Anda di halaman 1dari 25

PENDIDIKAN MASYARAKAT MADURA DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA


MANUSIA DI KECAMATAN SOCAH BANGKALAN

(Ach Faiq, Cholifah Faizah, Novanda Firda A, Nur Mauludin, Nurul


Agustini, Rosita Sari, Sofiati Maya S, Tyas Widianingsih)

LATAR BELAKANG
Kemiskinan merupakan masalah yang sudah sering diper-
bincangkan ketika dikaitkan dengan negara berkembang seperti
Indonesia. Kemiskinan merupakan penghambat bagi pertumbuhan
ekonomi suatu negara, yang mana kesejahteraan masyarakat identik
diukur dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian. Kemiskinan
sendiri menurut S. Munandar (Cica dkk, 2016) menya- takan bahwa
kemiskinan adalah kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang pokok, mereka dikatakan berada dibawah garis kemiskinan
apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok
seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh. Kemiskinan menjadi hal
yang sangat riskan sekali karena kemiskinan dapat menghambat
perkembangan suatu wilayah untuk maju. Sehingga kemiskinan
menyebabkan potensi yang ada dimasyarakat cenderung tidak ada, hal
itulah yang membuat masyarakat terus menurus merasakan
kemisikinan dan merasa kurang dalam segi ekonomi atau pendapatan.
Kemiskinan merupakan

68 | Pemberdayaan dan Pembangunan


permasalahan yang bukan hanya tentang perekonomian saja, akan
tetapi kemiskinan juga berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat
pendidikan pada seseorang yang berada diwilayah tertentu.
Banyak hal yang menjadi faktor dari terjadinya kemiskinan di
suatu wilayah, salah satunya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusia yang menyebabkan pekerjaan yang digeluti atau yang
dikerjakan masyarakat tidak beragam, kebanyakan pekerjaan
tersebut didominasi oleh pekerjaan kasar seperti Buruh, Petani,
danNelayan atau yang lainnya. Penghasilan yang didapatkan
masyarakat dari pekerjaan semacam itu tidak seberapa atau dibilang
masih kurang, dan disertai dengan berbagai permasalahan-
permasalahan tambahan seperti gagal panen bagi para petani, yang
mana hasil tani yang dikerjakan bukannya mencukupi kebutuhan
pokok masyarakat namun malah merugikan mereka karena adanya
gagal panen. Sumber daya manusia sendiri merupakan potensi
manusia yang dapat dikembangkan untuk proses produksi, sumber
daya manusiayang rendah menjadikan masyarakat tidak bisa
mengembangkan diri dan tidak mengetahui potensi yang ada.
Padahal sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat
penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi
sebagai penggerak, pemikir, dan perencana untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan dicapai demi menjadikan manusia yang
berkualitas sehingga sumber daya manusia yang rendah bisa
dikurangi atau ditekan dalam suatu wilayah tertentu.
Sumber daya manusia yang rendah terjadi karena disebabkan
oleh faktor pendidikan dalam masyarakat yang rendah. Pendidikan
merupakan kegiatan untuk membimbing seseorang menuju
kedewasaan dan juga kemandirian, jika pendidikan seseorang itu
rendah maka akan bisa berdampak pada tingkat pendapatan sese-
orang, tujuan pendidikan adalah membentuk anggota masyarakat

