Indonesia. Selain itu untuk bisa bekerja di sektor – sektor formal, baik
itu milik Negara ataupun milik swasta, diperlukan ijazah minimal
SMA / SMK.

CARA PEMBERDAYAAN
Sebelum melakukan pemberdayaan kita perlu mengetahui
Prinsip dasar pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang
berdaya atau mandiri :

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 35


a. Penyadaran
Untuk dapat maju atau melakukan sesuatu, orang harus
dibangunkan dari tidurnya. Demikian masyarakat juga harus
dibangunkan dari “tidur” keterbelakangannya, dari kehi­
dupannya sehari-hari yang tidak memikirkan masa depannya.
Orang yang pikirannya tertidur merasa tidak mempunyai
masalah, karena mereka tidak memiliki aspirasi dan tujuan-
tujuan yang harus diperjuangkan.
Penyadaran berarti bahwa masyarakat secara keseluruhan
menjadi sadar bahwa mereka mempunyai tujuan-tujuan
dan masalah-masalah. Masyarakat yang sadar juga mulai
menemukan peluang-peluang dan memanfaatkannya, mene­
mukan sumberdaya-sumberdaya yang ada ditempat itu yang
barangkali sampai saat ini tak pernah dipikirkan orang.
Masyarakat yang sadar menjadi semakin tajam dalam
menge­tahui apa yang sedang terjadi baik di dalam maupun diluar
masyara­katnya. Masyarakat menjadi mampu merumuskan
kebutuhan-kebutuhan dan aspirasinya.

b. Pelatihan
Pendidikan di sini bukan hanya belajar membaca,menulis
dan berhitung, tetapi juga meningkatkan ketrampilan-
ketrampilan bertani, kerumahtanggaan, industri dan cara meng­
gunakan pupuk. Juga belajar dari sumber-sumber yang dapat
diperoleh untuk mengetahui bagaimana memakai jasa bank,
bagaimana membuka rekening dan memperoleh pinjaman.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan melalui sekolah, tapi juga
melalui pertemuan-pertemuan informal dan diskusi-diskusi
kelompok tempat mereka membicarakan masalah-masalah
mereka.

36 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Melalui pendidikan, kesadaran masyarakat akan terus
berkem­bang. Perlu ditekankan bahwa setiap orang dalam
masyarakat harus mendapatkan pendidikan, termasuk orangtua
dan kaum wanita. Ide besar yang terkandung dibalik pendidikan
kaum miskin adalah bahwa pengetahuan menganggarkan
kekuatan.

c. Pengorganisasian
Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya
sendiri, suatu masyarakat tidak cukup hanya disadarkan dan
dilatih ketrampilan, tapi juga harus diorganisir.
Organisasi berarti bahwa segala hal dikerjakan dengan
cara yang teratur, ada pembagian tugas diantara individu-
individu yang akan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
tugas masing-masing dan ada kepemimpinan yang tidak
hanya terdiri dari beberapa gelintir orang tapi kepemimpinan
diberbagai tingkatan.
Tugas-tugas harus dibagikan pada berbagai kelompok,
termasuk kaum muda, kaum wanita, dan orangtua. Pembukuan
yang sehat juga sangat penting. Semua orang harus mengetahui
penggunaan uang dan berapa sisanya. Pembukuan harus
dikontrol secara rutin misalnya setiap bulan untuk menghindari
adanya penyelewengan.

d. Pengembangan kekuatan
Kekuasaan berarti kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain. Bila dalam suatu masyarakat tidak ada penyadaran,
latihan atau organisasi, orang-orangnya akan merasa tak

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 37


berdaya dan tak berkekuatan. Mereka berkata “kami tidak bisa,
kami tidak punya kekuatan”.

e. Membangun Dinamika
Dinamika masyarakat berarti bahwa masyarakat itu sendiri
yang memutuskan dan melaksanakan program-programnya
sesuai dengan rencana yang sudah digariskan dan diputuskan
sendiri. Dalam konteks ini keputusan-keputusan sedapat
mungkin harus diambil di dalam masyarakat sendiri, bukan
diluar masyarakat tersebut.
Lebih jauh lagi, keputusan-keputusan harus diambil dari
dalam masyarakat sendiri. Semakin berkurangnya kontrol dari
masyarakat terhadap keputusan-keputusan itu, semakin besarlah
bahaya bahwa orang-orang tidak mengetahui keputusan-
keputusan tersebut atau bahkan keputusan-keputusan itu keliru.
Hal prinsip bahwa keputusan harus diambil sedekat mungkin
dengan tempat pelaksanaan atau sasaran (Nuryassin, 2011).
Pendidikan yang rendah pada masyarakat Dusun Lher Gunung,
Desa Geger, Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan menjadi suatu
permasalahan dasar sehingga mempengaruhi setiap aspek kehidupan,
seperti pekerjaan dan orientasi kehidupan di masa mendatang. Hal
ini yang seharusnya dapat dientaskan oleh pemegang kewenangan
terkait, agar permasalahan tersebut tidak menjadi budaya turun-
temurun. Pendidikan mestinya harus digalakan untuk menciptakan
masyarakat yang berwawasan dan melek akan percepatan
pembaharuan informasi dunia global. Metode pendekatan persuasif
memang semestinya diterapkan oleh berbagai pihak dengan
memberikan pemahaman bahwa pendidikan merupakan salah satu
faktor terpenting bagi masa depanya, tentu pendekatan tersebut tidak

38 | Pemberdayaan dan Pembangunan


hanya ditujukan bagi anak-anak yang berada disana, orang tua pun
yang kebanyakan diketemukan merantau, bekerja sebagai kuli batu
juga menjadi fokus pendekatan.
Rendahnya tingkat perekonomiaan masyarakat dusun Lher
Gunung juga menjadi perhatian khusus.Yang harus dilakukan oleh
pemegang kewenangan terkait dengan masyarakat yang sudah
terlanjur memiliki pendidikan yang rendah dan memiliki ekonomi
rendah yaitu adanya pembekalan keterampilan untuk menjadikan
masyarakat Dusun Lher Gunung menjadi lebih produktif guna
membantu pendapatan keluarga.
Maka dari itu dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan yang mengakibatkan
pendidikan pemuda-pemudi yang tinggal di dusun Lher gunung
rendah, diharapkan adanya kesadaran dari masyarakat Dusun Lher
Gunung untuk mengubah mindset bahwa pendidikan itu sangat
penting bagi para pemuda – pemudi untuk bekal kehidupan di masa
depan mereka. Apabila sebuah mindset sudah terbangun maka
masyarakat akan merubah hidup dan prinsip hidupunyuk menjadi
yang lebih maju lagi dan dapat menerima perubahan, agar dapat
mempermudah menerima hak hal baru dan dapat mengikuti segala
perkembangan yang ada. Agama yang masih minim bukan hanya
disebabkan karena kurangnya kesadaran dari masyarakat namun hal
itu juga di sebabkan karena akeses yang sulit di jangkau karena letk
geografis nya yang berada di lereng gunung Gheger.
Letak Geografis dusun lher Gheger yang sulit di jangkau membut
pendidikan dan segala aktifitas yang mendasar menjadi tertinggal,
sehingga masyarakat pun engan untuk terlalu mengupayakan
apa yang seharusnya wajib di dapat seperti pendidikan, akses
jalan yang masih sulit dijangku dan jarak rumah yang terlalu juah
membuat warga masyarkat di dusun Gheger kesulitan untuk pergi

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 39


ke tempat lain. Seharusnya dusun lher Gunung mendapat perhatian
dari pemerintah terhadap tertinggalnya masyarakat dan sulitnya
melewati jalan. Jarak sekolah yang jauh membuat masyarakat serta
anak muda yang seharusnya mendapat pendidikan menjadi sangat
tertinggal akibat jauhnya jarak anatar rumah dan sekolah membuat
para anak muda yang seharusnya wajib menjalankan pendidikan 9
tahun menjadi terhambat oleh jarak sulitnya akses jalan, bukansaja
anakyang menjadi faktor tertinggalnaya pendidikan, oaring tua
oun juga merasa tidak tega jika harus melepas anaknay pergike
sekolah dengan jarak yang cukup jauh dan lama. Dan dengan masih
kentalnya anggapan buat apa sekolah tinggi tinggi dan akhirnya kerja
membuat orang tua merasa tidak mempedulikan dan mementingkan
pendidkan yang seharusnaya wajib di tepuh oleh anak anak nya.

ANALISIS
Jika data – data diatas di kaitakan dan di analisis menggunakan
teori dari james. S. Coleman, yakni tentang pilihan rasional, dimana
teori ini membahas mengenai setiap pilhan, yakni berupa tindakan
perilaku yang dilakukan oleh setiap individu pasti memiliki tujuan,
dimana tujuan tersebut di raih atau di dapat melalui sumberdaya
yang dimiliki, sumberdaya tersebut bisa berupa moral, budaya,
social, dan material. Sama hal nya dengan kasus atau permaslahn
yang kita kaji dalam artikel ini, dimana dalam pilihan yang di ambil
oleh para pemuda dan pemudi di desa geger, dusun lher ghunung
memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan nya, dan memilih
untuk bekerja, lantaran mereka memiliki tujuan yakni berupa tujuan
material untuk bisa membantu kehidupan keluarga mereka dibidang
perekonomian, melalui sumberdaya yang mereka miliki, diaman
pilihan – pilihan yang diambil oleh para pemuda dan pemudi desa
lherghunung tersebut di dasarkan oleh beberapa factor, yakni factor

40 | Pemberdayaan dan Pembangunan


ekonomi dan juga factor budaya, yang sudah berkembang pada
masyarakat.
Jika ditarik permasalahan dari masyarakat Desa Lher Ghunung’
maka stigma masyarakat yang buruk mengenai pendidikan
juga kesadaran pendidikan yang rendah hal tersebut karena
dipengaruhi oleh sebuah preferensi (pilihan) dari masyarakatnya
sendiri. Tindakan tersebut mempunyai kesamaan dengan apa yang
diungkapkan oleh James S. Colleman dari Teori Pilihan Rasional
bahwa tindakan tindakan perseorangan mengarah pada satu tujuan
dan tujuan tersebut adalah tindakan yang ditentukan oleh nilai atau
preferensi (pilihan). Oleh karenanya penyadaran atau pemberdayaan
bagi masyarakat tersebut dirasa sangat perlu guna menunjang
pengetahuan supaya dapat survive dalam persaingan lokal maupun
nasional persoal pada daya kompetensi yang nantinya akan
berdampak pada tingkat perekonomian hingga kepada cara pandang
dari masyarakat tersebut.
Akan sangat sulit memang untuk memasukan budaya baru
bagi masyarakat jika kita mengacu kepada Pilihan Rasional, James
S. Colleman yang lebih menekankan pada perlakuan tindakan
individu sebab hal-hal tersebut sudah menggenarlisasi bukan kepada
perseorangan saja. Stimulus tersebut dapat terealisasi dengan pelbagai
cara-cara pemberdayaan yang dicanangkan untuk direalisasikan
pada masyarakat Dusun Lher Ghunung.

KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
stigma tentang pendidikan pada kalangan kelas bawah masyarakat
desa Geger, dusun Lher Ghunung masih sangat kental sekali, baik
itu stigma yang mengikatkaum laki – laki, maupun stigma yang

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 41


mengikat kaum perempuan. Berlakunya stigma-stigma tersebut
dalam masyarakat desa Geger dusun Lher Ghunung tidak terlepas
dari beberapa faktor yang mendukung stigma itu muncul, salah
satu nya yakni karena rendahnya tingkatper ekonomian masyarakat
desa Geger, dusun Lher Ghunung. Selain karena rendah nya tingakt
perekonomian, pendidikan yang rendah yang dimiliki oleh para
orang tua juga menjadi faktor utama, dimana para orang tua masih
belum meahami betul tentang pentingnya pendidikan bagi masa
depan anak.
Karena stigma-stigma yang sanagtamat mengikat tersebut, para
pemuda dan pemudi di desa Geger, dusun Lher Ghunung tidak bisa
menempuh pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang mereka
geluti pun hanya di sektor-sektor non formal,dimana gaji / upah
yang mereka dapat kan pun juga tidak banyak, dan tidak menentu.
Pada akhir nya mereka tidak bisa menaikan kondisi perekonomian
keluarga, sehingga roda kemiskinan seperti berputar di kehidupan
masyarakat kelas bawah desa Geger, dusun Lher Ghunung.
Setrategi pemberdayaan yang pasuntuk menanggulangi perma­
salahan tersebut adalah, yang pertama harus dilakukan sosialisasi
kepada warga desa Geger, dusun Lher Ghunung bahwa sejatinya
pendidikan merupakan faktor utama dan hal penting untuk masa­
depan anak, dengan adanya sosialisasi tersebut di harapkan masyarakat
bisa mengubah pola piker (mindset) terhadap pendidikan.Selain itu
perlu ada peran pemerintah untuk mebntu meberikan pelatihan, agar
bisa menambah skill masyarakat desa dalam rangaka peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

42 | Pemberdayaan dan Pembangunan


DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, f. (2016). Kepercayaan sebagai Modal Sosial dalam Hutang


Pedagang Ikan di Pasar Tradisional Kamal di Desa Banyuajuh
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan. Skripsi. Bangkalan :
Universitas Trunojoy Madura.
Hakim, Lukman. (2017). Kemiskinan Picu Rendah Nya Pendidikan
Di Madura. Tersedia di: https://daerah.sindonews.com/
read/1238899/23/kemiskinan-picu-rendahnya-pendidikan-
di-madura-1505208287
Iskandar. (2014). Pengaruh Transformasi Sistem E – Learning
Terhadap Minat Belajar Siswa SMK Wikrama di Kota Bogor.
Jurnal Komunikasi Pembangunan. 12(2): 44 – 45.
Jufriadi. (2013). Faktor-Faktor Yang Dapat Berpengaruh Pada
Kemiskinan Di Kabupaten Sampang. Jurnal Ekonomi Pem­
bangunan. 13(2): 266 – 267.
Laili, k. (2017). tipologi kemiskinan pada perempuan madura.
universitas airlangga. Jurnal Sosial Dan Politik. 4(1): 9 - 8.
Nuryassin. (2011). Pemberdayaan Masyrakat dalam Pembangunan
Desa. Tersedia di: https://dpmd.jatimprov.go.id/home-main­
menu-1/90berita/492-opini-pemberdayaan-masyarakat-
dalam-pembangunan-desa.
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. (2014). Metodologi penelitian kualitatif.
Bandung : Rosda.
Rejeki, s. (2016). Strategi Bertahan Hidup Pada Musim Paceklik.
Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 43


Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Yamin, m. (2013). Pendugaan Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten
Sumenep Dengan Pendekatan SAE. Jurnal Matematika Dan
Ilmu Pegetahuan Alam. 4(2): 232.

44 | Pemberdayaan dan Pembangunan


KEMISKINAN: ANTARA PENDIDIKAN NON FORMAL
DAN PENDIDIKAN FORMAL

(Muhammad Irzam Zam, Anam Mawardi, Putri Novita Anggraini,


Listian NurFadhilah, Cendikia Tri Melani, Jenita Pegi, Fitri Aminatin
Tyas, Tutus Rahmawati: SOSIOLOGI A 2017)

LATAR BELAKANG
Kemiskinan merupakan fenomena ekonomi yang sering
dijumpai dalam negara berkembang. Kemiskinan menjadi sebuah
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semakin
miskin negara tersebut maka hal itu juga akan berbanding terbalik
dengan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Di Indonesia,
kemiskinan juga merupakan suatu masalah pokok yang terus menerus
ada sampai sekarang. Permasalahan kemiskinan masih saja menjadi
salah satu masalah yang belum bisa terselesaikan hingga sekarang.
Kondisi kemiskinan ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia tanpa
terkecuali, dari Sabang sampai Merauke permasalahan kemiskinan
belum menemukan jalan keluar hingga saat ini.
Kemiskinan ditandai dengan keterbelakangan dan ketertinggal­
an, rendahnya produktivitas, selanjutnya meningkat menjadi rendah­
nya pendapatan yang diterima. Hampir di setiap negara kemiskinan
selalu terpusat di tempat-tempat ter tentu, yaitu biasanya di pedesaan
atau di daerahdaerah yang kekurangan sumber daya. Menurut

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 45


Gunawan Sumodiningrat (1999) kemiskinan dipandang sebagai
bagian dari masalah dalam pembangunan, yang keberadaannya
ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan, yang
kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Secara umum,
kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan
dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk
menjamin kelangsungan hidup (Suryawaty, 2005).
Kemampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan pokok
berdasarkan standar harga tertentu adalahrendah sehingga kurang
menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup padaumumnya.
Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum dide­
finisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam
memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat
menjaminterpenuhinya standar kualitas hidup.
Situmorang (2008) mendefinisikan kemiskinan sebagai situasi
serba kekurangan dari penduduk yang terwujud dalam dan dise­
babkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya penge­
tahuan dan keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya
pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan
terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan.
Selanjutnya Brodjoeneoro (2010) menyebutkan kemiskinan
masyarakat itu memiliki tiga kategori yang saling terkait :
1. Kemiskinan struktural Kemiskinan yang disebabkan oleh
struktur ekonomi, struktur sosial dan struktur politik yang
tidak kondusif meningkatkan kesejahteraan.
2. Kemiskinan kultural Kemiskinan akibat faktor budaya berupa
kemalasan, cara berpikir fatalistik dan etos wirausaha yang
rendah. Kemiskinan ini terjadi akibat dari pendidikan rendah,
keterbatasan akses dan pembangunan yang tidak merata.

46 | Pemberdayaan dan Pembangunan


3. Kemiskinan natural Kemiskinan natural terjadi akibat
keterbatasan sumber daya alam untuk produksi. Selain dari pada
yang disebut diatas kemiskinan juga terjadi karena ketiadaan
modal akibat akses pada lembaga permodalan bank dan non
bank yang rendah akibat jauh dari perkotaan dan produk yang
penuh resiko dan ketidakpastian.
Selanjutnya menurut Suyanto (2013) ada beberapa ciri dari
kemiskinan yaitu:
1. Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada umumnya
tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang
cukup, modal ataupun modal usaha.
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan-kian
untuk memperoleh aset produksi dengna kekuatan sendiri.
3. Tingkat pendidikan golongan miskin umumnya rendah, tidak
sampai tamat sekolah.
4. Banyak diantara mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
5. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda
dan tidak mempunyai keterampilan atau skill dan pendidikan.
Berbicara mengenai kemiskinan di Indonesia khususnya
Provinsi Jawa Timur, terdapat Kabupaten yang masih sedang
menghadapi belenggu kemiskinan yakni Kabupaten Bangkalan
sendiri yang merupakan kabupaten yang berada di ujung barat pulau
Madura termasuk dalam daerah yang terjangkau masalah kemiskinan
yang mana menurut data penyebab kemiskinan tersebut ialah angka
buta huruf yang terbilang masih tinggiSampai saat ini, 74.217 warga
Kota Salak masih buta huruf. Angka itu yang menjadikan Bangkalan
berada di posisi ketiga dengan jumlah penduduk buta aksara
tertinggi se-Jawa Timur (Jatim). Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Jatim pada 2017 lalu menyebut, Bangkalan menjadi tertinggi ketiga

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 47


untuk jumlah buta aksara. Yakni, dengan persentase 15,02 persen
dari jumlah penduduk (Bangkalan Buta Huruf Tertinggi Ketiga
di Jatim, 2018). Jika berkaca terhadapdata yang diatas, angka buta
huruf di pengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
Kabupaten Bangkalan.
Menurut Tilaar(2004) bahwa pendidikan tidak dapat dibatasi
hanya sebagai schooling belaka. Dengan membatasi sebagai schooling
maka pendidikan terasing dari kehidupan yang nyata dan masyarakat
terlempar dari tanggung jawabnya dalam pendidikan. Oleh sebab
itu rumusan mengenai pendidikan yang hanya membedakan
antara pendidikan formal dan nonformal perlu disempurnakan
lagi dengan menempatkan pendidikan informal yang justru akan
semakin memegang peranan penting dalam pembentukan tingkah
laku manusia dalam kehidupan global yang terbuka. Namun fokus
penelitian ini mengenai peran pendidikan formal dan non formal
terhadap terjadinya kemiskinan.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.Oleh Hadari Nawawi(1993) mengelompok­
kan pendidikan ini kepada lembaga pendidikan yang kegiatannya
dilaksanakan dengan sengaja, berencana, sistematis dalam rangka
membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya agar
mampu menjalankan kekhalifahannya. Pendidikan formal itu sendiri
terdiri dari sekolah umum atau negeri seperti SD, SMP, dan SMA.
Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Oleh Abu Ahmadi(1992)dijelaskan lembaga pendidikan
nonformal adalah semua bentuk pendidikan yang dilaksanakan
dengan sengaja, tertib dan terencana diluar kegiatan lembaga sekolah.
Khusus untuk pendidikan agama dan keagamaan telah diatur dalam

48 | Pemberdayaan dan Pembangunan


peraturan pemerintah No 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama
dan keagamaan. Untuk pendidikan keagamaan Islam terdapat
dalam pasal 21 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan diniyah
nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, majelis
ta’lim, Pendidikan Al-Quran, Diniyah Ta’miliyah, atau bentuk lain
yang sejenis.
Kesadaran pendidikan di Kabupaten Bangkalan terbilang
cukup tinggi, akan tetapi perlu digaris bawahi bahwasanya kesadaran
tersebut lebih mengacu terhadap kesadaran pendidikan non formal,
yang mana pendidikan non formal yang masyarakat yakini sangat
diperlukan ialah pendidikan agama, pendidikan agama disini
ditempuh melalui pondok pesantren. Hal tersebut terjadi di Desa
Klapayan, berdasarkan data yang dihimpun dari observasi awal
bahwa mayoritas usia prakerja di Desa Klapayan terikat kearifan lokal
yang sudah mendarah daging dalam keseharian masyarakat Desa
Klapayan yang cenderung religius, secara tidak langsung membentuk
stereotip masyarakat bahwa hal yang berkaitan dengan agama lebih
diutamakan daripada hal yang lain. Seperti halnya juga dalam bidang
pendidikan, bahwasanya masyarakat Desa Klapayan tetap memilih
pendidikan yang berbasis agama atau pendidikan non formal untuk
menunjang pengetahuan anaknya di masa depan. Alasan utama
para orang tua di desa Klapayan memilih pondok pesantren sebab
mmereka menganggap bahwa jika anaknya menempuh pendidikan
di sekolah formal para orang tua di Desa Klapayan khawatir jika
anaknya terjerumus dalam pergaulan bebas warga Desa Klapayan
jika anak-anak mereka di pondokkan, setidaknya pergaulan anak-
anak mereka terjaga dan juga dapat menimba ilmu agama sedalam
dalamnya.
Alasan kedua, para orang tua tidak mempunyai cukup yang
biaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka hingga lulus SMA/

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 49


sederajat, mayoritas pendidikan anak di desa klapayan menurut
pengamatan di lapangan di kisaran SD/SMP setelah lulus SD/SMP
orang tua memilih anaknya untuk di pondokkan karena kurangnya
biaya dan juga alasan yang pertama. Jika anak-anak yang lulus SD/
SMP tidak dipondokkan berarti lebih memilih untuk bekerja di toko-
toko di kota menurut salah satu warga. Dan jika sudah memiliki
cukup pengalaman tujuan akhirnya ialah dapat bekerja diluar negri
sehingga terpaksa harus meninggalkan keluarganya. Berdasarkan
pengamatan, juga ditemukan fakta bahwasanya, anak-anak yang
dipondokkan sangat minim mendapatkan pengolahan soft skill sebab
mayoritas berada di ruang lingkup pondok kulturalatau pondok salaf,
sehingga pengembangan soft skill pun terbengkalai. Setelah keluar
dari pondok anak-anak tersebut kurang terasah ketrampilan dan juga
produktivitasnya, sehingga hal ini mencitptakan ketimpangan sosial
sebab individu tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja seusianya,
hal tersebut disebabkan karena kurang berkembangnya soft skil
sumber daya manusia yang berada di pondok pesantren.
Desa Klapyan merupakan desa yang memiliki religiusitas yang
tinggi sehingga, tidak mengherankan jika hal-hal yang berhubungan
dengan agama selalu diutamakan daripada hal yang formal, seperti
halnyadalam bidang pendidikan. Yang mana para orang tua di
desa klapayan lebih memilih pendidikan non formal yakni pondok
pesantren sebagai bekal pendidikan anak-anak mereka, sebab jika
anak-anak mereka memiliki ilmu agama yang mendalam maka
urusan pekerjaan dan juga lain sebagainya pasti dilancarkan oleh
Tuhan, jadi tidak heran jika selesai dipondokkan maka mereka lebih
memilih merantau keluar negeri sebab tidak dapat mengembangkan
skillnya dan akhirnya di desanya sendiri kekurangan generasi muda,
hal ini merupakan akar kusut kemiskinan yang kami temukan di desa
Klapayan yakni sebuah kemiskinan kultural, Kemiskinan ini terjadi

50 | Pemberdayaan dan Pembangunan


akibat dari pendidikan rendah, keterbatasan akses dan pembangunan
yang tidak merata. Pendidikan masyarakat desa Klapayan tergolong
rendah, sebab mayoritas memlilih pendidikan non formal, yang
didalamnya kurang di fasilitasi mengenai pengembangan sumber
daya manusia di dalamnya. Bahwasannyakurangnya pengembangan
bakat yang ada dalam diri para generasi muda yang ada di desa
Klapayan dan pola pikir masyarakat yang masih tradisional mengenai
masa depan anaknya dalam memilih pendidikan yang kemudian
menjadikan masyarakat sulit untuk berkembang dan lepas dari
belenggu kemiskinan.

PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas.
Maka permasalahan yang ada pada artikel ini memfokuskan pada
pembahasan tentang streotip pendidikan non formal sehingga
membatasi ruang pendidikan formal dan dampaknya terhadap
generasi muda di masa depan.

TINJAUAN PUSTAKA
Artikel ini menggunakan teori fakta sosial yang dikemuka­
kan oleh Emile Durkheim. Teori faktasosial digunakan untuk
menggambarkan bagaimana nilai, budaya, dan norma mengendalikan
tindakan dan kepercayaan individu dan masyarakat secara
keseluruhan. Agar memenuhi syarat sebagai fakta sosial, fenomena
yang dibutuhkan untuk memenuhi hal ini terdapat dua kriteria, yaitu
mereka harus ada diluar indvidu, dan mereka harus ada sebelum
individu. Fakta sosial adalah alasan mengapa orang-orang dalam
masyarakat tampaknya melakukan hal-hal dasar yang sama, seperti
dimana mereka tinggal, apa yang mereka makan, dan bagaiman

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 51


mereka berinteraksi. Masyarakat mereka termasuk membentuk
mereka untuk melakukan hal-hal ini, dan meneruskan fakta sosial.
Fakta sosial sangat penting dalam menantang pemikiran utilitarian
dan diskusi kontemporer dari motif individu masyarakat.
Fakta sosial merupakan gejala yang berada di luar individu dan
memiliki kekuatan memkasa individu untuk tunduk dibawahnya.
Fakta sosial merupakan satu konsep yang dibangun oleh Durkheim
dengan tujuan untuk memisahkan sosiologi dari pengaruh filsafat dan
untuk membantu sosiologi mendapatkan lapangan penyelidikannya.
Durkheim mencoba menguji teori-teori yang dihasilkan dari
belakang meja atau yang berdasarkan hasil penelitian empiris.
Menurut Durkheim, riset empiris inilah yang membedakan antara
sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan dari filsafat (Ritzer, 2011).
Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (think) yang
berbeda dengan ide. Dimana untuk memahaminya diperlukan
penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Arti penting
pernyataan Durkheim ini terletak pada usaha untuk menerangkan
bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari melaului interopeksi, hal itu
berarti bahwa kita mempelajari hal-hal dari luar pikiran-pikiran kita
sendiri melalui pengamatan dan eksperimentasi. Hasil pengamatan
tersebut dikatakan sebagai fakta-fakta sosial melalui cara bertindak
apa saja yang mampu mengangkat gejolak sosial masyarakat (Ritzer,
2011)
Fakta sosial menurut Durkheim terdiri dari dua macam:
1. Dalam bentuk material, yaitu barang sesuatu yang dapat disimak,
ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material
ini adalah bagian dari dunia nyata (external word) contohnya
arsitektur, dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non material, yaitu sesuatu yang dianggap nyata
(external). Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang

52 | Pemberdayaan dan Pembangunan


bersifat intern subjektif yang hanya dapat muncul dari dalam
kesadaran manusia. Contohnya adalah egoisme, altruisme, dan
opini.
Fakta sosial, bagi Durkheim adalah sesuatu, bukan gagasan.
Hal-hal memiliki realitas, dan bisa diamati sebagai sesuatu maka
bisa dipelajari dengan cara yang sama, seperti ilmu alam bisa
mempelajari molekul. Artikel ini menggunakan teori fakta sosial dari
Emile Durkheim karena artikel ini berusaha untuk menggambarkan
permasalahan yang terjadi di masyarakat desa kelapayan.
Permasalahan tersebut terkait dengan masalah kemiskinan yang
sampai sekarang masih tidak terselesaikan yang disebabkan oleh
budaya dari masyarakat itu sendiri yang masih kulot. Pola pikir
masyarakat yang masih percaya jika pendidikan non formal yang
berbasis agama yang menjadi pendidikan paling terbaik untuk
mengatasi permasalahan tersebut, akan tetapi fakta yang terjadi justru
pendidikan non formal tersebut yang menghambat perkembangan
skill yang dimiliki anak karena minimnya pengembangan skill yang
diberikan oleh pendidikan non formal.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan untuk memahami
tentang fenomena apa yang dialami oleh objek penelitian, dan
mendeskripsikan hasil penelitiannya dengan menggunakan sumber
data primer yakni menggali data-data secara langsung yang ada di
masyarakat Desa Kelapayan Kecamatan Sepuluh, dan juga meng­
gunakan sumber data sekunder yaitu dari literatur, buku, jurnaldan
data-data lain yang valid. Adapun teknik yang digunakan untuk
menentukan informan yakni menggunakan teknik Purposive
Sampling, yakni memilih informan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Orang tua 2. Memiliki anak yang sedang mondok 3. Pendidikan
Formal Anaknya hanya sampai SD/SMP. Sedangkan metode penelitian

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 53


data yang digunakan yakni metode observasi non partisipan atau
hanya dengan mengamati kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Klapayan tanpa ikut berpastisipasi terhadap kegiatan mereka,
serta menggunakan wawancara tidak terstruktur, teknik wawancara
tidak terstruktur ini digunakan untuk mendapatkan informasi
dari informan secara mendalam tanpa menggunakan pedoman
wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yakni analisis data
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dengan mereduksi
data, mendisplay data dan menarik kesimpulan serta verifikasi.
Mereduksi data dilakukan dengan cara merangkum hal hal
penting yang menjadi fokus pembahasan untuk mencari tema
dan polanya. Mendesplay data yaitumelakukan penyajian data
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dapat berubah jika
terdapat bukti bukti yang lebih kuat. Sedangkan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang digunakan dalam artikelini ialah menggunakan
teknik triangulasi sumber.

PEMBAHASAN
Masyarakat Desa Klapayan
Desa Klapayan merupakan desa yang kami teliti sebagai obyek
dari artikel yang akan dibahas, alasan memilih desa kalpayan sebab
karakter desa klapayan yang religius relevan dengan tema yang
diangkat pada artikel ini yakni tentang pendidikan non formal dan
Kemiskinan di Kabupaten Bangkalan. Desa Klapayan merupakan
desa yang berada di kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan,
dengan religiusitas masyarakat yang tinggi,Dari religusitas tersebut
masyarakat Klapayan secara tidak langsung membentuk stereotip
masyarakat bahwa hal yang berkaitan dengan agama lebih diutamakan

54 | Pemberdayaan dan Pembangunan


daripada hal yang lain. Seperti halnya juga dalam bidang pendidikan,
bahwasanya masyarakat Desa Klapayan lebih memilih pendidikan
yang berbasis agama atau pendidikan non formal untuk menunjang
pengetahuan anaknya di masa depan. Dengan dijunjung tingginya
moral agama dalam kehidupan masyarakat, hal ini tergambar dari
kearifan lokal yang ada di desa tersebut masih terjaga dengan baik
hingga saat ini, seperti kearifan lokal mengenai pentingnya pondok
pesantren, mayoritas penduduk di desa Klapayan sendiri mayoritas
pernah mengenyam pendidikan di pondok salaf maupun pondok
modern di Kabupaten bangkalan. hal ini ditandai dengan banyaknya
anak-anak yang dipondokkan daripada disekolahkan,tindakan yang
dilakukan olehwarga desa Klapayan tersebut merupakan suatu wujud
dari kearifan lokal yang dijaga dan juga dikembangkan di masyarakat,
tidak hanya dalam wujud tersebut masyarakat menunjukkan
religiusitasnya, akan tetapi juga ada kegiatan pengajian rutin yang
dilaksanakan dari rumah ke rumah, agar religiusitas mereka tidak
gampang goyah, alhasil hingga sekarang desa klapayan tetap dengan
ciri khasnya yang didalamnya merupakan desa dengan banyak santri
dan juga perantau.

Mondok atau Sekolah


Melalui data yang diperoleh di lapangan bahwa orang tua di desa
Klapayan lebih percaya terhadap pendidikan non formal yang berupa
pondok pesantren bagi anak-anak mereka dibandingkan pendidikan
formal, bagi masyarakat Klapayan pendidikan di pesantren menjadi
hal yang paling diutamakan sebab yang tertanam pada masyarakat
yakni pentingnya pesantren bagi kehidupan mereka, mayoritas anak-
anak di desa klapyan berstatus pendidikan sampai SD/SMP saja, jika
ada anak yang berhasil melalui pendidikan hingga perguruan tinggi
adalah anak yang beruntung daripada kebanyakan anak di desa

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 55


klapayan yang memilih mondok atau bekerjabaru kemudian menikah.
Alasan yang mendasari sikap warga desa klapayan tersebut sebab
rasa khawatir jika anak-anak mereka hanya menempuh pendidikan
formal saja, maka anaknya akan terjerumus dalam pergaulan bebas,
sebab di zaman yang serba digital ini sulit untuk menjaga pergaulan
anak-anak mereka sehingga hal tersebut menjadi hal yang utama
dilakukan dalam rangka menjaga keturunan mereka. Dan alasan
lain yang melatar belakangi orang tua di desa klapayan memilih
untuk memondokkan anaknya karena baiaya yang kurang memadai.
Kebanyakan sekolah yang ada di desa klapayan merupakan sekolah
swasta sehingga biaya yang harus dikeluarkan cukup banyak. Sebab
mayoritas sekolah di Klapayan merupakan sekolah swasta dengan
tenaga pengajar yang dari luar desa juga perlu biaya tambahandan
membuat angka biaya sekolah di Klapayan mahal. Sebab dari hal
tersebut orang tua enggan untuk menyekolahkan anaknya setelah
lulus SMP, sebab alasan ekonomi dibaliknya. Meskipun ada sebagian
anak yang lulus SMA, anak-anak tersebut harus melalui pondok
yang modern agar dapat mengenyam pendidikan SMA, akan tetapi
tidak banyak kesempatan yang memihak terhadap anak-anak desa
Klapayan untuk sekedar melanjutkan sekolah hingga tuntas ataupun
melanjutkan untuk ke perguruan tinggi, hanya segelintir anak saja
yang mampu melanjutkan pendidikannya. Mayoritassetelah lulus
SD/SMP mereka memilih untuk mengirim anaknya kepondok sebab
di pondok biaya nya cukup terjangkau daripada sekolah formal
atau jika anaknya tidak mau untuk mondok maka pilihan yang lain
yakni bekerja. Jika yang memilih berhenti sekolah adalah anak SD
maka ia hanya dirumah membantu orang tuanya, sehingga usianya
cukup untuk menjadi tulang punggung keluarga. Lain halnya dengan
mereka yang lulus SMP maka dapt bekerja di daerah sekitar desa atau
merantau ke Kota besar seperti Jakata.

56 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Stereotip Pentingnya Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan jalan terbaik bagi warga desa
klapayan agar anak-anak mereka dapat di didik dengan baik dan
benar, dan juga dibekali ilmu agama yang mendalam sehingga dapat
menjaga anak dari pergaulan bebas seperti yang diaharapkan oleh
para orang tua di desa klapayan. Pondok pesantren yang dijadikan
tujuan warga merupakan pondok salaf yang di dalamya hanya diisi
ilmu agama tanpa pengembangan soft skill didalamnya, dan juga
pondok modern yang didalamya juga minim pengmbangan minat
dari anak didiknya, hal ini merupakan ketimpangan sosial yang kami
temukan di lapangan. Dari pengamatan dan juga informasi yang kami
dapat di lapangan bahwasanya mayoritas di pondok salaf dan pondok
modern minim pembekalan maupun pengembangan minat dan juga
keterampilan. Hal ini tak jadi problema bagi orang tua, sebab para
orang tua percaya jika anak-anak mereka dibekali ilmu agama yang
mendalam masyarakat tersebut bahagia sebab anaknya terbekali
ilmu akhirat, dan juga mereka percaya bahwa Tuhan sudah mengatur
rejeki masing-masing orang jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan,
kearifan lokal mengenai Pentingnya Pondok Pesantren, tertananam
sangat erat di sanubari tiap warga desa sehingga tidak heran jika
masyarakat klapayan lebih memilih pendidikan Non formal yakni
pondok Pesantren sebagai alur pendidikan anak-anaknya, sebab bagi
masyarakat klapayan pondok pesantren lebih dari sekedar institusi
pendidikan akan tetapi juga suatu kebanggaan apabila anaknya
dapat masuk ke pesantren.Yang menjadi fokus permasalahan dalam
mencari benang merah dari kemiskinan yang terjadi di pulau Madura
khususnya kabupaten bangkalan yakni berkembangnya stereotip
masyarakat setempat yang terlalu mengagung-agungkan pendidikan
non formal hingga mengesampingkan pendidikan formal. Pada
kenyataannya masyarakat di desa klapayan masih percaya terhadap

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 57


kekuatan pendidikan non formal terhadap kehidupan masa depan
generasi selanjutnya. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya fakta
bahwa para orang tua cenderung lebih memilih untuk memondokkan
anaknya daripada menyekolahkan anaknya ke instansi pendidikan
formal. Adanya banyak fakktor yang mendorong para orang tua
lebih memilih memondokkan anaknya. Pertama, pergaulan bebas
yang semakin meraja lela dan kecnderungan anak-anak mereka
terjerumus dalam pergaulan bebas tersebut telah menghadirkan rasa
kekhawatiran didalam hati dan pikiran para orang tua, sehingga para
orang tua lebih memilih untuk memondokkan anaknya karena hal ini
dinilai sebagai opsi terbaik bagi masa depan anaknya. Kedua, sikap
fatalistik dari masyarakat itu sendiri yang menciptakan bahwasanya
kesuksesan di dunia tidak menjamin kebahagiaan di akhirat, akan
tetapi menurut masyarakat setempat kesuksesan di dunia dan
akhirat itu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal. Ketiga,
kemiskinan dan pendapatan yang rendah juga mendorong para
orang tua lebih memilih memondokkan anaknya, karena pendidikan
non formal dinilai lebih murah dan terjangkau secara ekonomi.
Stereotip masyarakat yang terlalu mementingkan pendidikan
non formal telah membuat .masyarakat mengesampingkan penting­
nya pendidikan formal. Para masyarakat tidak menyadari bahwa
pendidikan formal juga amat sangat penting dalam mempersiapkan
generasi muda untuk menghadapi era yang semakin digital. Karena
didalam pendidikan formal berisi tentang penanaman keterampilan
dan kreativitas yang tidak didapatkan di dalam pendidikan non
formal. Di era sekarang, pendidikan formal dijadikan acuan dalam
persaingan kerja karena pada faktanya walaupun kita yang memiliki
keterampilan atau kretifitas yang mumpuni akan tetapi tidak memiliki
ijazah sebagai wujud telah tamat dalam menempuh pendidikan
formal selama 12 tahun maka kita tidak diterima sebagai pekerja. Hal

58 | Pemberdayaan dan Pembangunan


ini dikuatkan dengan jurnal yang menyatakan bahwa “pendidikan
diyakini dapat menebarkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-
nilai yang dapat menigkatkan taraf hidup manusia. Saat ini pendidikan
di pesantren tidak hanya fokus pada pendidikan keagamaan, namun
sebagai pesan tren juga menyelenggarakan pendidikan formal
(sekolah). Sekolah diharapkan dapat berjalan secara efektif sehigga
dapat meningkatkan sumber daya manusia”.Jadi jurnal tersebut juga
membenarkan bahwa pentingnya pendidikan terutama pendidikan
formal untuk meningkatkan pengetahuan dan juga mengembangkan
keterampilan yang dimiliki, meskipun saat ini sebagian pondok
pesantren sudah ada yang modern. Namun, masyarakat tersebut
kebanyakan memondokkan anaknya dipondok salafi. Padahal yang
kita tahu jika anak hanya menempuh pendidikan non formal saja
maka ia tidak akan mendapatkan ijazah seperti sekolah formal
(Furqoni, 2016).
Berdasarkan penelitian terdahulu menyebutkan bahwa ke­
inginan untuk bisa mendapatkan posisi kerja yang mapan serta
mampu mebei peluang melakukan mobilitas vertikal. Ijazah tidak
hanya memberi kesempatan kerja, namun juga kesempatan mem­
peroleh posisi kerja yang lebih baik (Isra:2018)
Adanya pernyataan tersebut membeberkan bukti bahwa tanpa
ijazah yang hanya dapat diperoleh melaui pendidikan formal, maka
pekerjaan yang didambakan akan sulit diperoleh. Oleh karena itu,
pendidikan formal sangat penting guna mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik dan yang menunjang ekonomi. Maka perlu adanya
keseimbangan antara pendidikan formal dan non formal di kalangan
masyarakat karena keduanya memang seharusnya berjalan seimbang
dan beriringan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 59


Merantau Demi Bertahan Hidup
Tidak ada yang aneh dari pernyataan masyarakatKlapayan,
mengenai pentingnya pondok pesantren.Akan tetapi tanpa disadari
hal inimenjadi akar masalah kemiskinan di desa Klapayan,yang
mana ketika memasuki usia produktif anak tersebut kesulitan
mengembangkan ketrampilan dan inovasi yang ia miliki, sehingga
langkah terakhir yang diambil adalah merantau ke luar desa ke
kota besar atupun keluar negri atau bekerja seadanya seperti
menjaga toko. Alasan lain yang diutarakan oleh anak yang sudah
keluar dari pondok yang lebih memilih merantau sebab kurangnya
pengembangan soft skill yang dimiliki. Sehingga tidak heran jika
jalan pintas tersebut mereka pilih. Sebab jika dilihat dari pendidikan
yang mereka tempuh, rata-rata penduduk berpendidikan formal
sampai SD/SMP saja. Hasil temuan ini cukup memprihatinkan sebab
kearifan lokal yang dipegang teguh oleh warga di desa Klapayan
membuat mereka terkekang dan tidak dapat mengembangkan soft
skill yang mereka miliki sebab kurangnya dukungan pendidikan dan
kurangnya pendidikan formal yang mereka terima, sehingga hal ini
secara tidak langsung menyebabkan terjadinya kemiskinan sebab
mereka yang tidak punya soft skill dan juga kurangnya pendidikan
formal menyebabkanjumlah pengangguran bertambah dan juga
berkurangnya generasi muda yang ada di desa. Sebab sebagian besar
generasi mudanya lebih memilih bekerja keluar kota maupun ke luar
negri.