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


69
menjadi orang-orang atau pribadi berkemanusiaan yang dapat
mendidik seseorang sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri.
Pendidikan disini ada beberapa jenis yakni pendidikan formal
maupun non-formal yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi
terhadap rendahnya kualitas penduduk atau masyarakat, salah satu
contohnya yakni pendidikan yang berada di pulau Madura.
Madura merupakan nama salah satu pulau yang terletak di
provinsi Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih
5.168km² (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk
hampir 4 juta jiwa yang tersebar di 4 kabupaten yaitu : Bangkalan,
Sampang, Pamekasan, Sumenep. Mayoritas masyarakat hampir
100% beragama Islam, umat muslim di Madura ini terkenal sangat
taat dalam beribadah dalam menunaikan kewajibannya dan
menjunjung nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu sebabnya dengan adanyapondok pesantren yang sering disebut
sebagai pendidikan non-formal, misalnya Pondok Pesantren Darul
Ulum Banyuanyar di Kabupaten Pamekasan, Pondok Pesantren
Annuqoyah (PPA) yang terletak di desa Guluk-Guluk, Pondok
Pesantren Al-Amin di desa Parenduan, Pondok Syaikhona Kholil
Bangkalan dan puluhan yang tersebar di Pulau Madura.
Pendidikan pesantren begitu mengakar dalam masyarakat Madura
karena pesantren tidak hanya sekedar mengajar ilmu agama tetapi juga
mempunyai kiprah dalam sosial kemasyarakatan terutama pada nasib-
nasib rakyat kecil. Pesantren sendiri kini sudah mulai berkembang serta
menyamakan diri dengan standar pendidikan formal, hal tersebut
ditandai dengan materi-materi yang disampaikan selaras dan sama
dengan apa yang ada dalam pendidikan formal, dalam pesantren kini
juga telah tersedia fasilitas yang sudah memadai seperti adanya
lapangan olah raga yakni futsal, basket, volly, dan badminton serta
yang lainnya. Selain itu disertai juga perpustakaan

70 | Pemberdayaan dan Pembangunan


agama dan umum, dengan tujuan agar tidak kalah saing dengan
fasilitas yang tersedia di pendidikan formal. Sehingga bisa membuat
seseorang merasa nyaman dan dipenuhi segala kebutuhannya.
Namun seiring dengan perkembangan zaman kebiasaan
tersebut mulai bergeser dan berubah, masyarakat tidak lagi hanya
memasukkan anak-anak mereka ke pesantren, beberapa masyarakat
juga meneruskan pendidikan anak-anaknya ke pendidikan formal
seperti SMP dan SMAdengan berbagai alasan seperti pendapat
mengenai agar lebih mudah masuk ke perguruan tinnggi, dan
pekerjaan yang lebih menjanjikan ketimbang alumni lulusan
pendidikan non-formal (pondok pesantren). Kedua macam lembaga
pendidikan tersebut seakan berlomba untuk saling meningkatkan
kemampuan dan keterampilan peserta didiknya, hal ini dibuktikan
dengan banyak lembaga-lembaga pendidikan yang saling
bersaingan dalam menjaring peserta didik, dengan tujuan yang sama
yakni menjadikan mereka sebagai manusia yang berkualitas dan
berdaya saing global khususnya di era milenial yang terjadi pada
zaman sekarang ini.
Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di desa Buluh,
Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan. Selain untuk pendidikan
yang baik dan tertata, masyarakat di desa Buluh menyekolahkan
anak-anaknya ke pendidikan formal ataupun pendidikan non-formal
dengan berbagai pertimbangan dan kesepakatan dari masing-masing
pihak, yang mana keputusan dan kesepakatan tersebut sudah
dipertimbangkan secara matang sertadidasari oleh keadaan
perekonomian mereka masing-masing. Para orang tua disana
mempunyai harapan dan tujuan agar anak-anak mereka yang
disekolahkan baik di sekolah formal maupun non-formal bisa lebih
baik dan kehidupannya lebih sejahtera dari mereka.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 71


LITERATURE REVIEW
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teori pilihan rasional yang dikemukakan oleh Jemes
S. Coleman. Coleman menyatakan bahwa tindakan perseorangan
mengarah kepada sesuatu tujuan yang diinginkan, dan tujuan itu
(dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan (Ritzer, 2014).
Artinya tindakan seseorang dipandang memiliki tujuan dan tindakan
tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang dimaksud, serta
tujuan yang ingin dicapai tersebut berdasarkan nilai atau pilihan.
Kemudian Coleman mengatakan bahwa ia memerlukan konsep
yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu
ekonomi untuk maksud yang sangat teoristis, yakni melihat aktor
memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Dalam bukunya, Ritzer (2014) menjelaskan bahwa terdapat
dua unsur utama dalam teori Coleman yakni aktor dan sumber daya.
Yang dimaksud dengan actor disini adalah sesorang yang memiliki
peran untuk melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut
dipandang memililki tujuan. Sedangkan yang dimaksud sumber
daya adalah suatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol
oleh aktor. Teori pilihan rasional inilah yang akan digunakan oleh
peneliti untuk mengkaji objek penelitian padamasyarakat Desa
Buluh untuk mengetahui pilihan pendidikan masyarakat Desa Buluh
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Metode penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian dan
mendeskripsikan hasil penelitian dengan menggunakan sumber data
primer yakni dengan cara menggali informasi dari masyarakat Desa
Buluh Kecamatan Socah, dengan data sekunder dari dokumen