Kearifan Lokal Sebagai WujudFakta Sosial


Fakta yang terjadi dilapangan relevan dengan apa yang
disampaikan oleh emile durkheim bahwa dalam masyarakat terdapat
sesuatu di luar individu yang bersifat mengekang dan juga menuntut

60 | Pemberdayaan dan Pembangunan


individu agar patuh terhadap hal tersebut, hal ini disebut Fakta Sosial
Oleh Emile Durkheim ingin membuat perubahan terbentur dengan
hal tersebut, Fakta sosial adalah teori yang menjelaskan tentang suatu
cara bertindak yang tetap atau sementara, yang memiliki kendala dari
luar; atau suatu cara bertindak yang umum dalam suatu masyarakat
yang terwujud dengan sendirinya sehingga bebas dari manifestasi
individual, yang mana hal tersebut terjadi pada masyarakat desa
Klapayan. Hal ini dikuatkan dengan data yang berhasil dihimpun
dari lapangan yang menyatakan bahwa “pendidikan formal tidak
menjamin kita masuk surga, sementara pendidikan non formal
yakni pondok pesantren lebih menjamin kita untuk masuk surga”,
Pesantren dianggap sebagai pintu surga bagi orang tua, sebab anak-
anak mereka yang ada di pondok pesantren terjamin ilmu agamnya
dan juga terjaga dari pergaulan bebas dan jugadi dalam pondok
pesantren setiap hari anak-anak mereka menimba ilmu agama yang
pasti bermanfaat di kemudian hari.
Karir pendidikan warga desa klapayan di mulai dari pendidikan
formal SD/SMP kemudian mondok, setelah mondok bagi yang
perempuan akan di nikahkan dan menjadi ibu rumah tangga, akan
tetapi bagi laki-laki setelah menikah lebih memilih untuk merantau
bersama istrinya sebab mereka percaya Tuhan pasti melancarkan
rejeki mereka. Kepercayaan ini tidak akan tergoyahkan. Sehingga
menjadi suatu kebiasaan turun menurun yang dilakukan oleh
warga desa Klapayan, Jika ada warga yang tak melalui fase tersebut
merupakan mereka yang beruntung, mondok di pondok yang
modern dan setelah lulus SMA lanjut ke perguruan tinggi. Akan
tetapi hal ini sangatlahjarangterjadimungkinhanya segelintir orang
saja yang dapat merasakan hal tersebut, menengok cukup sulit
untuk menerobos fakta sosial yang telah mendarah daging dalam
masyarakarat desa klapayan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 61


Warga desa klapayan tak menyadari bahwa kearifan lokal yang
mereka jalankan secara tidak langsung mempengaruhi pendidikan
formal untuk berkembang di desa klapayan, hal ini disebabkan
karena perspektif warga desa klapayan di dasarkan pada kepercayaan
bahwa pondok pesantren adalah jalur pendidikan yang paling tepat
untuk anak-anak mereka, sehingga bidang pendidikan formal tidak
dihiraukan dalam hal ini, jika diamati dilapangan kearifan lokal
tersebut berperan besar terhadap terjadinya kemiskinan di desa
Klapayan, Seabab warga tidak mendapatkan pendidikan yang layak
sehingga muncul kesenjangan sosial pada akhirnya, meski bagi warga
desa kearifan lokal ini tidak berpengaruh sebab mereka menerima
dengan baik kearifan lokal tersebut akan tetapi tidak dengan
pengamat yang mengamati fenomena ini, kearifan lokal semacam
ini sulit untuk di goyahkan apabila belum muncul kesadaran dari
diri individu mengenai pentingnya pendidikan, baik pendidikan
formal maupun non formal. Sehingga generasi muda yang memiliki
wawasan lebih luas mengenai pendidikan lebih betah di desa, untuk
mengembangkan inovasi-inovasi baru meski kondisi gegorafis desa
yang jauh dari kota dan juga memiliki kontur perbukitan yang
menyulitkan akses ke desa mereka. Setidaknya tumbuh rasa peduli
terhadap pendidikan, jika rasa peduli dan sadar tersebut tumbuh
maka sedikit demi sedikit fakta sosial tersebut bisa hilang secara
perlahan, outputnya warga desa kembali percaya bahwa pendidikan
formal juga penting bagi anak-anak mereka, bukan hanya pendidikan
non formal saja.
Akar permasalahan rendahnya pendidikan formal di desa
klapayan yakni mereka tidak dapat kluar dari siklus hidup yang
telah turun menurun dilakukan, dimulai dari orang tua yang
menyekolahkan anak-anak nya hingga sampai SD/SMP Anak-anak
desa Klapayan yang telah lulus dalam jenjang pendidikan baik hanya

62 | Pemberdayaan dan Pembangunan


lulusan SD, SMP ataupun SMA akan memutuskan untuk bekerja.
Pekerjaan yang dilakukan adalah membantu orang tua bagi yang
lulusan SD, kemudian merantau ke luar kota yang hanya mampu
menempuh jenjang pendidikan SMP, dan yang telah lulus SMA akan
memilih untuk menikah atau tunangan terlebih dahulu. Khususnya
bagi anak perempuan yang telah lulus SMA ini biasanya akan tetap
melanjutkan lagi ke pondok pesantren meskipun ia telah bertunangan.
Namun, jika dari pihak laki-laki telah siap untuk menikah maka si
perempuan ini akan diberhentikan dari pondok pesantren. Kearifan
lokal yang terbentuk didalam masyarakat tersebut adalah karena
penanaman mengenai pentingnya suatu pendidikan non formal
yang identik dengan pondok pesantren yang disampaikan secara
terus menerus oleh tokoh agama desa setempat dalam kegiatan
keagamaan. Mereka dari awal membentuk mindset para orang
tua agar memberikan pendidikan agama yang baik untuk anak-
anaknya agar kelak anaknya bahagia dunia dan akhirat. Meskipun
demikian ada sebagian orang tuanya menyekolahkan anak-anaknya
di pendidikan formal. Namun setelahnya itu para orang tua tersebut
mengizinkan anaknya kepada pihak sekolah agar anaknya dapat
melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren. hal ini dilakukan oleh
para orang tua agar anaknya mendapatkan ijazah dari pendidikan
formal. Meskipun dalam kenyataannya anak yangmengikuti ujian
dan mendapatkan ijazah tersebut hanya beberapa bulan mengikuti
pelajaran di pendidikan formal. Upaya pengembangan pendidikan
islam seperti pondok pesantren harus dilakukan agar mampu hdiup,
bersaing dan tetap bertahan dengan pendidikan formal. Kemudian
setelahnya anak-anak tersebut di hadapkan kedalam dua pilihan,
yaitu bekerja atau mondok. Jika mereka tidak bekerja berarti mereka
mondok, jikalau anak tersebut memilih untuk mondok maka ada
nilai lebih yang ia dapatkan yakni ia dapat memperdalam ilmu

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 63


agamanya sementara jika ia memilih untuk bekerja ilmu agama yang
didapatkan tidak semendalam mereka yang ada dipondok pesantren.
Setelah melalui tahapan pondok pesantren, selanjutnya anak-anak
yang mondok tersebut menikah dan kemudian pergi merantau baik
keluar daerah maupun luar negri. Sebab mereka kalah saing dengan
angkatan kerja pada masanya sehingga mau ataupun tidak mereka
pun harus mencari cara lain agar dapat bertahan hidup. Setelah
menikah dan punya anak mereka kemudian mengulangi kembali
apa yang orang tua mereka terapkan sebelumnya. Jika digambarkan
sebagai berikut :

Dari gambaran siklus diatas dapat diketahui bahwa masyarakat


desa Klapayan berada dalam lingkaran fakta sosial yang menjadikan
mereka sulit untuk berkembang dan pada akhirnya harus mengikuti
apa yang sudah dilaksanakan oleh pendahulunya. Yang mana telah

64 | Pemberdayaan dan Pembangunan


diketahui bahwasanya masyarakat desa Klapayan itu sendiri sangat
mengharapkan ketika anaknya telah lulus dari pondok pesantren
dapat memberikan yang terbaik untuk keluarganya dan juga mampu
mengangkat derajat orang tuanya.

KESIMPULAN
Desa Klapayan yang diulas pada pembahasan diatas,
memaparkan bahwasanya terdapat perbedaan porsi dalam bidang
pendidikan, yakni porsi pendidikan non formal lebih besar daripada
porsi pendidikan formal sendiri, jika kita berkaca pada zaman
yang semakin maju juga membutuhkan pengembangan sumber
daya manusia agar dapat mengimbangi perkembangan teknologi
yang tidak terkendali, Di desa Klapayan di temukan fakta bahwa
mondok lebih penting daripada pendidikan formal, sehingga
pemikiran yang demikian menghambat pertumbuhan sumber daya
manusia. Mereka beranggapan apabila mereka menyekolahkan
disekolah formal maka akan mendapatkan pengaruh nakal dari
teman pergaulannya, anggapan yang demikian secara tidak langsung
menjadi hambatan bagi generasi muda yang mempunyai motivasi
untuk memajukan desanya dan hal lain yang mempengaruhi
mereka untuk menyekolahkan anaknya yakni faktor ekonomi, sebab
menyekolahkan di sekolah formal cukup sulit dijangkau mereka.
Kebanyakan sekolah yang ada di desa klapayan merupakan sekolah
swasta sehingga biaya yang harus dikeluarkan cukup banyak. Sebab
mayoritas sekolah di Klapayan merupakan sekolah swasta dengan
tenaga pengajar yang dari luar desa juga perlu biaya tambahan dan
membuat angka biaya sekolah di Klapayan mahal. Sebab dari hal
tersebut orang tua enggan untuk menyekolahkan anaknya setelah
lulus SMP, sebab alasan ekonomi dibaliknya. Meskipun ada sebagian
anak yang lulus SMA, anak-anak tersebut harus melalui pondok

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 65


yang modern agar dapat mengenyam pendidikan SMA, akan tetapi
tidak banyak kesempatan yang memihak terhadap anak-anak desa
Klapayan untuk sekedar melanjutkan sekolah hingga tuntas ataupun
melanjutkan untuk ke perguruan tinggi, hanya segelintir anak saja
yang mampu melanjutkan pendidikannya. Mayoritas setelah lulus
SD/SMP mereka memilih untuk mengirim anaknya kepondok sebab
di pondok biaya nya cukup terjangkau daripada sekolah formal
atau jika anaknya tidak mau untuk mondok maka pilihan yang lain
yakni bekerja. Jika yang memilih berhenti sekolah adalah anak SD
maka ia hanya dirumah membantu orang tuanya, sehingga usianya
cukup untuk menjadi tulang punggung keluarga. Lain halnya dengan
mereka yang lulus SMP maka dapat bekerja di daerah sekitar desa
atau merantau ke Kota besar seperti Jakarta.

66 | Pemberdayaan dan Pembangunan


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1992). Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan .


Yogyakarta: Aditya Media.
AP, S. (2018). Bangkalan Buta Huruf Tertinggi Ketiga di Jatim.
Bangkalan: Radar Madura.id.
Chozin, S. d. (2010). Pembangunan Perdesaan dalam Rangka
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Bogor: IPB Press.
Furqoni, I. Y. (2016). Pemalsuan Ijazah Di Kalangan Buruh Pabrik.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Nawawi, H. (1993). Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Ritzer, G. (2011). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.
Jakarta: Rajawali Pers.
Situmorang, C. (2008). Penanganan Masalah Kemsikinan di
Sumatra Utara (Proverty Reductions at North sumatra. Jurnal
Pembangunan.
Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan
Pengaman Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suryawaty, C. (2005). Memahami Kemiskinan Secara Multi­
dimensional. Jurnal Pembangunan Universitas Diponegoro.
Suyanto. (2013). Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya.
Malang: Instrans Publishing.
Tilaar, H. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta:
Rineka Cipta.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 67


PENDIDIKAN MASYARAKAT MADURA DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
DI KECAMATAN SOCAH BANGKALAN

(Ach Faiq, Cholifah Faizah, Novanda Firda A, Nur Mauludin, Nurul


Agustini, Rosita Sari, Sofiati Maya S, Tyas Widianingsih)

LATAR BELAKANG
Kemiskinan merupakan masalah yang sudah sering diper­
bincangkan ketika dikaitkan dengan negara berkembang seperti
Indonesia. Kemiskinan merupakan penghambat bagi pertumbuhan
ekonomi suatu negara, yang mana kesejahteraan masyarakat
identik diukur dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian.
Kemiskinan sendiri menurut S. Munandar (Cica dkk, 2016) menya­
takan bahwa kemiskinan adalah kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, mereka dikatakan berada
dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, pakaian dan tempat
berteduh. Kemiskinan menjadi hal yang sangat riskan sekali karena
kemiskinan dapat menghambat perkembangan suatu wilayah
untuk maju. Sehingga kemiskinan menyebabkan potensi yang
ada dimasyarakat cenderung tidak ada, hal itulah yang membuat
masyarakat terus menurus merasakan kemisikinan dan merasa
kurang dalam segi ekonomi atau pendapatan. Kemiskinan merupakan

68 | Pemberdayaan dan Pembangunan


permasalahan yang bukan hanya tentang perekonomian saja, akan
tetapi kemiskinan juga berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat
pendidikan pada seseorang yang berada diwilayah tertentu.
Banyak hal yang menjadi faktor dari terjadinya kemiskinan
di suatu wilayah, salah satunya adalah rendahnya kualitas sumber
daya manusia yang menyebabkan pekerjaan yang digeluti atau yang
dikerjakan masyarakat tidak beragam, kebanyakan pekerjaan tersebut
didominasi oleh pekerjaan kasar seperti Buruh, Petani, danNelayan
atau yang lainnya. Penghasilan yang didapatkan masyarakat
dari pekerjaan semacam itu tidak seberapa atau dibilang masih
kurang, dan disertai dengan berbagai permasalahan-permasalahan
tambahan seperti gagal panen bagi para petani, yang mana hasil tani
yang dikerjakan bukannya mencukupi kebutuhan pokok masyarakat
namun malah merugikan mereka karena adanya gagal panen. Sumber
daya manusia sendiri merupakan potensi manusia yang dapat
dikembangkan untuk proses produksi, sumber daya manusiayang
rendah menjadikan masyarakat tidak bisa mengembangkan diri dan
tidak mengetahui potensi yang ada. Padahal sumber daya manusia
adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak dapat
dilepaskan dari sebuah organisasi sebagai penggerak, pemikir, dan
perencana untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan dicapai
demi menjadikan manusia yang berkualitas sehingga sumber daya
manusia yang rendah bisa dikurangi atau ditekan dalam suatu
wilayah tertentu.
Sumber daya manusia yang rendah terjadi karena disebabkan
oleh faktor pendidikan dalam masyarakat yang rendah. Pendidikan
merupakan kegiatan untuk membimbing seseorang menuju
kedewasaan dan juga kemandirian, jika pendidikan seseorang itu
rendah maka akan bisa berdampak pada tingkat pendapatan sese­
orang, tujuan pendidikan adalah membentuk anggota masyarakat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 69


menjadi orang-orang atau pribadi berkemanusiaan yang dapat
mendidik seseorang sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri.
Pendidikan disini ada beberapa jenis yakni pendidikan formal
maupun non-formal yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi
terhadap rendahnya kualitas penduduk atau masyarakat, salah satu
contohnya yakni pendidikan yang berada di pulau Madura.
Madura merupakan nama salah satu pulau yang terletak di
provinsi Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168km²
(lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk hampir 4 juta jiwa
yang tersebar di 4 kabupaten yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan,
Sumenep. Mayoritas masyarakat hampir 100% beragama Islam, umat
muslim di Madura ini terkenal sangat taat dalam beribadah dalam
menunaikan kewajibannya dan menjunjung nilai-nilai agama dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu sebabnya dengan adanyapondok
pesantren yang sering disebut sebagai pendidikan non-formal,
misalnya Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar di Kabupaten
Pamekasan, Pondok Pesantren Annuqoyah (PPA) yang terletak di
desa Guluk-Guluk, Pondok Pesantren Al-Amin di desa Parenduan,
Pondok Syaikhona Kholil Bangkalan dan puluhan yang tersebar di
Pulau Madura.
Pendidikan pesantren begitu mengakar dalam masyarakat
Madura karena pesantren tidak hanya sekedar mengajar ilmu agama
tetapi juga mempunyai kiprah dalam sosial kemasyarakatan terutama
pada nasib-nasib rakyat kecil. Pesantren sendiri kini sudah mulai
berkembang serta menyamakan diri dengan standar pendidikan
formal, hal tersebut ditandai dengan materi-materi yang disampaikan
selaras dan sama dengan apa yang ada dalam pendidikan formal,
dalam pesantren kini juga telah tersedia fasilitas yang sudah memadai
seperti adanya lapangan olah raga yakni futsal, basket, volly, dan
badminton serta yang lainnya. Selain itu disertai juga perpustakaan

70 | Pemberdayaan dan Pembangunan


agama dan umum, dengan tujuan agar tidak kalah saing dengan
fasilitas yang tersedia di pendidikan formal. Sehingga bisa membuat
seseorang merasa nyaman dan dipenuhi segala kebutuhannya.
Namun seiring dengan perkembangan zaman kebiasaan
tersebut mulai bergeser dan berubah, masyarakat tidak lagi hanya
memasukkan anak-anak mereka ke pesantren, beberapa masyarakat
juga meneruskan pendidikan anak-anaknya ke pendidikan formal
seperti SMP dan SMAdengan berbagai alasan seperti pendapat
mengenai agar lebih mudah masuk ke perguruan tinnggi, dan
pekerjaan yang lebih menjanjikan ketimbang alumni lulusan
pendidikan non-formal (pondok pesantren). Kedua macam lembaga
pendidikan tersebut seakan berlomba untuk saling meningkatkan
kemampuan dan keterampilan peserta didiknya, hal ini dibuktikan
dengan banyak lembaga-lembaga pendidikan yang saling bersaingan
dalam menjaring peserta didik, dengan tujuan yang sama yakni
menjadikan mereka sebagai manusia yang berkualitas dan berdaya
saing global khususnya di era milenial yang terjadi pada zaman
sekarang ini.
Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di desa Buluh,
Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan. Selain untuk pendidikan
yang baik dan tertata, masyarakat di desa Buluh menyekolahkan
anak-anaknya ke pendidikan formal ataupun pendidikan non-
formal dengan berbagai pertimbangan dan kesepakatan dari
masing-masing pihak, yang mana keputusan dan kesepakatan
tersebut sudah dipertimbangkan secara matang sertadidasari oleh
keadaan perekonomian mereka masing-masing. Para orang tua
disana mempunyai harapan dan tujuan agar anak-anak mereka yang
disekolahkan baik di sekolah formal maupun non-formal bisa lebih
baik dan kehidupannya lebih sejahtera dari mereka.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 71


LITERATURE REVIEW
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
teori pilihan rasional yang dikemukakan oleh Jemes S. Coleman.
Coleman menyatakan bahwa tindakan perseorangan mengarah
kepada sesuatu tujuan yang diinginkan, dan tujuan itu (dan juga
tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan (Ritzer, 2014). Artinya
tindakan seseorang dipandang memiliki tujuan dan tindakan tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan yang dimaksud, serta tujuan yang
ingin dicapai tersebut berdasarkan nilai atau pilihan. Kemudian
Coleman mengatakan bahwa ia memerlukan konsep yang lebih
tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi untuk
maksud yang sangat teoristis, yakni melihat aktor memilih tindakan
yang dapat memaksimalkan kegunaan atau memuaskan keinginan
dan kebutuhan mereka.
Dalam bukunya, Ritzer (2014) menjelaskan bahwa terdapat dua
unsur utama dalam teori Coleman yakni aktor dan sumber daya.
Yang dimaksud dengan actor disini adalah sesorang yang memiliki
peran untuk melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut
dipandang memililki tujuan. Sedangkan yang dimaksud sumber daya
adalah suatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh
aktor. Teori pilihan rasional inilah yang akan digunakan oleh peneliti
untuk mengkaji objek penelitian padamasyarakat Desa Buluh untuk
mengetahui pilihan pendidikan masyarakat Desa Buluh dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Metode penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian dan
mendeskripsikan hasil penelitian dengan menggunakan sumber
data primer yakni dengan cara menggali informasi dari masyarakat
Desa Buluh Kecamatan Socah, dengan data sekunder dari dokumen

72 | Pemberdayaan dan Pembangunan


/ literatur yang valid.
Adapun teknik yang digunakan untuk menentukan dan memilih
informan yakni menggunakan teknik purposive sampling, yakni
mengambil sample data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2017). Adapun pertimbangan tersebut adalah : 1). Warga Desa
Buluh, 2). Orang tua yang memiliki anak yang telah mengenyam
pendidikan minamimal lulus SD, 3). Masyarakat dengan kelas
ekonomi menengah ke bawah. Sedangkan metode pengumpulan
data yang digunakan yakni metode observasi non-partisipan dengan
mengamati dan melihat bagaimana masyarakat Desa Buluh tanpa
ikut berpartisipasi secara langsung terhadap kegiatan yang mereka
lakukan, sertamenggunakanwawancara tidak terstruktur. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data dari informan
secara mendalam tanpa menggunakan panduan wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan dalam artikel ini yakni
analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dengan
mereduksi data, mendisplay data dan menarik kesimpulan serta
verifikasi. Mereduksi data digunakan dengan merangkum dan
memilih hal-hal pokok serta memfokuskan pada hal-hal yang
penting untuk mencari tema dan polanya. Mendisplay data dilakukan
menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori dan sejenisnya. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti yang lebih kuat.
Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan
dalam artikel ini adalah menggunakan teknik triangulasiyang
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara,
dan berbagai waktu (Sugiyono, 2017). Terdapat tiga jenis triangulasi
yakni triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu. Triangulasi sumber untuk menguji dan mendapatkan
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 73


diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Waktu juga
sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih kredibel. Maka jenis teknik triangulasi yang
digunakan yakni teknik sumber karena peneliti ingin mengecek
keabsahan data dari beberapa sumber yang berbeda.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
teori pilihan rasional yang dikemukakan oleh Jemes S. Coleman
yang menyatakan bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada
sesuatu tujuan yang diinginkan, dan tujuan itu (dan juga tindakan)
ditentukan oleh nilai atau pilihan (Ritzer, 2014). Artinya tindakan
seorang seseorang dipandang memiliki tujuan dan tindakan tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan yang maksud, serta tujuan yang
ingin dicapai tersebut berdasarkan nilai atau pilihan. Selanjutnya
Coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoristis, ia
memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang
berasal dari ilmu ekonomi yang melihat aktor memilih tindakan
yang dapat memaksimalkan kegunaan atau memuaskan keinginan
dan kebutuhan mereka.
Dalam bukunya, Ritzer (2014) menjelaskan bahwa terdapat dua
unsur utama dalam teori Coleman yakni aktor dan sumber daya.
Yang yang dimaksud dengan aktor adalah sesorang yang memiliki
peran untuk melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut
memililki tujuan, sedangkan yang dimaksud sumber daya adalah
suatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor.
Teori pilihan rasional inilah yang akan digunakan oleh peneliti
untuk mengkaji objek penelitian padamasyarakat Desa Buluh untuk

74 | Pemberdayaan dan Pembangunan


mengetahui pilihan pendidikan masyarakat Desa Buluh dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

PERMASALAHAN
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan salah
satu upaya dan juga cara pemberdayaan untuk mengentas kemiskinan
yang ada pada suatu wilayah tertentubisa dilakukan dengan melalui
pendidikan, dengan harapan dapat menciptakan dan menjadikan
sumber daya manusia yang berkualitas. Masyarakat Madura indentik
dengan pendidikan pesantrennya, karena kebanyakan masyarakat
Madura masih bersifat religius dan agamis yang memegang teguh
nila-nilai agama. Namun ada juga sebagian masyarakat desa yang
sudah memillih jalur pendidikan formal untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya, seperti yang ada di Desa Buluh
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, dimana masyarakatnya
lebih mempercayakan dan memilih lembaga pendidikan formal
sebagai cara yang dipilih masyarakat untukmeningkatkan kualitas
sumber daya manusia dalam rangka mengentas kemiskinan yang
ada dalam masyarakat Desa Buluh Kecamatan Socah Kabupaten
Bangkalan.

PEMBAHASAN
Kemiskinan
Berdasarkan data dari badan pusat statistic (BPS) Jawa Timur,
empat kabupaten di Pulau Madura masuk di enam besar daftar
kabupaten / kota termiskin. Kabupaten Bangkalan berada di urutan
nomor dua kabupaten termiskin di Pulau Madura setelah Kabupaten
Sampang dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 205.710 orang
(Radar Madura, 2016). Kemiskinan sendiri menurut P. Suparlan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 75


merupakan suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya
tingkat kekurangan dan kurang cukup untuk memiliki materi
pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum seperti yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan (Annur, 2013). Artinya kemiskinan adalah
suatu standar kehidupan seseorang atau sejumlah golongan dalam
masyarakat yang lebih rendah dari standar kehidupan umum yang
berlaku di kalangan masyarakat tersebut.
Sumedi dan Supadi (Annur, 2013) menjelaskan ciri - ciri
kemiskinan yakni sebagai berikut : 1) Rendahnya kualitas sumber
daya alam (SDM) termasuk kesehatan, pendidikan, keterampilan
yang akan berdampak pada rendahnya penghasilan dalam suatu
masyarakat. 2) Terperangkap dalam rendahnya budaya kualitas
sumber daya manusia (SDM) seperti rendahnya etos kerja
pada masyarakat, berpikir pendek dan fatalisme. 3) Rendahnya
kepemilikan asset-asset fisik termasuk asset lingkungan hidup seperti
air bersih, penerangan serta yang lainnya.
Di desa Buluh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan
ditemukan sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah
sebagai buruh petani, petani dan pekebun. Rata-rata mereka hidup
dibawah garis kemiskinan. Kebanyakan pendidikan masyarakat
tersebut rata-rata tidak lulus sekolah dasar (SD) bahkan tidak sedikit
dari mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan yang tinggi
atau bersekolah.
Rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh buruh tani pada
masayarakat tidak menentu bahkan kurang mencukupi kebutuhan
hidupnya, yaitu berkisar sekitar Rp. 10.000 sampai Rp. 20.000 setiap
harinya. Tetapi bagi mereka penghasilan yang mereka dapatkan dan
mereka peroleh bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, yang terpenting
cukup untuk membeli ikan, lauk - pauk atau sayur-sayuran untuk

76 | Pemberdayaan dan Pembangunan


makan sehari-hari, karena untuk keperluan beras mereka sudah
menyisihkan dan menyimpannya sebagian dari hasil panennya.
Besarnya jumlah tanggungan keluarga tersebut akan berpengaruh
pada biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat setiap harinya.
Para petani di Desa Buluh secara umum merupakan petani padi,
tetapi ketika musim kemarau tiba mereka memilih menanam kancang
hijau selama menunggu musim tanam padi selanjutnya. Hasil panen
padi yang mereka peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri selama satu tahun, dalam artian hasil panen tersebut tidak
dijual kepada pengepul atau juragan beras tetapi dikomsumsi sendiri
sebagai stok satu tahun. Namun ketika ada sisa dari persediaan padi
tersebut selain dapat digunakan untuk ditanam kembali, juga dapat
dijual untuk menambah penghasilannya. Berbeda dengan pekebun,
hasil panen yang diperoleh dari perkebunan mereka seperti jagung,
kacang tanah, dan ubi - ubian dijual ke pasar Socah.
Selain itu sebagai pekerjaan sampingan, sebagian masyarakat
memilih berdagang di pasar Socah. Jenis dagangan yang
diperdagangkan mereka adalah jenis makanan seperti soto, gado-
gado, bubur, nasi pecel dan lain sebagainya, yang mana hasil yang
mereka peroleh dari berdagang digunakan untuk menambah
penghasilan mereka yang berguna untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari oleh mereka. Mereka melakukan pekerjaan sampingan
ini agar bisa membantu perekonomian dalam keluarganya, sehingga
mereka tidak hanya bergantung dari hasil panen padi saja karena
dikhawatirkan apabila terjadi kegagalan dalam bertani, mereka tidak
akan mendapatkan penghasilan untuk menekan kebutuhan hidup
mereka dan akan berakibat tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya.
Selain berdagang, pekerjaan sampingan yang dapat dikerjakan
oleh seorang kepala keluarga adalah sebagai kuli bangunan di desa.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 77


Pekerjaan sampingan tersebut dikerjakan mereka hanya pada saat
menunggu masa panen padi saja, yang mana penghasilannya tersebut
dapat digunakan sebagai tambahan pemasukan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
Penghasilan yang diperoleh dari segala macam pekerjaan yang
mereka kerjakan dan geluti tidak hanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-harinya, namun juga disisihkan dan
ditabungkan untuk biaya dan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak
mereka. Artinya, meskipun pendapatan yang mereka peroleh tidak
terlalu banyak, mereka tetap bisa menyekolahkan anak-anaknya di
lembaga pendidikan formal.

Rendahnya Sumber Daya Manusia Sebagai Faktor Kemiskinan


Selanjutnya Mudrajad Kuntjoro menyebutkan bahwa salah satu
dari faktor penyebab terjadinya kemiskinan adalah kualitas sumber
daya manusia yang rendah (Itang, 2015).Sumber daya manusia
merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk
proses produksi, sumber daya manusia yang rendah menjadikan
masyarakat tidak bisa mengembangkan diri. Saat kualitas sumber
daya manusia rendah maka kualitas produktivitas juga rendah
sehingga menyebabkan upah yang dihasilkanpun rendah. Disisi lain
sumber daya manusia rendah disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan.
Masyarakat yang berpendidikan rendah akan selalu termar­
ginalkan dan tersingkirkan dari kesempatan yang ada disekitar, dan
pada akhirnya mereka akan kalah saing oleh perkembangan zaman
sekarang. Dengan kata lain tingkat kualitas sumber daya manusia di
suatu wilayah merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan
karena sebagai penentu tingkat kemiskinan di wilayah tersebut. Jika

78 | Pemberdayaan dan Pembangunan


ingin memajukan suatu wilayah maka kita perbaiki terlebih dahulu
tingkat pendidikannya dengan tujuan untuk meningkatkan sumber
daya manusia agar bisa berdaya saing tinggi dalam kehidupan.
Hasiani (2015) menjelaskan mengenai indikator sumberdaya
manusia yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa bidang, yakni
kesehatan, pendidikan, pendapatan perkapita, dan hubungan kualitas
sumberdaya manusia dengan pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan Sebagai Sarana Meningkatkan Kualitas Sumber Daya


Manusia
Pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia dapat
dilakukan salah satunya dengan melihat bagai mana pendidikan
yang ada di wilayah tersebut. Lubis (2015) dalam artikelnya yang
berdjudul Membangun Madura : Strategi Menuju “Madura Madani”
menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas masyarakat lokal Madura
dalam menyongsong industrialisasi dapat dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan, penguatan isntitusi lokal, pembinanan
jaringan sosial serta mobilisasi resources sosio-kultural.
Dapat digaris bawahi dari penjelasan tersebut bahwa salah satu
cara untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dapat
dilakukan melalui bidang pendidikan. Artinya pendidikan termasuk
berperan sangat penting dalam menentukan standar kualitas
sumber daya manusia guna mengentas kemiskinan di suatu wilayah.
Khususnya di Desa Buluh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan,
di desa ini masih banyak masyarakat yang rendah akan kualitas
sumber dayanya akibat dari faktor pendidikan yang masih rendah.
Salah satu tujuan pendidikan jelas untuk mengembangkan
potensi dan juga keterampilan masyarakat. Ketika masyarakat sudah
memiliki kemampuan yang mumpuni dengan kata lain mereka sudah

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 79


bisa dan mampu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Apabila suatu masyarakat sudah bisa mengembengkan
potesi nya maka ia secara tidak lansung sudah selangkah lebih maju
atau mengalami progres terhadap dirinya sendiri karena sudah bisa
membawa perubahan pada dirinya.

Pendidikan Di Madura
Di Madura sendiri terdapat dua jenis lembaga pendidikan
yang ditempuh oleh masyarakatnya, pertama lembaga pendidikan
formal dan kedua lembaga pendidikan non-formal. Dalam jurnal
yang berjudul Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia oleh Ibrahim
Bafadhol menyebutkan pengertian lembaga pendidikan formal
sesuai dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi (2017). Dalam jurnal yang sama, pengertian
lembaga pendidikan non-formal sesuai dengan undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara berstruktur dan
berjenjang, seperti halnya pondok pesantren.
Masyarakat Madura pada umumnya memilih lembaga pen­
didikan non-formal atau pendidikan di pondok pesantren sebagai
sarana menempuh pendidikan. Sebagian besar masyarakat madura
masih bersifat tradisional dan religius yang memiliki pendapat
bahwa pendidikan di pesantren adalah pendidikan yang terbaik
untuk mereka. Memiih lembaga pondok pesantren sebagai sarana
menempuh pendidikan seakan menjadi sebuah tradisi di kalangan
masyarakat Madura. Sikap religius masyarakat membuat mereka
berpendapat bahwa yang paling penting di dalam kehidupan mereka

80 | Pemberdayaan dan Pembangunan


adalah mengetahui ilmu - ilmu keagamaan yang mana hal tersebut
lebih dapat di dalami melalui pendidikan di pondok pesantren yang
ada.
Selain itu, lembaga pondok pesantren kini sudah berkembang
dan maju seiring dengan berkembangnya zaman dan menawarkan
berbagai inovasi baik dari bidang kurikulum maupun fasilitas yang
tersedia. Selain untuk memperdalam ilmu agama, kini lembaga
pondok pesantren juga mengajarkan materi-materi yang juga di
berikan pada lembaga pendidikan formal. Banyak berdiri lembaga
pendidikan swasta berbasis pesantren yang tingkat standar pen­
didikannya sudah menyamai standar tingkat pendidikan formal.
Hal tersebut menjadikan lembaga pendidikan semacam itu
menjadi pilihan dan tepat bagi masyarakat Madura yang mempunyai
keinginan untuk melanjutkan pendidikan anak - anaknya kelembaga
pendidikan, yang mana selain mempelajari tentang ilmu agama,
namun juga mempelajari pelajaran umum yang berstandar nasional
sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Desa Buluh merupakan salah satu Desa yang berada di
Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan. Di Desa Buluh tepatnya
di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, yangsebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.
Di desa ini sebagian besar masyarakatnya cenderung memilih
lembaga pendidikan formal sebagai jalur pendidikan putra-putrinya.
Pilihan tersebut didasari karena mereka berpendapat bahwa dengan
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan formal bisa lebih
mudahkan mereka masuk ke perguruan tinggi. Perguruan tinggi
dianggap akan mempermulus mereka untuk mendapatkan pekerjaan
lebih jelas dan lebih baik dari pekerjaan orang tua mereka yang hanya
seorang buruh tani dan pedagang.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 81


Selain itu mereka juga berpendapat bahwa dengan menempuh
pendidkan formal, maka pekerjaan yang akan mereka dapatkan
di masa depan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih dari
pada pekerjaan yang bisa digeluti ketika menempuh pendidikan
di lembaga non-formal seperti pesantren. Pekerjaan yang lebih
baik maka penghasilan yang akan mereka peroleh lebih besar dari
penghasilan yang di dapat dari pekerjaan orang tua. Hal tersebut
dapat memperbaiki perekonomian keluarga mereka yang hanya
pas – pasan. Dengan kata lain pekerjaan yang dapat diharapkan bisa
memperbaiki perekonomian keluarga hal ini yang dijadikan sebagai
acuan masyarakat Desa Buluh untuk menentukan jalur pendidikan
putra-putrinya.
Sedangkan untuk lembaga pendidikan non-formal (pesantren),
masyarakat Desa Buluh berpendapat bahwa dengan menempuh
di pendidikan pesantren pekerjaan yang akan di dapatkan hanya
berpusat pada pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan dunia
keagaman, seperti profesi menjadi ustadz bagi seorang laki-laki, dan
ustadzah sebagai perempuan dan semacamnya. Padahal pendapatan
yang dapat diperoleh dari pekerjaan seorang ustdaz, ustadzah dan
semacamnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan pendapatan
dari pekerjaan - pekerjaan yang bisa didapat setelah mendapat gelar
sarjanah dari pendidikan perguruan tinggi dan dianggap tidak dapat
meningkatkan standar perekonomian mereka.
Dengan kata lain pilihan yang diambil oleh masyarakat dida­
sarkan pada kepentingan perekonomiaan dan menjadi tujuan mereka
menentukan ke pendidikan mana anak mereka akan melanjutkan.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Coleman jika
tindakan seseorang mengarah kepada sesuatu tujuan, dan tujuan
itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Tindakan
masyarakat dalam melanjutkan pendidikan mereka ke lembaga

82 | Pemberdayaan dan Pembangunan


pendidikan formal bertujuan untuk meningkatan kualitas diri dalam
menentukan pekerjaan yang akan didapat di masa depan, yang secara
tidak langsung berakibat pada peningkatan perekonomian mereka.
Namun pada kenyataannya masyarakat Desa Buluh saat ini
masih terjebak dalam standar perekonomian yang rendah. Hal
tersebut terbukti dari pekerjaan yang digeluti masyarakat Desa Buluh
masih seputar pekerjaan buruh tani dan pedagang kecilserta kuli
bangunan. Hanya saja mereka berharap dengan keputusan mereka
yang menyekolahkan putra putri mereka pada lembaga pendidikan
formal (SD,SMP,SMK serta PTN) kelak bisa memperbaiki pere­
konomian keluarga, sehingga mereka tidak terjebak lagi pada
lingkaran “setan” kemiskinan yang selama ini sudah menjadi kultur
budaya yang sulit dihilangkan.
Sedangkan para generasi yang saat ini masih mengenyam
pendidikan di bangku sekolah dikhawatirkan tidak dapat mengatasi
rendahnya tingkat kemiskinan tersebut dengan menerapkan kemam­
puan dan keterampilan yang mereka peroleh dari sekolah. Bahkan
beberapa penduduk mengaku mereka sempat khawatir jika anak-
anak mereka nantinya malah keluar daerah untuk mencari pekerjaan
yang lebih baik, karena dianggap lapangan pekerjaan yang ada di
desa sendiri tidak beragam.
Melihat kondisi tersebut, prespektif kekuasaan dan pem­
berdayaan dapat digunakan sebagai alat analisis sekaligus untuk
menentukan pemberdayaan apa yang cocok dan sesuai. Adapun
prespektif kekuasaan dan pemberdayaan yakni sebagai berikut :
1. Prespektif Pluralis: yakni semua orang memiliki kesempatan
bersama untuk berpartisipasi dan idealisnya kekuasaan
tersebar di banyak kelompok yang saling berkompetisi. Maka
pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah proses menolong
kelompok atau individu yang dirugikan atau tidak memiliki

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 83


kekuasaan tersebut untuk dapat ikut bersaing secara efektif
dengan kepentingan – kepentingan lain. Misalnya pemberdayaan
ini dapat dilakukan kepada orang – orang yang memiliki
jaringan, kemampuan dan semacamnya sehingga orang – orang
tersebut memiliki kesempatan yang sama. Pemberdayaan ini
dapat dilakukan melalui LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat),
CSR (Coorporate Social Respontity) dan sebagainya.
2. Prespektif Elite: yakni kekuasaan tidak dimiliki semua orang
sedangkan proporsi aktor ditadak dimiliki secara rata. Proporsi
lebih besar dimiliki olek kelompok tertentu, sedangkan
kelompok tertentu yang lain memiliki proporsi yang lebih
rendah. Kekuasaan dilanggengkan melalui pemilik dan kontrol
atas lembaga – lembaga yang dominan. Maka pemberdayaan
dapat dilakukan dengan membentuk lebih dari kemampuan
untuk berkompetisi, meningkatkan keterampilan dan berusaha
masuk dalam kelompok elite untuk merubah dan mempengaruhi
atau membangun jaringan atau sekutu dengan elite.
3. Prespektif Struktural: yakni selalu tidak ada ketidak setaraan
struktur atau opresi sebagai bentuk utama kekuasaan. Kondisi
ini jelas terlihat berstrata sesuai dengan opresi struktural kelas,
ras, grnder dan semacamnya yang dilakukan oleh kelompok
dominan melalui struktur opresi tersebut. Maka pemberdayaan
yang dapat diakukan adalah merubah tatanan sosial dimana
setiap gerakan sosialnya didorong untuk melucuti atau
menentang struktur – struktur opresi yang dominan agar setiap
orang memiliki kesempatan yang sama atau kesetaraan.
4. Prespektif Post-Struktural: yakni relasi kekuasaan dilihat dari
prespektif yang berbeda. Dalam prespektif ini gagasan, bahasa
dan definisi pengetahuan telah digunakan sebagai mekanisme
kontrol, artinya kontrol terhadap wacana dan kontruksi. Maka

84 | Pemberdayaan dan Pembangunan


pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah dengan menuntut
atau mengubah wawasan atau gagasan tersebut agar orang –
orang tidak terpaku pada kontrol wacana atau gagasan tersebut.
Dari ke empat prespektif tersebut yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Desa Buluh adalah prespektif pluralis, yang mana
masyarakat desa Buluh yang memilih lembaga pendidikan formal
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas diri guna mendapat
pekerjaan yang lebih layak masih belum mendapat kesempatan kerja
yang diharapkan. Mereka telah memperbaiki kualitas diri melalui
jalur pendidikan formal dengan kata lain sumber daya manusianya
sudah terpenuhi namun kesempatan kerja belum mereka peroleh.
Sesuai dengan prespektif pluralis yang menyatakan seharusnya
kekuasaan atau kesempatan kerja di miliki secara merata, maka
pemberdayaan yang dapat dilakukan yakni adalah dengan member­
dayakan sumber daya manusia yang telah ada dengan menolong dan
mengarahkan mereka pada kesempatan kerja tersebut, seperti dengan
menyediakanjaringan kerja dan mengarahkan untuk membuat
peluang kerja atau lapangan kerja sendiri yang lebih beragam dengan
memanfaat kondisi desa serta sumber daya alam yang ada secara
optimal.
Namun pemberdayaan tersebut nantinya akan menjadi
percuma jika hal tersebut tidak disertai dengan kesadaran individu
akan kemampuan yang dimiliki serta bagaimana caranya mereka
merealisasikan kemampuan yang dimiliki dan motivasi dari mereka
sendiri untuk melakukan perubahan. Hal tersebut seharusnya tidak
sulit dilakukan karena dengan adanya pendidikan formal yang
sudah mereka tempuh, membuat pemikiran mereka lebih terbuka
dan berpandangan ke masa depan dengan didasari tujuan – tujuan
yang ingin mereka capai. Berbeda jika di bandingkan dengan
masyarakat - masyarakat yang masih bersifat sangat tradisional,

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 85


biasanya mereka tidak menghendaki adanya perubahan terjadi pada
lingkungan mereka sehingga tujuan pendidikanpun masih seputar
lembaga pendidikan pondok pesantren, menjadikan wawasan
dan kemampuan yang mereka miliki tidak berkembang dan seluas
pendidikan formal. Meski pada kenyataannya pendidikan di lembaga
pondok pesantren saat ini sudh lebih maju dari pada pendidikan
lembabga pondok pesantren saat dulu.
Selain itu pemberdayaan lain yang dapat dilakukan yakni
dengan cara memberdayakan masyarakat dari bawah atau disebut
dengan Bottom up. Pengertian bottom up itu sendiri adalah sebuah
pendekatan pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai
pusat pembangunan atau perubahan sehingga terlibat di dalam
proses perencanaan sampai pelaksanaan dan evaluasi (Suharyanti,
2017).
Langkah upaya pemberdayaan bottom up ini dapat dimulai
dengan (Ife & Tesoreiro, 2008):
1. Menghargai pengetahuan lokal
Menghargai pengetahuan lokal adalah sebuah komponen
esesnsial dari setiap kerja pengembangan masyarakat, dan
dapat dirangkum dengan frasa ‘Masyarakat yang paling tahu’
diatas segalanya, anggota masyarakat memiliki pengalaman
dari masyarakat tersebut, tentang kebutuhan dan masalah-
masalahnya, kekuatan dan kelebihannya, dan ciri-ciri khasnya.
2. Menghargai kebudayaan lokal
Bukan hanya pengetahuan lokal yang harus dihargai dalam
prespektif perubahan dari bawah. Suatu kebudayaan masyarakat
lokal dapat juga terkikis oleh pemaksaan nilai-nilai dominan dari
luar, dengan demikian menghilangkan nilai dan menganggap
rendah pengalaman masyarakat lokal.

86 | Pemberdayaan dan Pembangunan


3. Menghargai sumber daya lokal
Salah satu prinsip terpenting dari pengembangan masyarakat
adalah prinsip keswadayaan, yang diturunkan langsung dari
prinsip ekologis berkelanjutan. Keberlanjutan menuntut
bahwa struktur-struktur yang dikembangkan adalah mampu
dipelihara dalam jangka panjang, dengan meminimumkan
tingkat ketergantungan dan konsumsi sumber daya serta
tingkat populasi atau produk-produk bebrbahaya atau keluaran-
keluaran yang diciptakan. Keswadayaan berarti bahwa syarakat
pada hakekatnya bergantung pada sumber daya mereka sendiri
ketimbang bergantung pada sumber daya yabg diberikan secara
eksternal.
4. Menghargai keterampilan lokal
Salah satu aspek dari menghargai sumber daya lokal yang
menuntut penyebutan kasus adalah menghargai keterampilan
lokal. Seperti jenis-jenis sumber daya lainnya, keterampilan
lokal dapat dengan mudah terlewatkan oleh pekertja masyarakat
yang bersemangat, tetapi argumen yang sama berlaku bagi
keterampilan seperti juga berlaku bagi pengetahuan. Kepakaran
dari luar sering kali dihargai dan dicari, melalui konsultan dan
lainnya, padahal tersedia keterampilan yang cukup sempurna
secara lokal. Tentu saja seperti pengetahuan, keterampilan
lokal dapat sering kali memadahi karna ia membumi pada
pengalaman lokal. Tetapi hal yang sebenarnya penting dalam
hal menghargai keterampilan lokal adalah bahwa, seperti
mengetahui pengetahuan lokal, ia lebih memberdayakan dari
pada melemahkan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 87


5. Menghargai proses lokal
Proses-proses yang digunakan dalam pengembangan masya­
rakat tidak perlu diimpor dari luar, karena mungkin terdapat
proses-proses masyarakat lokal yang di mengerti dan diterima
dengan baik oleh masyarakat lokal
6. Menghargai solidaritas lokal
Menghargai pengetahuan, kebudayaan, sumber daya,
keterampilan dan proses-proses lokal, menekankan salah satu
dari prinsip penting pengembangan masyarakat, yaitu bahwa
pengalaman masyarakat lokal harus disahkan dan digunakan
sebagai titik awal bagi setiap pekrja pengembangan masyarakat.
Sebuah komponen kunci dari kerja pengembangan msayarakat
adalah gagasan bekerja dalam solidaritas dengan warga
masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa, seorang pekerja
pengembangan masyarakat bukanlah faktor bebas yang
mengikuti agendany sendiri ketimbang menyediakan waktu
dan menerima kesulitan-kesulitan untuk memahami sifat dari
msayarakat lokal, tujuan dan aspirasi warga serta cara-cara
berfungsinya masyarakat. Sebagai hasilnya, seorang pekerja
masyarakat mampu bergabung dengan warga masyarakat
itu dalam perjuanangan mereka dan bergerak dalam arah
yang sama. Agendanya dengan pasti berada dibawah kendali
masyarakat yang bersangkutan, dan pekerja masyarakat tidak
melakukan hal-hal ‘untuk’, ‘kepada’, atau ‘atas nama’ masyarakat
tetapi dengan masyarakat.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan
bahwa, pemberdayaan masyarakat di Desa Buluh dapat dilakukan

88 | Pemberdayaan dan Pembangunan


dengan cara memberdayakan sumber daya manusia yang telah ada
dengan menolong dan mengarahkan mereka pada kesempatan
kerja tersebut, seperti dengan menyediakan jaringan kerja dan
mengarahkan untuk membuat peluang kerja atau lapangan kerja
sendiri yang lebih beragam dengan memanfaat kondisi desa serta
sumber daya alam yang ada secara optimal.
Masyarakat buruh berpendapat bahwa dengan menempuh
pendidkan formal, maka pekerjaan yang akan mereka dapatkan
di masa depan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih dari
pada pekerjaan yang bisa digeluti ketika menempuh pendidikan
di lembaga non-formal seperti pesantren. Pekerjaan yang lebih
baik maka penghasilan yang akan mereka peroleh lebih besar dari
penghasilan yang di dapat dari pekerjaan orang tua.
Sedangkan untuk lembaga pendidikan non-formal (pesantren),
masyarakat Desa Buluh berpendapat bahwa dengan menempuh
di pendidikan pesantren pekerjaan yang akan di dapatkan hanya
berpusat pada pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan dunia
keagaman, seperti profesi menjadi ustadz bagi seorang laki – laki, dan
ustadzah sebagai perempuan dan semacamnya. Padahal pendapatan
yang dapat diperoleh dari pekerjaan seorang ustdaz, ustadzah dan
semacamnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan pendapatan
dari pekerjaan - pekerjaan yang bisa didapat setelah mendapat gelar
sarjanah dari pendidikan perguruan tinggi dan dianggap tidak dapat
meningkatkan standar perekonomian mereka.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 89


DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ife, Jim & Tesoriero, Frank, 2008. Alternatif Pengenbangan Masyarakat:
Community Development, Pustaka Pelajar. Yeogyakarta
Rizer, George. 2014. Teori Sosiologi Moderen. Prenadamedia Group.
Jakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantritatif Dan R&D,
Alfabeta. Bandung.

Jurnal:
Annur Rezaattabiurrobbi.2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemiskinan Di Kecamatan Jekulo Dan Mejobo Kabupaten
Kudus. Universitas Negri Semarang.
Bafadhol, Ibrahim. 2017. Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia.
STAI Al-Hidayah Bogor.
Deni setya budi. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui
Pendidikan Non Formal Dan Pengembangan Desa Sesuai
Prespektif Ekonomi Islam. Universitas Islam Indonesia (UII).
Hasiani, Freshka. 2015. Analisis Kualitas Sumberdaya Manusia Dan
Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten
Pelalawan. Universitas Riau.
Lubis, Hisnuddin, 2015 Membangun Madura : Strategi Menuju
“Madura Madani”. DIMENSI Volume 8 nomor 2
Itang. 2015. Faktor-faktor penyebab kemiskinan. Fakultas Ekonomi
dan Bissnis Islam.16(1).

90 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Internet :
Abdul Basri. 2017. 4 Kabupaten Di Madura Termasuk Daerah Termiskin.
http://radarmadura.jawapos.com/read/2017/07/18/1869/4-
kabupaten-di-madura-masuk-daerah-termiskin. Pada Senin,
6 Mei 2019, pukul 20:00 WIB

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 91


OPTIMALISASI PEMASARAN PETIS DAN KERUPUK
SOCAH DIERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

(Alvin Darmawan, Nuzuliyah Masruroh, Eliza Novita Sari, Dwi


Susanto, Aditya Ilham Rizqulloh, Irawan Adi Susanto, Entin
Suhartini, Acong Dwi Chrisdianto, Latifah Umami:
SOSIOLOGI B 2017)

LATAR BELAKANG
Indonesia mempunyai banyak sekali potensi untuk berkembang
salah satunya dalam sektor ekonomi, melalui Pariwisata, kekayaan
budaya lokal, dll, menjadikan indonesia sebagai Negara yang
sangat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Banyak sekali
pariwisata-pariwisata Indonesia yang dikenal oleh manca Negara
karena keindahannya. Namun, tak hanya itu, Indonesia juga mampu
berkembang dalam sektor ekonomi melalui industri-industri
rumahan yang seharusnya mampu dikembangkan hingga menjadi
industri besar dan menghasilkan produk yang tidak kalah bersaing
dengan lainnya. Melalui program pemerintah yakni UMKM (Usaha
Mikro Kecil Menengah) seharusnya usaha-usaha kecil itu mampu
berkembang dan menunjang perekonomian masyarakat. UMKM
perlu dijadikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan
Ekonomi Nasional dalam jangka panjang.

92 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Namun, untuk mewujudkan itu, masyarakat harus sadar
terlebih dahulu mengenai pentingnya dampak positif UMKM pada
sektor ekonomi. Harus adanya pemberdayaan yang dilakukan
kepada masyarakat. Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan,
memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekanan
disegala bidang dalam sektor kehidupan (Sutoro eko, 2002, dalam
cholisin, 2011).
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) sering
kali sulit dibedakan dengan pembangunan masyarakat (community
development) karena mengacu pada pengertian yang tumpang tindih
dalam penggunaannya di masyarakat. Pemberdayaan masyarakatdan
pembangunan masyarakat yang sengaja dilakukan oleh pemerintah
untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan, dan mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga
pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian
secara ekonomi, ekologi dan sosial secara berkelanjutan.
Salah satu potensi yang dapat di berdayakan yakni petis dan
kerupuk madura. Petis dan kerupuk madura yang di produksi di
daerah Socah, Bangkalan, Madura ini mempunyai peluang yang
sangat besar jika masyarakat mampu memahami dan mengenali
potensi tersebut. Petis merupakan produk olahan yang termasuk
dalam kelompok saus yang menyerupai bubur kental, liat dan
elastis, berwarna hitam atau cokelat tergantung pada jenis bahan
yang digunakan serta merupakan produk pangan yang mempunyai
tekstur setengah padat (Intermediate Moistured Food).Petis
umumnya terbuat dari limbah udang dan daging ikan yang sengaja
direbus untuk diambil sarinya (ekstrak yang mengandung asam
amino, vitamin, mineral dan komponen cita rasa). Petis juga dapat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 93


di kategorikan sebagai makanan semi basah yang memiliki kadar air
sekitar 10-40 persen, nilai A 0,65-0,90.
Kerusakan pada petis dapat diketahui dengan adanya
pertumbuhan kapang pada permukaan petis. Hal ini terjadi pada
petis yang memiliki kadar air yang cukup tinggi. Timbulnya rasa
dan bau asam serta alkohol adalah akibat dari fermentasi glukosa
yang berasal dari tepung karena adanya cendawan atau jamur. Untuk
mencegah kerusakan tersebut perlu dilakukan penurunan kadar
air dan penggunaaan bahan pengemas yang baik, memiliki label
lengkap, serta mencantumkan waktu kadaluarsa. Penelitian Denny
(2002), menyebutkan bahwa kualitas bakteriologis petis ikan dan
petis udang produksi Surabaya dan Sidoarjo, yang beredar di pasaran
terdapat petis yang terkontaminasi bakteri koliform, yang berarti
masih terdapat petis yang tidak memenuhi standart Balai POM
Depkes (2000), yang mensyaratkan MPN Coliform negatif.
Madura merupakan salah satu pulau penghasil petis yang
cukup terkenal di Jawa Timur dengan umur simpan hingga 6 bulan
dengan kondisi pengemasan yang menggunakan ember besar yang
terbuka. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan
(Dema Indah Sulistyorini, Sukiran Al Jauhari, Siti Surasri, 2015)
di 3 industri rumah tangga petis yang ada di kecamatan Socah
Bangkalan, bahwa bahan baku petis berasal dari ikan, yang secara
organoleptik tidak segar lagi, baunya agak busuk, teksturnya lembek.
Dilihat dari aspek sanitasi tempat produksinya terlihat kotor dari
komponen kebersihan lantai, kebersihan dinding, kebersihan langit-
langit, tempat cuci tangan, dan kebersihan peralatan produksi.
Petis-petis yang telah jadi dibiarkan dalam ember terbuka, peralatan
yang digunakan juga dalam keadaan kotor. Di perkuat dengan hasil
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan peneliti bahwa hasil
pemeriksaan Angka Kapang petis yang tidak dikemas pada salah satu

94 | Pemberdayaan dan Pembangunan


industri rumah tangga didapatkan hasil jumlah kapang 50 koloni/
gram yang berarti ada pertumbuhan kapang pada sampel petis, yang
tidak memenuhi syarat SNI No 7388:2009 Tentang batas cemaran
kapang pada petis <1x10² kol/gram.
Ciri-ciri fisik petis yang diproduksi mempunyai tekstur yang
sangat kental dan plastis, tidak dihinggapi lalat meskipun diletakkan
dalam kondisi terbuka, jika ditarik/diambil maka petisnya akan
memanjang elastis seperti karet dan memiliki umur simpan yang
lama sampai 6 bulan. Hal tersebut dapat diduga bahwa petis tersebut
mengandung bahan kimia berbahaya (formalin) yang dilarang sebagai
bahan tambahan makanan menurut PERMENKES RI No.1168/
MENKES/ PER/X/1999. Konsep pemberdayaan (masyarakat desa)
dapat dipahami dengan cara pandang, pemberdayaan dimaknai
dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi
masyarakat bukanlah sebagaiobjek penerima manfaat (beneficieris)
yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subjek (agen atau partisipan yang
bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri
bukan berarti lepas arti tanggung jawab negara. Pemberian layanan
publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan
seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban)
negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan
berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-
kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri,
menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses
politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan pemerintahan. (Sutoro Eko, 2002, dalam Cholisin,
2011). Tujuan dari pemberdayaan ini adalah untuk memampukan
dan memandirikan masyarakat dalam menghadapi kemiskinan dan
kelatarbelakangan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 95


LITERATURE REVIEW
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkup nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradiga baru pembangunan, yakni yang bersifat “people senterd,
participatory, empowering, and sustainable”. (chambers, 1995).
Pemberdayaan adalah proses pembangunan dimana masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki
situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa
terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisispasi. Suatu
usaha hanya berhasil dinilai sebagai “pemberdayaan masyarakat”
apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi
agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subjek. Disini subjek
merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat.
(Wikipedia, 2018).
Dapat disimpukan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses
untuk menjadikan masyarakat lebih daya, lebih siap, dan lebih
mampu untuk merubah kehidupanya lebih layak dan lebih baik
lagi dari sebelumnya. Konsep pemberdayaan muncul sebagai
konsep alternatif pembangunan yang pada intinya menekankan
otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat
yang berlandaskan sumber daya pribadi, partisipatif, demokratis,
dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Konsep
pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada
lapisan masyarakat yang berada di lapisan paling bawah. (Riant,
2007).
Konsep pemberdayaan yakni sebagai terjemahan empowerment
yang mengandung arti: (1) to give power or authority to atau
memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan
otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau usaha untuk
memberi kemampuan atau keberdayaan. Pengertian tersebut secara

96 | Pemberdayaan dan Pembangunan


eksplisit menerangkan bagaimana menciptakan peluang untuk
mengaktualisasikan keberdayaan seseorang (Riant, 2007). Secara
teoritis, kecenderungan primer menunjuk pemberdayaan sebagai
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan,
atau kemampuan kepada masyarakat agar setiap individu menjadi
lebih berdaya. Sebaliknya, kecenderungan sekunder menekankan
pada proses memberikan stimulus, dan mendorong individu agar
mampu menentukan pilihan hidupnya melalui proses dialog. (Riant,
2007).
Sehubungan dengan deskripsi konseptual di atas, maka minimal
terdapat tiga strategi pemberdayaan yang umum dilaksanakan (Riant,
2007), yakni:
Pertama, pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan
“ranting” atau pemberdayaan konformis. Yaitu pemberdayaan
hanya dilihat sebagai upaya peningkatan daya adaptasi terhadap
struktur sosial-kemasyarakatan yang ada. 17 Bentuk strateginya
adalah mengubah sikap mental masyarakat yang tidak berdaya
dan pemberian bantuan. Program-program berjenis karitatif dan
sinterklas termasuk dalam kategori ini. Kedua, pemberdayaan yang
berkutat di “batang” atau pemberdayaan reformis. Konsep ini tidak
mempermasalahkan tatanan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang
ada, yang terpenting adalah kebijakan operasional. Pemberdayaan
difokuskan pada upaya peningkatan kinerja operasional dengan
membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan
kelembagaan, dsb. Ketiga, pemberdayaan yang berkutat di “akar”
atau pemberdayaan struktural. Strategi ini melihat bahwa ketidak­
berdayaan masyarakat adalah karena struktur sosial, politik, budaya,
dan ekonomi yang kurang memberikan peluang bagi kaum yang
lemah, dengan demikian pemberdayaan ini menempuh strategi
melalui transformasi struktural secara mendasar. Menurut Soetomo

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 97


(2011), dalam proses pemberdayaan masyarakat pendekatan yang
dipergunakan yaitu:
Sentralisasi menjadi desentralisasi. Desentralisasi dalam
hal ini diarahkan pada bentuk kewenangan masyarakat untuk
melakukan kontrol terhadap pengambilan keputusan dan sumber
daya. Desentralisasi ini berarti mencakup lapisan masyarakat miskin
akar rumput, bukan semata berhenti pada elit lokal setempat. 2. Top
down menjadi bottom up. Pendekatan pemberdayaan cenderung
mengutamakan alur dari bawah ke atas. Proses dan mekanismenya
dapat melalui dua kemungkinan, yaitu; Pertama, identifikasi masalah
dan kebutuhan 18 masyarakat direspon sendiri oleh masyarakat
bersangkutan dalam bentuk program pembangunan yang
direncanakan dan sekaligus dilaksanakan oleh masyarakat. Kedua,
identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat diakomodir oleh
pemerintah untuk dimasukkan kedalam program pembangunan
pemerintah. Uniformity menjadi variasi lokal. Pendekatan
pemberdayaan sangat memberikan toleransi kepada variasi lokal/
kearifan lokal, dengan demikian program-program yang dirumuskan
dan dilaksanakan sangat berorientasi pada permasalahan dan
kondisi serta potensi setempat. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil
kajian lapangan. Kajian lapangan ini memiliki sebuah tujuan untuk
bisa mengumpulkan data secara detail, mendalam dan juga actual. Di
dalam sebuah penelitian biasanya akan dijelaskan mengenai gejala-
gejala yang sudah ada misalnya tentang masalah serta meneliti kondisi
yang tetap berlaku. Penelitian ini juga menjadikan perbandingan
tentang apa yang bisa di lakukan untuk menentukan sebuah solusi
dalam menghadapi sebuah permasalahan.Sehingga di saat memakai
metode penelitian ini, maka artinya penelitian mempunyai sebuah
tujuan penelitian untuk bisa menggambarkan secara sistematis dari
suatu fakta khusus secara teliti dan juga aktual.

98 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Selain itu, metode ini bukan sekedar memaparkan analisan
tetapi juga dipadukan dengan klasifikasi serta organisasi.Bisa
disimpulkan jika penelitian deskriptif ini adalah sebuah metode
penelitian yang mencari dan menentukan sebuah ilmu pengetahuan
yang mana sesuai dengan penemuan yang sesuai fakta di lapangan.
Sehingga pada saat praktiknya, metode ini akan jauh lebih menekan
pada observasi lapangan dalam kondisi yang alami.

PETIS DAN KERUPUK UDANG SOCAH : Strategi Optimasi Pema­


saran
PEMBAHASAN
Madura merupakan sebuah pulau di Jawa Timur yang biasa
disebut pulau garam. Madura secara geografis terbagi menjadi 4
kabupaten yaitu Bangkalan, Pamekasan, Sumenep dan Sampang. Di
Bangkalan memiliki banyak produk unggulan, salah satunya adalah
petis dan kerupuk Madura. Petis dan kerupuk Madura diproduksi
secara home industry di Desa Kauman Kecamatan Socah Kabupaten
Bangkalan.
Petis dan kerupuk Socah merupakan produk unggulan khas
Pulau Madura yang mana petis dan kerupuk berbahan dasar udang.
Biasanya petis yang dijual adalah Petis berbahan dasar gula atau
disebut petis manis yang berasal dari Desa Konang, Pamekasan,
Madura. Petis. Selain petis manis, Madura juga memproduksi petis
gudir. Petis gudir merupakan petis khas Madura yang memiliki rasa
asin, berwarna lebih cerah dibandingkan petis manis dan berbahan
dasar kepala udang, sedangkan badan atau daging udang digunakan
untuk bahan pembuatan kerupuk.
Petis Socah biasa digunakan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan sambal yang biasa dikonsumsi masyarakat Madura

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 99


sehari-hari, dan kerupuk Socah digunakan untuk teman makan nasi
atau dapat juga dijadikan sebagai camilan. Saat ini pengunaan petis
Socah masih sangat terbatas dan hanya untuk digunakan campuran
makanan. Pembuatan petis dan kerupuk Socah dari dulu hingga saat
ini masih menggunakan cara konvensional. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan cita rasa yang khas dimilikinya. Selain gula ada
bahan lain yang digunakan dalam pembuatan diantaranya tepung
gaplek, gula aren, air, arang dan garam.
Produk petis dan kerupuk Socah hanya diminati oleh masyarakat
lokal Madura. Hal ini disebabkan oleh marketing dan packaging yang
masih bersifat konvensional, yang berdampak pada distribusi dan
ketahanan dari produk petis dan kerupuk Socah yang sangat rendah.
Petis manis lebih banyak diminati dibandingkan dengan petis gudir,
hal ini dikarenakan rasa dari petis manis yang lebih mudah diterima
lidah masyarakat luar Madura.
Ternyata ada perbedaan rasa antara petis manis dan petis gudir.
Dari percobaan berkali-kali yang kami rasakan, petis manis lebih
relatif terasa gulanya. Sedangkan petis asin atau biasa disebut petis
gudir, lebih dominan rasa udang dan sari ikan lautnya khusunya
sari ikan pindang.Kami mencoba dengan menggunakannya untuk
bahan tambahan bumbu campuran makanan seperti sambel untuk
rujak buah, teman makan gorengan, dan lain sebagainya. Petis gudir
terbuat dari udang atau sari ikan sari ikan laut lain, khususnya sari
ikan pindang. Petis manis relatif terasa lebih manis dan gurih dan
berwarna hitam pekat. Perbedaan mencolok dari petis manis dan
petis gudir mempengaruhi minat masyarakat luar Madura yang
kurang mengerti tentang petis. Masyarakat luar Madura yang kurang
mengerti petis sangat rendah tingkat minatnya terhadap petis gudir
yang relatif terasa asin dan gurih. Tetapi, lambat laun makin banyak

100 | Pemberdayaan dan Pembangunan


masyarakat luar Madura yang ingin tahu akan rasa petis asin dari
Madura ini.
Petis dan kerupuk terbuat dari bahan udang kecil. Petis yang
berbahan dasar udang biasa disebut petis udang. Namun ada juga
petis yang dibuat dari daging sapi, bahan ikan, dan lain-lain. Sebagai
kuliner asli Indonesia, petis menyimpan misteri dan asal usul yang
berbeda. Ada beberapa versi yang menjelaskan bahwa petis ada sejak
zaman kerajaan Padjajaran. Pada masa itu para nelayan di wilayah
utara kerajaan mempersembahkan hasil tangkapannya pada raja
sebagai bentuk upeti kepada negara. Upeti itu berupa gelondongan
udang yang direbus. Sisa air dari rebusan itulah yang kemudian
diolah menjadi petis.
Petis Madura pun memiliki sejarah yang berbeda. Awal
munculnya petis di Madura terjadi karena ketidaksengajaan. Yaitu
saat para nelayan kewalahan menangani hasil tangkapannya,
kemudian terbesitlah ide untuk merebus hasil tangkapannya dengan
tujuan untuk mengawetkan. Dari proses ini ternyata menghasilkan
produk sampingan berupa limbah air bekas rebusan. Berbeda dengan
petis pada umumnya, petis Madura terbuat dari sari ikan pilihan
kemudian dicampur dengan rempah-rempah pilihan berdasarkan
resep asli khas dari daerah asal tiap asal petis Madura. Petis Madura
memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri yaitu rasanya cenderung
asin, mempunyai tampilan yang cerah dan warnanya lebih merah
kecoklatan, teksturnya yang kenyal dan tidak terlalu beraroma amis.
Tidak jarang sebuah usaha makanan berawal dari bisnis
sampingan seseorang yang berbekal pujian dari orang terdekat.
Keahlian membuat jenis makanan tertentu dan disukai oleh
orang-orang terdekat bisa memberikan motivasi pada seseorang
untuk membuka usaha makanan.Sayangnya, keahlian memasak
makanan bukanlah satu-satunya faktor kesuksesan dalam berbisnis

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 101


kuliner. Ada beberapa faktor lain yang memiliki peran penting bagi
keberhasilan usaha kuliner khususnya petis dan kerupuk Madura
dikacah nasional. Cara mempromosikan usaha makanan merupakan
salah satu faktor penting dalam perjalanan sebuah bisnis makanan.
Menjalankan strategi yang efektif dalam mempromosikan produk
makanan yang dijual dapat memberikan dampak yang luar biasa.
Di era revolusi industri 4.0 ini perkembangan penggunaan internet
sangat pesat, hal ini dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan
penjualan petis dan kerupuk madura agar lebih dikenal secara luas
dan diminati oleh banyak orang, dengan cara menjual produk petis
dan kerupuk madura yang telah memiliki merk di online shop. Selain
itu terdapat beberapa cara mempromosikan makanan diantaranya :
1. Konsisten menjaga kualitas makanan.
Cara promosi usaha makanan yang pertama dan terbaik
yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kualitas dan rasa
makanan. Selain itu juga bisa untuk memberikan lisensi halal
dan izin dari BPOM agar konsumen tidak ragu akan kualitas
dari suatu produk tersebut. Promosi keluar secara gencar hanya
akan sia-sia bila kita tidak memberikan kualitas yang baik
kepada konsumen. Selain itu, mempertahankan kualitas yang
sudahdiciptakan sejak awal merupakan hasil berikutnya yang
harus dijaga dengan tujuan tidak mengecewakan konsumen.
2. Mempromosikan dengan memanfaatkan momentum.
Tidak setiap hari sebuah usaha makanan mendapat banyak
kunjungan, bahkan terkadang sangat sepi pembeli. Terdapat
upaya agar produk petis madura mendapat pelanggan baru
dan pelanggan tetap. Salahsatu cara yang bisa dilakukan adalah
enggan ikut serta dalam kegiatan bazar, eksibisi, pasar malam,
dan perayaan moment tertentu akan membuat produk petis dan
kerupuk madura selalu mendapat konsumen baru.

102 | Pemberdayaan dan Pembangunan


3. Membuat dan menyebarkan selebaran.
Cara ini tebukti cukup efektif untuk mendapatkan per­
hatian dari orang- orang baru dan belum mengenal produk petis
dan kerupuk madura khususnya luar jawa. Dengan memberikan
informasi yang mudah diingat oleh orang lain dan memberikan
alamat serta kontak tempat usaha.
4. Membuka cabang atau toko petis Madura di wilayah-wilayah
tertentu.
Cara ini sangat ampuh untuk memperkenalkan produk
petis dan kerupuk madura kepada banyak orang di wilayah-
wilayah tertentu. Dengan memanfaatkan keberadaan pantai yang
terletak di pantai Socah yang sebenarnya apabila dikelola dengan
baik dapat digunakan sebagai tempat wisata. Di sekitar pantai
socah dapat didirikan toko oleh-oleh khas socah seperti petis
dan kerupuk Madura yang dapat meningkatkan perekonomian
warga socah. Dengan adanya pariwisata dan pusat oleh-oleh
di Socah, maka pendapatan warga socah didapatkan melalui
penjualan produk petis dan kerupuk socah, lapangan pekerjaan
yang didapatkan dari pantai dan pekerja pembuat petis dan
kerupuk madura yang membutuhkan banyak tenaga kerja,
sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di Socah,
memperkenalkan makanan khas Socah, dan meningkatkan
perekonomian warga Socah.
5. Membuat label dan kemasan yang menarik
Pembuatan label ini sepertimembikin merk pada produk
yang namanya dapat menarik perhatian konsumen dan
kemasannya bisa dibikin dengan memberikan wadah-wadah
yang menarik agar konsumen tertarik untuk membelinya

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 103


Membuat label dan kemasan yang menarik tentunya
sangat berpengaruh pada peminat petis dan kerupuk Madura.
Dengan adanya label maka produk akan lebih mudah diingat
oleh pembeli hanya dengan menyebutkan merk dari petis dan
kerupuk madura. Kemasan yang menarik dan aman juga dapat
menambah peminat dari petis dan kerupuk madura, karena
kemasan yang aman dari udara akan membuat petis lebih tahan
lama dan rasanya akan tetap enak.
6. Membuat peta lokasi usaha pada kemasan produk petisdan
kerupukMadura.
Hal ini bisa dilakukan dengan memberi tanda lokasi pada
google maps yang memudahkan konsumen untuk mencari
lokasinya. Cara ini bisa dilakukan pada produk petis madura
yang memang lokasi usaha kurang dimengerti oleh banyak
orang khususnya luar madura. Kualitas dan rasa makanan
yang dijual mungkin sangat baik, namunjika orang lain tidak
mengetahui lokasi tempat produksi dan penjualan maka proses
pemasaran akan terhambat. Untuk membantu mengatasi
masalah tersebut, bisa membuat peta lokasi tempat usaha dan
mamasangnyapada kemasan produk. Selain bisa menjadi media
promosi gratis, kemasan makanan jika dapat menjadi penunjuk
lokasi tempat usaha.
7. Mamanfaatkan media sosial untuk promosi.`
Promosi media sosial ini dilakukan untuk menyesuaikan
pasar saat ini dimana pemasarannya dilakukan dengan mem­
promosikan lewat media sosial yang antara lain Instagram,
tokopedia,shopee dan lazada.
Promosi di media sosial tidak hanya tentang penjualan
langsung, namun lebih ke branding dan membangun komunikasi

104 | Pemberdayaan dan Pembangunan


dua arah dengan masyarakat di media sosial. Memanfaatkan
media sosial untuk promosi akan menghemat banyak uang
untuk promosi. Selain promosi gratis, dengan media sosial kita
juga dapat mengumpulkan data base calon pelanggan potensial.
8. Memperkenalkan ke Instansi terdekat.
Cara yang satu ini cukup efektif agar langsung mendapat­
kan perhatian dan target market yang dibidik. Seperti penjualan
petis madura, maka bisa menghubungi Dinas Pariwisata atau
Departemen Perindustrian untuk bekerjasama membangun
pariwisata di Madura dan juga memperkenalkan petis Madura
kepada turis atau orang dari luar Madura yang datang.
a. Mendirian outlet
Pendirian outlet ini dapat dilakukan dengan
membukanya ddi tempat-tempat yang strategis dan
mudah di jangkau konsumen seperti di keramaian tengah
kota, mall, pusat oleh-oleh dll
Hal ini diharapkan supaya cepat dalam hal
pemasarannya dan leih cepat dalam memperkenalkan
produk ke konsumen.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 105


DAFTAR PUSTAKA

Chambers, R 1995. Rular Development: Putting The Last Firs. London;


Newyork; Longman
Cholisin. 2011. “Pemberdayaan Masyarakat”. Halaman 1. Kabupaten
Sleman 2011.
Darmayanti, Satriya Wulan. 2015. Studi Deskripsi Tentang Strategi
Emberdayaan Masyarakat Oleh Dinas Pertanian Kota Surabaya
Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Sasaran Penerima
Pogram Urban Farming Budidaya Lele Dikelurahan Pakis. Vol.
3. No. 1.
Dema, Dkk. 2017. Kualitas Petis Hasil Industri Rumah Tangga Di
Desa Socah Kecamatan Socah Bangkalan Madura Tahun 2016.
Vol 15 No 1. April 2017
Hakim, dkk. 2013.Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap
Elit [Jurnal]. Purwokerto: IAIN Purwokerto.
Moleong, Lexy.J. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya.
Noor, Munawar. 2011.Pemberdayaan Masyarakat. Vol 1 No 2.
Februari 2011.
Nugroho,Riant. 2007. Pemberdayaan Sebuah Pengantar Dan Panduan
Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Prasetyo, dkk. 2018.Industri 4.0 : Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah
Perkembangan Riset. Vol 13 No 1. Oktober 2018.
Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogya­
karta: Pustaka Pelajar

106 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Wikipedia. 2018. “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT” https://
id.m.wikipedia.org diakses pada 24 mei 2019

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 107


PELUANG DIGITAL ENTERPRENEUR UNTUK
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN PENGUSAHA
EMPING MLINJO KECAMATAN BURNEH,
KABUPATEN BANGKALAN

(Lulu’atul Puadiya, Nofi Rohmatul Laili, Naja Alan Abrori, Deni


Indarto, Arum Mita Elfani, Mahrus Ali, Iga Arma Yudha, Hasan Nur
Wahid, Wulan Rahmawati: SOSIOLOGI B 2017)

LATAR BELAKANG
Madura adalah salah satu pulau di Indonesia yang terbagi
menjadi 4 wilayah yakni, Kabupaten Bangkalan , Kabupaten Sampang,
Kabupaten Pamekasan dan terakhir adalah Kabupaten Sumenep.
Madura merupakan salah satu pulau dengan beragam kebudayaannya
dan juga beragam pula mata pencaharian masyarakatnya. Mulai
dari petani, pedagang, nelayan dan masih banyak lagi.Seiring
berkembangnya teknologi dibidang industri yang ditandai dengan
Revolusi indutri 4.0 membuat masyarakat harus berpikir keras
dalam menghadapi hal ini, guna meningkatkan perekonomian
mereka. Revolusi industri 4.0 membawa dampak yang begitu pesat
dalam sektor perekonomian terlebih pada sektor ekonomi kreatif,
perkembangan dan kemajuan teknologi menjadikan semua aktifitas
menjadi lebih mudah dan praktis (Ahmad Maghfuri, 2019)

108 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Perkembangan diera digital menjadi lebih modern dengan
adanya berbagai fitur-fitur dimedia massa khususnya informasi dan
komunikasi, dan menuju kearah ekonomi digital saat ini menjadi
topik yang hangat diperbincangkan, khususnya dalam perkembangan
perekonomian dunia (Ahmad Maghfuri, 2019). Dampak yang
ditimbulkan dari ekonomi digital sangat berpengaruh terhadap
berbagai sektor, diantara lain; perbankan, transportasidan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ditengah-tengah masyarakat.
Ekonomi digital terus berkembang dengan pesat diseluruh
dunia, hal ini menyebabkan adanya pertumbuhan diberbagai sektor
wilayah antara lain dapat meningkatkan masyarakat yang lebih
kreatif, inovatif dan berdaya saing yang tinggi dalam merangsang
usaha mikro kecil menengah (UMKM). Perkembangan dari
kewirausahaan terkait ekonomi digital menimbulkan gagasan baru
yang lebih efektif dan efisien.Sehingga pada era saat ini masyarakat
mau tidak mau harus mengikuti arus perubahan pada sektor ekonomi
ini, yakni ekonomi digital.Tetapi pada kenyatannya hal ini tidak
selalu berdampak positif pada masyarakat, bahkan malah menjadi
jurang bagi masyarakat kecil menengah.Karena walaupun saat
ini adalah era modern tidak semua lapisan masyarakat menguasai
teknologi apalagi ekonomi digital.Dalam hal ini terdapat perubahan
pada tren pemasaran (marketing) yang dihadapi oleh pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) dari model konvesional berupa
pemasaran yang tradisional (offline) kearah digital (online). yaitu
yang sebelumnya hanya mengandalkan pemasaran di toko-toko dan
pemesanan searagdapat dengan melalui sistem online shop yang
mana pembeli tidak harus bertemu langsung dengan penjual tetapi
hanya dengan menggunakan teknolog media sosial.
Digital Enterpreneur menurut Encarta Dictionary adalah
bisnis yang lebih menitikberatkan pada transaksi dan pasar yang

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 109


terjadi di dunia internet. Dari pengertian diatas jelas bahwa digital
enterpreneur dapat menjadi peluang bagi pengusaha emping mlinjo
di Kecamatan Burneh dalam meningkatkan pemasaran dan penjualan
emping mlinjo. Data monografi Kecamatan Burneh Kabupaten
Bangkalan Tahun2013 menyebutkan bahwa jumlah pengusaha
emping mlinjo berjumlah 128 pengusaha yang tersebar di beberapa
desa diantaranya Desa Langkap, Desa Bennangkah, Desa Burneh dan
Desa Jambu.Daerah Kecamatan Burneh merupakan satu-satunya
sentra Emping Melinjo yang berada di Kabupaten Bangkalan.
Penduduk asli Kecamatan Burneh menganggap bahwa usaha Emping
Melinjo ini adalah sumber penghasilan utama masyarakat sekitar
sebagai penopang faktor ekonomi di keluarga mereka yang mana
ditunjang oleh keberadaan pohon melinjo yang ada di pekarangan
mereka (Sholeh,2017). Menurut salah satu informan yaitu Ibu Sufiati
menjelaskan bahwa Emping Mlinjo Kecamatan Burneh memiliki
ciri khas tersendiri yaitu jenis pohon mlinjo yang digunakan sebagai
emping memiliki buah mlinjo yang lebih kecil dibandingkan buah
mlinjo kebanyakan yang ada di luar wilayah Kecamatan Burneh. Hal
ini menjadi ciri khas sehingga rasanya pun pasti juga akan sedikit
berbeda, kedua cara pembuatan emping mlinjo sendiri berbeda
dengan pembuatan emping mlinjo yang ada di pulau jawa dimana
yang di pulau jawa sebelum di geprek di rebus terlebih dahulu tetapi
berbeda dengan yang ada di desa Langkap Kecamatan Burneh
Kabupaten Bangkalan yang mana sebelum di geprek biji mlinjo
digoreng menggunakan pasir yang mana hal tersebut membuat
rasa yang lebih nikmat dan hal tersebut merupakan ciri khas yang
ditampilkan oleh emping mlinjo Desa Langkap Kecamatan Burneh
Kabupaten Bangkalan.
Namun terdapat kendala bagi pengusaha emping mlinjo di
burneh, sebagian besar pengusaha disana masih belum tahu mengenai

110 | Pemberdayaan dan Pembangunan


teknologi dan apa manfaatnya, sehingga mereka masih dikatakan
gagap teknologi. Hal ini menjadi problema oleh para pengusaha
emping mlinjo di Desa Langkap Burneh Kabupaten Bangkalan,
hampir semua pembuatnya tidak memiliki keahlian dibidang
teknologi, termasuk media sosial.Mereka hanya mengandalkan
pemasaran secara konvensional yakni berjualan secara tradisional
dengan menunggu pesanan dari pelanggan. Sehingga roda pere­
konomian mereka belum bisa berjalan secara cepat. Dengan
demikian, diperlukan perhatian khusus terutama dari pemerintah
Kabupaten Bangkalan agar mampu menyokong peningkatan
perekonomian para pengusaha kecil emping mlinjo. Hal inilah yang
melatarbelakangi kami dalam membuat sebuah pemberdayaan bagi
pengusaha emping mlinjo di Desa Burneh Kabupaten Bangkalan,
dan kendala yang lain adalah teknologi produksi yang masih dengan
tenaga manual dengan berbekal tenaga manusia yaang mana harus
membutuhkan waktu yang lama untuk membuat emping mlinjo
yang berkapasitas banyak dan kadang terkendala masalah biji mlinjo
yang berkurang di sekitar Desa Langkap itu sendiri, tetapi kendala
biji tersebut bisa diatasi dengan mendatangkan biji dari kota lain
terutama dari pulau jawa yaitu semarang tetapi harus dengan jumlah
yang banyak.

LITERATURE REVIEW
Dalam Artikel yang kami buat terdapat dua penelitian terdahulu
yang sebelumnya dinilai cukup relevan dengan artikel ini.Maka dari
itu penulis menjadikan penelitian terdahulu ini sebagai acuan yang
terkait dengan fenomena yang terjadi dilapangan.
Penelitian Pertama dilakukan oleh Ika Wahyu Yuni Asri dengan
penelitiannya tentang Analisis Usaha Industri Emping Melinjo

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 111


Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Magetan.Penelitian ini berasal
dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya,
penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan resiko usaha
industi emping mlinjo skala rumah tangga di Kabupaten Magetan.
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
analitik.Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja
(purposive) yaitu Desa Bandar, Desa Kecamatan Sukomoro, dan
Desa Purwosari, Kecamatan Magetan. Data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder (Sugiono,2016). Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang
dikeluarkan oleh pengusaha emping mlinjo di Kabupaten Selma
bulan Juni 2010 sebesar Rp 3.697.399,10.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Kara Nisa Surya dengan
judul Kajian Enterpreneur Marketing Terhadap Pengembangan Dan
Keberlanjutan UMKM Kuliner Depok.Penelitian ini berasal dari
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor 2014. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan
dan keberlanjutan usaha khususnya di bidang kuliner. Data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara
lalu diolah dengan menggunakan alat analisis Structural Equation
Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial Least Squares (PLS).
Hasil penelitian didapatkan bahwa entrepreneurial marketing dapat
mencapai keberlanjutan usaha dengan melalui tahapan pengem­
bangan usaha terlebih dahulu.
Penelitian ini menggunakan teori Struktural Fungsional Talcot
Parson.Seperti yng dikatakan parson dalam teorinya dimulai dengan
empatfungsi penting dalam suatu tindakan yang dikenal dengan

112 | Pemberdayaan dan Pembangunan


skema AGIL. Menurut parson terdapat 4 fungsi penting yang
diperlukan semua system, yaitu adaptation (A), goal attainment (G),
integration (I), dan latenc.y (L) (Ritzer, 2014)
1. Adaption (Adaptasi) : Artinya para pengusaha emping mlinjo
harus menyesuaikan diri dengan teknologi yang semakin
canggih.dalam proses ini semua pengusaha harus menerima
perubahan sosial yang ada.
2. Goal attainment (pencapaian tujuan): sebuah system harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Maksudnya
melalui pemberdayaan pengusaha diharapkan mampu men­
capai tujuan yaitu memperluas lingkup pemasaran emping
mlinjo guna mendapatkan untung sebanyak-banyaknya.
3. Integration (integrasi): suatu system harus mengatur antar
hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
Jenis penelitian ini, kami menggunakan metode kualitatif,
dima­na penelitian kualitatif ini lebih mendeskripsikan dan meng­
gambarkan dari hasil wawancara dan observasi terhadap subjek
penelitian sehingga dapat memberikan gambaran mengenai usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) emping mlinjo yang ada di
Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan.Dalam
mengumpulkan data kami menggunakan teknik observasi dimana
teknik ini bertujuan untuk mengamati subjek yang kami teliti.sehingga
peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan
bersifat Nonpartisipan, yaitu peneliti berada diluar sistem yang
diamati dan tidak ikut langsung dalam penelitian yang diamati.
Kemudian kami menggunakan teknik wawancara, teknik wawancara
ini merupakan pertanyaan antara penanya kepada informan dalam
rangka mencari data yang diinginkan. Dalam wawancara kami
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
data yang akan dicari oleh kami. Selanjutnya kami menggunakan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 113


teknik dokumentasi dalam mencari data. Hasil dari observasi dan
juga wawancara akan lebih akurat datanya bila disertai dokumen-
dokumen yang ada di lapangan.

MEMBACA POTENSI, PELUANG DAN UPAYA PEMANFAATANNYA


Dari hasil wawancara yang kami lakukan dibeberapa pengusaha
emping mlinjo di Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten
Bangkalan yaitu Bapak Nawawi dan Ibu Sufiati. Menurut Bapak
Nawawi (37) tahun bahwa produksi kripik mlinjo tidak dapat
diproduksi sehari-hari, hal ini dikarenakan bahan kripik mlinjo
tidak bisa didapatkan setiap hari, melainkan hanya musim-musim
tertentu seperti satu sampai tiga kai dalam satu tahun, bapak Nawawi
sudah berjualan kripik mlinjo dari tahun 2001 sampai 2018, usaha
ini digelutinya secara turun temurun. Bapak Nawawi memproduksi
emping mlinjo masih menggunakan alat-alat produksi sederhana.
Awal proses pembuatannya adalah buah mlinjo yang sudah matang
lalu dimasak dengan menggunakan pasir hitam sampai bagian
kulitnya lepas dari buahnya, kemudian daging mlinjo siap untuk
ditumbuk, dengan menggunakan alat khusus penumbuk mlinjo.
Selanjutnya melinjo siap dijemur. Proses penjemuran kurang lebih
selama 4 jam, selanjutnya proses pengemasan dilakukan kurang
lebih selama 1 jam, dengan berat bersih 1 kg per bungkus, proses
pengemasan emping mlinjo masih sangat sederhana yaitu dengan
plastik, sementara untuk pemasarannya sendiripun masih dengan
cara yang manual yaitu dipasarkan masih dalam area-area pasar
dan toko-toko terdekat dengan langsung didistributorkan kepada
langganan-langganannya. Keengganan peran pemuda di desa ini
untuk ikut melestarikan usaha orang tuanya juga menjadi kendala
dalam hal pemasaran pada zaman yang serba digital seperti sekarang

114 | Pemberdayaan dan Pembangunan


ini, hal ini dikarenakan banyak pemuda di desa ini yang lebih memilih
untuk merantau keluar negeri setelah menamatkan sekolahnya.
Pemaparan yang dijelaskan oleh informan yang kedua juga tak
jauh berbeda, yaitu ibu Sufiati yang berumur 49 tahun, hanya saja
ibu sufiati mempunyai 12 pekerja lainnya yang merupakan tetangga
disekitar kediaman beliau, ibu sufiati juga mengeluti bisnis emping
mliinjo ini secara turun temurun, meskipun sama dengan ke-12 para
pekerjanya serta masyarakat desa Langkep lainnya, usaha emping
mlinjo hanya merupakan usaha sampingan, sementara pekerjaan
tetapnya adalah bertani.obu sufia juga maih sama dengan pedagang
kripik emping mlinjo lainnya didesa langkap ini masih menggunakan
alat produksi sederhana, meskipun strategi pemasaran yang dilaukan
oleh bu Sufiati sudah lebih modern dari pada informan yang
pertama, hal ini dilihat dari pelanggannya yang sudah sampai luar
kota seperti sampan dan pamekasan, ini dapat terjadi karena ibu
Sufiah melakukan strategi pemasaran yang lebih modern dari pada
informan yang pertama, yaitu dengan memberikan nomer telphonnya
kepada pelanggan atau costemernya, meskipun begitu untuk era
revolusi industry 4.0 seperti saat ini tentu strategi pemasaran seperti
ini masih dirasa kurang efektif dan efisien, hal ini dapat dilihat dari
keterbatasan pelanggan yang memesan emping mlinjo, mereka yang
memesan sebagian besar adalah pelanggan yang memiliki riwayat
membeli di emping mlinjo usaha dari ibu Syfiati, sementara terdapat
masyarakat dari luar yang menjadi pasar yang lebih luas yang belum
dijangkau.
Seperti di era digital saat ini usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) diharapkan dapat didorong untuk tidak ragu memanfaatkan
teknologi digital. Dulu kita harus punya toko untuk menjual barang,
kalau mau jadi pengusaha emping mlinjo harus membangun toko
untuk memasarkan barangnya.Sekarang semua orang bisa memiliki

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 115


toko yang dikelola dalam genggaman.Sementara itu agar usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat terus berkembang,
maka pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus
memanfaatkan perkembangan informasi dan teknologi. Sebab, saat
ini alur perdagangan pun telah berubah. Konsumen, khususnya
generasi muda menyukai kecepatan, ketepatan, dan kemudahan
dalam memperoleh produk. Usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) Didorong Manfaatkan Teknologi industri Hal ini dapat
terwujud apabila pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produk mereka.
Emping mlinjo di burneh akan berkembang pesat dan sangat
mem­ bantu prekonomian masyarakat bangkalan dengan cara
meman­faatkan teknologi saat ini yang sangat canggih. Namun pelaku
UMKM emping mlinjo masih keterbatasan dalam hal pengetahan
teknologi kebanyakan disana masyarakat yang bekerja di usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) tingkat pendidikannya masih
terbilang cukup kurang. Sebagian warga yang cenderung usia tua
berpendidikan terakhir SD dan SMP dan para pemuda di Desa
Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan lebih memilih
bekerja menjadi tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negri karena
menurut mereka bekerja di luar negri lebih menguntungkan dan
dapat menghasilkan uang yang banyak dari pada harus menekuni
pembuatan emping mlinjo.Alangkah baiknya kita sebagai pelajar
yang lebih banyak mendapatkan ilmu bisa mensosialisasikan dan
mengajarkan pentingya memanfaatkan digital yang saat ini menjadi
pusat perhatian.
Pemanfaatan digital marketing berpotensi mampu meningkat­
kan dan membantu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
yang ada.Keunggulan yang dihasilkan dari digital marketing ini
banyak sekali salah satunya adalah banyak orang yang mengetahui

116 | Pemberdayaan dan Pembangunan


produksi emping mlinjo di Desa Langkap Kecamatan Burneh
KabupatenBangkalan, sehingga usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) emping mlinjo tersebut terkenal dikalangan pecinta
emping mlinjo. Hal ini akan menambah komsumen emping mlinjo di
bangkalan. Kemasan yang menarik juga dapat mengantarkan usaha
UMKM emping mlinjo memperoleh konsumen lebih banyak lagi.
Di era modern saat ini, tidak menutup kemungkinan bahwa
banyak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di luar madura
yang memanfaatkan digital saat ini.Maka dari itu usaha mikro kecil
dan menengah (UMKM) emping mlinjo di bangkalan ini harus di
benah dan diajarkan dalam memanfaatkan digital marketing.Salah
satu sosialisasi yang tepat adalah penyampaian pengembangan
kinerja dan digital marketing dalam menghadapi peluang digital
entrepreneur dalam meningkatkan perekonomian msyarakat melalui
UMKM emping mlinjo.