72 | Pemberdayaan dan Pembangunan


/ literatur yang valid.
Adapun teknik yang digunakan untuk menentukan dan memilih
informan yakni menggunakan teknik purposive sampling, yakni
mengambil sample data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2017). Adapun pertimbangan tersebut adalah : 1). Warga Desa Buluh,
2). Orang tua yang memiliki anak yang telah mengenyam pendidikan
minamimal lulus SD, 3). Masyarakat dengan kelas ekonomi menengah
ke bawah. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan yakni
metode observasi non-partisipan dengan mengamati dan melihat
bagaimana masyarakat Desa Buluh tanpa ikut berpartisipasi secara
langsung terhadap kegiatan yang mereka lakukan,
sertamenggunakanwawancara tidak terstruktur. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi dan data dari informan secara mendalam tanpa
menggunakan panduan wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan dalam artikel ini yakni
analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dengan
mereduksi data, mendisplay data dan menarik kesimpulan serta
verifikasi. Mereduksi data digunakan dengan merangkum dan
memilih hal-hal pokok serta memfokuskan pada hal-hal yang
penting untuk mencari tema dan polanya. Mendisplay data
dilakukan menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penarikan kesimpulan dan
verifikasi dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti yang lebih kuat.
Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan
dalam artikel ini adalah menggunakan teknik triangulasiyang diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan
berbagai waktu (Sugiyono, 2017). Terdapat tiga jenis triangulasi yakni
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Triangulasi sumber untuk menguji dan mendapatkan kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


73
diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Waktu juga
sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih kredibel. Maka jenis teknik triangulasi yang
digunakan yakni teknik sumber karena peneliti ingin mengecek
keabsahan data dari beberapa sumber yang berbeda.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teori pilihan rasional yang dikemukakan oleh Jemes
S. Coleman yang menyatakan bahwa tindakan perseorangan
mengarah kepada sesuatu tujuan yang diinginkan, dan tujuan itu
(dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan (Ritzer, 2014).
Artinya tindakan seorang seseorang dipandang memiliki tujuan dan
tindakan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang maksud,
serta tujuan yang ingin dicapai tersebut berdasarkan nilai atau
pilihan. Selanjutnya Coleman menyatakan bahwa untuk maksud
yang sangat teoristis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat
mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi yang
melihat aktor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan
kegunaan atau memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Dalam bukunya, Ritzer (2014) menjelaskan bahwa terdapat
dua unsur utama dalam teori Coleman yakni aktor dan sumber daya.
Yang yang dimaksud dengan aktor adalah sesorang yang memiliki
peran untuk melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut
memililki tujuan, sedangkan yang dimaksud sumber daya adalah
suatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor.
Teori pilihan rasional inilah yang akan digunakan oleh peneliti
untuk mengkaji objek penelitian padamasyarakat Desa Buluh untuk

74 | Pemberdayaan dan Pembangunan


mengetahui pilihan pendidikan masyarakat Desa Buluh dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

PERMASALAHAN
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan salah
satu upaya dan juga cara pemberdayaan untuk mengentas
kemiskinan yang ada pada suatu wilayah tertentubisa dilakukan
dengan melalui pendidikan, dengan harapan dapat menciptakan dan
menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Masyarakat
Madura indentik dengan pendidikan pesantrennya, karena
kebanyakan masyarakat Madura masih bersifat religius dan agamis
yang memegang teguh nila-nilai agama. Namun ada juga sebagian
masyarakat desa yang sudah memillih jalur pendidikan formal
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, seperti yang
ada di Desa Buluh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, dimana
masyarakatnya lebih mempercayakan dan memilih lembaga
pendidikan formal sebagai cara yang dipilih masyarakat
untukmeningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka
mengentas kemiskinan yang ada dalam masyarakat Desa Buluh
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

PEMBAHASAN
Kemiskinan
Berdasarkan data dari badan pusat statistic (BPS) Jawa Timur,
empat kabupaten di Pulau Madura masuk di enam besar daftar
kabupaten / kota termiskin. Kabupaten Bangkalan berada di urutan
nomor dua kabupaten termiskin di Pulau Madura setelah Kabupaten
Sampang dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 205.710 orang
(Radar Madura, 2016). Kemiskinan sendiri menurut P. Suparlan