TANTANGAN DAN HAMBATAN


Minimnya pengetahuan pelaku usaha mikro, dan menengah
(UMKM) emping mlinjo di Desa Langkap Kecamatan burneh
Kabupaten Bangkalan ini diharapkan dengan adanya sosialisasi dan
pengajaran mengenai digital marketing akan berdampak positif.
Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah(UMKM) emping mlinjo
di burneh akan dibuat pelatihan khusus dalam pemasaran, supaya
emping mlinjo di burneh bangkalan ini menjadi terkenal dan
banyak konsumen dari berbagai luar kota sehingga hal ini dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat disana. Selain itu perlunya
kesadaran dan keberanian dari pelaku UMKM emping mlinjo
dalam mengkreasikan dan memasarkan usahanya.Kecanggihan
teknologi saat ini membuat semua aktivitas yang dilakukan oleh

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 117


manusia selalu menggunakan media online, seperti halnya pelaku
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) emping mlinjo yang
ada di Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupeten Bangkalan ini
yang mengharuskan teknologi menjadi salah satu komponen untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih, digital enterpreneur disini
bukan seperti pelaku membuat lapak jual beli teknologi tetapi disini
digital enterpreneur adalah bagaimana cara memanfaatkan teknologi
untuk meningkatkan hasil penjualan emping mlinjo tersebut seperti
dengan cara memanfaatkan lapak penjualan online, dalam penjualan
emping mlinjo saat ini juga tidak hanya mementingkan teknologi
dalam pemasaraan tetapi bagaimana cara menarik hati pelanggan
dengan cara yang lain seperti kemasan yang di desain semenarik
mungkin dan juga bahasa pemasaran yang lebih menarik seperti
mengingatkan bahwasanya emping mlinjo disini dibuat dengan
tangan para pembuat dan tidak dengan mesin yang rasanya di
pastikan masih khas dan tidak mengandung bahan pengawet atau
obat berbahaya, bahasa pemasaran dibuat untuk menarik konsumen
agar yang sebelumnya konsumen tidak minat untuk membeli produk
emping mlinjo menjadi membeli produk emping mlinjo tersebut.
Dalam pemberdayaan di Desa Langkap Kecamatan Burneh
Kabupaten Bangkalan dalam hal ini industri emping mlinjo, kami
dari penulis memberikan saran dan masukan untuk masyarakat Desa
Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan agar UMKM
emping mlinjo dapat berkembang maju dan dapat berkembang
maju dan dapat menambah penghasilan masyarakat itu sendiri, ada
beberapa solusi yang kami berikan kepada masyarakat, yang pertama
adalah memberikan sosialisasi akan pentingnya teknologi atau
media sosial dalam masa kali ini yang mana teknologi itu sendiri ada
beberapa manfaat bagi industri rumahan emping mlinjo yaitu pada
saat proses produksi para pengrajin emping mlinjo sampai saat ini

118 | Pemberdayaan dan Pembangunan


yang ada di Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan
masih menggunakan alat produksi manual yang memakai alat
bantu tangan untuk menghancurkan biji mlinjo tersebut. sedangkan
industri mlinjo yang ada di pulau jawa sudah mengguakan mesin
untuk menghancurkan biji mlinjo tersebut, mungn kedepannya
masyarakat Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan
dapat beralih teknologi untuk proses produksinya agar tingkat
produktifitas emping mlinjo semakin meningkat. Untuk pemasaran
saran dari kami untu menciptakan kemasan yang lebih menarik supaya
konsumen dapa lebih tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi
emping mlinjo itu sendiri dan semakin menarik untuk dijadikan
oleh-oleh khas Kecamatan Burneh khususnya Kabupaten Bangkalan.
Untuk penjualan atau yang biasanya disebut dengan marketing disini
setelah kami wawancara langsung dengan pengrajin emping mlinjo
yang belum mengenal tentang adanya teknologi media sosial jadi
kami memberikan sedikit masukan dan saran kepada masyarakat agar
lebih berlatih atau mengadakan pelatihan tentang cara mengunakan
media sosial untuk penjualan emping mlinjo agar penjualan emping
mlinjo tidak hanya di daerah Kabupaten Bangkalan saja dan dapat
di akses dan dipesan oleh masyarakat luar kota, dalam teknologi
ini juga mempermudah konsumen supaya tidak perlu mendatangi
produsen atau penjual emping mlinjo itu sendiri. Masukan dari kami
yang selanjutnya dari kami adalah memberikan kesadaran kepada
para remaja dan pemuda pemudi disekitar Desa Langkap tersebut
akan pentingnya meneruskan budaya dari Desa Langkap Kecamatan
Burneh Kabupaten Bangkalan yaitu emping mlinjo Desa Langkap
tidak hilang dan saran yang terakhir adalah pemerintah memberikan
kepedulian khusus terhadap para pengrajin emping mlinjo dan lebih
memberikan perhatian lebih atas kesejahteraan pengrajin emping
mlinjo.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 119


ANALISIS SWOT: PELUANG DIGITAL ENTERPRENEUR DALAM
USAHA EMPING MLINJO
Selanjutnya, penulis menganalisis peluang tersebut dengan
analisis SWOT. Analisis SWOT menurut (Fredi Rangkuti, 2004)
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Dari pernyataan diatas penulis
mencoba menganalisis peluang entrepreneur dan pemberdayaannya
pada pengusaha emping mlinjo di Desa Langkap Kecamatan Burneh
Kabupaten Bangkalan, adalah sebagai berikut :
1. Strenghs (Kekuatan)
Peluang enterpeneur bagi pengusaha emping mlinjo memberikan
kekuatan yang besar bagi mereka. Dengan pemanfaatan media
online dan teknologi yang saat ini semkin maju akan membantu
proses pemasaran para pengusaha emping mlinjo di Desa
Langkap Tersebut.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Namun meskipun peluang entrepreneur ada, sayangnya para
pengusaha emping mlinjo di desa Langkap masih terbatas akan
pengetahuan teknologi yang semakin maju. Kelemahan yang
paling utama adalah gagal teknologi yang tidak berkembang
di sekitar masyarakata, ditambah para remaja di Desa Langkap
tidak sadar akan pentingnya peluang entrepreneur untuk
diajarkan pada masyarakat disana terutama pengusaha emping
mlinjo.
3. Opportunities (Peluang)
Dengan adanya sosialisasi mengenai peluang entrepreneur dan
juga pelatihan dalam menggunakan teknologi dengan cermat
dan tepat kepada pengusaha emping mlinjo. Diharapkan dengan
adanya pelatihan dan sosialisasi bisa menjadi peluang yang

120 | Pemberdayaan dan Pembangunan


besar bagi pengusaha emping mlinjo dan dapat memanfaatkan
teknologi dengan baik.
4. Trheats (ancaman)
Kurangnya dukungan dan partisipasi dari pemerintah dalam
memajukan UMKM emping mlinjo di Desa Langkap menjadi
salah satu penghambat menurunya UMKM emping mlinjo di
Desa langkap.Selain itu kurangnya pohon mlinjo di sekitar Desa
Langkap akibat berubahnya cuaca yang tidak menentu. Mau
tidak mau jika stok pohon mlinjo di Desa Langkap berkurang,
maka akan menambah biaya bagi pngusaha emping mlinjo
dalam mengambil stok biji mlinjo di luar madura, hal tersebut
juga bis menjadi ancaman. Dan yng terakhir persaingan dalam
memanfaatkan peluang entrepreneur yang banyak diluaran
sana mau tidak mau para pengusaha emping mlinjo harus
bekerja keras dan harus kreatif dalam pemanfaatan peluang
entrepreneur ini.
Digital enterpreneur menurut encarta dictionary adalah bisnis
yang lebih menitikberatkan pada transaksi dan pasar yang terjadi di
dunia internet. Dari pengertian diatas jelas bahwa digital enterpreneur
dapat menjadi peluang bagi pengusaha emping mlinjo di Kecamata
Burneh Kabupaten Bangkalan dalam meningkatkan pemasaran
dan penjualan emping mlinjo. Data monografi Kecamatan Burneh
Kabupaten Bangkalan tahun 2013 menyebutka bahwa jumlah
pengusaha emping mlinjo berjumlah 128 pengusaha yang tersebar
di beberapa Desa dianaranya Desa Langkap, Desa Bennangkah, Desa
Burneh, Dan Desa Jambu. Digital enterpreneur menjadi peluang bagi
pengusaha emping mlinjo untu memantu perekonomian masyarakat
Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan. Adanya pemberdayaan
pengusaha emping mlinjo menjadi salah satu cara memanfaatkan
peluang teknologi yang canggih saat ini. dengan sistem marketing dan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 121


manajemen yang hebat akan membantu kemajuan usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) emping mlinjo di Desa Langkap Kecamatan
Burneh Kabupaten Bangkalan. Pemanfaatan digital marketing
berpotensi mampu meningkatkan dan membantu UMKM yang ada,
keunggulan yang dihasilkan dari digital marketing ini banyak sekali
diantaranya adalah banyak orang yang mengetahui produksi emping
mlinjo di Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan, sehingga
pengusaha emping mlinjo tersebut terkenal dikalangan pecinta atau
penikmat emping mlinjo. Hal ini akan menambah konsumen emping
mlinjo di Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan. Kemasan
yang menarik juga dapat mengantarkan pengusaha emping mlinjo
memperoleh konsumen lebih banyak lagi.

122 | Pemberdayaan dan Pembangunan


DAFTAR PUSTAKA

Aliudi. Dkk. (2012). Nilai Tambah Emping Melinjo Melalui Teknologi


Produksi Konvensional Di Desa Menes Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang. Jurnal Agrika. 6(1): 22-33.
Asri,Ika Wahyu Yuni. (2010). “Analisis Usaha Industri Emping
Melinjo Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Magetan”. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Agrobisnis. Universitas Sebelas Maret.
Nisak,Zuhrotun. Analisis SWOT Untuk Menentukan Strategi Kompe­
titif.
Surya,Kara Nisa.(2014). “Kajian Enterpreneurial Marketing Terhadap
Pengembangan Keberlanjutan UMKM Kuliner Di Depok.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Sholeh,Yusrianto.(2017). Peranan Home Industri Emping Melinjo
Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Kecamatan
Burneh Kabupaten Bangkalan. Jurnal Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pemerintah. 6(1): 26-31.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 123


STRATEGI PEMASARAN UMKM PENJUAL JAMU
DI ERA REVOLUSI 4.0 MASYARAKAT DESA BARE-
ELEH,TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN

(Lailiyatur Romadhoni, Ahmad Dedik Kurniawan, Risky Nur Ema


Liya, Armita Desra Anggraini, Migawati, Zainor Rosi , Prasetya Adi
Candra, Slamet Riyadi: SOSIOLOGI B 2017)

LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
berada di asia tenggara, ukuran kemajuansuatu Negara dapat
dilihat berdasarkan gross national product GNP suatu Negara.
Perkembangan tidak hanya itu namun juga berasal dari faktor lain
seperti pemerataaan pendidikan, ekonomi, pembangunan pada
setiap daerah dan pemerataan dalam hal kesehatan untuk menjamin
mutu dan gizi dari warga Negara.Tidak hanya itu kebebasan individu
untuk berpendapat, dalam menentukan kehidupannya sendiri dan
kebebasan dalam memilh agama. (Hapsari , 2014).
Dalam kebijakan pemberdayaan UMKM secara umum
diarahkan untuk penaggulangan kemiskinan di suatu negara
dengan tujuan untuk menciptakan lapangan pekeerjaan sehingga
masyrakat tidak terfokus pada maslah pertanian saja . mendukung
upaya penaggualangan kemiskinan dan kesenjangan, penciptaan
kesempatan kerja, penigkatan ekspor dan daya saing, serta revitalisasi

124 | Pemberdayaan dan Pembangunan


pertanian yang ada di daerah pedesaan menjadi prioritas nasional oleh
pemerintah guna menigkatkan perekonomian masyrakat. Dengan
begitu masyrakat desa mau dan mampu untuk mengembangkan
potensi yang merekamiliki melalui pengembangan UMKM yang
ada guna menigkatkan ekonomi masyrakat. Masalah yang di hadapi
petani yang ada di desa sesungguhnya yaitu mereka tidak bisa bekerja
selain menjadi petani. Sedangkan jika dilihat dari tahun ke tahun
lahan pertanian di pulau jawa terus mengalami penyempitan lahan.
sehingga mereka bekerja seadanya dan hasilnya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari mereka. (Arifin 2010)..
Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang ada,
perekonomian indonesia tidak bisa lepas dari faktor perekonomian
karena luasnya lahan yang ada menjadikan pertanian Indonesia
menjad salah satu lapangan pekererjaan bagi warga Indonesia,
tidak hanya itu pertanian dapat menjamin keberlangsungan hidup
bangsanya dengan menjadi sumberdaya makanan utama atau
makanana pokok setiap wilayah. Pertanian di Indonesia dapat juga
sebagia salah satu pengggerak roda industri dalam bidang makanan,
minumamn, maupun industri lainnya seperti kerajianan. Adapun
jenis industri di pedesaan yang diharapkan mampu membuka
lapangan pekerjaan adalah industri rumah tangga dan industri kecil.
Industri rumah tangga dan industrikecil. Industri rumah tangga dan
industri kecil dipedesaan dapat dianggap sebagai respon terhadap
berbagai perubahan struktur ekonomi pedesaan. Sehingga pada saat
penyempitan lahan terjadi dimana-mana dan kesempatan kerja yang
semakin terbatas. Industri rumah tangga sebagai alternative untuk
membuka lapangan pekerjaan dan menambah pendapatan yang
diperoleh darisektor pertanian.
Indonesia memiliki keanekaragamaan hayati lebih kurang
30.000 jenis tanaman,dimana 2.500 jenis diantaranya tanaman obat.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 125


Indonesia yang terkenal sebagai sebagi Negara agraris juga memiliki
hutan danlahan yang luas serta menyimpan kekayaan alam yang
besar (Widodo, 2016). Produk daritanaman herbal salah satunya
yaitu jamu. Minuman tradisional jamu hingga saat ini masih eksis
di Indonesia. Buktinya, penjual jamu, baik yang digendong ataupun
dengan sepeda masih sibuk menghampiri lingkungan tempat tinggal
seperti yang ada di desa-desa. Bukan hanya digemari karena statusnya
sebagai minumantradisional khas Indonesia,jamu juga minuman
yang laris dikonsumsi untuk pengobatan. Karena statusnya sebagai
minuman tradisional khas Indonesia, jamu juga laris dikonsumsi
untuk pengobatan yang dipercaya khasiatnya dari dulu.
Berdasarkan biofarmaka (2013). Jamu adalah obat tradisional
yang terbuat dari bahan alami warisan budaya yang telah diwaris­
kan secara turun temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan
tubuh. Pengertian jamu dalam Permenkes No.003/Menkes/
Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuh­
an, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
aturan yang berlaku di masyarakat atau suatu wilayah,karena setiap
wilayah mempunyai racikan tersendiri. Sebagian besar masyarakat
mengkonsumsi jamu karena dipercaya memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan
pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga
kebugaran, kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh. Menurut
WHO, sekitar 80% dari penduduk dibeberapa negara Asia dan
Afrika menggunakan obat tradisional untuk mengatasi masalah
kesehatannya, sedangkan di beberapa negara maju, 70%-80% dari
masyarakatnya telah menggunakan jamu dan beberapa bentuk
pengobatan komplementer atau alternatif serta obat herbal lainnya
untuk solusi masalah kesehatan.

126 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Sejarah perkembangan industry jamu diindonesia baru dimulai
sejak tahun 1990-an dimana pabrik-pabrik jamu mulai mendirikan
usahanya di Indonesia seperti jamu yang masih kita kenalhingga hari
ini yaitu industry Jamu Jago, Mustika Ratu, Nyonya Meneer, Leo,
Sido Muncul, Jamu Simona, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu Air
Mancur, Jamu Pusaka Ambon, Jamu Bukit Mentjos, dan tenaga Tani
Farma (Aceh).
Kalau dilihat prospek pengembangan pasar jamu di indonesia
sangatlah luas, karena hampir sebanyak 60% persen penduduk
Indonesia mengkonsumsi jamu dan hampir seluruh pemakainya
(95,6%) mereka merasakan jamu berkhasiat menigkatkan kesehatan
dan stamina tubuh. Karena tingginya minat terhadap jamu,
kementrian kesehatan menargetkan 50 persen puskesmas yang ada
di Indonesia sudah memberikan pelayanan tradisional di tahun
2016. Hal ini berarti sebagai peluang besar pasar jamu di Indonesia
ke depan akan sangat luas. Kemenperin mengarahkan program
pengembangan industri jamu dalam kerangka mengimbangi
kompetisi dan impor, untuk mendorong kemandirian masyrakat di
bidang teknologi, peningkatan kemampuan sumber daya manusia,
serta mengembangkan dan menggamankan pasar dalam negeri
untuk industri jamu harus mulai di perhatikan.
Dwi Ranny, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat
Tradisional (GP Jamu), mengatakan industri jamu juga menghadapi
banyak tantangan yang dihadapi oleh industri lainnya, seperti
pelemahan permintaan masyarakat karena pelaku industry yang
tidak mampu berbuat banyak untuk mendongkrak daya beli
seperti kemasan yang kurang menarik juga menjadi salah satu
faktor penghambat pemasaran jamu sehingga produk jamu belum
bisa bersaing dengan produk jamu yang ada diluar sana, dalam
hal pemasaran produk jamu di bangkalan masih menggunakan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 127


cara manual yaitu lebih banyak menuggu pelanggan datang untuk
membeli dari pada memanfaatkan teknologi dengan maksimal.
Kemasan yang digunakan saat ini hanya dikemas dalam botol
plastik bekas dan pembungkus jamu konvensional, sehingga kurang
menarik minat konsumen untuk membeli produk jamu yang ada.
penjualan dilakukan dengan apa adanya tanpa adanya upaya untuk
inovasi produk dari tahun ketahun tetap sama. Belum ada upaya
untuk memasarkan produk keluar kecamatan, atau masuk ke toko
atau swalayan. Pembuatan produk jamu yang masih mengguanakan
alat manual berdampak pada kapasitas produksi yang masih rendah.
Tidak hanya itu, zaman semakin berkembang selera masyrakat
semakin beragam sehingga banyak masyrakat yang meilih produk
cepat saji dan higenis, sedangkan produk jamu yang ada di bangkalan
ini masih tradisional, siap saji tapi tidak tahan lama dan ada juga
yang dalam bentuk serbuk tapi kekurangannya dibutuhkan air panas
untuk menyeduh serbuk jamu menjadi jamu siap minum.
Mengingat prospek jamu di Indonesia sangat bagus maka sangat
disayangkan jika usaha rumah tangga ini kalau tidak berkembang,
untukitu diperlukan campurtangan atau partisipasi dari pihak lain
untuk penigkatan kualitas jamu dan kuanitas produk serta jaringan
pasar yang lebih luas.Partisipasi pemerintah, masyrakat dan generasi
muda seperti mahasiswa dalam Strategiy Pemasaran UMKM Penjual
Jamu Guna Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Desa Bare-
Eleh, Tanah Merah Kabupaten Bangkalan di Era Revoliusi 4.0.

LITERATURE REVIEW
Teori structural fungsional Talcott parsons dimulai dengan
empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan” yang biasa di
sebut dengan AGIL. Agil merupakan suatu “fungsi” dengan kum­

128 | Pemberdayaan dan Pembangunan


pulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu
atau sistem”(R,Stryker, 2007:Rocher,1975:40). Dengan meng­gunakan
definisi ini parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting yang
diperlukan yaitu:
1. Adaptation (adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi
situasi eksternal yang gawat. Sistemharus menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan
kebutuhannya. Dalam tahap ini menjelaskan bahwa adanya
tahapan yang dilalui untuk mencapai sebuah target atau
tujuan dari suatu program. Dalam strategi yang ditawarkan
kita memerlukan yang pertama yaitu adaptasi, penggusaha
harus adanya penyesuaian perubahan sistem dari sistem
lama ke sistem baru, yang dimulai dari sosialisasi program ke
masyrakat, sampai masyarakat menerima program yang kita
tawarkan melalui pendekatan wawancara masalah atau kendala
yang dihadapi oleh pengusaha sampai pada program yangmau
dijalankan.
2. Goal attainment (pencapaian tujuan): sebuah sistem harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamamya. Dalam
strategi yang digagas mahasiswa bekerja sama dengan
masyrakat pemerintah maupun remaja yang ada di Desa ini
adalah perekonomian masyarakat yang mengalami penigkatan
lewat produk jamu, dalam pencapaian tujuan yang diharapkan
omset pemasaran jamu semakin meningkat, masyrakat mampu
menggunakan teknologi yang ada secara maksimal,adanaya
inovasi produk untuk menigkatkan penjualan jamu secara
terus menerus, laporan keuangan yang mulai tersistem, dengan
strategi yang diterapkan diharapkan masyrakat tidak bergantung
dengan pemerintah sehingga menjadi masyrakat yang mandiri.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 129


3. Integration (integrasi): suatu sistem harus mengatur antar
hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem
juga harus mengelola antara hubungan ketiga fungsi penting
lainnya (A,G,I,L) adaptasi goal laten hubungan yang perlu
dibangun antara masyarakat, pemerinah maupun pihak-pihak
tertentu yang bisa diajak kerja sama untuk meningkatkan
penjualan atau pemasaran produk.
4. Latency (latensi atau pemeliharaan pola): sebuah sistem harus
melengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi
individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan
menopang motivasi. Motivasi dan evaluasi dalam diri pengusaha
yang perlu dibangun bagi mental pengusaha harus selalu di
jaga. Motivasi untuk menigkatkan usaha kearah yang lebih
baik,agar tidak gampang puas terhadap hasil atau pencapaian
saat ini, semisal dengan membuka cabang untuk memperluas
pemasaran produk atau inovasi produk untuk memenuhi
permintaan pasar.
Dalam penulisan ini mengunakan metode deskriptif, dengan
melakukan analisis secara studi pustaka. Penulis menganalisis dan
menyajikan fakta secara sitematis sehingga lebih mudah untuk
dipahami dan disimpulkan. Penulis mengumpulkan dan mengkaji
berbagai refrensi yang menyinggung terhadap topik penulisan
yang diangkat. Pembahasan masalah menggunakan data sekunder
dari berbagai refrensi yang dikumpulkan dan dianalisis sehingga
mampu menghasilkan data-data yang dibutuhkan. Pendekatan teori
dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber seperti buku,
jurnal ilmiah, dan internet.
Dalam hal analisis informasi, penulis mengumpulkan, mengurai
dan menganalisa data dengan cara mereduksi dan penyajian data.
Mereduksi artinya merangkum, memilih hal-hal pokok yang

130 | Pemberdayaan dan Pembangunan


berhubungan dengan topik penulisan. Kemudian melakukan
penyajian data, yaitu menyajikan data untuk memudahkan peren­
canaan sesuatu berdasarkan apa yang telah dipahami (sugiyono
2010).
Sumber data dapat diperoleh dari berbagai sumber salah
satunya melalui jurnal baik berkala dalam kurun waktu tertentu yang
dikeluarkan oleh suatu organisasi atau profesi tertentu, yang memuat
tulisan berupa jurnal, artikel-artikel yang ada dengan pemikiran
secara ilmiah, secara empiris (artikel hasil penelitian) maupun logis
(atrikel hasil pemikiran dalam bidang tertentu.

UMKM JAMU DESA BARE-ELEH, TANAH MERAH KABUPATEN


BANG­KALAN
Kelebihan
Dari strategi yang di tawarkan kelebihan dari strategi ini yaitu
masyarakat lebih mengenal teknologi tidak hanya tau tapi bisa
mengoperasikan yang dibantu oleh mahasiswa dan juga pemuda
yang ada di daerah tersebut, dengan pemanfaatan media sosial
sebagai pasar yang mampu menjangkau wilayah yang lebih luas,
dengan tidak adanya batasan dan kebebasan dalam pemasaran,
pemanfaatan media juga tidak membutuhkan biaya yang mahal
dan semua orang bisa melakukan hal ini. Indonesia sebagian besar
penduduknya menggunakan media sosial, sehingga dengan mudah
untuk memasarkan produk jamu.
Dengan pemanfaatan teknologi juga membuat kemasan yang
lebih menarik, dengan tidak mengesampingkan kualitas yang sudah
ada sejak zaman dahulu. Adanya inovasi yang dilakukan pengusaha
jamu dengan masyrakat maupun mahasiswa untuk memajukan
usaha jamu yang ada, seperti merubah kemasan dengan tampilan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 131


yang lebih menarik, penambahan lebel halal, tanggal, bulan tahun
kadaluarsa, dan juga bahan-bahan yang ada dalam satu kemasam
jamu tersebut, dan pengusaha terus berinovasi untuk membuat jamu
yang cepat siap saji dan higienis dengan menggunakan alat tepat guna.
Dalamhalinovasi mengajak kaummuda khususnya mahasiswa untuk
berfikir kritis dan kreatif untuk terus berinovasi, dalampenerapan
tidak bisa lepas dari peran masyarakat karena mereka lebih
memahami secara teknis atau praktikdenganpengalaman yang
tentunya tidak sebentar, bukan teori seperti mahasiswa sehingga saling
melengkapi danmenutupi kekurangan yang ada,antara masyarakat
denganpemuda di desa. Perkembangan industri menjadikan peluang
kerja bagi masyarakat, sehingga dari berkembangnya industri jamu
dapatmembantu meningkatkan ekonomi masyarakat, kesehatan
dan juga pendidikan, tidak hanya itu setidaknya mengurangi angka
pengangguran di wilayah bangkalan serta mengurangi pemuda
untuk keluar kota mencari kerja, adanya pembagian kerja dari
produksi sampai denganpendistribusian. Umkm dimadura cukup
banyak akan tetapi banyak yang gulung tikar karena tidak mampu
bersaingdengan produk baru. Sangat disayangkan jika produk jamu
hanya meninggalkan cerita tanpa adanya kemajuan dan keberlanjutan
untuk terus berinovasi.

Kekurangan
Peluanguntuk pasar jamu cukup besar dengan masyarakat masih
meyakini khasiat yang ada pada minuman jamu. Akan tetapi, produk
jamu masih belum bisa dikenal masyarakat luas khusunya jamu
Madura, kekurangan dari strategi ini yaitu Masyarakat yang belum
bisa menerima dengan teknologi yang ada dengan masyarakat yang
tidak mau berubah dari system yang sudah ada sejak zaman dahulu
dengan sistem baru, seperti penjualan yang masih tradisional, dengan

132 | Pemberdayaan dan Pembangunan


adanya perubahan sistem dibutuhkan waktu dan proses maupun
tahapan dimulai dari hanya melihat sampai dengan menggunakan
media tanpa pendampingan. Karena pendidikan masyarakat
yang tidak merata menjadikan masyarakat yang kurang paham
atu mengenal teknologi yang ada dan sudah berkembang. Dalam
pemberdayaan masyarakat diperlukan dukungan dari beberapa
pihak tidak hanya pengusaha jamu, pemerintah, tapi juga anak muda
yang ada di lingkungan tersebu, baik anak pengusaha jamu tapi
juga pemuda maupun mahasiwa yang ada di wilayah terebut, akan
tetapi faktanya para pemuda lebih senag bekerja di luarkota, bahkan
ada yang merasa malu jika bekerja di kampungnya sendiri. Mental
pemuda yang yang harus dibangun untuk cinta daerah sendiri.

Pembahasaan
Pemanfaatan jamu tradisional sebagai obat tradisional baik di
dalam maupun di luar negeri sebenarnya sudah ada sejak ribuan
tahun yang lalu, adanya pernyataan yang menunjukkan bahwa pada
tahun 100 SM penduduk Asia Tenggara berimigrasi ke kepulauan
Polinesia dan membawa pengaruh besar sebagai tanaman obat. Sejak
saat itu di Madura dengan meracik berbagai jenis tanaman obat yang
langka dan banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat, baik
untuk kesehatan wanita maupun laki-laki.
Strategi yang ditawarkan untuk mengurangi masalah diatas
dengan memberikan pelatihan-pelatihan manajaemen pengelolaan
usaha kecil dan keuangan sederhana, pendampingan merancang
bungkus produk (packing) yang lebih menarik dan meningkatkan
daya awet produk serta memberikan teknologi yang tepat guna.
sebelum adanya pelatihan untuk menigkatkan perekonomian
masyarakat melalui penjualan jamu, kami terlebih dahulu menanya­
kan permasalahan yang ada. Setelah itu kami menawarkan solusi,

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 133


sebelumnya kami mengadakan sosialisasi terlebih dahulu, dalam
pendampingan packing meliputi desain kemasan yang menarik
sehingga mampu bersaing dipasar modern. Untuk menigkatkan
penjualan kami mengadakan pelatihan internet pada kelompok
Home industri untuk melatih bagimana cara-cara memasarkan lewat
dunia maya (internet) supaya bisa laku cepat dan menjangau pasar
yang lebih luas. (Arifin, 2016.)

Adaptasi pemasaran Jamu


Di Era digital memang membawa banyak perubahan dan
yang tidak sedikit sehingga mendukung perkembangan bisnis via
digital, Mochtar Riady berpendapat, perubahan sosial yang terjadi
di era digital saatini tidak dapat terelakkan. Menghadapi perubahan
tersebut, perusahaan besar maupun kecil harus peka akan kebutuhan
pasar saat ini, untuk menyesuaikan di era digital yang tidak bisa
terelakkan, jika perusahaan maupun umkm tidak siap maka harus
siap dengan resiko yang harus ia terima yaitu kehancuran,karena
tidak mampu bersaing. Media pemasaran online pada era digital
seolah sebagai primadona pemecah masalah, oleh sebab itu pelaku
usaha berbondong-bondong untuk memanfaatkan media pemasaran
online sebagai motor penggerak roda bisnisya. Pemasaran online
merupakan salah satu solusi yang ada dengan kemudahan yang
ditawarkan untuk penghubung atara produsen dengan konsumen
dengan minimnya biaya. Hal ini tentu menjadi solusi singkat cepat
dan efisien dalam mengembangkan usaha terutama bagi mereka
yang baru memulai usaha.
Tidak kalah penting dari itu irawan hidayat, mengingatkan
pelaku industri jamu untuk segera mungkin memenuhi aturan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) karena gaya hidup,

134 | Pemberdayaan dan Pembangunan


tingkat ekonomi, dan selera masyarakat terus berkembang. Kondisi
ini membuat industri jamu dan obat herbal juga harus berbenah
ia juga menambahkan jika pengusaha jamu dan obat herbal tidak
mengikuti (CPOTB) maka 2 tahun sampai 5 tahun lagi mereka akan
ditinggal oleh pelanggannya. Secara natural yang tidak mengikuti
zaman akan tersingkir.Dia menyebutkan saat ini bersama badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), asosiasi menyelenggarakan
program bapak angkat. Para pengusaha jamu dan obat herbal yang
belum memenuhi aturan CPOTB dapat mempelajari langsung
bagaimana cara produksi maupun pengembangan produk yang baik
(Jakarta, news.com)
Pemanfaatan teknologi sebagi salah satu alat yang bisa diman­
faatkan untuk mendongkrak pembelian masyarakat terhadap
jamu melalui, branding yaitu memberikan tampilan baru terhadap
produk yang ada sehingga lebih muda untuk dipasarkan, dengan
adanya perubahan ini masyarakat perlu adanya penyesuain dengan
sistem yang baru yang biasanya di lakukan dengan manual sekarang
dengan kecangihan tekologi mampu memperluas pemasaran akan
tetapi harus ada kemauan. Dalam pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat kuncinya mau terbuka akan
saran, perubahan dan ulet dalam prosesnya akan ada pendampingan
dari mahasiwa yang bekerjasama dengan pemuda maupun
pemerintah
Produk jamu semakin hari diminati karena khasiat atau manfaat
yang terkandung, sudah dibuktikan sejak dulu hingga saat ini, tidak
hanya dari harga yang bisa dijangkauoleh kalangan menegah ke
atas maupun ke bawah. Untuk menarik konsumen produk jamu
perlu adnaya inovasi dari kemasan mapun keamanan, dalam hal
ini kerjasama dengan pemerintah, dalam hal surat izin produksi
maupun dalam hal sertifikat halal dati MUI, dengan adanya lebel

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 135


halal masyrakat lebih yakin akan produk jamu itu memang layak
dikonsumsi dan terbukti halal dan aman. Untuk mendukung hal
tersebut diperlukan pembuatan tanggal tahundan bulan kadaluarsa
dalam setiap kemasan jamu, setiap kali produksi sehingga pembeli
tidak was-was saat mau membeli atau mengonsumsi produk jamu.
Selain hal diatas stategi untuk pejualan jamu perlu adanaya kerjasama
dengan swalayan maupun toko di sekitar wilayah produksi, dari satu
swalayan ke swalayan, dengan tujuan memperluas pemasaran secara
langsung selain memanfaatkan teknologi yang ada sepeerti media
sosial, Intagram. Facebook maupun Twiter, dengan memanfaatkan
aplikasi whatsapp sehingga mempermudah dalam hal komunikasi.
Setelah stategi pemasaran dengan memanfaatkan teknologi dan
memasarkan secara online dengan tujuan memasarkanjamu, ada hal
lain yang perlu diperhatikan yaitu masalah pengelolaan keuangan,
karena banyak pengusaha yang merasa omset yang diperoleh cukup
besar, tapi kenapa labanya selalu habis, dan ini sering dialami
pemula yang tidak memisahkan antara uang pribadi dengan uang
usaha. Sehingga uang usaha terpakai untuk keperluan sehari-hari,
dan uang pribadi ikut digunakan untuk operasionalusaha.Untuk
itu perlu adanya pengelolaan uang yang baik, pengusaha di berikan
pengarahan dan pendampingan dalam mengelola keuangan melalui
beberapa tahap, yang pertama memisahkan uang pribadi dengan
uang usaha, setelah itu menentukan besar prosentasi keuangan
yang akan digunakan untuk kebutuhan usaha, setelah itu membuat
pembukuan dengan rapi, tujuannya mengontrol semua transaksi
keuangan, baik pemasukan, pengeluaran, serta hutang dan piutang
yang dimiliki usaha. Pembukuan yang rapi juga sangat membantu
mengevaluasi perkembangan usaha. (Mujanah, 2014). Dalam
strategi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat banyakhal
yang perlu diperhatikan karena sifat masyarakat yang berbeda-beda

136 | Pemberdayaan dan Pembangunan


sehingga tidak bisa dipukul rata, begitu juga dengan masalah yang
ada sehingga perlu adanya observasi sebelum ke tahap pelaksaan
program atau strategi yang sudah dirancang sebelumnya.

KESIMPULAN
Indonesia memiliki keanekaragamaan hayati lebih kurang
30.000 jenis tanaman, dimana 2.500 jenis diantaranya tanaman obat.
Indonesia sebagai Negara agraris juga memiliki hutan dan lahan
yang luas serta menyimpan kekayaan alam yang besar.Tanaman yang
berkhasiat obat dalam masyarakat biasa dikenal dengan sebutan
jamu. Pemasaran jamu di bangkalan masih dilakukan secara manual,
sepertimenjual jamulebih banyak menuggu pelanggan datang
untuk membeli dari pada memanfaatkan teknologi yang ada secara
maksimal.
Salah satu permasalahan pengusaha jamu di bangkalan,
sehingga perlu adanya strategi baru untuk mendongkrak pemasaran
jamu melalui pemanfaatan teknologi yaitu membuat branding
produk jamu, membuat desain kemasan yang lebih menarik,
membuat surat perizinan produksi, sertifikat halal dari MUI yang di
cantumkan dalam kemasan produk jamu, bekerja sama dengan toko
dan swalayan untuk membantu pendistribusian sekaligus sebagai
media promosi, sampai dengan pemasaran melalui media sosial dan
aplikasi whatsapp sebagai sarana komunikasi untuk memperluas
jaringan pemasaran,mahasiswa pemerintah maupun pemuda
bekerjasama untuk penigkatan mutu dan kualitasdari produk jamu,
dan mendampingi pengusaha yang masih gagap teknologi, yang
diawali melalui observasibaru sosialisasi dan pelaksaan program
atau strategi yang sudah di rencanakan.Dengan adanya stategiini
diharapkan mampu meningkatan penjualan jamudi Desa Bare-Ele,
Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 137


SARAN
Dengan adanya strategi peningkatan penjualan jamu di Desa
Bare Eleh, Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Kangkalan diharapkan
dapat diikuti masyarakat secara berkelanjutan, karena dengan
strategi yang baik maka volume penjualan dapat meningkatkan
penjualan. Diharapkan masyarakat terbuka untuk menerima startegi
yang penulis tawarkan, peranmasyarakat, pengusaha danpemuda
atau mahasiswa khususnya juga diharapkan bisa berjalan beriringan
sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Peran pemerintah
yang tidak kalah penting untuk peningkatan penjualan seperti
surat izin produksi. Tidakhanya itu inovasi harus terus dilakukan
sehingga produk jamu yang ada di Bangkalan dapat bersaimg dengan
produk jamu yang ada diluar sana. Dalam kemasan jamu pemilihan
warna, desain dan juga membuat cirri khas dari produk tersebut,
misalnya logo, pemandangan, budaya atau dibuat secara sederhana
dengan tujuan agar orang mudah mengenali bahwa ini produk
jamu bangkalan, adanya pembeda antar wilayah bahkan pengusaha.
Untuk pengemasan yang awalnya botol bekas bisa diganti dengan
botol kaca, dengan penambahan komposisi bahan yang ada pada
produk jamu sehingga orang lebih percaya akanproduk jamu serta
penambahan logo halal, tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa dari
produk. Pemanfaatan teknologi dalam produksi maupun distribusi.
Seperti pemanfaatan sosial media untuk pemasaran yang lebih luas.
Dan yang terakhir yaitu pembukuan atau laporan keuangan hal yang
tidak kalah penting, maksudnya untuk menghitung berapa omset
penjualan antara modal keuntungan, biaya tetap maupun kerugian
dalam jangka waktu satu bulan atau satu minggu, jadi jelas semisal
adayang mau menanamkan modal tidak takut hilang uang yang ia
keluarkan, karena pencatatan keuangan itu jelas.

138 | Pemberdayaan dan Pembangunan


DAFTAR PUSTAKA

Anis,dkk. 2014. Surakarta: Optimalisasi Perencanaan Produksi


Denganmetode Goal Programming.
Bisnis.com, JAKARTA—Daya beli disebut menjadi tantangan utama
bagi pelaku industri jamu pada tahun ini.
Biofarmaka IPB. 2013. Quality of Herbal Medicine Plants and
Traditional Medicine. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/
brc-article/587-quality-of-herbal-medicine-plants-and-
traditionalmedicine-2013
Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM. 2013. Pola Pembiayaan Usaha
Kecil (PPUK) Industri Jamu Tradisional (Pola Pembiayaan
Syariah). Bank Indonesia. 43 hal.
Ebook.Diakses dari https://de.wikipedia.org/wiki/E-Book, diakses 8
April 2016, pukul 14.05.
Hapsari, Pradnya Paramita Dan Abdulhaki,Saleh Soeaid, “Pengarug
Pertumbuhan Usaha Kecil Menegah (UKM) Terhadap Pertum­
buhan Ekonomi Daerah (Studi Di Pemerintah Kota Batu”,
Jurnal Administrasi Public Vol. 17, No 2 (2014)
Mujanah siti,dkk. 2014. Surabaya:Penerapan Teknologi Tepat Guna
Bagi Kelompok Usaha Kecil Jamu Tradisional Di Kecamatan
Sampang Madura
Pengertian, fungsi, dan kekurangan kelebihan dari E-book.Diakases
dari http://www.kumpulanmateri.com/2015/05/pengertian-
fungsi-dan-kekurangan.html, diakses 12 April 2016, pukul
11.40.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 139


Ricahrd widodo,dkk, 2016 dalam jurnal kajian penigkatan usaha
rumah tangga jamu herbal instan di desa Galengdowo,
Wonosalam Jombang
Surabaya jurnal pengabdian LPPM UNTAG suarabaya kajian
penigkatan usaha rumah tangga jamuherbal instan di desa
galengdowo, wonosalam jomban.
Bisnis.com, JAKARTA—Daya beli disebut menjadi tantangan utama
bagi pelaku industri jamu pada tahun ini 2016.
Bangun Perpustakaan Ebook di Komputermu Menggunakan
Calibre http://bimapedia.blogspot.co.id/2013/01/bangun-per­
pustakaan-ebook-di-komputermu.html.
Sugiyono, 2010 dalam Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 335
Mujanah siti,dkk. 2014, Surabaya hal 72-80.Penerapan teknologi
tepat guna bagi kelompokusaha kecil jamu tradisional di
kecamatan sampang.
Susilo, Joko. 2012 Tiga langkah dalam proses pemasaran” www.
jokosusilo.com/.../3-hal-penting-dalam-proses-p. Jun 11, 2012
- di download pada tanggal 12 Maret 2014
Widayat arifin. 2010. Keberlangsungan Industry Jamu Serbuk Dan
Fakror-Faktor Yang Mempengaruhi Gi Kecamatan Nguter
Kabupaten Sukoharjo.Surakarta
Zainal arifin .2016. Ibm Home Industri Jamu Tradisional Madura
Untuk Meningkatkan Daya Saing Di Kabupaten Pamekasan.

140 | Pemberdayaan dan Pembangunan


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI USAHA
KERAJINAN BATIK TANJUNG BUMI BANGKALAN
DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN LOKAL

Kartini Yasiro Ulfa, Muslichatin, Moh. Rasuki, Linda Nur Azizah, Ali
Aulia Sobri, Moh Adfar Istihar, Rico Lidismawan, Dian Pramesti,
Khoirul Anwar: SOSIOLOGI B 2017

LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi,
bertambahan penduduk dan angka pengangguran di Indonesia juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Usaha kerajinan batik
merupakan salah satu industri kreatif yang mempunyai peran besar
dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia dikarenakan
menyerap tenaga kerja. Usaha kerajinan batik bertujuan untuk mem­
bangun kemandirian dan melahirkan masyarakat yang terampil dan
berkompetisi dan dapat meningkatkan perekonomian lokal.
Pemberdayaan lebih memfokuskan bagaimana kemampuan
seseorang untuk bisa mengolah sesuatu sesuai dengan lingkup
bidang yang ditekuninya, sehingga mereka memiliki akses yang
baik untuk memproduksi dan menghasilkan berbagai jenis karya
dan pada akhirnya mampu ikut berpartisipasi dalam meningkatkan
pembangunan dan berbagai keputusan yang mereka pilih (Suharto,
2005).

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 141


Dalam lingkup pemberdayaan terdapat serangkaian usaha
pengembangan masyarakat melalui pelatihan-pelatihan yang men­
cip­
takan masyarakat yang terampil, mandiri dalam masyarakat
untuk menikmati kehidupan yang jauh lebih baik. Dalam proses
pemberdayaan tentunya dibutuhkan kerjasama yang baik antara
mitra yang dituju, entah itu masyarakat sekitar maupun pemerintah.
Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Salah satu pemberdayaan masyarakat adalah melalui
usaha kerajianan batik, batik saat ini telah masuk dalam dunia
industri tekstil yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
masyarakat maupun ikut andil dalam peningkatan ekonomi Negara.
Salah satu kecamatan di Bangkalan yang memiliki usaha
kerajinan batik adalah kecamatan Tanjung Bumi. Batik merupakan
hal yang tidak asing bagi masyarakat sekitar. Batik merupakan salah
satu warisan nusantara yang unik. Keunikannya ditunjukkan dengan
berbagai macam motif yang memiliki makna tersendiri. Batik adalah
kerajinan yang memiliki seni yang tinggi dan telah menjadi bagian
dari budaya.
Usaha Batik Tanjung Bumi berada pada sentra kerajinan batik
telaga biru di Bangkalan. Memasuki kecamatan Tanjung Bumi
maka akan didapati rumah-rumah yang beralih fungsi menjadi
tempat kerajinan batik tulis Tanjung Bumi. Usaha batik di Tanjung
Bumi ini masih memerlukan pembinaan yang terus-menerus agar

142 | Pemberdayaan dan Pembangunan


masalah yang dihadapi dapat segera diatasi. Beberapa masalah utama
yang sering dihadapi antara lain masalah permodalan, pemasaran,
keahlian, manajemen sumber daya manusia dan keterampilan dalam
mengelola usaha. Usaha batik ini digunakan untuk menopang
kebutuhan keluarga sehari hari.
Batik Madura mempunyai corak dan warna yang berani serta
berkarakter kuat, yang tidak sama dengan batik pada umumnya.
Meskipun di Madura ada 4 kabupaten tetapi antara daerah satu
dengan yang lainnya dalam kekhasan motif batik memiliki keunikan
tersendiri. Namun dalam pewarnaannya memiliki warna yang
sama, yaitu warna yang mencolok seperti kuning, merah atau hijau.
Khususnya di Desa Paseseh, proses dalam pembuatan kerajinan batik
ini dibuat secara unik.
Dalam jurnal yang berjudul Enterpreneurship Perajin Batik
Tulis Madura di Desa Paseseh dan Telaga Biru, Kabupaten Bangkalan,
Oleh Juliuska Sahertian, yang mempunyai kesimpulan entrepreneur
memiliki karakteristik yang telah nampak dalam kehidupan para
pengrajin batik tulis Desa Tanjung Bumi, tetapi masih sangat minim.
Sekalipun beberapa perajin memiliki sikap yang sangat positif
terhadap entrepreneur atau kemandirian namun mereka masih
belum melihat hal itu sebagai alat atau motor penggerak ekonomi
mereka. Enterpreneur di Paseseh perlu dikembangkan lagi agar dapat
membuat masyarakat lebih gigih lagi dalam berwirausaha. Peneliti
secara umum menemukan bahwa pengalaman dalam membatik
tidak selalu menjadi faktor utama seseorang untuk berwirausaha
menjadi salah satu dorongan untuk mengetahui bahwa melalui
pemberdayaan bisa melalui usaha batik tulis untuk lebih dalam lagi
(Sahertian, 2016).
Dalam skripsi yang berjudul Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah dalam Meningkatkan Perekonomian Lokal di Desa

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 143


Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan, oleh Achmad Marzuki yang
menghasilkan penelitian yaitu DESPERINDAG selalu memberikan
pendampingan terhadap kualitas manajemen sumberdaya manusia
dan sumberdaya alam seperti dengan diberikannya peralatan alat-alat
produksi batik yang dapat memabantu UMKM lebih maju lagi dalam
mengembangkan usahanya. dan dibuatkannya Website yang bekerja
sama dengan cukup efektif dalam mengurangi jumlah penduduk
miskin, bisa mandiri dari pendapatan batik itu sendiri. Akan tetapi
hubungan ini tidak terjalin dengan baik dengan DESPERINDAG
(Marzuki, 2011).
Usaha batik ini merupakan tonggak perekonomian untuk
mensejahterakan masyarakat sekitar ditengah kondisi perekonomian
yang semakin sulit, harga-harga kebutuhan bahan-bahan dalam
membuat batik melambung tinggi, sehingga menyebabkan pen­
dapatan masyarakat semakin menurun. Usaha kerajinan batik di
Tanjung Bumi Bangkalan merupakan fenomena menarik untuk
dikaji dan dideskripsikan.

PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas
maka permasalahan dalam artikel dalam judul pemberdayaan
masyarakat melalui usaha kerajinan batik Tanjung Bumi Bangkalan
dalam meningkatkan perekonomian lokal, sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui usaha
kerajinan batik Tanjung Bumi Bangkalan dalam meningkatkan
perekonomian lokal?

144 | Pemberdayaan dan Pembangunan


LITERATUR REVIEW
Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu upaya meningkatkan kemampuan
dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga mereka dapat
meng­aktualisasikan jati diri, hasrat dan martabatnya secara mak­
simal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara maksimal.
Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang orang
yang lemah atau tidak beruntung. Cara melakukan pemberdayaan:
1. Membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya terlebi
dahulu, mulai mengidenfikasi masalahnya terlebih dahulu.
2. Melakukan suatu analisis terhadap permasalahan secara man­
diri dengan memetakan masalahnya satu per satu lalu kita
lakukan analisis.
3. Menentukan skala prioritas masalah yang sudah kita temukan.
4. Mengevaluasi seluruh atau rangkaian dari pemberdayaan yang
ada.
5. Melaksanakan atau melakukan tindakan nyata untuk menye­
lesaikan masalah yang ada.

Masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan orang-orang
yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Soekamto :
1. Masyarakat dicirikan oleh manusia yang hidup bersama di
dalam lingkungan sosial yang tidak ada ukuran mutlak ataupun
angka pasti untuk menentukan jumlah manusia yang harus ada.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 145


2. Orang yang hidup bersama.
3. Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
4. Mereka sadar bahwa mereka memiliki satu kesatuan
5. Mereka merupakan suatu sistem yang hidup bersama yang
menimbulkan suatu kebudayaan (Abdulsyani, 1987).
Dari ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adalah suatu kelompok yang terorganisasi dan yang hidup bersama.

Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat yaitu suatu usaha untuk mem­
berdayakan masyarakat di bidang kehidupan ekonomi dan sosial
yang ada dalam masyarakat. Dalam konsep pemberdayaan masya­
rakat yaitu dimulai dari bagaimana masyarakat diperlakukan
untuk memperoleh suatu yang dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, memberi kekuasaan atau mendelegasikan kewenangan,
agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan kepu­
tusan untuk membangun diri dan lingkungannya. Meningkatkan
kemampuan, melalui pelaksanaan program pemberdayaan agar
kondisi kehidupannya mencapai tingkat kemampuan yang diharap­
kan. Tujuan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan daya
dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat mulai dari faktor
ekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan (Bahri, 2007).
Pada dasarnya strategi pemberdayaan adalah suatu langkah
atau prosedur yang dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit
dalam melaksanakan proses pemberdayaan, dengan melakukan
strategi-strategi diatas yang akan memiliki tujuan akhir dan adanya
kemandirian dari masyarkat sekitar. Pelaksanaan proses dan
pencapaian tujuan pemberdayaan dapat dicapai melalui penerapan
pendekatan pemberdayaan (Suharto, 2005).

146 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Pendekatan-pendekatan tersebut adalah:
1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memung­
kinkan dapat menggali potensi masyarakat agar berkembang.
Pemberdayaan harus mampu membahas masyara­kat dari aspek
kultural dan struktural yang menghambat.
2. Penguatan: meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan meme­
nuhi kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menum­
buh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri
masyarakat agar menunjang kemandirian mereka.
3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. Menghindari
terjadinya persaingan yang tidak seimbang antara yang kuat
dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat
terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan
pada penghapusan segala jenis diskriminasi.
4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar
masyarakat mampu menjalankan peran dan tugas-tugas kehi­
dupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat
agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin
lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan: kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseim­
bangan distribusi kekuasaan. Pemberdayaan harus mampu
men­ jalani keselarasan keseimbangan yang memung­ kinkan
setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Usaha kerajinan batik


Usaha adalah adanya suatu kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan untuk menciptakan suatu hasil dalam satu tujuan tertentu.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 147


Usaha ditinjau dari modal dan tenaga kerja yang berusaha memenuhi
kebutuhan dengan tujuan mencari laba. Usaha perlu dikelola dengan
baik dengan tujuan agar dapat mencapai keteraturan, kelancaran,
ketercapaian dan kelangsungan usaha agar orang dapat bekerja
secara efisien sehingga dapat mencapai efisiensi. Supaya usaha dapat
berjalan lancar maka perlu mengatur kegiatannya dengan rapi.
Pengaturan yang rapi merupakan unsur-unsur yang berkaitan dalam
penyelenggaraan aktifitas usaha.
Usaha kerajinan batik yaitu usaha masyarakat dalam pere­
konomian yang mengangkat kerajinan batik sebagai produk unggul
yang ditawarkan dalam pemasarannya. Madura memiliki pengrajin
batik yang telah diuraikan sebelumnya dengan ciri khas masing-
masing. Kajian mendalam mengenai batik madura menjadi salah sau
upaya pelestarian batik sebagai warisan nusantara. Usaha pengrajin
batik biasa dilakukan oleh industri rumah tangga, yang bertempat
di rumah pengusaha dan memiliki pekerja keluarga maupun orang
sekitar yang ada di sekitar tempat industri batik. Usaha kerajinan
batik merupakan industri kreatif yang memerlukan skill tersendiri
dalam proses mencanting, dan memerlupakan ide kreatif dan inovasif
dalam pembentukan motif dan makna batik. Jadi tidak sembarang
orang bisa menjadi pengrajin batik harus melalui proses pelatihan
terlebih dahulu.

Perekonomian lokal
Perekonomian lokal adalah proses dimana pemerintah lokal
dan organisasi masyarakat bekerjasama satu sama lain untuk terlibat
dalam memberikan suatu dorongan, merangsang, memelihara,
aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Salah
satu kebijaksanaan pembangunan ekonomi lokal didasarkan pada

148 | Pemberdayaan dan Pembangunan


prinsip keuntungan, salah satunya melalui pengembangan potensi
ekonomi masyarakat sekitar. Kemampuan ekonomi yang ada di
masyarakat sekitar yang mungkin layak dikembangkan dengan
pelatihan-pelatihan sehingga akan terus berkembang menjadi
sumber penghasilan masyarakat sekitar bahkan dapat mendorong
perekonomian lokal secara keseluruhan untuk berkembang secara
berkesinambungan. Masyarakat adalah pelaku yang menentukan
tujuan, mengontrol sumberdaya dan mengarahkan proses penda­
yagunaan sumberdaya. Kita harus mengelola sumberdaya dalam
mewujudkan kepentingan bersama. Kegiatan ini dirancang
berdasarkan prakarsa dan partisipasi masyarakat dengan orientasi
kebutuhan sehingga dapat meningkatkan perekonomian lokal
(Mulyana, 2017).
Jadi perekonomian lokal yaitu sebuah aktifitas perekonomian
yang dalam prosesnya menggunakan sumberdaya dari lokal, serta
mempengaruhi pemberdayaan masyarakat dalam menunjukkan
kearifan potensi budaya lokal untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif
lebih menekankan makna daripada generalisasi. Menurut Bogdan
dan Taylor penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan
dunia sosial beserta masalahnya, dan perspektifnya di dalam dunia
dari segi konsep, perilaku, perspektif, dan persoalan tentang manusia
yang diteliti yang mana bermaksud memahami tentang yang dialami
oleh subjek penelitian secara holistic (utuh) dan memberikan
gambaran umum secara detail tentang suatu realita sosial yang ada di
masyarakat secara lengkap dan terperinci (Moleong, 2016).
Pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan yang berupaya
memberikan gambaran secara lengkap mengenai suatu permasalahan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 149


Pendekatan ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan-
permasalahan yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat
yang lampau. Pendekatan deskriptif cenderung menggambarkan apa
adanya dengan cara menelaah secara teratur dan mengutamakan
obyektifitas serta dilakukan secara cermat.
Dalam artikel penelitian ini peneliti menggunakan informan
atau pelaku yang benar-benar tahu atau menguasai masalah, yang
akan menjadi informan narasumber (key informan) yaitu adalah
pengelola atau pemilik pengrajin batik yang berada di Tanjung Bumi.
Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi dan wa­
wan­cara. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang menga­
dakan pengamatan dan pencatatan secara langsung ke lapangan atau
objek peneltian. Wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara
pewawancara dan informan untuk menggali informasi dengan detail
dan terperinci (Sugiyono, 2016). Jenis data dalam artikel ini yaitu
ada dua, data primer dan data sekunder.. Data primer adalah data
yang diperoleh langsung dari informannya untuk menggali informasi
tentang pemberdayaan masyarakat melalui usaha kerajinan batik
tanjung bumi bangkalan dalam meningkatkan perekonomian lokal.
Data sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumber utama (melalui teknik wawancara atau observasi) akan
tetapi pada data yang telah tesedia tanpa melakukan penelitian. Data
tersebut berupa buku, jurnal, skripsi, dokumentasi dan lain-lain.
Teknik analisis data menggunakan model analisis Miles dan
Huberman, yaitu proses analisis yang dilakukan pada saat pengum­
pulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data kualitatif melalui
beberapa langkah analisis diantaranya adalah reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan (Sugiono, 2016). Reduksi data
adalah merangkum data yang telah diperoleh dari lapangan dicatat

150 | Pemberdayaan dan Pembangunan


secara teliti dan rinci, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Penyajian data
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan penyajian data (Sugiyono, 2016). Dalam
penelitian ini peneliti mengumpulkan data terkait pemberdayaan
masyarakat melalui usaha kerajinan batik Tanjung Bumi Bangkalan
dalam meningkatkan perekonomian lokal.
Verifikasi data dalam artikel ini adalah penarikan kesimpulan
yang bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada
tahap awal didukung dengan bukti yang valid maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono,
2016). Dalam artikel ini akan terungkap mengenai makna dari data
yang dikumpulkan, dengan demikian kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab sebuah rumusan masalah.

PEMBAHASAN
Tanjung Bumi merupakan salah satu sentra batik tulis di Madura,
tepatnya terletak di kabupaten Bangkalan. Batik tulis Tanjung Bumi
terkenal dengan coraknya yang lebih unik dibandingkan dengan
batik Madura dari kabupaten yang lain. Corak batik ini cenderung
lebih bernuansa Madura, dan ditandai dengan adanya warna merah,
kuning, hijau, atau salah satu dari ketiganya pada setiap batiknya.
Batik adalah salah satu warisan kebudayaan dari bangsa
Indonesia yang sudah memiliki nama di dalam negeri maupun di luar
negeri. Batik berasal dari gabungan dua kata bahasa jawa : “amba” dan
“tik” yang artinya adalah menulis atau melukis (Ramadhan, 2013).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “batik adalah corak

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 151


atau gambar (pada kain yng pembuatannya secara khusus menuliskan
atau menorehkan malam kemudian pengolahannya diproses dengan
cara tertentu. Terdapat tiga komponen dasar pada batik, yaitu warna,
garis, dan titik. Titik berarti juga tetes yang diketahui bahwa membuat
kain batik dilakukan pula penetesan lilin diatas kain putih. Batik
merupakan bahan kain yang sangat erat nilainya dengan budaya
masyarakat Indonesia. Batik tidak hanya sebagai hasil dari produksi
semata, namun juga merupakan hasil budaya dai suatu masyarakat
(Lisbijanto, 2013)
Batik yag berada di Tanjung Bumi di dominasi oleh motif
yang ada di alam sekitar seperti tumbuhan dan binatang. Dan tak
kalah pentingnya proses pembuatannya pun lebih detail dibanding
yang lain. Setiap batik memiliki motif dan ciri-ciri tersendiri yatu
mempunyai corak dan warna yang berani serta berkarakter kuat,
yang tidak sama dengan batik pada umumnya. Salah satu pengrajin
batik yang berada di kawasan desa sentra kerajinan batik Tanjung
Bumi. Proses pembuatan batiknya tidak jauh dari pembuatan batik
di daerah lain, menggunakan selembar kain diukir menggunakan
malam yang ditempatkan ke canting tangan dilakukan oleh pengrajin
kreatif.
Proses pembuatan batik madura :
1. Bahan
a) Malam.
b) Kain katun atau sutra.
c) Zat pewarna kimia atau alami.
2. Alat
a) Kompor.
b) Canting
c) Wajan.

152 | Pemberdayaan dan Pembangunan


3. Cara Pembuatan
a) Malam dipanaskan terlebih dahulu di dalam wajan yang
sudah dibersihkan.
b) Setelah malam telah matang diangkat lalu ditaruh kedalam
canting.
c) Lalu canting yang sudah diisi malam digunakan untuk
membuat sketsa sesuai dengan gambar yang diinginkan.
d) Pengeblokkan sketsa dengan malam.
e) Pemberian warna dasar pada kain.
f) Rendam dengan air panas untuk melelehkan lilin
g) Dijemur.
Kesulitan dalam pembuatan batik yang peneliti telusuri adalah
pembuatan sketsa, pembuatan motif, penutupan malam, dan juga
penjemuran karena bergantung pada kondisi cuaca dan waktu
yang lama. Keunikan batik Tanjung Bumi ialah batiknya diletakkan
didalam gentong dalam waktu yang lama, hal ini bertujuan untuk
menghasilkan kualitas batik terbaik dan untuk menghasilkan
warna alami. Cara pemasaran batik Tanjung Bumi yang pertama
batik dititipkan di toko untuk dipasarkan. Yang kedua pemasaran
dilakukan dengan cara mempublikasikan batik ke sosial media dan
sahabat dekat. Omset yang pernah didapat dari batik ini dahulunya
10 juta karena bahan banyak dan harga stabil, namun sekarang omset
yang didapat mulai menurun karena bahan terbatas dan harga selalu
naik. Pelabelan batik dilakukan oleh toko atau distributor, pihak
produsen hanya sebagai pembuat saja tidak ikut campur mengenai
label atau merk dari batik yang diproduksi.
Ruang lingkup pemasaran batik tanjung bumi ini selain di
pasarkan di wilayah Madura juga di pasarkan di luar wilayah Madura
seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Bahkan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 153


pemasaran batik ini pernah sampai ke luar negeri yaitu Malaysia,
Brunei Darusalam dan Singapura. Untuk harga batik tanjung bumi
ini dibandrol mulai dari Rp. 450.000 – Rp. 1.000.000. Narasumber
mengungkapkan alasan batik tanjung bumi mahal ialah karena :
1. Proses pembuatan yang panjang.
2. Pembuatan dengan tulis tangan bukan printing atau cap yang
pasti memakan waktu lama.
3. Bahan kain yang memiliki kualitas tinggi.
4. Proses yang agak rumit karena tergantung sesuai pemesanan
dari pembeli.
Batik Tanjung Bumi tidak hanya menyongsong perekonomian
si pemilik usaha batik, namun juga dengan adanya usaha kerajinan
batik di Desa Paseseh Tanjung Bumi tersebut, juga membantu
perekonomian masyarakat sekitar desa, karena kebanyakan tenaga
kerja dan pengrajinnya merekrut dari warga sekitar dengan berbagai
keahlian dan pembagian kerja yang berbeda, ada yang bertugas
membuat sketsa. Ada yang bagian melukis motif batik di kain, ada
juga yang bertugas mewarnai, menjemur, dan lain sebagainya.
Selain itu pemuda-pemuda disana yang melanjutkan pendidikan
ke jenjang perkuliahan juga membantu memperkenalkan batik
daerahnya kepada teman-teman mereka di kampus tempat mereka
kuliah dan juga mengekspos foto-foto batik Tanjung Bumi di
media-media sosial yang mereka miliki, dan itu sangat membantu
untuk memperkenalkan batik Tanjung Bumi di kancah nasioal
dan internasional dan hal itu terbukti berhasil dengan banyaknya
peminat batik tanjung bumi mulai dari skala nasional hingga skala
internasional.
Pada proses pemberdayaan melalui industri kerajinan batik
yang ada di wilayah Tanjung Bumi seseorang harus mempunyai jiwa

154 | Pemberdayaan dan Pembangunan


kemampuan enterprenuer untuk menciptakan kesempatan, berjiwa
inovatif, berani mengambil risiko, memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan lingkungannya, meningkatkan taraf hidup
orang-orang di sekitarnya, dan mengubah dunia menjadi lebih baik.
Pelaku pemilik usaha batik menjadi motor pembangkit pasar ekonomi
pelaku pemberdayaan yaitu seseorang yang mempunyai usaha batik
harus berkemampuan berorganisasi yang secara berani mengambil
risiko menciptakan sebuah peluang usaha baru, mengembangkan
dan mempraktikkan ide baru bisnis secara terus menerus dan berkala
(Sahertian, 2016). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
berjiwa entrepreneur sama dengan berkarakter kuat yang tidak hanya
mampu beradaptasi terhadap perubahan ekonomi yang minor, tetapi
berkemampuan melihat, memformulasikan kesempatan bisnis yang
ada bahkan menjadikannya kendaraan berbisnis yang menggerakkan
roda perekonomian ke arah yang lebih maju dari pada pebisnis lain.
Rangkaian kualitas seorang entrepreneur yang mampu mengubah
sekitarnya, termasuk dalam kategori social entrepreneurship. Oleh
karena itu bahwa sosial entrepreneurship berpilarkan empat faktor,
nilai sosial, lingkungan masyarakat, inovasi, dan kegiatan ekonomi.
Pada kesempatan ini peneliti mengambil fakta persolan dalam
masyarakat di Tanjung Bumi sebagai pemberdayaan masyarakatnya,
batik Tanjung Bumi memang sangat banyak diminati oleh konsumen
lokal maupun non lokal, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penjual
batik di Tanjung Bumi dan juga larisnya penjualan batik oleh pemilik
usaha. Yang menjadi fokus penelitian ini ialah usaha batik Tanjung
Bumi yang dinaungi oleh Bapak Abdul aziz, dalam hal ini peneliti
mulai mengupas usaha batik milik Bapak Abdul Aziz mulai dari
filosofi batik sampai distribusi batik tersebut.
Menurut data yang peneliti temukan dilapangan selain
berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat di bidang tenaga

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 155


kerja batik daerah Tanjung Bumi juga berpotensi sebagai tempat
wisata yang menyediakan pesona batik dan tempat pengrajinan
batik, ketika hari libur wisata ini banyak dikunjungi para wisatawan.
Dengan keadaan penduduk yang ramah membuat pengunjung
merasa nyaman ketika ingin mengetahui bagaimana proses kreatif
industri batik dan ingin mengetahui makna batik. Oleh karena itu
wisata Tanjung Bumi ini bisa disebut sebagai wisata kebudayaan
maka fasilitasnya pun sudah memadai, sudah tersedia area parkir
kendaraan, musholla, kamar mandi, dan fasilitas lainnya. Tanjung
Bumi dapat kita jadikan sebagai objek wisata kerajinan batik dengan
menata ruang dan menghiasi desa dengan nuansa serba batik bercorak
khas madura beserta segala kearifan lokal yang ada didalamnya. Hal
ini akan membantu dalam pembentukan Desa Paseseh, Kecamatan
Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan menjadi salah satu objek wisata
batik unggulan yang ada di Bangkalan dengan memperkenalkannya
kepada masyarakat luas.
Narasumber mengungkapkan bahwa batik Tanjung Bumi
mempunyai filosofi sebagai mata pencaharian dari masyarakat
madura khususnya kaum hawa, narasumber menjelaskan dahulu
bahwa batik ini kebanyakan dibuat oleh perempuan dikarenakan para
lelaki mempunyai pekerjaan yakni sebagai nelayan, maka perempuan
selain mengurus anak ia akan membuat batik sambil menunggu
suaminya pulang. Namun, seiring majunya perkembangan sekarang
masyarakat tanjung bumi mulai mengenal yang namanya keseteraan
gender. Batik sekarang ini tidak hanya dibuat oleh wanita melainkan
pria juga ikut andil dalam pembuatannya, adanya pembagian kerja
membuat proses pembuatin batik menjadi lebih efisien dan mudah
untuk dikerjakan. Selain itu pemilik usaha (Bapak Abdul Aziz)
yang dahulunya dalam pembuatan batik dilakukan secara turun
temurun dari keluarganya, sekarang ia mulai memberdayakan

156 | Pemberdayaan dan Pembangunan


masyarakat sekitar untuk turut serka ikut dalam pembuatan batik
yang dimilikinya.
Usaha batik yang dinaungi oleh Bapak Abdul Aziz ini
merupakan usaha milik keluarga secara turun temurun, ia turut
ikut melestarikan budaya yang telah dilakukan oleh pendahulunya.
Namun sekarang usaha batik milik Bapak Abdul Aziz ini mulai
berkembang dengan pesat yang ditandai dengan banyaknya pesanan
dari pembeli untuk dibuatkan batik dan banyaknya distributor batik
yang mengambil batik dari tempat Bapak Abdul Aziz ini, sehingga
sekarang usaha batik ini mulai merekrut karyawan sebanyak 6 orang.
Karyawan turut ikut mambantu dalam proses pembuatan batik dan
ikut serta mempromosikan batik ini agar laris di pasaran.
Selain itu juga banyak yang mengikuti jejak dari beliau yang
ikut membuat tempat usaha batik sendiri. Mayoritas masyarakat
tanjung bumi sekarang membuat usaha ekonomi kreatif batik,
karena msyarakat juga merasakan keuntungan dari usaha batik.
Selain terdapat tempat pembuatan batik, disana juga terdapat batik
gallery, atau hasil batik yang sudah jadi baik berupa kain, maupun
yang sudah diolah menjadi baju, maupun aksesoris lainnya.
Dalam hal ini pemberdayaan yang akan kami lakukan terbagi
dalam beberapa hal, diantaranya pengembangan sumberdaya
manusia dan pengembangan kualitas produksi. Hal yang paling
utama yaitu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang ada,
dengan diadakannya sosialisasi serta pelatihan-pelatiahan untuk
lebih mengkreasikan produk batik yang ada agar dapat meningkatkan
mutu dan kualitas produksi yang dihasilkan nantinya. Disini kami
akan bekerjasama dengan pengusaha-pengusaha yang sudah
sukses yang bergerak di bidang produksi barang pakai seperti hijab,
sepatu, topi, jaket dan lainnya untuk melakukan pelatihan-pelatihan
terhadap pengrajin batik yang ada di Tanjung Bumi agar mereka

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 157


dapat berkreasi menghasilkan produk baru dari batik mereka yang
tidak hanya monoton pada selembaran kain dan baju saja.
Selain itu, kita juga akan melakukan sosialisasi terhadap remaja
dan pemuda desa yang ada disana dengan mengundang pengusaha
muda yang sudah sukses agar memotivasi mereka dan meningkatkan
jiwa wirausaha serta kecintaan terhadap batik lokal Tanjung Bumi,
yang nantinya hal tersebut mampu mencetak generasi muda yang
cinta budaya khususnya batik serta berjiwa wirausaha yang mampu
menunjang dan meningkatkan perekonomian masyarakat desa, serta
dari semua potensi diatas.

STRATEGI PEMBERDAYAAN BATIK TANJUNG BUMI


Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan maka
strategi pemberdayaan yang perlu dijadikan pertimbangan bagi
pihak usaha kerajinan batik di Tanjung Bumi Bangkalan. Pertama,
membuat rencana strategi pemasaran dengan memanfaatkan media
sosial agar batik di Tanjung Bumi semakin dikenal oleh masyarakat
luas. Kedua, dengan diadakannya promosi usaha batik Tanjung Bumi
dapat mengembangkan usahanya dengan memperkenalkan atau
memperluas usaha yang sudah ada ke daerah pemasaran yang baru.
Ketiga, dengan membuat label pada kain batik agar lebih dikenal
oleh masyakat luas. Keempat, HAKI diperlukan untuk perlindungan
terhadap batik dan pengrajinnya. Jadi harus mendaftarkan motif-
motif batik Tanjung bumi untuk mendapatkan hak atas kekayaan
intelektual (HAKI) agar tidak di klaim oleh pengusaha dan pengrajin
lainnya. Kelima, dengan mendaftarkan motif batik, hal ini juga
mendorong pengrajin batik meningkatkan daya saingnya agar mampu
bersaing dengan produk dari daerah atau negara lain. Selanjutnya
bagi seluruh pemilik usaha kerajinan batik dapat memberdayakan

158 | Pemberdayaan dan Pembangunan


masyarakat sekitar agar pengangguran itu terminimalisir dan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Dengan adanya usaha batik yang berada di Tanjung Bumi
ini, memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar, karena selain
masyarakat bisa berkreasi untuk membuat batik sesuai kreasi
mereka, masyarakat juga mendapat pekerjaan untuk memperbaiki
perekonomian keluarga mereka. Selain itu usaha batik memberikan
peluang bagi pemberdayaan masyarakat di wilayah tanjung bumi.

KESIMPULAN
Batik merupakan budaya asli indonesia berbasis ekonomi kreatif
yang harus tetep kita lestarikan. Batik memiliki banyak jenis, corak
dan ragam sesuai tempat atau daerah dimana batik itu di produksi.
Tidak hanya dalam segi nilai yang menjadi kearifan lokal daerah-
daerah penghasil batik, batik juga merupakan salah satu penunjang
perekonomian bagi masyarakat di daerah penghasil batik tersebut,
khususnya di daerah Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan. Maka dari
itu dirasa penting adanya pemberdayaan dalam mengembangkan
produksi batik, mulai dari proses pembuatan hingga pemasaran,
agar dapat lebih meningkatkan pendapatan dan penghasilan para
pengrajin batik khususnyadi daerah Tanjung Bumi. Tidak hanya
itu dari adanya pemberdayaan tersebut juga akan meningkatkan
sumberdaya manusia yang ada dan terlebih hal tersebut juga sangat
membantu dalam melestarikan budaya batik, mengingat di era
sekarang kebudayaan batik sudah mulai di tinggalkan atau dilupakan
oleh kalangan remaja. Maka dengan diadakannya pemberdayaan
tersebut secara tidak langsung hal tersebut sudah membantu dalam
pelestarian budaya batik.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 159


DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1987. Kelompok dan Masalah Sosial. Fajar Agung: Jakarta


Bakri, Mansyur. 2007. Pemberdayaan Masyarakat. Sipressmedia:
Surabaya
Lisbijanto, Heri. 2013. Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moleong, Lexy.J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya.
Ramadhan, Iwet. 2013. Cerita Batik. Tanggerang: Literati
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Marzuki, Achamd. 2011. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah Dalam Peningkatkan Perekonomian Lokal
[Skripsi]. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.
Mulyana, Nandang dkk. 2017. Pengembangan Ekonomi Lokal
Jatinangor Melalui Wisata Edukasi. Social Work Jurnal. Vol.7
No.1. hal. 116-117.
Sahertian, Juliuska. 2016. Entrepreneurship Perajin Batik Tulis
Madura. Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship.Vol.5
No.2. hal. 47-49.
https://kbbi.web.id (Diakses pada 28 April 2018).

160 | Pemberdayaan dan Pembangunan


ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA
GARAM RAKYAT (PUGAR) DALAM PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN PETANI GARAM DI KECAMATAN
KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP

Handinis, Anggi Eva listiyani, Siti Wahyu Nur Lail, Faiv Fakhrillah,
Mohammad Faruq, Rizal Jeri Oktava, Moh. Yani : SOSIOLOGI C 2017

LATAR BELAKANG
Madura merupakan salah satu pulau yang ada di Jawa Timur yang
terdiri dari empat Kabupaten diantarnya yaitu, Bangkalan, Sampang,
Pamekasan dan Sumenep. Potensi penggaraman secara nasional
seluas 34,731 Ha, tetapi pengusahaannya masih relatif terbatas yaitu
sebesar 20,089 ha sebagi lahan penggaraman produktif. Luas lahan
penggaraman produktif sekitar 60% berada di pulau Madura yang
terdiri dari kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. (Azmi
Faiz Nur,2011) Vol 9 No. 1
Dari total potensi lahan garam seluas 16,421 Ha dari ketiga
kabupaten tersebut diusahakan mencapai 11,625 Ha. Dapat diketahui
Madura juga merupakan pulau penghasil garam terbesar di Indonesia
sehingga sebagian masyarakat Madura berprofesi sebagai petani garam
dalam memproduksi garam dengan hal tersebut menjadi penghasilan
strategis pada masyarakat umumnya namun, kenyataannya tingkat
perekonomian Madura masih tergolong rendah. Penggunaan garam

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 161


tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi semata, akan tetapi dengan
seiring perkembangan zaman penggunaan garam juga dibutuhkan
pada kebutuhan industri di Indonesia.
Tingkat konsumsi garam seiring bertambahnya penduduk
dan tumbuhnya sektor industri pengolahan Indonesia diperkirakan
akan terus meningkat, oleh karena itu dukungan pemerintah
sangat dibutuhkan guna memenuhi permintaan produksi garam.
Kebutuhan garam nasional untuk konsumsi dan industri pada tahun
2015 sebesar 3.8 juta ton yang terdiri atas 1.7juta ton bagi keperluan
konsumsi dan 2.1 juta ton untuk industry.
Sedangkan di Indonesia produksi garam yang dihasilkan
oleh petani garam dan P.T Garam sebagai satu-satunya BUMN
yang memproduksi garam hanya sebesar 2.100.000 juta ton, dan
untuk memenuhi kekurangan produksi garam di Indonesia sebesar
1.700.000 ton itu dengan mengimpor garam (Kompas,2015). Keadaan
tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang ada di Indonesia sebagai
negara kaya akan potensi sumber daya laut tetapi saat ini belum
mampu memenuhi kebutuhan garam di Indonesia sehingga saat ini
negara kita masih mengimpor garam dengan nilai lebih dari 1 triliun
(~90,000 USD) setiap tahunnya (Susanto, 2015).
Untuk menghadapi kondisi tersebut perlu adanya pemberdayaan
ekonomi yang dilakukan kepada petani garam di Madura, khususnya
di kabupaten Sumenep. Kementrian kelautan dan perikanan (KKP)
Kecamatan Kalianget merupakan salah satu penghasil garam
terbesar yang berada di Kabupaten Sumenep, luas wilayah kecamatan
Kalianget 3.019,40 km2 dengan luas lahan yang digunakan sebagai
tambak garam seluas 1.531,490 Ha. Di kecamatan Kalianget terdapat
beberapa desa penghasil garam, yakni Karang Anyar, Kertasada,
Marengan Laok, dan Pinggir Papas. Salah satu usaha pemerintah

162 | Pemberdayaan dan Pembangunan


dalam meningkatan kualitas produksi garam untuk memenuhi
kebutuhan garam konsumsi dan garam industry yaitu dengan
adanya program pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) yang
direncanakan kementrian kelautan dan perikanan (KKP) pada tahun
2011-2012. (Amelia Putri Utami)
Oleh karena itu dalam artikel ini penulis ingin merumuskan
tentang bagaimana program pemberdayaan usaha garam (PUGAR)
yang diterapkan oleh pemerintah di Kalianget Sumenep, apakah
mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Sumenep dan
bagaimana dalam meningkatakan kualitas dan kuantitas garam
industri serta jenis pemberdayaan seperti apa yang dilakukan oleh
pemberdayaan usaha garam (PUGAR) untuk usaha peningkatan
perekonomian usaha produksi garam masyarakat kecamatan
Kalianget.
Data yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui
studi literatur dari artikel dan jurnal. Data sekunder dalam penulisan
artikel ini diporeleh dari berbagai publikasi jurnal penelitian
terdahulu mengenai tentang program pemberdayaan usaha garam
(PUGAR) terhadap perekonomian masyarakat yang mendukung
penulisan artikel ini.

LITERATUR REVIEW
Ada lima macam prinsip utama dalam mengenbangkan konsep
pemberdayaan masyarakat menurut Drijver dan Sajise dalam
Sutrisno (2005:18) yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan dari bawah (buttom up approach) pada kondisi
ini pengelolaan dan para stakeholder setuju pada tujuan yang
ingin dicapai untuk kemudian mengembangkan gagasan dan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 163


beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan sebelumya,
b. Partisipasi (participation) setiap aktor yang terlibat memiliki
kekuasaan dalam setiap fase perencanaan dan pengelolaan.
c. Konsep keberlanjutan merupakan pengembangan kemitraan
dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga program pem­
bangunan berkelanjutan dapat diterima secara sosial dan
ekonomi.
Berdasarkan strategi yang ada, maka tujuan program Pember­
dayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Tahun 2012 adalah:
1. Memberdayakan kelembagaan sosial, budaya dan ekonomi
masyarakat petani garam untuk pengembangan kegiatan
usahanya.
2. Meningkatkan kemampuan usaha kelompok masyarakat petani
garam.
3. Meningkatkan akses kelembagaan masyarakat petambak garam
kepada sumber permodalan, pemasaran, informasi, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat
petani garam.
5. Terbentuknya sentra-sentra usaha garam rakyat di lokasi
sasaran baru.
6. Meningkatkan kerjasama kemitraan dengan stakeholders terkait.
7. Meningkatkan produksi garam konsumsi untuk mendukung
swasembada garam konsumsi tahun 2012.
8. Meningkatkan kualitas garam rakyat.

164 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Adapun Sasaran Program PUGAR pada tahun 2012 adalah
sejumlah 3035
1. Indikator Output
a. Tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
sebesar Rp 84 736 300 000.
b. Terbentuk dan terfasilitasinya 3 035 KUGAR
2. Indikator Outcome
a. Tercapainya target produksi garam konsumsi sebanyak 1
300 000 ton.
b. Meningkatnya kapasitas petani garam rakyat yang
tergabung dalam 3 035 KUGAR melalui pelatihan dan
pendampingan.
c. Meningkatnya produktifitas tambak garam rakyat menjadi
73 ton/Hektar untuk lahan yang belum tersentuh dan 80
ton/Hektar untuk lahan yang sudah tersentuh PUGAR.
d. Meningkatnya Pendapatan KUGAR sebesar 15 persen.
e. Terwujudnya KUGAR menjadi anggota koperasi di empat
kabupaten/kota baru di lokasi PUGAR Tahun 2012. Dalam
jurnal(Aprialiana, 2013)

Bentuk-Bentuk Kegiatan Pemberdayaan


Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus,
komperhensif, dan simultan sampai ambang batas tercapainya
keseimbangan yang dinamis antara pemerintah dan semua segment
yang diperintah. Ada berbagai bentuk atau program pemberdayaan,
diantaranya sebagai berikut :
a. Pemberdayaan politik untuk meningkatkan daya tawar
(bargaining position) yang diperintah terhadap pemerintah.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 165


Bargaining ini dimaksudkan agar yang diperintah mendapatkan
apa yang merupakan hak nya dalam bentuk barang, jasa,
layanan, dan kepedulian tanpa merugikan pihak lain.
b. Pemberdayaan ekonomi, diperuntukan sebagai upaya mening­
katkan kemampuan yang diperintah sebagai konsumen agar
berfungsi sebagai penanggung dari dampak negatif pertum­
buhan, pembayar risiko salah urus, pemikul beban pem­
bangunan, kegagalan program dan akibat kerusakan lingkungan.
c. Pemberdayaan sosial-budaya, bertujuan meningkatkan kemam­
puan sumber daya manusia melalui human investement untuk
meningkatkan nilai manusia (human dignity), penggunaan
(human utilization), dan perlakuan yang adil terhadap manusia.
d. Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai program pera­
watan dan pelestarian lingkungan agar pihak yang diperintah
dan lingkungannya mampu beradapatasi secara kondusif dan
saling menguntungkan. (buku pemberdayaannya gafur)

Faktor-Faktor Penghambat Program Pemberdayaan Usaha Garam


Rakyat (PUGAR):
Dalam pelaksanaan program Pemberdayaan Usaha Garam
Rakyat (PUGAR) tentunya terdapat hal-hal yang menghambat
dalam tingkat keberhasilan program PUGAR yang tujuannya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bekerja
sebagai Petani Garam. Permasalahan yang fundamental mengenai
produksi garam ditingkat Petani Garam lokal antara lain yaitu
infrastruktur, kebutuhan hidup petani sehari – hari (primer), dan
pasar pemasaran garam. Hal-hal tersebut menghambat produksi
garam rakyat. Infrastruktur menjadi potensi penghambat petambak
garam rakyat untuk memperoleh air laut, hal tersebut dikarenakan

166 | Pemberdayaan dan Pembangunan


adanya pendangkalan lahan garam, mengalirkan air ke ruang lahan
garam dan alat menyegerakan pembuatan kristal garam, sehingga
produksi garam milik petani garam lokal mengalami hambatan pada
tambak garamnya. Berikut Penjelasan mengenai langkah-langkah
Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) berdasarkan Konsep
Pemberdayaan menurut Friedmann, diantaranya yaitu :
a) Defensible Life space
Ruang hidup diperkuatkan dan kegiatan yang mendorong
kehidupan lainnya berjalan, Petani Garam penggarap mendapatkan
keuntungan 30% dari total penjualan hasil panen produk garam
yang dari pemilik lahan garam dan 70% sisanya diserahkan kepada
pemilik lahan garam. Kenyataan yang didapatkan dilapangan
dimana kelompok yang lebih memiliki kepentingan dengan kualitas
garam yaitu petani penggarap lahan garam, pemilik lahan garam
dan pedagang penyelang yang berpengaruh secara langsung pada
kelebihan yang akan diambil. Sejak tahun 2011 mencairnya Dana
Bantuan PUGAR, petani garam rakyat Kabupaten Sumenep lebih
mengandalkan dana dari PUGAR yang disalurkan melalui rekening
petani garam rakyat. Keterbatasan pendapatan dari hasil panen
garam dan modal awal untuk memulai proses produksi garam, yang
mana akan mendapatkan pencairan Dana Bantuan PUGAR
b) Surplus time atau Surplus waktu,
Untuk menjalankan program Pendampingan yang dilaksanakan
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten daerah ke petani garam
rakyat, alangkah baiknya tenaga pendamping ini mendapatkan arahan
tentang tugas dan fungsi selama Satu hingga dua minggu dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten, sehingga dapat menjalankan
aktifitas pendampingan. Kemampuan untuk mempertahankan usaha
garam rakyat secara turun temurun dilakukan petani garam rakyat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 167


dengan mengandalkan tenaga kerja yang melayani tanpa harus diberi
upah yaitu Keluarga Petani garam rakyat.
c) Knowledge and skills atau pengetahuan dan keterampilan
Tingkat pendidikan petani garam rakyat untuk menerima dan
mencari informasi sangat bermacam ragam. Petani pemilik lahan
garam yang memberikan sepenuhnya lahannya kepada tenaga
penggarap lahan garam umumnya yaitu pengusaha atau perangkat
pemerintah dengan tingkat pendidikan SMA dan S1, Sedangkan
tenaga penggarap lahan garam tingkat pendidikannya yaitu SMP
dan SD. Dapat diketahui berdasarkan tahap pengalaman kerja, 70%
petani garam rakyat sudah bekerja sebagai petani garam sejak lama.
Upaya Dinas Kelautan dan Perikanan ingin mensosialisasikan dan
memberikan informasi mengenai program PUGAR ini dengan cara
mengandalkan tenaga pendamping untuk membuat Pertemuan
kelompok dilaksanakan dua kali dalam seminggu (hari Sabtu dan
Minggu) turun ke Desa – Desa menemui ketua kelompok KUGAR
dan Kepala Desa (atau yang mewakili) daerah setempat. Kemunculan
Tenaga Pendamping tersebut menjadi hal yang utama sesuai dengan
fungsinya masing-masing, yaitu:
1) Tenaga Pendamping menyampaikan informasi (materi
penyuluhan);
2) ketua kelompok KUGAR memberi suasana keterikatan
emosional serta siap memberikan informasi.
d) Appropriate information atau pemberian informasi yang tepat.
Permasalahan paling pokok yang dikeluhkan oleh anggota
Kelompok Petani Garam Rakyat (KUGAR) dan kelompoknya yaitu
intensitas kehadiran dan keberadaan pendamping itu sendiri di
lokasi atau di tempat mereka (kelompok sasaran program), justru
ada sebagian anggota Kelompok Petani Garam Rakyat (KUGAR)

168 | Pemberdayaan dan Pembangunan


yang tidak tahu pendampingnya. Keadaan tersebut yakni akibat pola
perekrutan yang tidak tepat (pendamping yang belum berpengalaman
melakukan peran-peran pendampingan). Mekanisme insentif sering
mempengaruhi intensitas kehadiran pendamping di lokasi kelompok,
dan sering dikeluhkan oleh tim pendamping PUGAR Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten daerah, Hal tersebut mengakibatkan tim
pendamping Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten daerah tidak
sering berada ditempat saat dibutuhkan oleh kelompok. Dalam
proses pendampingan selama enam bulan, pendamping mendapat
pembayaran dua kali per tiga bulan. Dalam suatu wilayah kabupaten
daerah hanya ditempatkan dua orang tenaga pendamping yang
bertugas mendampingi kegiatan Kelompok Usaha Garam Rakyat
(KUGAR).
e) Social organizations/organisasi sosial.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten daerah didukung dan
dibantu dengan Tenaga Pendamping Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten daerah dan Kepala Desa Sebagai Perangkat Desa dan
Ketua Kelompok petani garam menyalurkan dan mengecek apakah
Dana Progam Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sudah
dalam tahap pencairan ke anggota petani garam. Saat pengajuan
proposal dan pencairan dana bantuan PUGAR dengan menyertakan
tanda tangan Kepala Desa dan ketua kelompok. Stakehoder atau
instansi yang masuk terlibat dalam membuka penyelewengan dana
bantuan PUGAR di Kabupaten daerah Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten daerah dan Kejaksaan Negeri (Kejari) melaksanakan
penyelidikan penyelewengan dana PUGAR di Kabupaten daerah.
f) Social networks/jaringan sosial.
Ketua kelompok usaha garam rakyat (KUGAR) dipandang
sebagai seorang pemimpin oleh petani sehingga harus dihormati dan
dipatuhi. Berdasarkan intensitas pengaruh ketua kelompok petani

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 169


garam terhadap sikap petani dalam pengelolan tergolong tinggi yang
artinya peran ketua kelompok tani berpengaruh 100 persen terhadap
sikap anggota kelompok usaha garam rakyat (KUGAR) terutama
berhubungan dengan penentuan keputusan dalam pemberian dana
bantuan PUGAR ke setiap anggota kelompok, mengontrol kandungan
air maupun kadar kepekaan dari garam itu sendiri, besaran berat
per karung garam yang akan dijual ke daerah lain dan hasil panen
garam ini akan dijual ke perusahaan pengelolaan atau ke Koperasi
Garam Astagina Kabupaten. Kemitraan usaha garam rakyat antara
pedagang perantara dengan Petani Garam Rakyat telah berjalan
cukup baik, meski cenderung merugikan Petani Garam Rakyat,
karena pembayaran dilaksanakan setelah pedagang eceran berhasil
menjual semua hasil panen garam. Uang hasil penjualan setiap petak
hasil panen garam kemudian masih dibagi sama kepada semua
anggota kelompok. Pada ahirnya, setiap anggota hanya memperoleh
hasil penjualan yang relatif kecil,
g) Instruments of work and livelihood / instrumen kerja dan mata
pencaharian.
Secara umum penghasilan petani tambak garam diperoleh dari
empat sumber pendapatan yaitu diantaranya sumber pendapatan
tambak garam, perikanan, toko sembako dan guru atau PNS.
Struktur sumber penghasilan masyarakat petani tambak garam
tidak melakukan aktivitas usaha tersebut, ada beberapa petani yang
mempunyai lebih dari dua sumber pendapatan. Pada umumnya
petani garam di Desa Pnggir Papas, Desa Kalianget, Desa Karang
Anyar dan Desa Gersik Putih tidak menggantungkan pendapatan
mereka sepenuhnya pada usaha garam. Responden yang mempunyai
penghasilan dari dua sumber pendapatan yaitu dari usaha garam
dan perikanan budidaya. Kegiatan perikanan budidaya dilakukan
pada saat pada musim penghujan yaitu memanfaatkan lahan tambak

170 | Pemberdayaan dan Pembangunan


garam sebagai kegiatan usaha budidaya ikan bandeng dan udang.
Kegiatan usaha sembako setiap harinya kebanyakan dilakukan oleh
istri dan dibantu oleh suaminya pada saat waktu luang.
h) Financial resources atau sumber daya keuangan.
Perusahaan Pengolahan dan Perusahaan pengumpul besar
memperoleh harga beli garam per tonnya dari pedagang perantara
jauh lebih murah (Rp.325.000) komponen terbesar terletak pada
sewa lahan dengan harga kisaran 5.000.000- 10.000.000 per hektar
tergantung dengan luas lahan dalam kurun waktu setiap tahunnya.

Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah sebuah tata kehidupan dan penghidupan
sosial, material, maupun spiritual yang diikuti dengan rasa
keselamatan, kesusilaan dan ketentraman diri, rumah tangga serta
masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara
dapat melakukan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi (Rambe, 2004).

Bentuk-Bentuk Kesejahteraan Masyarakat Petani Garam


Kesejahteraan Masyarakat Petani Garam kecamatan Kalianget
merupakan salah satu kecamatan yang sebagian penduduknya
bermata pencaharian sebagai Petani Garam. Umumnya masyarakat
kecamatan Kalianget tinggal di daerah perkampungan dengan rata-
rata tingkat ekonomi warganya adalah menengah ke bawah, Sebagian
besar masyarakat yang bermata pencaharian sebagai Petani Garam
berumur 30 tahun sampai 45 tahun.
Sementara itu dalam hal pendidikan, saat ini penduduk keca­
matan Kalianget sudah banyak sadar akan pentingnya pendidikan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 171


Sebagian besar anak mereka tida hanya lulus SMA saja melainkan
bisa melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi. Akan tetapi
pendidikan untuk kepala keluarga (Ayah) masih banyak yang hanya
lulusan SD dan SMP, hal tersebut dikarenakan akses serta modal
yang terbatas untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Karena dulu orang tua Mereka beranggapan bahwa meskipun hanya
dengan lulusan SD dan SMP mereka bisa mencari uang dengan
menggunakan keterampilan mereka yait Petani Garam. Semakin
besar jumlah tanggungan keluarganya, maka pendapatan Petani
Garam tersebut akan semakin berkurang, hal ini dikarenakan selain
harus menanggung kebutuhan hidup sehari-hari (primer) seperti
untuk kebutuhan makan dan minum, dan biaya sekolah anak.
Kesejahteraan masyarakat Petani Garam tidak hanya dinilai
dari tingkat pendidikan tetapi juga dinilai dari tingkat kesehatan.
Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak akan bermanfaat apa­
bila tidak sehat, begitupun sebaliknya seseorang yang sehat belum
tentu sejahtera keadaannya jika tidak berpendidikan. Berku­alitas
atau tidaknya kesehatan seseorang sangat tergantung dari kemam­
puan seseorang untuk mendapatkan layanan kesehatan. Untuk
mendapatkan layanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup.
Besar kecilnya biaya sangat saling mempengaruhi dari jumlah
pengeluaran. Semakin besar jumlah pengeluaran untuk kesehatan,
dan Semakin kecil jumlah pengeluaran untuk kesehatan, semakin
rendah pula derajat kesehatan seseorang yang akan berdampak pada
menurunnya kesejahteraan. Oleh karena itu, pegeluaran rumah
tangga untuk kesehatan berhubungan positif dengan kesejahteraan
masyarakat.
Tolak ukur dalam tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari tiga
aspek yaitu:
1. Pendapatan

172 | Pemberdayaan dan Pembangunan


2. Kesehatan
3. Pendidikan
Jika dilihat dari aspek pendapatan petani garam ada faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Produktivitas
Menurut Herjanto dalam Novi Kusumaningsih 2018,
produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana
baiknya sumberdaya dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang
optimal. Memproduksi suatu barang sangat erat kaitannya dengan
pengeluaran (output) dan pemasukan (input) misalnya indeks
produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas
biaya total, produktivitas bahan mentah dan produktivitas energi.
Dengan hal ini apabila petani garam mampu untuk memproduksi
garam dengan baik dan semakin tinggi perbandingan antara
pengeluaran dan pemasukannya maka hasil yang didapatkan akan
semakin tinggi.
2. Pengalaman Kerja
Menurut Robbin dalam Nastiti 2013, pengalaman kerja dapat
diperoleh langsung lewat pengalaman atau praktek atau bisa juga
secara langsung seperti dari membaca. Dalam hal ini pengalaman
kerja juga sangat mempengaruhi tingkat produktivitas garam, kar
ena petani garam jika tidak mempunyai skill dalam memproduksinya
akan menyebabkan hasil garam yang tidak baik, sehingga tidak laku
dipasaran.
3. Pendidikan
Pendidikan menurut Kamus Besar Bhasa Indonesia diartikan
sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai
pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 173


objek tertentu dan spesifik. Pendidikan bisa didapatkan secara formal
maupun non formal. Dengan adanya pendidikan petani garam dapat
meningkatkan pendapatannya, karena dengan pendidikan petani
garam mempunyai pemahaman yang lebih tentang garam serta
pengelolaannya.
4. Modal Usaha
Modal usaha yang dimaksud dapat diartikan sebagai uang.
Dalam hal ini apabila modal usaha yang dimiliki banyak maka akan
memperlancar proses dalam memproduksi garam sehingga hasil
yang didapatkan juga optimal.
5. Luas Lahan
Luas lahan ini sangat menentukan dalam pendapatan petani
garam, karena semakin luas tanah atau tambak yang digunakan dalam
memproduksi garam maka hasilnya juga akan semakin banyak.
6. Pemasaran
Untuk meningkatkan pendapatan petani garam tidak hanya
memproduksi akan tetapi juga ahli dalam pemasarannya. Terkait
dengan pemasaran, petani garam harus mampu dalam meren­
canakan dan mengatur strategi agar tingkat jual beli terhadap garam
meningkat.
Jika dilihat dari aspek kesehatan, petani garam harus menjaga
kesehatan dengan baik karena dalam pengelolaan atau memproduksi
garam bukanlah hal yang mudah. Petani garam membutuhkan tenaga
yang sangat banyak untuk memproduksi garam.
Selanjutnya apabila dilihat dari aspek pendidikan, petani garam
perlu adanya pendidikan karena semakin petani garam paham tentang
pengelolaan garam maka garam yang dihasilkan juga semakin baik.

174 | Pemberdayaan dan Pembangunan


PEMBAHASAN
Dapat diketahui Kalianget berdasarkan topografinya seluruh
wilayah ini memiliki tanah dengan tingkat kemiringan kurang dari
30% atau termasuk daerah landau, sedangkan penggunaan tanahnya
terdiri dari :
1. Tegalan : 385,295 Ha
2. P ekarangan : 352,620 Ha
3. Tambak Garam : 1.531,490 Ha
4. Tanah Sawah : 33,015 Ha
5. Tanah Lain-lain : 186,038 Ha
Sumenep terdiri dari 27 kecamatan diantaranya yaitu Kalianget
yang terletak di timur kabupaten Sumenep sekaligus merupakan
kecamatan yang strategis karena memiliki pelabuhan yang melintasi
Situbondo dan kepulauan-kepulauan di kabupaten Sumenep. Sebagian
besar wilayah kecamatan Kalianget didominasi oleh penggunaan
lahan untuk tambak garam yaitu sebesar 62%, kemudian penggunaan
lahan sebesar 16% yang digunakan sebagai tegalan, lahan digunak an
untuk pekarangan 14% dan lahan digunakan sebagai tanah lain-lain
7% se rta 1% lahan digunakan untuk area persawahan. Oleh karena
itu tidak heran jika sebagian besar penduduk di Kec. Kalianget dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya bekerja sebagai petambak garam.
Kecamatan Kalianget menjadi derah salah satu penghasil garam
terbesar yang berada di Kabupaten Sumenep, luas wilayah Kecamatan
Kalianget, Kabupaten Sumenep 3.01940 km2 dengan luas lahan yang
digunakan sebagai tambak garam seluas1.231.490 Ha informasi
tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kecamatan
kalianget kabupaten Sumenep.
Karena sebgaian besar penduduk Kalianget dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya adalah sebagai petambak garam, tingkat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 175


keberhasilan galam yang dominan menentukan kesejahteraan
hidup masyarakat sumenep dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perekonomian
masyarakat kecamatan Kalianget adalah keberhasilan program
pemberdayaan usaha garam (PUGAR), dan yang dapat memengaruhi
berhasil atau tidaknya diantaranya yaitu faktor iklim dan curah hujan
yang terjadi di kecamatan Kalianget yang mempengaruhi kegiatan-
kegiatan para petani garam dalam meningkatkan produksi garam
guna meningkatkan pendapatan para petani garam
Kecamatan Kalianget memiliki area lahan pemukiman yang
sedikit dengan kuantitas lahan tambak garam yang tinggi, oleh karena
itu tidak heran, jika sebagian besar penduduk kecamatan Kalianget
bekerja sebagai petambak/petani garam untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-harinya.(Amelia Putri Utami)
Disamping hal tersebut pemberdayaan usaha garam memiliki
dan melakukan programnya di kecamatan Kalianget sejak tahun
2011 dengan adanya Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR)
sebanyak 30 yang beranggotakan sebesar 238 petambak garam yang
terdapat di beberapa desa diantaranya yaitu desa Pinggir Papas, desa
Karang Anyar, desa Kertasada, da n desa Marengan Laok. Kabupaten
Sumenep merupakan penghasil garam terbesar khususnya di
kecamatan Kalianget dengan memproduksi garamnya pada tahun
2015 mencapai sejumlah 61.595 ton.
Dengan adanya program pemberdayaan usaha garam
petambak garam sangat diharapkan dapat meningkatkan kualitas
dan kuantitas hasil produksi, dan juga peningkatan kapasitas mereka
dalam mengelola petani usaha garam rakyat tersebut yang nantinya
dapat berpengaruh dan meningkatkan perekonomian masyarakat
kecamatan Kalianget. Seperti halnya sebuah penelitian yang dilakukan
di Kec Kalianget Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Garam

176 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Rakyat (Pugar) Dalam Meningkatkan Ekonomi Petambak Garam Di
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep
Tahun Produksi Jumlah Produksi (ton)
2012 7735,78
2013 2543,1
2014 54.754,16
2015 61.595
Sumber: Data PUGAR Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Sumenep

Dalam Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR)


untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di desa Kalianget
kabupaten Sumenep dapat dikatakan berhasil, terdapat beberapa
hal yang mendukung keberhasilan program PUGAR salah satunya
yaitu dengan pemebentukan Kelompok Usaha Garam Rakyat
(KUGAR) yaitu kerja sama dari masyarakat petani garam itu sendiri
terhadap program yang dijalankan oleh (PUGAR) dapat dilihat dari
partisispasi masyarakatnya untuk hadir dalam proses perencanaan
dan pengambilan keputusan partisipasinya sekitar 69.42% serta dari
pihak pelaksanaan program PUGAR dalam memberikan bantuan
terhadap masyarakat Kalianget yaitu
1. Petambak garam diberi bantuan mesin pompa air untuk
memproduksi garam rakyat dengan persentase 90%
2. Petambak garam diberikan bantuan sebuah motor roda
tiga untuk mempermudah menuju akses untuk mengankut
barang.85.4%
3. Petambak garam diberi bantuan teknologi geoisolator, 82.2%
4. Petambak garam diberi bantuan pembangunan jembatan, 92.2%
5. Petambak garam diberi bantuan normalisasi saluran, 87.4%
6. Petambak garam diberi bantuan perbaikan jalan produksi
(paving)91.4%
7. Petambak garam diberi bantuan gedung semi permanen 80.2%

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 177


Semua bantuan yang diberikan oleh PUGAR dapat dikatan
berhasil dengan persentase keberhasilannya total seluruh bantuan
yang diberikan sebesar 87,02%. bantuan yang diberikan oleh program
pemberdayaan usaha garam membuat perubahan perekonomian
pada masyarakat Kec. Kalianget Kabupaten Sumenep yaitu produksi
garam meningkat sebesar 74% serta kualitas garam juga meningkat
sebesar 79.7% setelah diberikan bantuan oleh program pemberdayaan
usaha garam rakyat (PUGAR). Sehingga dalam hal tersebut program
pemberdayaan usaha garam (PUGAR) dapat meningkatkan
pendapatan petambak garam dan memperluas kesempatan kerja
pada masyarakat Kec. Kalianget Kab, Sumenep.
Didalam mekanisme proses pemberian bantuan petani garam
harus menyetorkan proposal permohonan bantuan PUGAR tahun
2013 dan dikumpulkan secara kolektif oleh tim pendamping dan
diserahkan ke TIM teknis PUGAR kelautan dan perikanan Kab.
Sumenep melalui adanya tahap identifikasi dan seleksi terhadap
proposal yang masuk ke dinas kelautan dan perikanan kabupaten
Sumenep yang dilakukan oleh tenaga pendamping. Kemudian
dilakukan tahap evaluasi Baik secara administrasi, maupun
pengecekan kelapangan sekaligus verifikasi langsug kepada kelompok
pengusul. Dan akan disetujui oleh kepala dinas kelautan dan
perikanan Kab. Sumenep dan akan dikeluarkan SK bagi kelompok
petani garam (KUGAR) yang berhak mendapatkan dana PUGAR.
Tahap selanjutnya adalah tahap penyaluran dana bantuan
PUGAR masyarakat (petambak garam) tidak semua mengetahui
mekanisme alur pemberian dana bantuan karena hanya ketua
kelompok, TIM teknis PUGAR dan TIM pendamping PUGAR
dinas kelautan dan dinas perikanan kab. Sumenep serta dibantu
perangkat desa yakni kepala desa dan kecamatan yang mendapatkan
pengarahan dan sosialisasi langsung dari TIM teknis PUGAR dan

178 | Pemberdayaan dan Pembangunan


TIM pendamping PUGAR yang dibentuk dinas kelautan dan
perikanan kabupaten Sumenep, pada pencairan dana bantuan ketua
kelompok harus membuat rekening BANK pada BANK yang telah
ditunjuk agar dana tersebut dapat langsung diterima oleh petambak
garam.
Fakta yang ditemukan tentang petani garam di kabupaten
Sumenep bahwa adanya pihak yang merasa lebih berkepentingan
dengan kualitas garam yaitu petani penggarap karena dari unsur
pemilik lahan garam menginginkan produk garam di lahannya
berkualitas tinggi karena pemilik lahan garam ini yakin bahwa
kondisi tersebut akan membuatnya memperoleh keuntungan yang
cukup besar tetapi disini petani penggarap lahan garam tidak ingin
membuat kualitas garam yang lebih baik karena mereka tidak percaya
jika kualitas garam yang baik akan memberi keuntungan besar pula
bagi mereka ( petani penggarap lahan garam) karena pola bagi hasil
tenaga kerja penggarap garam menerima pembayaran setengah sekitar
30% dari hasil panen, disini pihak penggarap garam merupakan
pihak yang paling kecil mendapatkan keuntungan dan ditentukan
secara sepihak oleh pemilik lahan garam, petani penggarap lahan
garam hanya memiliki hak untuk memproduksi garam dan merekan
menyerahkan sepenuhnya hak penjualan kepada pemilik lahan serta
yang menentukan harga adalah pemilik lahan. Adapun pemilik
lahan garam hanya dapat menjual pada pedagang perantara tertentu
yang sudah terjalin cukup lama dengan sistem kepercayaanya dan
pedagang perantara tersebut cenderung menentukan harga secara
sepihak.
Artinya salah satu yang menyebabkan kualitas garam masih
rendah karena kurangnya kerja sama antara petani penggarap lahan
garam dan pemilik lahan mereka cenderung memikirkan keuntungan
untuk dirinya sendiri dan mengorbankan salah satunya.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 179


Penghasil usaha garam sangat ditentukan oleh 5 faktor utama
yaitu 1). luas area tambak garam yang dimiliki semakin banayak
petakan lahan garam yang dimiliki oleh petani garam, semakin baik
kualitas kadar garam yang dihasilkan atau produktifitas semakin
banyak 2). masa dan waktu panen garam yang dibutuhkan yang
sangat menggantungkan diri pada musim kemarau. Jangka waktu
panen usaha garam cukup beragam dengan rata-rata 6 hingga 8 bulan
dan masa petani garam memanen hasil garam di dalam petakan lahn
garam menimal 6-8 hari sudah menjadi kristal garam dan memiliki
kadar NaCI 95% 3). kualitas garam yang dihasilkan petani garam
sangat menentukan harga per kg dipasaran atau kualitas kadar
garam sangat ditentukan dengan berapa hari petani garam memanen
garamnya minimal 6-8 hari dan membutuhkan sinar matahari yang
cukup jika di dsarkan kualitas garam yang dihasilkan, sebagian besar
tambak garam di kab. Sumenep menghasilkan kualitas garam curah
kualitas 2 (K2) dan kadang masih berwarna kehitaman yang banyak
digunakan sebagai bahan baku industri, pengawet ikan 4). model
pemasaran yang dilakukan juga menjadi faktor penentu.
Dengan demikian kami dapat simpulkan dari apa yang kami
deskripsikan di atas teknik Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
(PUGAR) ini guna untuk memperbaiki pola perokonomian di wilyah
Madura khusus nya daerah Sumenep dalam kehidupan petani tambak
garam, dari sistem perberdayaan yang tidak tepat guna maka. Dalam
hal juga agar bisa memberikan distrubusi produksi garam kebutuhan
konsumsi dan juga kebutuhan industri yang memiliki kualitas baik
pada produksi garam di wilayah Madura, sehingga pendapatan dari
setiap petani tambak garam bisa bertambah dan juga memberikan
sebuah lowongan perkerjaan baru bagi masyarakat sekitar tambak
garam di Madura.

180 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Usaha pemerintah dalam meningkatan kualitas produksi garam
untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi dan garam industri
yaitu dengan mengupayakan program pemberdayaan usaha garam
rakyat (PUGAR) yang direncanakan kementrian kelautan dan
perikanan (KKP) pada tahun 2011-2012. Dan bisa terealisasikan
dengan baik kepada masyarakat Kec. Kalianget Kab. Sumenep
sehingga proses pemberdayaan ini bisa berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan harapan dari dari pemerintah setempat dan masyarakat
petani tambak garam di wilayah Kalianget Kabupaten Sumenep.
Tetapi dalam usaha peningkatan kualitas garam tergolong rendah
karena kurangnya kerja sama antara pemilik lahan tambak dan petani
penggarap karena tidak adanya penetapan atau kesepakatan khusus
dalam penentuan bagi hasil, sehingga petani penggarap cenderung
malas untuk meningkatkan kualitas dalam dalam kinerjanya
karena bagi mereka sekalipun mereka dapat meningkatkan kualitas
garam melalui kinerjanya yang maksimal pemilik lahan tidak akan
memberikan bagi hasil yang lebih mereka akan tetap mendapatkan
upah atau bagi hasil yang sama meskipun para petani penggarap
dapat meningkatkan kualitas produksi garam mereka.
Oleh karena itu selain perlunya dukungan dari pemerintah
rakyat juga harus turut mendukung berpartisipasi dan menaati
ketentuan yang sudah ditetapkan pemerintah dan diusahakan untuk
lebih mandiri tidak selalu menggantungkan kebutuhan terhadap
program pemerintah, saling mendukung antara sesama petani garam
kerjasama antara petani dan penggarap harus lebih ditingkatkan lagi.

PEMBAHASAN
Berdasarkan dari data sekunder yang peneliti dapatkan dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Yunita Ratnasari mengenai

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 181


Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
(PUGAR) Di Desa Kadungmutih Kecamatan Wedung Kab. Demak
2011-2013 bahwa Program PUGAR berhasil dilakukan, keberhasilan
program PUGAR oleh pemerintah memiliki faktor pendukung
program PUGAR bisa terlaksana dengan baik dan dapat memberikan
manfaat bagi para petambak garam yang menjadi sasaran pelaksanaan
program Pugar tersebut. Hal tersebut tidak lepas dari bagaimana
program PUGAR yang diterapkan menjalankan tugas sesuai dengan
tujuan yang sudah ditetapkan pemerintah.
Pelaksanaan program PUGAR di Di Desa Kadungmutih
Kecamatan Wedung Kab. Demak sebelum menjalankan program
PUGAR terlebih dahulu melakukan sosialisasi melalui pemberian
informasi kepada petambak garam tentang prograam PUGAR
yang akan dilaksanakan pada tanggal 24 mei 2011 di balai desa
Kadung Mutih serta dalam pelaksanaan program PUGAR tersebut,
implementator program PUGAR melakukan monitoring setiap
tahunnya dari tahun 2011-2013 selalu melakukan monitoring
terhadap pelaksanaan program PUGAR seperti monitoring hasil
produksi garam rakyat dan pembelian barang dengan pengecekan
nota, kwitansi pembelian barang ke KUGAR sehingga dalam
pelaksanaan program tersebut dapat diketahui apakah terjadi suatu
peningkatan atau penurunan dari prelaksanaan program tersebut,
serta ada perbandingan dalam meningkatkan produksi garam di
desa kadungmutih kab. Demak, setelah melakukan monitoring
implementator melakukan evaluasi progduksi garam rakyat dalam
pemanfaatan BLM dan target KUGAR Implementor program
PUGAR juga melakukan lokal karya yang di adakan di Aula Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak. Yang tujuannya yaitu
mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan, serta memaparkan
keberhasilan dan kekurangan dari program PUGAR, target capaian

182 | Pemberdayaan dan Pembangunan


program PUGAR, keseluruhan hasil karya lokal tersebut. Sehingga
program PUGAR dapat berjalan dengan maksimal dan sukses serta
bisa memberikan perubahan bagi para petambak garam.
Dengan adanya program PUGAR para petambak mendapat
bantuan sarana dan prasarana berupa dana BLM PUGAR yang akan
digunakan untuk penyediaan sarana dan prasarana guna menunju
proses pembuatan garam rakyat, sehingga para petambak garam
tidak perlu menegluarakan modal sendiri atau meminjam uang
kepada orang lain, sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam
proses produksi garam rakyat biaya yang harus dikeluarkan sangat
besar disebabkan dalam produksi garam mereka menggunakan
cara tradisional yang banyak menggunakan tenaga manusia untuk
menaikkan air laut ke tambak garam sehingga biaya yang harus
dikeluarkan cukup besar dan mahal. Bantuan yang diberikan oleh
program PUGAR berupa BLM PUGAR para petambak garam
memanfaatknnya untuk membeli kincir angina, slender, tombang
garuk, perbaikan Gudang dan perbaikan jalan untuk menuju tambak
garam, manfaat lainnya yaitu pengetahuan para petambak garam
tentang kelembagaan melalui dari pembentukan kelompok, karena
dalam pelaksanaan PUGAR para petambak garam di koordinir
dalam kelompok yang disebut KUGAR (Kelompok Usaha Garam
Rakyat (Yunita Ratna Sari, 2018)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haidawati dkk.
mengenai Evaluasi Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
(Pugar) Di Kabupaten Jeneponto dari hasil penelitiannya yang
mengevaluasi program PUGAR dalam pelaksanaanya bahwa untuk
produksi garam meningkat dari adanya program bantuan dari
PUGAR berupa BLM dimana petambak menggunakan bantuan
tersebut untuk membeli pompa untuk memudahkan mereka dalam
mengalirkan air laut ke tambak-tambak garam, mereka sangat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 183


terbantu karena sebelum masuknya PUGAR mereka masih harus
menggunakan timba untuk mengalirkan air yang tentunya menguras
tenaga dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi dalam
peningkatan produksi garam ini tidak diimbangi dengan peningkatan
kualitas garam sehingga harga jual garam masih tergolong rendah.
Peningkatan kualitas garam dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan keahlian petambak garam serta daya serap tehnologi
untuk menghasilkan garam yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kab. Jeneponto
ini bahwa peningkatan produksi tidak berkelanjutan karena sangat
bergantung pada musim. Setelah masuknya PUGAR 2012, produksi
garam meningkat tetapi tahun 2013 terjadi penurunan hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor cuaca, produksi garam kembali menurun
karena garam hanya bisa diproduksi pada saat cuaca panas, program
pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) dapat disimpulkan
kurang efektif dalam meningkatkan kualitas garam hal ini dibuktikan
karena pada saat sebelum dan sesudah masuknya program PUGAR
kualitas garam di Kec. Bangkala Kab. Jeneponto tidak mengalamai
perubahan yaitu pada kriteria sedang atau kurang baik, dengan kadar
NaCl 8090%.
Dari ketiga daerah tersebut terdapat hasil yang berbeda-beda
dari hasil program pemberdayaan garam rakyat sehingga peneliti
ingin menganalisis perbedaan dari ketiga daerah tersebut dalam
menerima bantuan PUGAR serta hasil yang diperoleh ketiga daerah
tersebut tidak sama
Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan program pember­
dayaan PUGAR dapat terealisasikan dengan sukses dan dapat men­
sejah­
terakan masyarakat dapat dilihat dari bagaimana program
PUGAR dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
bantuan serta pembinaan-pembinaan yang di lakukan, dengan

184 | Pemberdayaan dan Pembangunan


meningkatnya pendapatan masyarakat dapat mendukung pula
dalam meningkatkna pula kesejahteraan masyarakat, indikator
kesejahteraan bukan hanya dilihat dari aspek pendapatan saja tetapi
juga kesehatan dan pendidikan, melalui pemberdayaan program
PUGAR dapat memengaruhi kesejahteraan masyarakat yaitu melalui
pembinaan yang dilakukan PUGAR bagaimana untuk meningkatkan
produksi garam dan kualitas garam melalui tehnologi tepat guna
dan cara penggunakan tehnologi tersebut hal tersebut menyangkut
aspek pendidikan, jadi dari program PUGAR petambak garam tidak
hanya diberikan bantuan berupa modal tetapi juga pembekalan
memalalui dari penggunaan tehnologi. Serta pembinaan secara
berkelanjutan Kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan oleh
Yunita Ratnasari Di Desa Kadungmutih Kecamatan Wedung Kab.
Demak, program PUGAR pada penelitian itu berhasil dikarenakan
implementator memantau dai semua program kegiatan yang
dijalankan sehingga dapat diketahui perbandingan peningkatan
setiap tahunnya.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 185


DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Suryono, & Saleh, 2014. Implementasi Program Dana


Bantuan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Dalam
Rangka Pengembangan Wirausaha Garam Rakyat (Studi
Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep).
WACANA, Jurnal Sosial dan Humaniora, 17(3), 136-148.
Saksono & Suadi, 2015. Dampak Program Pemberdayaan Usaha
Garam Rakyat Terhadap Pendapatan Petambak Garam Di Desa
Sawojajar Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Wardiansyah, Widayati& Taufiq, 2015. Pemberdayaan Petambak
Garam melalui Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
(PUGAR) di Kabupaten Brebes Tahun 2011-2014. Journal of
Politic and Government Studies, 5(4), 211-220.
Mun’im, A. (2015). Analisis Usaha Petambak Garam Dan Peranannya
Dalam Perekonomian Tahun 2012 (Studi Kasus Petambak
Garam Pugar). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
10(2), 217-228.
Sari, & Manar (2015). Implementasi Program Pemberdayaan USAha
Garam Rakyat (Pugar) Di Desa Kedungmutih Kecamatanwedung
Kabupaten Demak Tahun 2011-2013. Journal of Politic and
Government Studies, 4(2), 191-205.
Kurniawan, Bagus Ananda. 2016. Implementasi Program Dana
Bantuan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) Dalam
Rangka Pengembangan Wirausaha Garam Rakyat. file:///C:/
Users/hp/Downloads/4563-7031-1-PB.pdf (diakses pada
tanggal 26 Mei 2019).

186 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Ihsannudin & Wijayanti, Liony. 2013. Strategi Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Kecamatan Pademawu
Kabupaten Pamekasan. http://journal.trunojoyo.ac.id/agri­
ekonomika/article/view/433/404 (diakses pada tanggal 26 Mei
2019).
Ndakularak, Erwin & Setiawina, Nyoman Djinar dan Djayastra, I Ketut.
(Tanpa Tahun). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali.
https://media.neliti.com/media/publications/44663-ID-
analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kesejahteraan-
masyarakat-kabupatenkota.pdf (diakses pada tanggal 26 Mei
2019).

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 187


STRATEGI PENYULUHAN KONVERSI BIBIT JAGUNG
LOKAL MADURA KE HIBRIDA DIKABUPATEN
SUMENEP

Muhammad Nofa Yukha Ahliyan, Muhammad Riza, Irma Maulidiana,


Nurul Hidayah, Adelia Oktaviani, Siti Nita Nur’aini, Muhammad
Fendi, Lutfillah, Radhi Rayyani Saputra, Ningsih: SOSIOLOGI C 2017

LATAR BELAKANG
Salah satu bahan pangan yang utama di Indonesia adalah
jagung, bahan pangan yang utama setelah beras. Selain untuk pangan,
jagung juga digunakan dalam sektor lain, yakni pakan dan energi.
Dengan adanya perubahan pola permintaan jagung di sektor pakan
dan energi alternaif, akhirnya permintaan jagung baik di Indonesia
maupun di dunia internasional pun menjadi dinamis. Di Indonesia
sendiri peningkatan permintaan jagung adalah karena peningkatan
jumlah penduduk dan sektor industri yang semakin pesat. Hal itu
menjadi pendorong akan peningkatan produktivitas jagung dalam
negeri. Peningkatan produksi jagung umumnya pada jenis hibrida
yang mana lebih unggul dibanding jagung lokal. Produktivitas jagung
meningkat pada 3 tahun terakhir, yakni sebesar 4,5% dari 4,23 ton/ha
pada 2009 menjadi 4,43 ton/ha pada 2011. (BPS 2011). Dari data dinas
daerah setempat, jagung dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
secara signifikan. Total produksi jagung di Madura setiap tahunnya

188 | Pemberdayaan dan Pembangunan


mencapai 63 ribu hingga 70 ribu ton. Jagung di Madura semuanya
dikonsumsi sendiri dalam artian tidak diperjualkan ke luar Madura
dikarenakan jumlah produksi jagung yang ada di Madura hanya bisa
mencukupi 70% kebutuhan Jagung diMadura.
Kebijakan dari pemerintah terkait Jagung yang mengutamakkan
Jagung Hibrida. Adanya Jagung Hibrida mempengaruhi jumlah
Jagung yang di Madura dari 1,4 Ton per hektarnya menjadi 4,2 Ton
per hektar. Pada tahun 2011, luas dari area tanam Jagung lokal di
Sumenep 76%. Meski dari pemda mendorong pengembangan jagung
hibrida dan komposit, para petani lebih suka menanam jagung
yang lokal. Sugiarti dan Hayati (2009), menyatakan bahwa petani
Madura menolak komoditas jagung varietas baru dan memutuskan
untuk menanam jagung lokal. Petani Madura memilih menanam
jagung varietas lokal, meskipun hasil penelitian Nurmansyah (2011),
menyatakan bahwa usaha tani jagung lokal Madura lebih rendah
dibandingkan jagung hibrida. Pendapatan usahatani jagung lokal
sebesar Rp 2.019.491,15/ha, sedangkan pendapatan jagung hibrida
sebesar Rp 5.349.747,54/ha. Kecenderungan para petani jagung
terhadap keberadaan jagung lokal daerah Madura, masih belum
terlihat besarnya penggunaan input para petani jagung dalam aktifitas
produksi akan mempengaruhi jumlah yang akan dihasilkan oleh
petani jagung tersebut, tingkat produktivitas dan gambaran tentang
pengaruh efisiensi yang akan dicapai oleh petani (Kumbhakar, 2002).
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efisiensi produksi, alokatif
dan ekonomis petani jagung terhadap jagung yang lokal, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi jagung lokal.
Sekitar 55% produk jagung di dalam negeri digunakan untuk
bahan pakan sedangkan untuk konsumsi hanya sekitar 30%, dan
lebih dari itu untuk mencukupi kebutuhan industri yang lain dan
sisanya untuk benih. Demikianlah, peran jagung sudah berubah dari

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 189


untuk kebutuhan pangan ke kebutuhan industri. Kondisi komoditas
jagung juga mengalami sebuah pergeseran. Saat masih berstatus
sebagai komoditas pangan, penyebaran tanaman jagung didominasi
oleh Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Tengah dan
Jawa Tengah. Pola perubahan permintaan jagung juga mendorong
perubahan pengadobisan teknologi jagung hibrida. Luas lokasi
tanam jagung ini lebih dari 30% total areal pertanaman jagung yang
ada di Indonesia.
Tanaman Jagung merupakan tanaman semusim yang sesuai
untuk daerah iklim musim panas dan daerah iklim subtropika serta
tropik, dimana sinar matahari dan air tersedia secara optimum untuk
pertumbuhannya. Lahan untuk menumbuhkan Jagung harus dapat
cahaya matahari yang cukup. Tanaman jagung tidak membutuhkan
persyaratan tumbuh yang istimewa karena dapat ditanam pada semua
jenis tanah. Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-1300 m di
atas permukaan laut. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
jagung pada temperatur 230 C – 270 C, suhu minimum yang mungkin
untuk pertumbuhanannya adalah 30 C dan suhu maksimum 450 C
(Suprapto dan Marzuki, 2002). Menurut Rukmana (1997), tanaman
jagung diperkirakan berasal dari dataran tinggi Peru, Equador
dan Bolivia serta Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah,
yang merupakan komoditas pertanian unggul 11 makanan daerah
setempat. Buah jagung yang masih muda banyak mengandung zat
kalsium, lemak, protein, besi, fosfor, belerang, vitamin A, B1, B6, C,
dan K. Biji buah jagung biasanya dapat dibuat tepung jagung. Jagung
mengandung senyawa karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
air. Fungsi dari kandungan senyawa yang terkandung di dalamnya
yaitu mengandung gizi yang dapat memberi energi, pengatur fungsi,
membentuk jaringan, dan reaksi biokimia di dalam tubuh. Selain
mengandung banyak senyawa yang bermanfaat, semua bagian dari

190 | Pemberdayaan dan Pembangunan


tanaman jagung juga dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk
hijau. Kulit jagung dan tongkol jagung dapat digunakan sebagai bahan
bakar, dan pakan ternak. Rambut jagung dapat digunakan sebagai
obat-obatan (Retno, 2008) Menurut Daharti dan Najianti (2000),
jagung mempunyai perakaran serabut yang terdiri dari akar seninal,
akar koronal dan akar nafas. Akar seminal adalah akar yang tumbuh
ke bawah, akar koronal adalah akar yang tumbuh ke arah atas dan
akar nafas adalah akar yang tumbuh dari buku-buku dipermukaan
tanah. Berikut sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Menurut Purwono dan Rudi (2007) jagung termasuk
tanaman yang tidak memerlukan persyaratan yang khusus dalam
penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang tumbuh
dilahan kering, sawah, dan pasang surut, asalkan syarat tumbuh
tanaman yang diperlukan dapat terpenuhi. Secara umum ada
beberapa persyaratan kondisi yang dikehendaki tanaman jagung,
antara lain sebagai berikut: 1. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung
yaitu Andosol, Latosol, Grumusol. Pada tanah bertekstur berat
(Grumusol) masih dapat ditanami jagung dengan baik, tetapi perlu
pengolahan secara baik serta aerasi dan drainase yang baik. Tanah
bertekstur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis
tanah terbaik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman jagung akan
tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus. 2.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 191


Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara
tanaman dan keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman
jagung berkisar antara 5,2 – 8,5 dan yang optimum antara 5,8 – 7,8.
3. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan drainase, aerasi
dan ketersediaan air dalam kondisi baik. 4. Kemiringan tanah yang
optimum untuk tanaman jagung maksimum adalah 8 persen. Hal ini
untuk menghindari terjadinya erosi tanah yang besar.

Data Produksi Jagung di Jawa Timur


Data Produksi Jagung di Jawa Timur menurut BPS :
Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016 2017
01. Kab. Pacitan 147 641 102 294 101 887 100 013 130 996 97 446
02. Kab. Ponorogo 243 408 246 564 193 720 238 283 259 501 220 705
03. Kab. Trenggalek 74 238 59 444 76 415 90 076 75 717 67 642
04. Kab. Tulungagung 232 657 262 850 256 180 324 452 296 497 269 528
05. Kab. Blitar 317 255 273 529 321 769 360 357 316 797 312 385
06. Kab. Kediri 316 025 300 068 318 023 362 501 309 751 345 757
07. Kab. Malang 272 764 306 479 285 630 287 175 344 140 260 458
08. Kab. Lumajang 190 905 167 234 135 772 134 493 112 767 137 507
09. Kab. Jember 418 141 384 881 390 759 427 064 402 031 471 285
10. Kab. Banyuwangi 133 402 120 911 137 031 183 612 213 909 207 513
11. Kab. Bondowoso 182 305 179 348 154 920 132 846 114 518 130 516
12. Kab. Situbondo 257 174 301 733 265 725 241 091 271 852 248 421
13. Kab. Probolinggo 345 079 318 557 233 783 207 461 272 669 270 441
14. Kab. Pasuruan 199 534 215 836 233 623 250 518 272 838 284 785
15. Kab. Sidoarjo 799 446 217 687 681 1 415
16. Kab. Mojokerto 135 107 122 617 109 252 125 882 131 135 151 967
17. Kab. Jombang 242 795 197 353 233 448 211 164 241 325 254 234
18. Kab. Nganjuk 267 650 235 951 213 160 241 546 164 945 208 248
19. Kab. Madiun 33 472 29 029 30 560 38 187 40 867 52 277
20. Kab. Magetan 77 064 76 738 79 210 85 859 104 272 96 326
21. Kab. N g a w i 111 907 143 718 169 113 188 653 209 954 170 879

192 | Pemberdayaan dan Pembangunan


22. Kab. Bojonegoro 171 877 166 519 190 611 225 553 224 644 204 026
23. Kab. T u b a n 515 919 431 786 454 782 506 966 526 515 627 283
24. Kab. Lamongan 348 883 261 706 316 607 290 920 378 977 426 133
25. Kab. Gresik 155 010 121 085 120 364 112 451 115 915 139 513
26. Kab. Bangkalan 120 993 127 527 136 712 132 884 144 771 132 602
27. Kab. Sampang 161 738 108 645 95 332 98 332 79 165 92 242
28. Kab. Pamekasan 150 308 95 338 113 245 93 793 135 987 87 668
29. Kab. Sumenep 420 796 359 689 324 330 396 067 339 183 325 326
71. Kota Kediri 6 887 6 020 5 713 5 577 4 213 6 514
72. Kota Blitar 6 932 8 340 9 318 8 874 9 007 8 163
73. Kota Malang 916 937 620 640 412 238
74. Kota Probolinggo 32 342 26 682 27 786 25 146 31 099 24 655
75. Kota Pasuruan -  -  -  -   -   - 
76. Kota Mojokerto -  -  30 36  -   - 
77. Kota Madiun -  -  - 32  -   - 
78. Kota Surabaya 493 222 316 917 258 307
79. Kota Batu 2 885 884 1 419 1 055 956 847
6 295 5 760 5 737 6 131 6 278 6 335
JAWA TIMUR
301 959 382 163 264 252

LITERATUR REVIEW
STRATEGI
Strategi merupakan keseluruhan caratentang apa saja yang
berhubungan dengan halrencana, dan implementasi suatu kegiatan
yang mempunyai batas waktu. Strategi yang baik mempunyai
koordinasis terhadap kerja tim, memiliki ide dan mengimple­
mentasikan kesesuaian prinsip pelaksanaan ide bersifat dari akal
sehat di dalam melakukan identifikasi faktor pendukung, bersikap
efektif serta efisien dalam melakukan pendanaan dan cara pencapaian
sesuatu tujuan. Strategi memiliki ketidak samaan dalam cara yang ada
dalam bagiannya, cakupan wilayah lebih sempit dan juga waktu yang

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 193


ada di dalamnya lebih singkat, walaupun pada umumnya individu
seringkali tidak memilah-milah kedua kata tersebut. Contoh ketidak
samaannya, “Strategi agar supaya memenangkan secara mutlak
dalam kejuaraan, cara untuk dapat memenagkan laga.”
Awal mulanya strategi digunakan di dalam ruang lingkup
militer, kemudian seiring berjalannya waktu berkembang ke sektor
lain termasuk strategi pemberdayaan.

STRATEGI MENURUT AHLI


1. Carl Von Clausewitz
Strategi ialah suatu aspek pengetahuan di dalam menggunakan
aksi pertempuran supaya diperoleh suatu kemenangan dalam sebuah
peperangan. Kelanjutan dari sebuah politik diperoleh dari aksi
perang tersebut.
2. Scholes dan Johnson
Strategi adalah arah dan ruang lingkup dari sebuah wadah
individu-individu yang mempunyai structural dalam jangka waktu
yang lama. Yang mempunyai kepentingan mencapai keuntungan
melalui wujud atau menggambarkan sesuatu dari sumber daya dalam
lingkungan, untuk memenuhi kebutuhan pasar.
3. Pearce II dan Robinson
Strategi ialah sebuah perencanaan yang berukuran besar,
dengan pandangan waktu mendatang, untuk mengadakan interaksi
dengan keadaan kompetisi untuk pencapaian tujuan.

PENYULUHAN
Peran penyuluh yaitu membantu petani untuk memecahkan
permasalahannya sendiri dengan kemampuan yang dimiliki

194 | Pemberdayaan dan Pembangunan


sendiri, sehingga petani dapat menjadi lebih baik. (Priyono, 2009).
Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah
(non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan
perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani
lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living)
dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga
kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen
pertanian, 2009). Pengembangan kelompok tani perlu dilaksanakan
dengan nuansa partisipatif sehingga prinsip kesetaraan, transparansi,
tanggung jawab, akunta­ bilitas serta kerjasama menjadi muatan-
muatan baru dalam pemberdayaan petani. (Jasmal, 2007). Sesuai
dengan Undang undang nomor 16 Tahun 2006 Program Penyuluhan
Pertanian Tingkat Desa merupakan salah satu wujud perencanaan
partisipasi masyarakat.
Hakekat penyuluhan adalah pendidikan non formal dalam
mengubah perilaku sasaran baik dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi
dan kebutuhan. Dalam penyuluhan, klien atau sasaran merupakan
subjek, bukan sebaliknya menjadi objek. Menurut Sumardjo (1999),
filosofi dan prinsip-prinsip penyuluhan dalam arti yang sebenarnya
adalah partisipatif, dialogis, konvergen, dan demokratis, sehingga
memberdayakan, dan bukannya praktek-praktek penyuluhan yang
bersifat top down, linier dan bertentangan dengan filosofi pem­
bangunan manusia.
Penyuluhan harus mampu menciptakan kondisi masyarakat
yang aktif dan berdaya dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Inti
dari tujuan penyuluhan pembangunan adalah munculnyapartisipasi
aktif masyarakat dalam program atau gerakan pembangunan
untuk mengatasi masalahsosial yang mereka hadapi (Slamet, 2009).
Penyuluh yang memiliki kompetensi baik adalah penyuluhyang dapat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 195


memberdayakan petani atau peningkatkanpartisipasi petani seluas-
luasnya untukmenjadi subjek dalam usaha pertaniannya (van den
Ban & Hawkins, 1996), (Sumardjo, 1999),(Slamet, 2009), (Asngari,
2006), (Tjitropranoto, 1994), dan (Suyono, 2009).
Partisipasi memiliki makna keterlibatan. Dalam hal ini
Asngari (2006) merumuskan makna partisipasi sebagai berikut:
(1) keterlibatan dalam pengambilan keputusan, (2) keterlibatan
dalam pengawasan, (3) keterlibatan di mana masyarakat
mendapatkan manfaat dan penghargaan, (4) partisipasi sebagai
proses pemberdayaan (empowerment), (5) partisipasi bermakna
kerja kemitraan (partnership), dan (6) partisipasi sebagai akibat
dari pengaruh stakeholder menyangkut pengambilan keputusan,
pengawasan, dan penggunaan resource yang bermanfaat bagi
mereka. Dengan partisipasi, petani terlibat langsung baik secara
fisik maupun psikis dalam kegiatan penyuluhan. Partisipasi akan
meningkatkan motivasi untuk mencapai tujuan penyuluhan. Pada
akhirnya partisipasi akan memberikan makna dan manfaat yang
signifikan bagi masyarakat. Dalam hal ini penyuluh dituntut mampu
memberikan kesadaran dan sekaligus menggerakan masyarakat untuk
mau aktif atas kesadaranya untuk mau berubah, dan memperbaiki
kemampuannya dalam meningkatkan kualitas kehidupannya.
Berdasarkan kajian dari pemikiran beberapa pakar antara lain: Van
den Ban dan Hawkins (1996), Asngari (2006), Sumardjo (1999),
Slamet (2009), dan Tjitropranoto (1994), serta memperhatikan
Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, dapat dirumuskan tujuh
dimensi kompetensi penyuluh pertanian dalam memberdayakan
petani. Adapun ketujuh dimensi kompetensi tersebut adalah:
(1) Kompetensi Pemahaman Potensi Wilayah, (2) Kompetensi
Komunikasi Inovasi, (3) Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran, (4)

196 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Kompetensi Pengelolaan Pembaharuan, (5) Kompetensi Pengelolaan
Pelatihan, (6) Kompetensi Pengembangan Kewirausahaan, dan (7)
Kompetensi Pemandu Sistem Jaringan (Anwas, 2009).

Pembahasan: Permasalahan Pengembangan Pertanian Jagung Di


Madura
Jagung lokal Madura mempunyai kandungan protein dan lemak
tinggi 11,24% dan 4,96% sehingga memiliki proses penyimpanan
yang lama, kurang lebih 1 tahun. Selain itu bentuk jagung di Madura
yang umumnya ukurannya kecil yang sangat cocok untuk memberi
makan burung dan dibandingkan dengan jagung lainnya, harga
jagung ini relatif lebih mahal. Kebiasaan orang Madura yang terbiasa
bahkan menjadi budaya masyarakat Madura untuk mengkonsumsi
dan menggunakan jagung lokal karena menurut mereka rasanya
lebih gurih dan enak, sehingga mereka enggan untuk mengganti
dan menggunakan jagung berjenis lokal ke jenis jagung hibrida.
Permasalahan atau hambatan paling utama dalam pengembangan
produktivitas jagung yaitu kebijakan pemerintah pusat atau
daerah dalam produk dibidang pertanian yang tidak fokus, apalagi
masyarakat Madura kebanyakan masih menggunakan proses secara
sederhana (tradisional) dan hal tersebut memang sudah berjalan
secara turun temurun, sehingga para petani di Maduramasih sangat
sulit untuk dilakukan perubahan atau kegiatan-kegiatan yang
mengarah pada peningkatan produksinya baik pemakaian pupuk,
penggunaan verietas unggul, dll.
Upaya untuk mendistribusikan bibit unggul menghadapi
hambatan dengan bermacam faktor. Hingga saat ini pemerintah
sudah menggunakan bermacam solusi supaya meningkatkan daya
produksi jagung di Pulau Madura salah satunya menggunakan jagung

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 197


unggulan (hibrida) yang disebut masyarakat Madura sebagai jagung
Jawa. Tidak jarang pemerintah khususnya BPP setempat melakukan
aksi turun ke lapangan langsung untuk memberikan benih jagung
hibrida kepada para petani, tetapi dimusim yang selanjutnya sebagian
masyarakat yang berprofesi sebagai petani mulai menanam kembali
benih jagung lokal dari Madura. Atas dasar dari berbagai informasi
PPL disetempat, kenyataannya para petani memperoleh hasil
yang bisa dibilang lumayan memuaskan, akan tetapi ada berbagai
faktor sebagai penyebab dari usaha tani untuk kedepannya salah
satu diantaranya yaitu kebanyakan petani tersebut belum ada dan
enggan dalam pemakaian jagung yang berjenis hibrida. Berdasarkan
hasil penelitian Sugiarti dan Hayati (2009) Persentase petani yang
berusaha tani jagung lokal, di mana hasil produksi untuk dikonsumsi
sendiri atau keluarga lebih banyak dari pada yang dijual yaitu sekitar
88% sedangkan sisanya adalah petani yang hasil usaha taninya lebih
banyak untuk dijual. Untuk usaha tani jagung hibrida, sebagian
besar petani menggunakan hasil produksinya untuk dikonsumsi
oleh keluarganya sendiri. Persentase produksi yang dikonsumsi
sendiri berkisar 40-80%, sedangkan yang dijual berkisar antara 20-
60%, dan sebagian kecil dipakai untuk lain-lain seperti diberikan
ke tetangga. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan petani untuk
menanam jagung tersebut lebih didasarkan atas kebutuhan makan
untuk seluruh keluarga petani. Masyarakat Madura tidak mau
menggunakan jagung hibrida karena beberapa alasan, seperti harga
dan minat pasar lebih rendah, jagung lokal lebih tahan terhadap
hama yang ada di gudang sehingga dapat menetap lebih lama dan
dapat dikonsumsi saat musim paceklik tiba, dll. Adapun kendala
dalam usaha tani jagung hibrida yaitu belum tersedianya sarana dan
prasarana untuk membantu para petani dibidang pertanian jagung,
begitu juga tentang susahnya memperoleh benihnya baik di toko-
toko sarana produksi dan pasar.

198 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Solusi Pengembangan Pertanian Jagung Di Madura: Perubahan
Paradigma Masyarakat Tentang Jagung
Masyarakat Madura itu sendiri bergantung terhadap potensi
tanah di daerah mereka. Karena potensi tanah itu sendiri sangat
mempengaruhi hasil dari bertani itu sendiri. Pada tahun 2007
mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura melakukan sebuah
kegiatan perakitan varietas yang unggul di Madura. Dan para
mahasiswa tersebut bekerjasama dengan Balitsereal Maros dalam
melaksanakan varietas unggul di Madura. Pada masa sekarang telah
ditemukan dua varietes unggul yang memiliki peluang menghasilkan
10 ton jagung per hektar. Masing-masing varietes ini akan diterapkan
di lahan wilayah Madura untuk mendapatkan produksi berkisar 10
ton per hektar. Dan yang kedua varietas yang di terapkan di lahan
Madura demi meningkatkan produktivitas jagung yang ada di
Madura, dan semakin meningkat produktivitas jagung yang ada di
Jawa Timur dan nasional. Yang ada di pulau Madura makin banyak
peluang besar untuk memasukkan hasil jagung yang ada di Jawa
Timur bisa dapat 1,8 juta ton untuk bahan baku industri pakan ternak
nasional. Berdasarkan potensi dalam pemetaan pada penanaman
jagung yang udah di jelaskan diatas, dalam potensi pertanaman
jagung di wilayah Madura sekitar 281,667 hektar dalam kelas yang
sangat sesuai.
Dengan peluang lahan jagung di Pulau Madura, penggunaan
atau pemanfaatan yang ada harus dirubah menjadi jagung industri
dengan cara merubah pemikiran para petani yang awalnya
menjadikan jagung sebagai bahan konsumsi (subsisten). Berbagai
permasalahan terkait jagung di Madura sudah mulai diteliti dan
dipikirkan oleh salah satu kampus yang ada di Madura yaitu
Universitas Trunojoyo Madura, sejak tahun 2017 mahasiswa UTM
bekerjasama dengan Balitsetreal Maros melakukan perakitan varietas

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 199


yang unggul sebanyak 2 macam potensi produk yang berkisar 10 ton
per hektar, 2 macam varietas tersebut dilakukan di wilayah Madura
yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas jagung
yang ada di Madura, dan bahkan bukan hanya wilayah pulau Madura
saja tetapi sampai tingkat Jawa Timur dan Nasional. Data dari Dinas
Pertanian (2015) di empat Kabupaten Madura, luas lahan tanaman
jagung berkisar 301.725 hektar. Dimana Bangkalan luas lahan
tanaman jagung yaitu 59.320 hektar, Sampang berkisar 43.268 hektar,
pamekasan luas lahan tanaman jagung sekitar 59.203 hektar, dan
kabupaten Sumenep yaitu 139.934 hektar. Pulau Madura memiliki
peluang besar dalam pemasokan jagung untuk bahan baku industry
pakan ternak nasional sampai 1,8 juta ton. Berdasarkan potensi
hasil pemetaan tentang penanaman jagung yang telah dibahas
pada pembahasan diatas, dimana potensi lahan pertanian jagung di
Madura yang sangat luas dan berpotensi meningkatkan produksi dan
penghasilan jagung di wilayah Madura. Melihat potensi yang ada,
yaitu apabila 1 hektar lahan bisa memperoleh jagung sebanyak 5 ton,
maka akan menghasilkan 1,5 juta ton jagung, pemikiran peningkatan
hasil jagung itu akan meningkat apabila tingkat produktivitasnya
per hektar sebesar 6 ton. Berdasarkan potensi tersebut, peluang
menyuplai jagung yang digunakan untuk bahan baku industri pakan
ternak dari Madura akan besar, tetapi kurang terpenuhinya alat-alat
atau infrastruktur untuk distribusi atau penyaluran membuat potensi
ini belum dimaksimalkan. Pada umumnya pemanfaatan tanaman
jagung bisa dikembangkan seperti dijadikan produk-produk hilir
yang mempunyai nilai tambah tinggi dan mata rantai ekonomi yang
panjang. Semua bagian dari tanaman jagung tersebut bisa dipakai
sebagai 4F yaitu Food, Feed, Fertilized dan Fuel. Pengembangan
Klaster Biomaterial kebutuhan jagung yang digunakan dalam
industri pakan ternak berkisar 7,5 juta ton per tahun yang semestinya

200 | Pemberdayaan dan Pembangunan


bisa dipasok oleh petani didalam negeri, tetapi masalahnya yaitu
produksi jagung nasional melebihi 19 juta ton. Tahun 2013, GMPT
mengimpor jagung berkisar 2,8 juta ton, padahal impor jagung pada
tahun lalu sekitar 1,7 juta ton. Produksi pada provinsi Jawa Timur
sendiri dapat memberikan sumbangsih sekitar 40% terhadap total
produksi nasional dengan wilayah tanam mencapai sekitar 1.3 juta
hektar, dan dari luas tersebut ada diwilayah kering berkisar 75%.

Potensi Agrosistem Pertanian Jagung Di Madura


(Zaed et.al, 2009) mengemukakan hasil analisisnya yang
mendapati bahwa sebagian besar daerah di Madura cocok untuk
budidaya jagung. Luas wilayah yang dirasa cocok untuk budidaya
jagunga adalah sebesar 70.279,5 ha atau 15,4% dari luas wilayah
Madura. Kemudian wilayah yang kurang sesuai adalah kurang lebih
sebesar 161.098,6 ha atau 35,3%. Dan wilayah yang sangat tidak sesuai
kurang lebih mencapai 13.732,0 ha atau 3% dari luas keseluruhan
pulau Madura.
Hasil analisis untuk masing-masing wilayahnya sendiri mulai
dari kabupaten Bangkalan hingga Kabupaten Sumenep adalah
sebagai berikut. Di Bangkalan sendiri luas wilayah yang cocok untuk
budidaya jagung mencapai 14,001.8 ha atau sekitar 10,8% dari luas
keseluruhan kabupaten Bangkalan, dan luas wilayah yang tidak
sesuai untuk budidaya jagung mencapai 60.996,7 ha atau sekitar
46,9% dari luas wilayah Bangkalan. Kemudian di Sampang, luas
wilayah yang kurang sesuai dibuat budidaya jagung adalah sebesar
44% dari luas kabupaten Sampang dengan luas mencapai 54.833,0
ha, sedangkan daerah yang sesuai digunakan budidaya jagung adalah
sebesar 45.195,7 ha atau sekitar 36,6% dan wilayah yang sangat
sesuai mencapai 20.247.7 ha atau sekitar 16,4% dari luas keseluruhan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 201


Kabupaten Sampang. Selanjutnya Kabupaten Pamekasan, lahan yang
sesuai untuk budidaya tanaman jagung mencapai 35.547,2 ha atau
sekitar 30,8% dan lahan yang dirasa sangat sesuai adalah sebesar
18,6% dengan luas mencapai 15.188,4 ha dari total keseluruhan luas
wilayah kabupaten Pamekasan. Dan yang terakhir adalah kabupaten
Sumenep, wilayah yang sesuai untuk budidaya jagung adalah sebesar
55,8% dari luas kabupaten Sumenep atau mencapai 67.772,7 ha.
Daerah yang kurang sesuai sekitar 30.757,4 ha atau mencapai 25,3%.
Sedangkan daerah yang sangat sesuai sendiri mencapai 20.841,5
ha atau sebesar 17,2%. Pulau Madura sendiri yang menjadi areal
tanaman untuk jagung kurang lebih sekitar 360.000 hektar atau
sekitar 30% areal jagung di provinsi Jawa Timur, namun produktivitas
petani jagung sendiri masih tergolong rendah, petani hanya sanggup
memproduksi sekitar 1,4 ton per hektar (Roesmarkam et al, 2006;
Kasryno et al, 2007).
Hal tersebut menunjukkan masih tertinggalnya laju produk­
tivitas komoditas jagung di Madura dibandingkan dengan wilayah
penghasil jagung lainnya. Salah satu faktornya adalah karena
kurang suburnya lahan pertanian di Madura sehingga menghambat
peningkatan produktivitas jagung. Selain itu petani juga meng­
gunakan kultivar lokal tanpa diseleksi terlebih dahulu sehingga
curah hujan rendah. Menurut data BPS (2013). Produktivitas jagung
di Madura sangat perlu ditingkatkan karena rata-rata produktivitas
jagung di Jawa Timur sendiri masih berkisar 4,8 ton per hektar.
Lebih dari 90% lahan pertanian jagung di Madura yang dalam hal
ini untuk memenuhi sektor pangan adalah jenis lokal. Sementara
itu, di Jawa Timur diluar wilayah Madura telah didominasi oleh
varietas unggul bersari bebas dan hibrida kurang lebih sebesar 70%.
�Terjadinya perbedaan produktivitas jagung di Madura dan wilayah
lain di Jawa Timur selain Madura yang cukup tinggi adalah karena

202 | Pemberdayaan dan Pembangunan


perbedaan penggunaan bibit. Di Madurasendiri petaninya masih
setia menggunakan bibit lokal, sedangkan di wilayah lain petaninya
sudah menggunakan bibit unggul sejak 1990-an.

Efisiensi Teknis Usaha Tani Jagung Lokal Dan Sumber-Sumber


Inefisiensi Teknis
Efisiensi harga dan efisiensi ekonomi hanya akan terwujud bila
sudah berhasilnya dalam hal efisiensi teknis. Efisiensi teknis menuntut
adanya keseimbangan antara proses produksi dalam memanfaatkan
input dengan jumlah sedikit dan jumlah output dalam jumlah yang
sama (Miller & Meiners, 2000). Dalam hal ini, usaha pertanian jagung
lokal umumnya tidak banyak variabel bebas yang memberi dampak
khusus, dikarenakan dalam budidayanya sendiri, jagung lokal tidak
memerlukan perawatan yang intensif seperti pada jagung unggul dan
hibrida. Tanaman jagung lokal dapat tetap tumbuh walaupun tidak
mendapatkan perawatan yang intensif seperti halnya pengairan,
pemberian pupuk dan obat-obatan, karena jagungnya tahan dari
kekeringan dan serangan penyakit hama, itulah alasannya mengapa
petani di Madura lebih suka menggunakan bibit jagung lokal.
Variabel inefisiensi yang tidak terlalu berpengaruh dan
bersifat positif adalah umur petani, jenjang pendidikan petani, dan
sumber penghasilan lain. Namun peningkatan inefisiensi ini dapat
berpengaruh pada tingkat produktivitas. Misalnya saja pada tingkat
umur petani, semakin tua petani maka semakin rendah efisiensinya
dalam bertani, biasanya karena para petani yang sudah berumur
jarang menggunakan teknologi maju untuk mendukung pertanian
mereka karena terbatasnya pengetahuan akan alat-alat yang modern.
Rata-rata pendidikan di kalangan petani adalah rendah (mengacu
dari responden yang diteliti oleh isdiana Suprapti, Dwidjono

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 203


Hadi Darwanto, Jangkung handoyo Mulyo dan Lestari Rahayu
Waluyati, 2014) sehingga walaupun ada peningkatan tingkat jenjang
pendidikan, mereka dalam hal ini petani daerah tersebut akan tetap
menggunakan cara lama yang sudah mereka gunakan secara turun-
temurun. Kebanyakan hasil dari menanam jagung lokal disimpan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian lainnya
disimpan untuk dijadikan benih tanam musim selanjutnya.

Peran Penyuluh Pertanian terhadap Kelompok Tani dalam


Pengembangan
1. Usaha tani padi sawaBerperan Sebagai Pendidik
Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian maka penyuluh
pertanian berperan sebagai pendidik bagi kelompok petani
merupakan sarana proses pembelajaran dengan memfasilitasi para
petani untuk menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan
menuju penggunaan aktif mengacu kepada praktek paket teknologi
pertanian yang lebih modern dari kebijakan program pemerintah
dan pusat Provinsi, Kabupaten, maupun ke kecamatan hingga ke
para petani.
2. Berperan Sebagai pemimpin
Dilihat dari penyuluh pertanian sebagai pemimpin memiliki
peranan sangat penting untuk membawa perubahan pada para
petani dengan cara berpikir dan cara kerja. Penyuluh pertanian
tidak saja mengajarkan teori melainkan penyuluh juga sebagai
seorang yang memimpin dalam pelaksanaan praktek membimbing
petani, mengajarkan keterampilan yang tepat, membawa petani
untuk memperoleh sarana usahatani yang bermanfaat serta untuk
dapat petani mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu inovasi
pertanian.

204 | Pemberdayaan dan Pembangunan


3. Berperan Sebagai penasehat
Penyuluh pertanian dalam menjalankan tugasnya juga sebagai
penasehat didalam melakukan pendekatan dengan kelompok petani.
Penyuluh harus memperhatikan terlebih dahulu cara berkomunikasi
yang baik dalam menyampaikan materinya dengan menyesuaikan
kemampuan petani yang akan dipengaruhi tersebut,agar materinya
yang disampaikan nantinya dapat diterima dengan baik olehpetani.
Namun, terkadang penyuluh juga tidak dapat memungkiri bahwa­
sanya tidak semua petani dapat menerima dari apa yang disuluhkan
selama ini dan menjadi hambatan bagi penyuluh itu sendiri akan
keterbatasan petani. Kemudian untuk mengetahui keefektifan peran
penyuluh pertanian tersebut. Penilaiiannya yang dapat diamati,
apabila jumlah persentasi dari parameter penilaiian petani yang
Diperoleh dari penjumlahan secara keseluruhannya telah mampu
menunjukkan angka diatas rata-rata 50% pada prestasi kerjanya.
Maka kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan tersebut baru dapat
dikatakan efektif. Untuk melihat rekapitulasi parameter peran
penyuluh pertanian tersebut.

KESIMPULAN
Penggunaan bibit jagung lokal di wilayah Pulau Madura
masih bertahan sampai sekarang, permasalahan penggunaan alat,
keterbatasan bibit unggul hibrida yang diberikan pemerintah dan
lain- lain menjadi alasan masyarakat Madura masih menggunakan
bibit jagung lokal, selain itu juga keunggulan penanaman dan
perawatan bibit jagung lokal lebih mudah dari pada bibit jagung
hibrida. Sudah banyak solusi yang ditawarkan oleh pemerintah,
namun keterbatan sumber daya manusia dan sumber daya alam,
serta faktor lahan membuat hambatan semakin besar.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 205


Pemberdayaan Masyarakat Madura perlu dilakukan agar potensi
sumber daya alam, dan sumber daya manusia dapat berkembang dan
berjalan dengan baik. Peran Pemerintah sangat dibutuhkan dalam
proses pemberdayaan, untuk langsung turun tangan menghadapi
masalah atau problematika perekonomian masyarakat Madura. Dalam
pengembangan potensi lahan untuk dimanfaatkan sebagai upaya
peningkatan perekonomian masyarakat Madura. Dengan peluang
lahan jagung di Pulau Madura, penggunaan atau pemanfaatan yang
ada harus dirubah menjadi jagung industri dengan cara merubah
pemikiran para petani yang awalnya menjadikan jagung sebagai
bahan konsumsi (subsisten).
Masih tertinggalnya laju produktivitas komoditas jagung di
Madura dibandingkan dengan wilayah penghasil jagung lainnya.
Salah satu faktornya adalah karena kurang suburnya lahan pertanian
di Madura sehingga menghambat peningkatan produktivitas jagung.
Terjadinya perbedaan produktivitas jagung di Madura dan wilayah
lain di Jawa Timur selain Madura yang cukup tinggi adalah karena
perbedaan penggunaan bibit. Di Madura sendiri petaninya masih
setia menggunakan bibit lokal, sedangkan di wilayah lain petaninya
sudah menggunakan bibit unggul sejak 1990-an.

206 | Pemberdayaan dan Pembangunan


DAFTAR PUSTAKA

Aris Kurniawan. 2019. https://www.gurupendidikan.co.id/penger­


tian-strategi-menurut-para-ahli/ (diakses 6 Mei 2019)
Seputar Pengetahuan. 2017. https://www.seputarpengetahuan.co.id/
2017/11/pengertian-pemberdayaan-masyarakat-tujuan-
prinsip-tahapan.html. (diakses 6 Mei 2019)
Amzeri, Achmad. 2018. Tinjauan Pekembangan Pertanian Jagung
Di Madura Dan Alternatif Pengolahan Menjadi Biomaterial.
Jurnal Ilmiah Rekayasa.11(1): 74-79.
Nikmah, Ainun, 2013. Analisis Produktivitas Usaha Tani Jagung
Hibrida Di Kabupaten Sumenep. Jurnal Agriekonomika. 2(2):
100-105.
Suprapti, Isdiana. 2014. Efisiensi Produksi Petani Jagung Madura
Dalam Mempertahankan Keberadaan Jagung Lokal. Jurnal
Agriekonomika. 3(1): 13-19.
Hasibuan, Ary. 2016. Peran Penyuluh Pertanian terhadap Kelompok
Tani dalam Pengembangan Usahatani Padi Sawah. Jurnal
Agribisnis. Jurnal. Sumatra : Universitas Sumatra Utara.
Sugiarti T. dan Hayati M.2009.Persepsi Petani Madura dalam Menolak
Komoditas Jagung Varietas Baru.Jurnal Embriyo. 6(1) : 35-46
Badan Pusat Statistik Provinsi jawaTimur.2018 .http://jatim.bps.
go.id/statictable/2018/10/29/1322/produk-jagung-menurut-
kabupaten-kota-di-jawa-timur-2007.html. (diakses 6 Mei
2019)
Purwono, M dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis, Penebar
Swadaya Bogor.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 207


Miller, R.L., dan Meiners E, R,2000. Teori Mikroekonomi Inter­
mediate, penerjemah Haris Munandar, PT, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Suprapto H.S. dan Marzuki, A. R., 2002. Bertanam Jagung, Penebar
Swadaya. Jakarta.

208 | Pemberdayaan dan Pembangunan


STRATEGI PEMBERDAYAAN MELALUI PENGUATAN
MODAL SOSIAL SEBAGAI UPAYA MENANGGULANGI
BARGAINING POSITION PETANI TEMBAKAU

(Enok Kurniawati, Berti Mustika Fajar, Ikke Mutia Devi, Yuli Yatin,
Habib Mansyur, Abdul Gofur, Achmad Fajar Puji Harsono, Abd
Syakur, Lukmanul Hakim, SOSIOLOGI C 2017)

LATAR BELAKANG
Pembangunan merupakan upaya dalam meningkatkan kese­
jah­
teraan masyarakat. Kemandirian dan peningkatan pereko­
nomian secara merata pada suatu masyarakat merupakan indikator
pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam suatu masya­
rakat memiliki sumber daya yang diunggulkan. Kekayaan sumber
daya menjadi sumber kekuatan untuk memberdayakan masyarakat.
Dalam pembangunan berbasis button-up masyarakat menjadi
subyek dan obyek pembangunan. Hal ini membuat masyarakat dapat
menentukan arah pembangunan berdasarkan kekayaan sumber daya
atau kearifan lokal yang dimiliki.
Indonesia merupakan negara agraris, dimana mayoritas masya­
ra­katnya bekerja dalam bidang pertanian. Salah satu bentuk kea­
rifan lokal masyarakat adalah dibidang pertanian. Hasil pertanian
beragam dapat dikategorikan menjadi tanaman pagan dan tanaman
non-pangan. Salah satu tanaman non pangan adalah tembakau.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 209


Tanaman tembakau biasanya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan industri rokok. Daerah penghasil tembakau terbaik
di Indonesia salah satunya adalah pulau Madura. Pulau Madura
terdiri atas 4 kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Sumenep, dan
Pamekasan. Di Pamekasan pertanian tembakau merupakan salah satu
komuditas unggulan. Di wilayah pertanian ini para petani banyak
yang membudidayakan tembakau. Hal ini dikarenakan Komuditas
tembakau di Madura memiliki nilai ekonomi tinggi dan merupakan
mata pencarian masyarakat yang menjanjikan.
Data dari BPS Jawa Timur, bahwa produksi petani tembakau
mengalami fluktasi. Di tahun 2013 petani di seluruh desa di Pamekasan
menghasilkan 3.641,7 ton dan mengalami peningkatan yang cukup
signifikan di tahun 2014 dengan menghasilkan tembakau 14.435,22
ton, selanjutnya ditahun 2015 hasil panen menurun menjadi 13.940
ton. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman tembakau di Pamekasan
bisa dikatakan cukup produktif. Banyak petani menanamnya sebagai
tanaman unggulan karena masyarakat memandang dengan menanam
tembakau merupakan mata pencarian yang menjanjikan.
Meskipun tanaman ini banyak diandalkan dan ditanam oleh
petani bukan berarti terlepas dari kendala yang menjeratnya. Ada
2 faktor kendala yang dihadapi para petani tembakau, diantaranya:
faktor internal dan faktor eksternal (Hasan: 2013). Kendala yang
disebabkan oleh faktor alam, yaitu keadaan alam, cuaca, dan penga­
iran. Kendala yang disebabkan oleh faktor internal membuat petani
belum berproduksi secara efisien, karena mereka tergantung kondisi
alam yang menentukan kualitas tembakau. Sedangkan kendala
petani tembakau yang disebabkan oleh faktor eksternal disebabkan
oleh sistem tata niaga tembakau dan pertentangan kelompok anti
rokok (Hasan: 2013).

210 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Dalam tata niaga tembakau terjadi monopoli perdagangan yang
dilakukan oleh beberapa pihak yang terlibat dalam sistem penjualan
tembakau. Mata rantai penjualan tembakau melalui beberapa tangan
dari petani, tengkulak (Bandon), Juragan, dan Perwakilan gudang
industri rokok (Lubis, www.academia.edu). Panjangnya proses
penjualan membuat lapisan terbawah dari mata rantai sering kali
mengalami kerugian. Dari panjangnya proses penjualan ini membuat
petani tidak mendapatkan keuntungan atas penjualan tembakau.
Proses penjualan ini adalah monopoli yang dilakukan pembeli agar
mendapatkan harga tembakau yang lebih murah.
Ada beberapa sebab mengapa harga tembakau mengalami fluk­
tasi, diantaranya: permainan harga, granding kualitas mutu tembakau,
politik buka tutup pembelian, dan politik kemitraan (Lubis, www.
academia.edu). Harga komuditas tembakau ditentukan oleh pembeli
berdasarkan tolak ukur kualitas tembakau yang subyektif. Akibatnya
harga jual tembakau mengalami fluktasi disetiap kali panen raya.
Ketidak stabilnya harga pasar tembakau tentu akan berpengaruh
terhadap pendapatan yang diterima petani. Rendah dan tingginya
pendapatan yang diperoleh petani tentu akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan keluarganya.
Upaya pemerintah dalam memberdayakan petani tembakau
yang paling rentan dalam tata niaga tertungan dalam kebijakan UU
No. 19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani.
Kebijakan yang ditetapkan memuat tujuh strategi, yaitu: sarana dan
prasarana produksi pertanian, kepastian usaha, harga komuditas
pertanian, penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi, ganti rugi
gagal panen akibat kejadian luar biasa, sistem peringatan dini dan
penanggulangan dampak perubahan iklim, serta asuransi pertanian
(Markhus,dkk: 2015) . Akan tetapi kebijakan yang diterapkan belum
cukup mampu mengatasi ketidak berdayaan yang dialami petani

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 211


tembakau. Maka perlu adanya alternatif lain untuk memberdayakan
petani tembakau. Salah satunya dengan memanfaatkan modal
sosial yang telah dimiliki petani. Modal sosial dapat bersumber dari
kerjasama berasaskan kesamaan tujuan (Cahyono: 2014). Kelompok
tani, koperasi merupakan salah satu bentuk modal sosial. Modal
sosial ini diperlukan untuk menanggulagi Bargaining Position atau
posisi nilai tawar petani tembakau. Oleh karena itu dalam artikel ini
penulis akan memberikan usulan STRATEGI PEMBERDAYAAN
MELALUI PENGUATAN MODAL SOSIAL SEBAGAI UPAYA
MENANGGULANGI BARGAINING POSITION PETANI TEM­
BAKAU.

LITERATURE REVIEW
Pemberdayaan
Program pembangunan masyarakat ke arah desentralisasi
mengharuskan tumbuhnya kesadaran peran serta masyarakat dalam
proses pemberdayaan (Jamaludin: 2016). Masyarakat ditempatkan
sebagai subyek dan obyek dalam pemberdayaan. Keterlibatan
masyarakat secara aktif dibutuhkan dalam program pemberdayaan.
Semua program dan proyek pemberdayaan yang dibuat pemerintah
menyasar kearifan yang dimiliki oleh masyarakat.
Pemberdayaan sendiri adalah upaya dalam memberikan daya
dengan mendorong dan membangkitkan kesadaran kelompok
agar dapat mengembangkan potensi sekitarnya (Jamaludin: 2016).
Tujuan dari pemberdayaan sendiri adalah untuk memberikan power
atau kekuasaan pada masyarakat yang mengalami kendala dalam
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Konsep pemberdayaan
dibuat untuk mengoptimalkan kearifan lokal dan mencegah
kemiskinan lebih lanjut. Setiap masyarakat diyakini memiliki potensi

212 | Pemberdayaan dan Pembangunan


yang dapat dikembangkan. Penciptaan iklim dan suasana yang
kondusif perlu agar program pemberdayaan berjalan efektif.

Modal Sosial
Modal sosial ialah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat
dalam suatu bentuk norma atau nilai yang memfasilitasi dan
membangun kerja sama melalui jaringan interaksi dan komunikasi
yang harmonis dan kondusif. Modal sosial dapat memberi sebuah
kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam
masyarakat.
Menurut Prusak L (Field, 2010:26), modal sosial adalah
hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust),
saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama
(shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat
kemungkinan aksi bersama secara efisien dan efektif.
Terdapat tiga unsur penting dalam sebuah modal sosial
yaitu kepercayaan (trust), nilai dan norma (norms) dan jaringan
(networks).
Kepercayaan dapat berfungsi untuk mereduksi atau memi­
nimalisasi bahaya yang bisa terjadi atau bahaya yang berasal dari
aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya selalu terikat dangan
berbagai suatu kemungkinan. Kerjasama tidak mungkin terjalin
kalau tidak didasarkan atas adanya saling percaya di antara sesama
pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi
terhadap ketidakpastian (Damsar, 2009:202).
Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah
pengalaman itu berarti atau tidak. Nilai merupakan bagian penting
dari kebudayaan, suatu tindakan dianggap sah apabila harmonis
dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 213


masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan (Setiadi dan Kolip,
2011:119). Sedangkan Norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan
sosial secara kolektif atau bersama yang mengandung berbagai
sangsi, baik sangsi secara moral maupun sangsi fisik, bagi orang atau
sekelompok orang yang melakukan pelanggaran atas nilai-nilai sosial.
Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar segala
perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
yang telah disepakati bersama (Setiadi dan Kolip, 2011:131). Nilai
dan norma merupakan hal dasar yang terdapat pada proses interaksi
sosial. Nilai dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya
individu bertindak dalam masyarakat.
Jaringan adalah hubungan antar individu yang memiliki makna
subyektif yang berhubungan atau dikaitkan sebagai sesuatu sebagai
simpul dan ikatan (Damsar, 2009:214). Jaringan terbentuk karena
berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau
agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan
masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan
dalam suatu institusi dengan perlakuan khusus (Robinson, 2011).
Modal sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.
b. Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi
sosial.
c. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesuka­
relaan.
d. Membangun partisipasi masyarakat.
e. Sebagai pilar demokrasi.
f. Menjadi alat tawar menawar pemerintah.

214 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Bergaining Position
Secara harfiah, bargaining position adalah posisi tawar. Menurut
Khols dan Uhl (1980), bargaining position atau kekuatan tawar
menawar adalah kekuatan relatif penjual dan pembeli dalam mem­
pengaruhi proses transaksi jual beli. Menurut Lilien et al (1992)
mengartikan negosiasi atau tawar menawar sebai proses komunikasi
yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih yang sama-sama
memiliki kepentingan untuk mencapai satu kesepakatan bersama.
Dalam hal ini, proses tawar tembakau terdapat dua pihak yang
terlibat langsung yaitu para petani tembakau dan tengkulak. Posisi
tawar petani lebih rendah dikarenakan harga tembakau ditentukan
oleh tengkulak secara subyektif.
Data yang digunakan dalam artikel ini adalah data sekunder.
Data sekunder menurut Sugiarto adalah metode pengumpulan data
dengan bahan dokumen, yaitu data yang diambil peneliti secara tidak
langsung atau mengambil sumber-sumber tertentu yang dimanfaatkan
data dan dokumennya dari pihak-pihak lain (Sugiarto:2001). Data
yang diperoleh dari jurnal penelitian terdahulu,dan artikel serta
buku. Data sekunder yang telah terkumpul adalah data yang memiliki
keterkaitan tema dan isi yang sama dengan kebutuhan penulisan
artikel. Sehingga peniliti bisa mendapatkan informasi dan data yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber materi-materi
yang ada di dalam rujukan data tersebut.

PEMBAHASAN
Tembakau merupakan komuditas yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Para petani membudidayakan tembakau karena komuditas ini
dinilai sangat menguntungkan. Namun pada kenyataannya julukan
emas hijau sepertinya tidak berlaku bagi tembakau lagi karena petani

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 215


seringkali menghadapi ketidak berdayaan dari proses penanaman
sampai penjualan tembakau. Masalah ketidak berdayaan petani
tembakau dapat bersumber dari faktor internal maupun eksternal,
factor internal adalah faktor yang berasal dari dalam atau tidak bisa
dirubah oleh para petani yakni perubahan iklim dan cuaca, pengairan
serta keadaan alam. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
yang berasal dari luar faktor alam seperti produktifitas yang rendah,
belum berproduksi secara efisien, pertentangan dari kelompok anti
tembakau dan sistem monopoli harga pada tata niaga tembakau.
Menurut Fauziyah (2010) dalam Hasan (2013), bahwa seba­
gian besar petani tembakau di Kabupaten Pamekasan, belum
mengalokasikan input secara optimal, sehingga belum mampu
mencapai efisiensi teknis yang baik dan belum mampu menghasilkan
produktivitas yang tinggi. Petani masih menggunakan varietas yang
seadanya, kualitas bibit kurang bagus, sumber daya alam terutama air
terbatas, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan teknik budidaya
yang dilakukan umumnya menggunakan teknologi yang diperoleh
secara turun temurun dan masih sedikit yang menggunakan
teknologi rekomendasi. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
produksi tanaman tembakau kurang efisien dan membuat tembakau
dinilai masih rendah produkifitasnya. Teknologi budidaya yang
turun temurun membuat petani seringkali mengalami gagal panen
atau penurunan kualitas karena kondisi iklim dulu dan sekarang
berbeda. Perlunya melakukan sebuah inovasi budidaya tembakau
dari budidaya dengan system tradisional menuju budidaya modern
agar efisiensi dan nilai tembakau lebih besar lagi.
Pengadaan bibit tembakau di Pamekasan sebagian besar
masih membeli dari luar wilayah dan sebagian yang lain menanam
sendiri (Surokim: 2014). Dapat disimpulkan bahwa para petani
tembakau diwilayah pamekasan menggunakan bibit yang berbeda-

216 | Pemberdayaan dan Pembangunan


beda di setiap penanaman tembakau. Hal ini membuat hasil panen
yang diperoleh para petani memiliki kualitas yang berbeda-beda.
Beragamnya penggunaan bibit dan perlakuan pembudidayaan
yang berbeda menjadikan petani tidak akan mengetahui indikator
tembakau yang berkualitas.
Penguatan modal sosial menjadi alternatif pemberdayaan petani
tembakau dalam meningkatkan daya tawarnya yang selama ini sering
kali menjadi pihak yang dirugikan. Strategi penguatan modal sosial
ini dilakukan dengan mengaktifkan dan mengoptimalkan kembali
kelompok petani di lingkungan pertanian tembakau. Terhimpunnya
para petani tembakau melalui wadah kelompok tani bertujuan agar
dapat menanggulangi daya tawar petani tembakau yang masih rendah.
Terbentuknya kelompok tani di pertanian tembakau didasarkan pada
asas kesamaan nasib agar diperoleh peningkatan kesejahteraan pada
para petani tembakau. Sehingga para petani yang tergabung dalam
kelompok tani ini lebih memiliki daya tawar yang lebih tinggi.
Modal sosial yang berperan dalam peningkatan kesejahteraan
petani tembakau, yaitu kelompok tani, pemerintah desa, dan
pemerintah daerah. Jenis modal sosial social bridging (jembatan
sosial) yang dibangun untuk mengatasi bargaining position. Modal
sosial ini difungsikan untuk mengetahui berbagai kelemahan dan
membangun kekuatan dalam upaya menanggulangi bargaining
position. Kelemahan di dalam pertanian tembakau dapat ditang­
gulangi melalui beberapa inovasi, diantaranya penggunaan bibit
unggul, penggunaan teknologi tepat guna, dan penguatan kebijakan
pemerintah. Kontribusi modal sosial sangat penting terhadap
penggunaan kapasitas teknologi inovasi dalam pertanian tembakau.
Inovasi yang dimiliki merupakan peran pemerintah desa dan daerah
guna untuk menfasilitasinya. Penyampaian inovasi ini disampaikan
melalui sosialisasi kepada kelompok tani. Penyampaian inovasi ini

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 217


bisa dilakukan oleh pihak pemerintah daerah melalui dinas pertanian
yang lebih mengetahui inovasi-inovasi yang lebih terbarui. Tujuan
dari sosialisasi ini agar para petani tembakau dapat mengetahui dan
menggunakan teknologi inovasi untuk peningkatan efektifitas hasil
pertanian tembakau. Petani tembakau sebagai obyek sekaligus subyek
dalam pemberdayaan ini dapat secara aktif memberikan masukan atas
inovasi pertanian yang telah diterapkan. Kritikan dan masukan dari
para petani tembakau menjadi titik awal berkembangnya teknologi
inovasi pertanian tembakau yang sesuai dengan karakteristik pada
setiap wilayah di kabupaten Pamekasan. Penyampaian kritikan
dan masukkan dapat dilakukan dalam forum pertemuan evaluasi
penggunaan. Evaluasi penggunaan dilakukan setelah beberapa bulan
proses pemberdayaan dan setelah masa panen agar inovasi ini tetap
berkelanjutan. Sehingga dengan banyaknya inovasi dan evaluasi yang
telah dilakukan oleh berbagai pihak diharapkan bisa meningkatkan
efektifitas hasil panen tembakau.
Pada proses pembudidayaan tembakau sering kali para
petani yang tergabung dalam kelompok tani mengalami kendala
dalam pe­nyediaan pupuk. Pemerintah desa dapat mengoptimalkan
penye­diaan pupuk melalui pendanaan anggaran desa. Pemerintah
bisa memberikan pinjaman terhadap petani tembakau agar bisa
mendapatkan pupuk. Maka perlu adanya koperasi atau badan yang
menaungi masalah peminjaman hutang tersebut. Petani tembakau
dapat membayar pupuk pada masa panen datang. Apabila anggota
kelompok tani telat dalam pembayaran pupuk setelah masa panen
maka akan diterapkan sistem denda. Sistem denda yang dilakukan
pada penerapan ini harus mengedepankan kepada petani agar petani
tidak merasa dirugikan atas sistem tersebut. Upaya ini dilakukan
agar petani tidak melakukan peminjaman kepada pihak lain yang
notabene merugikan petani.

218 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Pemerintah desa yang menjadi lingkup terdekat yang langsung
bersentuhan dengan para petani tembakau berperan sebagai
pengawas penjualan hasil tembakau. Perhatian pemerintah desa selain
memfasilitasi kebutuhan petani dan kegiatan pertanian tembakau,
juga melakukan pengawasan terhadap penjualan tembakau agar dapat
mengurangi terjadinya kecurangan yang sering kali merugikan pihak
petani. Pemerintah daerah juga harus membuat kebijakan tentang
tata niaga garam yang kebijakan tersebut saling menguntungkan
antara petani tembakau dan tengkulak. Sebagaimana yang tertulis
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pamekasaan mengenai tata
niaga, budidaya, dan perlindungan tembakau asli Madura Bab XIX
mengenai ketentuan pidana pasal 37 Setiap orang atau korporasi
yang melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9,
Pasal 11 ayat (1), ayat (2), Pasal 13 ayat (2), Pasal 15 ayat (1), Pasal
16 ayat (4), Pasal 17 ayat (2), ayat (3) ayat (4), Pasal 19 ayat (2),Pasal
33ayat (1), diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah). Dengan adanya kebijakan pemerintah daerah yang
mengatur hal-hal mengenai tembakau tersebut. Pemerintah harus
lebih tegas akan sanksi yang diberikan kepada pelanggar peraturan
yang telah dibuat serta mampu mempertimbangkan sanksi tersebut
setara dengan kerugian yang diterima salah satu pihak yaitu petani
tembakau. Dalam penerapannya di lapangan banyak sekali kebijakan
pemerintah yang kurang maksimal sehingga terjadi kecurang-
kecurangn yang dilakukan oleh tengkulak atau pembeli. Maka oleh
sebab itu perlu penerapan kebijakan yang tepat sasaran agar tidak
akan terjadi lagi kecurangan. Upaya ini adalah salah satu cara agar
tidak ada kecurangan yang akan dilakukan oleh tengkulak terhadap
petani tembakau.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 219


Hubungan yang terjalin diantara setiap aktor yang berperan
dilandaskan pada asas kepercayaan, nilai dan norma, serta jaringan
sosial. Dalam komponen kelompok terdapat saling keterbukaan
informasi, yang mana petani melalui forum-forum pertemuan
dapat mengetahui penggunaan teknologi yang akan diterapkan oleh
pertanian tembakau. Hubungan yang terjalin diantara para petani
adalah hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain yang
dilandaskan pada kejujuran dan kesetiakawanan. Forum pertemuan
dapat dijadikan wadah dalam memperkuat komunikasi yang erat
diantara petani yang nantinya dapat berkembang dan membentuk
jaringan sosial petani tembakau.

KESIMPULAN
Permasalahan yang dihadapi oleh para petani tembakau di
Madura sangat banyak baik faktor internal maupun eksternal. Kendala
yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu keadaan alam, cuaca, dan
pengairan. Kendala yang disebabkan oleh faktor internal membuat
petani belum berproduksi secara efisien, karena mereka tergantung
kondisi alam yang menentukan kualitas tembakau. Sedangkan
kendala petani tembakau yang disebabkan oleh faktor eksternal
disebabkan oleh sistem tata niaga tembakau dan pertentangan
kelompok anti rokok. Dari permasalahan ini maka muncul strategi
pemberdayaan melalui penguatan modal sosial sebagai upaya
menanggulangi bargaining position petani tembakau.
Penguatan modal sosial menjadi alternatif pemberdayaan
petani tembakau dalam meningkatkan daya tawarnya yang selama
ini sering kali menjadi pihak yang dirugikan. Dalam hal ini, strategi
penguatan modal sosial dilakukan dengan mengaktifkan dan meng­
optimalkan kembali kelompok petani dilingkungan pertanian

220 | Pemberdayaan dan Pembangunan


tembakau. Terhimpunnya para petani tembakau melalui wadah
kelompok tani bertujuan agar dapat menanggulangi daya tawar
petani tembakau yang masih rendah. Terbentuknya kelompok tani
di pertanian tembakau didasarkan pada asas kesamaan nasib agar
diperoleh peningkatan kesejahteraan pada para petani tembakau.
modal sosial social bridging (jembatan sosial) yang dibangun untuk
mengatasi bargaining position. Modal sosial ini difungsikan untuk
mengetahui berbagai kelemahan dan membangun kekuatan dalam
upaya menanggulangi bargaining position. Modal sosial yang
berperan dalam peningkatan kesejahteraan petani tembakau, yaitu
kelompok tani, pemerintah desa, dan pemerintah daerah.
Dalam pemberdayaan ini upaya yang harus dimaksimal adalah
penggunaan bibit unggul, penggunaan teknologi tepat guna, dan
penguatan kebijakan pemerintah. Dimana pemberdayaan tersebut
dapat dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan modal
sosial yang berada didalam masyarakat. Modal sosial ini berupa
inovasi-inovasi yang dilakukan berbagai pihak. Inovasi dari berbagai
pihak juga dilakukan evaluasi setelah musim panen agar inovasi
tersebut bisa sempurna dalam penerapan di lapangan.
Pemerintah juga harus melakukan pengawasan atas jual beli
tembakau agar tidak terjadi kecurangan antara penjual dan pembeli.
Upaya lainnya adalah pemerintah harus melakukan kebijakan tentang
tata niaga tembakau yang kebijakan tersebut saling menguntungkan
antara petani tembakau dan tengkulak. Maka penerapan kebijakan
dilapangan harus sesuai agar tidak akan terjadi lagi kecurangan yang
dilakukan berbagai pihak.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 221


DAFTAR PUSTAKA

Jamaludin, N. Adon. 2016. Sosiologi Pembangunan. Bandung: CV.


Pustaka Setia Markus
Sudibyo, dkk. 2015. Pertanian Tembakau Di Indonesia: Sebuah
Paradoks Kehidupan. Indonesian Institute for Social Deve­
lop­ment
Field, Jhon, 2010. Modal Sosial, KreasiWacana: Bantul
Damsar. 2009 Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta:
Kencana Preneda Media Group
Pearce II, John A., dan Robinson, Richard B. 2011. Strategic Mana­
gement: Formulation, Implementation and Control, Twelfth
Edition. New York : Mc Graw Hill
Sugiarto, dkk. 2001. Teknik Sampling. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Khols. R. L. dan Uhl. J. N. 1980. Marketing of Agricultural Product.
Mac Millan Publishing : USA
Lilien. G. L, Kotler, P dan Moorthy. K. S. 1992, Marketing Models.
Prentice Hall International Compration. USA
Hasan, Fuad, dkk. 2013. Prospek dan Tantangan Usaha Tani Tembakau
Madura.Vol 10. e-jurnal Universitas Trunojoyo Madura
Lubis, Hisnuddin. 2015, Ketidakberdayaan Petani Tembakau Madura
dalam Tata Niaga Tembakau Madura (Studi di kabupaten
Pamekasan). dalam Bunga rampai sosiologi, Elmatera, Yogya­
karta

222 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Nuryanti, Sri, dkk. 2011. Peran Kelompok Tani Dalam Penerapan
Teknologi Pertanian. Vol 29. e-jurnal pusat sosial ekonomi dan
kebijakan pertanian
Cahyono, Budhi. 2014. Peran Modal Sosial dalam Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat Petani Tembakau di Kabupaten
Wonosobo. Vol 15. e-jurnal Universitas Sultan Agung Semarang.
Website: http://kabpamekasan.jdih.jatimprov.go.id/?wpfb_dl=297

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 223


PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI PEMBUDIDAYA
UDANG TERPAL DI KECAMATAN SOCAH KABUPATEN
BANGKALAN

Dewi Puspita Sari, Izazahrotin Nasih, Anggarny Puspita Sari *, Jaka


Aji Abduladin*, Tri Sinta * Zainal Abidin, *Asyari muhammad,* Aji
muhammad Winata, *Dimas Puli : SOSIOLOGI C 2017

LATAR BELAKANG
Socah adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bangkalan,
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Daerah ini terletak di Pulau Madura.
Letak socah sendiri sangat berdekatan dengan Universitas Trunojoyo
Madura. Terdapat Pembagian Wilayah Admistrasi di kecamatan
socah sendiri, pembagian wilayah administrasi terdapat 11 Desa di
Kecamatan Socah: Bilaporah, Buluh, Dakiring, Jaddih, Junganyar,
Keleyan, Parseh, Pernajuh, Petaonan, Saggra Agung, Socah. Letak
geografi socah adalah paling barat pulau Madura yang berdekatan
dengan laut.Masyarakat socah mempunyai berbagai macam pekerjaan
yaitu dari sector pertaniaan, sectorperikanan, sector perkebunan
(Jagung), pedagang, dan juga ada yang sebagai TKI (Tenaga
Kerja Indonesia). Tetapi yang palingmenddominasi pekerjaan di
socah adalah sector pertanian. Kesejahteraan di kecamatan socah
masih dibilang tergolong rendah. Karena banyaknya masyarakat
mengandalkan pertaniaan yang musim panennya bisa 2x setahun.

224 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Itu dikarenakan factor lingkungan sawah tidak memiliki irigasi dan
hanya mengandalkan hujan sebagai sumber air utama.
Tetapi sekarang masyarakat socah mulai berkembang dengan
memulai membudidaya tambak udang buatan. Udang yang dipro­
duksi adalah udang vannamei. Adanya pembangunan tambak udang
buatan di tengah masyarakat. Tentunya memberikan manfaat bagi
masyarakat yang berada di sekitar area tambak udang tersebut.
Dengan adanya tambak udang buatan yang berada ditengah masya­
rakat Desa Socah Kabupaten Bangkalan Madura diharapkan bisa
jadi solusi dari masalah kesejahteraan sosial masyarakat sarana dan
prasarana serta suatu infrastruktur yang memadai dalam menunjang
aktivitas perekonomiannya. Dan sekarang di desaasocah banyak
terdapat tambak udang buatan.
Pemanfaatan potensi sumber daya perairan laut dan tambak
menjadi paradigma baru pembangunan di desa socah yang
harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Kebijakan
ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi
sumberdaya lautadan tambak yang masih cukup besar peluang
untuk pengembangan usaha dibidang perikanan baik penangkapan
maupuan usaha budidaya ikan. Usaha perikanan secara umum dapat
dinyatakan sebagai kegiatan untuk mengelola dan memanfaatkan
sumber daya ikan serta lingkungan dengan menambahkan
masukanaenergi, materi dan teknologi serta unsur lainnya, yang
bertujuan untuk kehidupan manusia. Dan juga bisa sebagai image
baru dikalangan masyarakat socah karena sebelumnya desa socah
di cap sebagai kampong narkoba. Dengan adanya pengembangan
tambak udang buatan menambah tren positif dikalangan masyarakat
luar. Dan juga bisa menambah kesejahteraan masyarakat karena
dengan membudidaya udang vannamei yang harga jualnya lumayan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 225


tinggi bisa membuat petani tambak semakin memperoleh ekonomi
yang lumayan besar juga.
Pembangunan pertambakan di socah yang diharapkan dalam
usaha perikanan yangmemanfaatkan sumberdaya secara efisien dan
berkelanjutan serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
socah yang dilakukan oleh petani tambak udang buatan yang maju,
dapat menyesuaikan setiap perubahan dan berwawasan bisnis.
Pembangunan pertambakan dititik beratkan pada pengelolaan
sumberdaya perikanan yang berkelanjutan, pemberdayaan dan
peningkatanapenyediaan bahan pangan sumber protein hewani dan
bahan baku industri di dalam negeri serta ekspor, penciptaan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha yang produktif, meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, menciptakan perubahan yang
kondusif bagi peran masyarakat sertaadunia usaha, pemulihan dan
perlindungan potensi sumberdaya perikanan serta lingkungannya.
Adapun pembangunan pertambakan secara nasional akan lebih
diarahkan pada peningkatan ekspor hasil perikanan, peningkatan
konsumsi ikan, rehabilitasi dan pengendalian pemanfaatan sum­
berdaya pertambakan. Adapun pembangunan pertambakan secara
daerah akan lebih meningkatkan tren positif di daerah tersebut yang
sebelumnya di diangggap daerah criminal dan juga bisa memulihkan
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Sasaran yang ingin dicapai adalah petani tambak udang
vannamei di kecamatan socah kabupaten bangkalan yang memiliki
potensi pengembangan berkelanjutanasumberdaya pertambakan
buatan. Selama kurang lebih 3 tahun terakhir , banyak tambak
udang di Madura tidak produktif setelah udang windu yang pernah
dibudidayakan disana terserang penyakit. Hampir tidak ada yang
budidaya udang setelah adanya serangan penyakit tersebut. Namun
sekarang, tambak udang kembali bermunculan di Madura terutama

226 | Pemberdayaan dan Pembangunan


di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan Madura. Bukan lagi
udang windu, tapi udang putih yang dibudidayakan yang disebut
juga udangavannamei.
Socah adalah salah satu desa yang sedang aktif mengembangkan
budidaya udang vannamei. Pertumbuhan udang ini ternyata berbasis
kelompok-kelompok pembudidaya skala kecil dengan ukuran
tambak yang kecil pula. Masyarakat menyebutnya sebagai tambak
mini buatan. Ukuran tambak mini buatan ini mulai dari 200-300
meter persegi hingga kurang lebih 1.000 meter persegi.
Lain halnya dengan tambak-tambak besar pada umumnya,
tambak mini buatan di Desa Socah Kabupaten Bangkalan kebanyakan
berlokasi di sekitar area pertanian. Dilihat dari konstruksi,
tambak mini buatan di Desa Socah Kabupaten Bangkalan Madura
umumnya dibangun di atas tanah, bukan digali ke bawah. Petambak
menggunakan bambu-bambu untuk dijadikan penahan terpal atau
wadah budidaya. Penggunaan bambu sebagai dinding tambak
diyakini kuat hingga dua tahun. Selain menggunakan bambu, ada juga
pembudidaya yang menggunakan beton sebagai dinding tambaknya.
Di tambak-tambak mini buatan ini, menggunakan kombinasi kincir
dan blower untuk membantu kestabilan pasokan oksigen. Kolam 200
meter persegi ini serta menggunakan 4 kincir 1phase dan 1blower
berdaya 700 watt. Suplai oksigen dari blowerdialirkanamelalui pipa-
pipa yang direndam di tambak. Menggantung, ketinggian sekitar 20
sentimeter dari dasar kolam. Kombinasi ini dinilai efektif, terutama
saat umur budidaya telah lebih dari 30ahari.
Perubahan fungsinya dari sektor pertanian ke sektor industri
tambak karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa
penghasilan yang didapatkan dari tambak begitu besar dengan modal
yang tidak memberatkan pemiliknya maka dari itu masyarakat Desa
Socah beralih fungsi membuka usaha tambak udang yang telah

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 227


dibangun di area pertanian tersebut. Kehidupan sosial masyarakat
Socah ini mengalami perubahan baik dari segi ekonomi tetapi
mengalami perubahan buruk dari segi interaksi sesama masyarakat
lainnya. Dari segi ekonomi di Desa ini angka penggangguran
mulai ada penurunan dikarenakan dengan adanya pembangunan
tambak mini buatan maka pemilik tambak mini buatan merekrut
karyawan yang berasal dari desa tersebut demi berkembangnya
tambak udang. Adapun dari segi sosial antara petani tambak dengan
masyarakat sekitar tambak menimbulkan konflik yang masih belum
terselesaikan. Hal ini disebabkan masyarakat merasa dirugikan
karena pembangunan tambak mini buatan ini sangat mempengaruhi
sumur warga Desa Socah.
Dengan adanya fenomena tersebut maka penelitian ini bertu­
juan untuk memberdayakan social ekonomi petani tambak udang
buatan di desa socah. Agar kedepannya bisa lebih meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa socah sendiri dan juga agar bisa
mengatasi permasalahan social limbah tambak antara petani
tambak dengan masyarakat sekitar tambak. Dan juga di harapkan
memberikan wawasan untuk para petani tambak socah maupun
petani tambak yang ada di daerah lain.
Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
yang bersangkutan yangamemerlukannya. Data primer didapat dari
sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti. (Hasan, 2002: 82).
Data sekunder ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada
(Hasan, 2002: 58). Data ini digunakan untuk mendukung informasi
primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur,
penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

228 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Pada artikel ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
penelitian terdahulu, skripsi dan juga jurnal. Skrpisi yang di pakai
berjudul “Kehidupan sosial ekonomi masyarakat pasca pembangunan
tambak udang buatan di desa Patoanan kecamatan Socah kabupaten
Bangkalan Madura ditinjau dari teori fenomenologi Edmund
Husserl. Oleh Nur Laily Oktafia, kutipan dari teori Edmuund Husserl
sebagai berikut.metode Edmund Husserl tentang teori fenomenologi
ini adalah memeriksa dan menganalisis kehidupan batiniah individu,
yakni pengalaman-pengalamannya mengenai fenomena atau
penampakanpenampakan sebagaimana yang terjadi. Seperti halnya
di Desa Pataonan, dulunya desa tersebut dikatakan sebagai desa yang
tertinggal daripada desadesa yang lainnya.
Dilihat dari rumah-rumah warga desa dulunya masih terbuat
dari bambu dan lantainya juga masih tanah, begitu juga jalan yang
di desa itu pun juga masih tanah belum di paving seperti di jalan di
perkotaan. Belum lagi jalan raya ketika mau menuju Desa Pataonan
itupun juga masih belum bagus dan apabila mau lewat harus hati-
hati, karena jalan rayanya sangat rusak. Hal itu dikarenakan dibuat
jalannya truk-truk besar, sekali diperbaiki pun kalau masih dibuat
jalannya truk-truk masih tetap rusak.
Lalu jalan lintas untuk berpergian yang jauh pun itu masih
belum ada, untuk penerangan desa pun dulu masih belum ada. Semua
warga jika pergi keluar malam-malam seperti mengaji itu harus
membawa lampu obor untuk penerangan dijalan. Berbeda halnya
dengan saat ini untuk rumah-rumah warga sudah mulai bertembok
bahkan lantainya pun juga sudah pada berkeramik, jalan yang ada
di desa sudah mulai di perbaiki dan menjadi bagus serta tidak lagi
licin saat hujan tiba, bahkan untuk saat ini sudah ada banyak jalan
lintasnya, begitu juga dengan jalan raya untuk menuju

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 229


Desa Pataonan juga sudah diperbaiki seperti jalan di perkotaan.
Di tengah jalan raya menuju desa tersebut ada pula pom pertamini
jadi tidak lagi jauh-jauh pergi ke daerah kecamatan lagi. Untuk
penerangan desa pun sekarang ini sudah ada bahkan dijalan yang
terpencil pun, Husserl juga meyakinkan bahwa analisis fenomenologis
yang secara konsisten di peroleh tidak hanya mengungkapkan
pembentukan makna tindakan kesadaran manusia, tetapi dapat juga
mencapai level abstraksi di atas mana hasilnya yang akan diperoleh
sebuah validitas transendental” (Oktavia. 2018)

PEMBAHASAN
Setelah adanya pembangunan tambak udang buatan di Socah
sekitar 2-3 tahun lalu adapun dampak sosial ekonomi di desa socah
adalah sebagai berikut:

Membuka Lapangan Pekerjaan


Kehidupan masyarakat di desa socah yang sebagian besar
bermata pencaharian di sektor pertanian, dan tingkat perekonomian
masyarakatnya tergolong menengah ke bawah dilihat dari mata
pencahariannya. Sehingga warga masyarakat maupun anak muda di
desa socah kebanyakan yang bekerja diluar daerah atau merantau guna
untuk meringankan dan membantu beban kehidupan keluarganya
agar kehidupan perekonomian bisa lebih baik. Dan mereka yang
bekerja di sektor pertanian mereka mencari pekerjaan tambahan
selain dibidang pertanian karena tanah yang mereka miliki hanya
bisa digunakan pada saat musim hujan dan pada musim kemarau
lahan mereka tidak bisa di gunakan maka dari itu mereka berusaha
memanfaatkan lahan pertanian yang kosong untuk membuka usaha
baru karena hasil panen yang tidak menentu setiap tahunnya yang

230 | Pemberdayaan dan Pembangunan


hanya mengandalkan air hujan dan adanya hama yang mengakibatkan
panen tidak maksimal dan mengalami kerugian, maka ada warga
masyarakat yang mendorong untuk membuka peluang usaha baru
dibidang perikanan dengan adanya pembangunan tambak buatan
itu mereka memanfaatkan lahan pertanian untuk budidaya tambak
buatan udang vaname. Dengan adanya tambak buatan inilah warga
masyarakat yang dulunya tidak mempunyai pekerjaan sekarang
bekerja sebagai buruh tambak dan bahkan mereka yang merantau
tertarik beralih perkerjaan dan membuat tambak udang buatan juga
karena hasilnya dianggap memuaskan dan mampu mengangkat
perekonomian.

Peningkatan ekonomi
Setelah adanya pembangunan tambak buatan udang di desa
socah tingkat perekonomian masyarakat sekitar meningkat, dengan
adanya budidaya tambak udang mereka bisa memperoleh penghasilan
yang tinggi di bandingkan sebelumnya yang hanya mengandalkan
hasil panen padi yang tidak menentu, warga masyarakat yang bekerja
sebagai buruh tambak dengan adanya peningkatan ekonomi tersebut
adanya harapan bisa mensejahterakan keluarga dan mempunyai
tambak sendiri agar kehidupan ekonomi bisa lebih sejahtera dari
sebelumnya sedangkan warga yang memiliki tambak udang berharap
agar tambak udang buatannya semakin bekembang pesat dan dapat
di jual sampai keluar daerah.

Peningkatan penghasilan setelah panen udang


Budidaya udang vaname memberikan keuntungan yang besar
dibuktikan dengan adanya peningkatan penghasilan setelah adanya
panen udang yang sudah dirasakan oleh warga masyarakat yang

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 231


memiliki tambak udang buatan, peningkatan penghasilan di peroleh
karena harga jual udangatinggi di pasaran dengan perawatan dan
budidaya yang mudah dan tergantung dengan kualitas bibit yang
tinggi maka akan menghasilkan panen udang dengan kualitas yang
tinggi dan membuat warga masyarakat ingin terus mengembangkan
keterampilan mereka dalam budidaya udang agar dapat meningkat­
kan penghasilan yang tinggi.

Kesejahteraan meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan primer


dan sekunder
Peningkatan kesejahteraan masyarakat mengalami perkem­
bangan dan peningkatan dalam taraf kehidupan masyarakat dapat
dirasakan setelah adanya pembangunan tambak udang, tingkat
penghasilan yang meningkat setelah panen udang memberikan
dampak terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder masyarakat.

Solidaritas semakin erat


Adanya pembangunan tambak udang buatan di socah selain
meningkatkan ekonomi masyarakat berdampak juga pada tingkat
sosial masyarakat yang semakin erat setelah pembangunan tambak
udang buatan itu penerangan di desa sudah semakin banyak dan
tingkat solidaritas juga semakin tinggi untuk mencegah adanya
tindak kriminalitas di masyarakat, mereka saling bergotong royong
guna untuk membangun desa lebih baik lagi dan mengembangkan
pembangunan tambak udang sehingga dapat berkembang pesat.
Socah merupakan salah satu kecamatan dengan mayoritas
penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.
Dimana didaerah ini terdapat kurang lebih 4 area lahan tambak, yaitu
tambak udang. Dulunya lahan-lahan tersebut adalah lahan kosong

232 | Pemberdayaan dan Pembangunan


yang tak terpakai, maka dari insiatif pekerja petani ia mengelolah
lahan tersebut untuk lahan tambak udang buatan. Subjek budidaya
tambak udang di kecamatan socah adalah warga yang pekerjaan
awalnya adalah sebagai petani, tetapi karena kondisi musim di
indonesia terbagi 2 yaitu musim kemarau dan musim hujan maka
warga pada saat musim hujan bermata pencaharian sebagai petani
sedangkan pada saat musim kemarau mereka beralih menjadi pekerja
tambak udang.
Adapun Persoalan sebelum adanya pembangunan tambak
udang buatan yaitu:
Kesenjangan ekonomi
Kesenjangan ekonomi disini yang dimaksud adalah adanya
ketidakseimbangnya mata pencaharian yang mereka kerjakan.
Perekonomiannyaatergolong berada di tingkat menengahke bawah
jika dilihat dari mata pencaharian. Karena masyarakat yang menjadi
petani itu hanya sebagai pekerja di sawah milik orang yang otomatis
pada saat musim kemarau petani itu tidak lagi di butuhkan maupun
digaji jadiaotomatis mereka harus mencari pekerjaan lainnya.
Sedangkan bagi pemilik sawah mereka tidak khawatir
Dimana pada saat sebelum adanya pembangunan tambak udang
buatan ini diharapkan nanti nya akan memberikan kesejahteraan
masyarakat sekitar akibat pekerjaan mereka yang ternyata tidak
dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari selama musim kemarau.
Karena masyarakat sekitar pada saat musim hujan bermata
pencaharian sebagai petani di sawah dengan upah yang ternyata
tidak dapat mencukupi kebutuhannya di saat musim kemarau,jadi
masyarakatasekitar mencari alternatif pekerjaan yang nantinya dapat
mencukupi kebutuhan selama musim kemarau. Dari kesenjangan
ekonomi muncullah ide untuk membuat tambak udang buatan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 233


karena dapat memberikan motivasi pengembangan ekonomi dan
dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi petani musiman serta
dapat meningkat kan pendapatan desa tersebut.
Kriminalitas tinggi
Kriminalitas tinggi disini yang dimaksud adalah bahwa desa
socah masih banyak tindakan kriminal yang terjadi di daerah
tersebut karena masih lambatnya suplaianalampu-lampu yang
masuk ke desa tersebut membuat minim nya penerangan yang ada
sehingga jika melintasi desa tersebut terasa gelap gulita bagai desa
tak berpenghuni,dari kondisi tersebut akibat nya masih terasa
tinggi tingkat kriminalitas seperti pencurian maupun begal. Dari
kondisiatersebut memunculkan konflik pastinya, berbeda hal nya
ketika mulai di bangunnya tambak udang buatan maka kriminalitas
di desa socah bisa terminimalisir karena sudah terpenuhi nya
suplaian lampu-lampu untuk memenuhi kebutuhan tambak dengan
penerangan yang banyak di sekitar tambak udang dan sudah
banyaknya penduduk yang berdatangan ke lokasi tambak udang yang
ada baik hanya untuk melihat-lihat atau membeli udang-udangnya
bahkan ada juga yang ingin membuka budidaya udang.
Setelah di buatnya tambak udang buatan yang sedikit berhasil
mensejahterahkan masyarakat Socah dengan penghasilan ekonomi
yang cukup meningkat, tetapi adaajuga konflik yang harus di hadapi
dan di seleseikan oleh pemilik tambak dan juga petani-petani
tambak Dampak limbah yang telah ditimbulkan dari tambak udang
buatan terhadap sumur-sumur yang dimiliki warga dikarenakan
pengeboran dari pembuangan limbah tambak sejalur dengan sumur
warga maka dari itu sumur warga menjadi berbau dan airnya juga
menjadi kotor, dan juga pengeboran untuk pembuangan limbah yang
ditimbulkan dari tambak udang buatan tersebut kurang mendalam

234 | Pemberdayaan dan Pembangunan


dibandingkan dengan pengambilan air untuk tambak. Pengambilan
air untuk tambak sekitar 40 meterasedangkan untuk pembuangan
limbah tambak udang sekitar 20 meter. Meskipunaadanya dampak
darialimbah udang, petambak udang mau bertanggung jawab
dengan membuatkanawarga yang baru. Dampak dari limbah udang
akan dijadikan pupuk, yang mana halnya perencanaan ini sudah
di sepakati oleh semua para petambak-petambak udang tetapi
rencana ini masih belum pasti kapan akan terencana karena alat-alat
untuk pembuatan pupuk dari limbah udang masih dibuat dari segi
seberapa banyak limbah udang dan juga seberapa besar yang dapat
dihasilkan dari limbah tersebut. Pertumbuhan ekonomiamasyarakat
Socah secara umum juga mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari
bertambahnya jumlah penduduk yang memiliki usaha atau pekerjaan
walaupunajenis pekerjaan tersebut pada umumnya petambak udang.
Mata pencaharian seseorang akan akan bertambah yang awalnya
hanya menjadi petani lalu adanyatambak udang masyarakat akan
menambah pekerjaan menjadiapetani tambak udang walaupun hanya
memberikan makan dan juga menjaga tambak saja, Dalamapekerjaan
yang menyangkut tambak penghasilan dalam pekerjaan ini tidak
menentu seperti pekerjaan kantoran yang sudah pasti penghasilanya
perbulan. Sedangkan pekerjaan sebagai buruhaatau pekerja tambak
untuk memanen hasil tambak memerlukan waktu tiga bulan yang
kemudian menjualnya kepada pengepul. Untuk pekerja tambak
udang yang ada di desa Socah tersebut rata-rata bertempat tinggal
asli di desa tersebut. Tetapi untuk pekerja tambak yang permanen itu
hanya 1 sampai 2 orang saja untuk menjaga tambak dan mengasih
makanan pada udang-udangnya Terkecuali pada saat musim
panen telah tiba, para pemilik tambak semakin membutuhkan para
pekerja karena panenaudang yang cukup banyak. Dengan seperti
ini masyarakat di desa tidak lagi keberatan dengan adanya konflik

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 235


tersebut karena masyarakat desa mendapatkan pekerjaan yang cukup
menjanjikan.
Dengan adanya konflik pasti adanya perubahan yang men­
jadikan sesuatu lebih baik, setelah terlepas dari konflik air sumur
yang kotor akibat limbah, ada strategi peningkatan produktivitas
buat para petani tambak dan juga pemilik tambak, pertama,
melakukanameningkatkan kualitas Iingkungan perairan melalui
pengadaan dan pengaturan fasilitas irigasi, dengan adanya penga­
turan fasilitas irigasi limbah udang yang tadinya masuk ke dalam
air sumur warga karena pengeboranayangatidak terlalu dalam maka
akan mengalir ke tempat-tempat lain yang dibuatkan saluran irigasi
yang tempatnya bisa di setujui oleh semua warga dan juga pemilik
tambak,dan juga fasilitas irigasi agar meningkatkan udang yang
segar dan gemuk. Kedua, persiapan produksi panen, mempersiapkan
produksi panen atau menyiapkan udang-udang berkualitas agar
harga semakin melonjak naik dan menghasilkan udang yang segar
juga udang dalam ukuran besar agar bisa menghasilkan kepuasan
bagiapara pengepul udang, supaya dapat terus dipercaya dan terus
menjalin kerja sama dengan para pengepul udang, demi mebghasilkan
peningkatan ekonimi masyarakat socah dan juga pemilik tambak.
Dan yang ketiga, pemilihan benih udang yang berkualitas, jika bibit
udangaberkualitas maka hasil panen akan berlimpah namun jika
bibit udang kurang sempurna maka hasil panen akan menurun,
para petambak udang baik pemilik atau buruh tambak harus bisa
memilih bibit-bibit udang yangaberkualitas atau dibekali dengan
ilmu pemilihan bibit udang supaya menghasilkan hasil panen yang
berlimpah.
Selain produktivitas petani, juga ada pemberdayaan bagi para
petani tambak udang di Socah supaya lebih sukses, Dalam pengertian
pemberdayaan menunjukpada proses dan tujuan. Pemberdayaan

236 | Pemberdayaan dan Pembangunan


sebagai proses merupakan serangkaian tindakan yang dijadikan
wahanaauntuk memperkuat kelompok lemah dalamamasyarakat,
misalnya kelompok miskinadalam masayrakat. Memberdayakan
masyarakat miskin berarti memperkuat mereka agar dapat
terlepas dariakemiskinan. Sedangkanapemberdayaan sebagai tuju­
anamenunjuk pada keadaan dimana masyarakat yangatadinya
lemah mempunyai keberdayaan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya termasuk dalam bidang sosial, ekonomi maupun politik.
Keberdayaan ini misalnya dimanifestasikan dalam kemam­ puan­
nyaamenyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian ber­
partisipasi dalam kegiatan sosial danalainnya. (Suharto, 2005:59-60).
Pemberdayaan adalah proses dan serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau pemberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasukaindividu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menununjukan pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.
Masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampuamenyampaikan aspirasi, mempunyai
mata pencarian,aberpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri
dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. (Hermanto, 2007).
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting),
yaitu: a) Aras Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien
secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management,
crisis intervention. Tujuan utamanya adalah mem-bimbing atau
melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
Model ini biasanya disebutasebagai Pendekatan yang berpusat pada
tuga(taskcenteredapproach).Pemberdayaan dalam aras mikro ini,

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 237


dilaksanakan melaluiastrategi penyuluhan untuk para petani; b) Aras
Mezzo, Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien dengan
menggunakan kelom-pok sebagai media intervensi. Pendidikan
dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai
strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap klien agar memilikiakemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapinya. Strategi pemberdayaan yang
dilakukan dalam aras mezzo ini terdiri dari pendidikan dan
pelatihan serta pengembangan sumber daya manusia; c) Aras Makro,
Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-
system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Strategi Sistem Besar memandang klien
sebagaiaorang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-
situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi
yang tepat untuk bertindak. Beberapa strategi dalam pendekatan ini
adalah perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi
sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik.
Dalam pendekatan aras makro ini pemberdayaan difokuskanapada
ketahanan pangan untuk petani, sebagai fasilitator untuk penyediaan
ketahanan pangan.(Suharto. 2005)
Kita dapat melihat pemberdayaan apa saja yang dapat di
lakukan untuk meningkatkan para petani di Socah, yang pertama
dapat di lakukan adalah ” Kuadran 3 menunjukkan tingginya peran
stakeholders dalam program sekaligus tingginya inovasi dan kreatifitas
dari masayrakat. Kuadran ini disebut empowering karena dalam
kuadran ini memungkinkan terjadi ekspansi asset dan kapabilitas
kelompok miskin, sehingga kelompok miskin berpartisipasi,
negosiasi, mengontrol, mempengaruhi dan mengendalikan berbagai
institusi dan kegiatan yang berpengaruh pada kehidupan mereka”.
(Lubis, 2016:3). Dalam penjelasannya dengan peranan stakeholders

238 | Pemberdayaan dan Pembangunan


petambak udang dapat meningkatkan kreatifitas agar pengemasan
udang dan tambak lebih menarik supaya dapat menghasilkan
pembeli yang banyak. Yang kedua“Untuk itu diperlukan langkah
strategis guna mempersiapkan sumberdaya manusia Madura.
Sumberdaya manusia merupakan sebuah determinan pembangunan
nasional. Peningkatan kapasitasalokal masyarakat Madura dalam
menyongsong industrialisasi dapat dilakukan dengan meningkatkan
pendidikan, penguatan institusi lokal, pembinaan jaringan sosial
serta mobilisasi resources sosio-kultural, melalui The Closure Strategy,
strategi ini menekankan pada relasi-relasi sosial yang bersifat
pertemanan, dalam konteks ini, bertujuanainti mencari kesamaan
norma, prinsip-prinsip. Kesamaan tersebut bisa saja didasarkan
pada hubungan kekeluargaan, kedaerahan, ideology. Model ini
akan menciptakan koneksi-koneksi yang melembagakan prinsip-
prinsip saling diuntungkan (Complementary). Singkatnya strategi
iniadigunkaan untuk meningkat efektifitas, produktifitas” (Hisnuddin
Lubis). Ketiga“ Pelatihan dan pendampingan usaha yang dilakukan
pada kelompok tani tambak , dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bagi anggota kelompok. Pelatihan dan pendampingan
usaha dapat meningkatkan produksi, sehingga dapat meningkatkan
pendapatanaanggota kelompok. Kelompok tani tambak yang
sudah mendapatkan pelatihan dan pendampingan kiranya terus
berusaha menambah pengetahuan dan keterampilan, sehingga
usaha tambakayang ada dapat dikembangkan dapat berkelanjutan
dan pada akhirnya dapatamensejahterakan anggota kelompok
masyarakat sekitarnya” (Qomarrudin 2018). Keempat,”sumber-
sumberapertumbuhan yang berkaitan dengan nilai tambah produk
pertanian” (Sadono,2008), dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa
mengubah pertumbuhan yang berkaitan dengan nilai tambah adalah
mengubah pangan udang supaya menjadi lebih besar ukuran udang

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 239


dan nilai jualnya bisa naik. Kelima, Konsumsi Pangan, konsumsi
ini tidak serta merta makanan apa saja yang bisa dimakan, namun
juga terdapat aspek-aspek yaituabergizi, sehat, aman serta beragam.
Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi kepadaamasyarakat agar
masyarakat mengerti dan memahami akan makanan yang bergizi,
sehat, aman serta beragam. Dalam hal ini dijelaskan agar para
petambak tetap sehat supaya tetap bisa menghasilkan panen yang
banyak.(Laily 2012).
Keenam, Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis
dan manajerial kelompok-kelompok masyara­kat petani, sehingga
berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan
baik. Di sini, selain masyarakat sasaran (petani), juga para
petugasapenyuluh/pendamping pemberdayaan masyarakat petani
harus me­ningkatkan kompetensi diri sebagai petugas yang mampu
memberdayakan, karenaaban­yak diantara mereka justru ketinggalan
ke­mampuannya dengan kelompok sasarannya.(Manggowal. 2013).
Dengan adanya pemberdayaan-pemberdayaan tersebut maka
yang cocok di lakukan di Socah adalah yang kedua dan ketiga
karena masyarakat Socah harus terus menjalin relasi pertemanan
agar tetap bisa menjual hasil panen udang secara terus dan petani
tidak merasa di rugikan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bagi para petani tambak udang karena tidak semua
petambak itu mempunyai basic di tambak udang dan tidak semua
mengerti tentang udang. Yang kedua dan ketiga yaitu ,melalui The
Closure Strategy, strategi ini menekankan pada relasi-relasi sosial
yang bersifat pertemanan, dalam konteks ini, bertujuanainti mencari
kesamaan norma, prinsip-prinsip. Kesamaan tersebut bisa saja
didasarkan pada hubungan kekeluargaan, kedaerahan, ideology.
Modelaini akan menciptakan koneksi-koneksi yang melembagakan
prinsip-prinsip salingadiuntungkan (Complementary). Singkatnya

240 | Pemberdayaan dan Pembangunan


strategi iniadigunkaan untuk meningkataefektifitas, produktifitas
dan pelatihan dan pendampingan usaha yang dilakukan pada
kelompok tani tambak, dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bagiaanggota kelompok. Pelatihan dan pendampingan
usaha dapat meningkatkan produksi, sehingga dapat meningkatkan
pendapatanaanggota kelompok. Kelompok tani tambak yang
sudah mendapatkan pelatihan dan pendampingan kiranya terus
berusaha menambah pengetahuan dan keterampilan, sehingga
usaha tambakayang ada dapat dikembangkan dapat berkelanjutan
dan pada akhirnya dapatamensejahterakan anggota kelompok
masyarakatasekitarnya

KESIMPULAN
Dengan demikian kehidupan sosial ekonomi masyarakat Socah
menjadi lebih sejahterah setelah adanya pembangunan tambak udang
buatan, dari yang semenjak banyak pengangguran tapi setelah adanya
tambak bisa menekan sedikit pengangguran dan menyediakan
lapangan pekerjaan sebagai buruh tambak, tanah yang awalnya
hanya di garapsaat musim penghujan menjadi lebih bermanfaat
setelah di bangun tambak buatan, kehidupan ekonomi masyarakat
Socah berubah lebih sejahterah dilihat pada saat musim panen udang
setelah udang di jual pada pengepul dengan harga jual udang tinggi di
pasaran dengan perawatan dan budidaya yang mudah dan tergantung
dengan kualitas bibit yang tinggi masyarakat Socah lebih bisa
menghidupi kebutuhan primer bahkan bisa membeli barang-barang
yang termasuk kebutuhan sekunder. Adanya pembangunan tambak
udang buatan di socah selain meningkatkan ekonomi masyarakat
berdampak juga pada tingkat sosial masyarakat yang semakin erat
setelah pembangunan tambak udang buatan itu penerangan di desa
sudah semakin banyak dan tingkat solidaritas juga semakin tinggi

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 241


untuk mencegah adanya tindak kriminalitas di masyarakat, mereka
saling bergotong royong guna untuk membangun desa lebih baik lagi
dan mengembangkan pembangunan tambak udang sehingga dapat
berkembang pesat. Sebelum dibangunnya tambak udang masyarakat
socah umumnya masih memiliki ksenjangan ekonomi adanya ke­
tidak­seimbangnya mata pencaharian yang mereka kerjakan. Pereko­
nomiannya tergolong berada di tingkat menengahke bawah jika
dilihat dari mata pencaharian.
Karena masyarakat yang menjadi petani itu hanya sebagai pekerja
di sawah milik orang yang otomatis pada saat musim kemarau petani
itu tidak lagi di butuhkan maupun di gaji jadi otomatis mereka harus
mencari pekerjaan lainnya. Sedangkan bagi pemilik sawah mereka
tidak khawatir. Dimana pada saat sebelum adanya pembangunan
tambak udang buatan ini diharapkan nantinya akan memberikan
kesejahteraan masyarakat sekitar akibat pekerjaan mereka yang
ternyata tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari selama musim
kemarau. Karena masyarakat sekitar pada saat musim hujan bermata
pencaharian sebagai petani di sawah dengan upah yang ternyata
tidak dapat mencukupi kebutuhan nya di saat musim kemarau,jadi
masyarakat sekitar mencari alternatif pekerjaan yang nantinya dapat
mencukupi kebutuhan selama musim kemarau. Dan juga banyaknya
timbul kriminalitas di Socah masih banyak tindakan kriminal yang
terjadi di daerah tersebut karena masih lambatnya suplaian lampu-
lampu yang masuk ke desa tersebut membuat minim nya penerangan
yang ada sehingga jika melintasi desa tersebut terasa gelap gulita
bagai desa tak berpenghuni, dari kondisi tersebut akibat nya masih
terasa tinggi tingkat kriminalitas seperti pencurian maupun begal,
konflik-konflik ini timbul sebelum adanya pembangunan tambak
buatan setelah adanya tambak buatan tidak ada lagi konflik seperti
kesenjangan ekonomi dan kriminalitas namun muncul konflik baru

242 | Pemberdayaan dan Pembangunan


yaitu dampak limbah yang telah ditimbulkan dari tambakaudang
buatan terhadap sumur-sumur yang dimiliki wargaadikarenakan
pengeboran dari pembuangan limbah tambak sejalur dengan sumur
warga maka dari itu sumur warga menjadi berbau dan airnya juga
menjadi kotor, dan juga pengeboran untuk pembuangan limbah yang
ditimbulkan dari tambak udang buatan tersebut kurang mendalam
dibandingkan dengan pengambilan air untuk tambak. Pengambilan
air untuk tambak sekitar 40 meter sedangkan untuk pembuangan
limbah tambakaudang sekitar 20 meter namun sudah ada pertanggung
jawaban dari pemilik tambak dan juga limbah-limbah udang akan di
jadikan pupuk. Setelah adanyaakonflik maka akan pembaharuan guna
meningkatkan produktivitas tambak udang supaya hasilnya semakin
baik denganabeberapa strategi, yang pertama meningkatkan kualitas
lingkungan perairan melalui pengadaan dan pengaturan fasilitas
irigasi, kedua persiapan produksi panen supaya hasil panen terus
meningkat, yang ketiga pemilihan benih udang yang berkualitas para
petambak harus dibekali dengan bisanya memilh benih udang yang
baik dan berkualitasaagar menjadikan hasil panen yang bagus. Setelah
adanya strategi produktivitas agar hasil tambaksemakin meningat jug
adanya pemberdayaan buat para petani agar tambak Socah semakin
meningkat setiap tahunnya, melalui The Closure Strategy, strategi
ini menekankan pada relasi-relasi sosial yang bersifat pertemanan,
dalam konteks ini, bertujuanainti mencari kesamaan norma, prinsip-
prinsip.
Kesamaan tersebut bisa saja didasarkan pada hubungan keke­
luar­
gaan, kedaerahan, ideology. Modelaini akan mencipta­ kan
koneksi-koneksi yang melembagakan prinsip-prinsip saling diun­
tungkan (Complementary). Singkatnya strategi ini digunakaan
untuk meningkat efektifitas, produktifitas dan pelatihan dan pen­
dam­­
pingan usaha yang dilakukan pada kelompok tani tambak,

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 243


dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagiaanggota
kelompok. Pelatihan dan pendampingan usaha dapat meningkatkan
produksi, sehinggaadapat meningkatkan pendapatan anggota kelom­
pok. Kelompok tani tambak yang sudah mendapatkan pelatihan dan
pendampingan kiranya terus berusaha menambah pengetahuan dan
keterampilan, sehingga usaha tambakayang ada dapat dikembangkan
dapat berkelanjutan dan pada akhirnya dapat mensejahterakan ang­
gota kelompok masyarakat sekitarnya

244 | Pemberdayaan dan Pembangunan


DAFTAR PUSTAKA

Sadono, Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani: Paradigma Baru Penyu­


luhan Pertanian di Indonesia. Jurnal Penyuluhan. 4(1): 71
Hermanto. 2007. Pengelolaan Budidaya Tambak Berwawasan Ling­
kungan. http://ikanmania.Wordpress.com
Lubis, Hisnuddin. 2016. Pengentasan Kemiskinan. Belajar Dari
Kegagalan Orde Baru, Dimensi, 9(1):1-7
Lubis, Hisnuddin. 2015. Membangun Madura. Strategi Menuju
Madura Madani. Dimensi, 8(2): 1-16
Manggowal, Jack. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam
Peningkatkan Pengembangan Ekonomi Pedesaan di Desa
Tumani Kec. Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal
Pemberdayaan. 5 (1)
Moh.Yusuf Qomarrudin. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir pada
Usaha Tambak di Desa Lakawali Pantai Kecamatan Malili
Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Pemberdayaan. 2(1) : 15-16
Nur Laili Oktafia. 2018. Kehidupan Sosial Ekonomi Pasca Pem­
bangunan Tambak Udang Buatan di Desa Pataonan kecamatan
Socah Kabupaten Bangkalan Madura Ditinjau Dari Teori
Fenomenologi Edmund Husserl. [Skripsi]. Surabaya. Univer­
sitas Islam Negeri Sunan Ampel
Sean Fitria Rohmawati Laily, Heru Ribawanto, Farida Nurani. 2012.
Pemberdayaan Petani Dalam Meningkatkan Pemberdayaan
Pangan. Jurnal Administrasi Publik. 2(1): 150-151
Sudarwin Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pus­
taka Setia
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rak­
yat. Bandung : Refika Aditama

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 245

Anda mungkin juga menyukai