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


75
merupakan suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya
tingkat kekurangan dan kurang cukup untuk memiliki materi pada
sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum seperti yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan (Annur, 2013). Artinya kemiskinan adalah suatu
standar kehidupan seseorang atau sejumlah golongan dalam
masyarakat yang lebih rendah dari standar kehidupan umum yang
berlaku di kalangan masyarakat tersebut.
Sumedi dan Supadi (Annur, 2013) menjelaskan ciri - ciri
kemiskinan yakni sebagai berikut : 1) Rendahnya kualitas sumber
daya alam (SDM) termasuk kesehatan, pendidikan, keterampilan
yang akan berdampak pada rendahnya penghasilan dalam suatu
masyarakat. 2) Terperangkap dalam rendahnya budaya kualitas
sumber daya manusia (SDM) seperti rendahnya etos kerja pada
masyarakat, berpikir pendek dan fatalisme. 3) Rendahnya
kepemilikan asset-asset fisik termasuk asset lingkungan hidup
seperti air bersih, penerangan serta yang lainnya.
Di desa Buluh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan
ditemukan sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah
sebagai buruh petani, petani dan pekebun. Rata-rata mereka hidup
dibawah garis kemiskinan. Kebanyakan pendidikan masyarakat
tersebut rata-rata tidak lulus sekolah dasar (SD) bahkan tidak sedikit
dari mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan yang tinggi
atau bersekolah.
Rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh buruh tani pada
masayarakat tidak menentu bahkan kurang mencukupi kebutuhan
hidupnya, yaitu berkisar sekitar Rp. 10.000 sampai Rp. 20.000 setiap
harinya. Tetapi bagi mereka penghasilan yang mereka dapatkan dan
mereka peroleh bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, yang terpenting
cukup untuk membeli ikan, lauk - pauk atau sayur-sayuran untuk

76 | Pemberdayaan dan Pembangunan


makan sehari-hari, karena untuk keperluan beras mereka sudah
menyisihkan dan menyimpannya sebagian dari hasil panennya.
Besarnya jumlah tanggungan keluarga tersebut akan berpengaruh
pada biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat setiap harinya.
Para petani di Desa Buluh secara umum merupakan petani padi,
tetapi ketika musim kemarau tiba mereka memilih menanam kancang
hijau selama menunggu musim tanam padi selanjutnya. Hasil panen
padi yang mereka peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri selama satu tahun, dalam artian hasil panen tersebut tidak dijual
kepada pengepul atau juragan beras tetapi dikomsumsi sendiri sebagai
stok satu tahun. Namun ketika ada sisa dari persediaan padi tersebut
selain dapat digunakan untuk ditanam kembali, juga dapat dijual untuk
menambah penghasilannya. Berbeda dengan pekebun, hasil panen
yang diperoleh dari perkebunan mereka seperti jagung, kacang tanah,
dan ubi - ubian dijual ke pasar Socah.
Selain itu sebagai pekerjaan sampingan, sebagian masyarakat
memilih berdagang di pasar Socah. Jenis dagangan yang
diperdagangkan mereka adalah jenis makanan seperti soto, gado-
gado, bubur, nasi pecel dan lain sebagainya, yang mana hasil yang
mereka peroleh dari berdagang digunakan untuk menambah
penghasilan mereka yang berguna untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari oleh mereka. Mereka melakukan pekerjaan sampingan
ini agar bisa membantu perekonomian dalam keluarganya, sehingga
mereka tidak hanya bergantung dari hasil panen padi saja karena
dikhawatirkan apabila terjadi kegagalan dalam bertani, mereka
tidak akan mendapatkan penghasilan untuk menekan kebutuhan
hidup mereka dan akan berakibat tidak bisa untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.
Selain berdagang, pekerjaan sampingan yang dapat dikerjakan
oleh seorang kepala keluarga adalah sebagai kuli bangunan di desa.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


77
Pekerjaan sampingan tersebut dikerjakan mereka hanya pada saat
menunggu masa panen padi saja, yang mana penghasilannya
tersebut dapat digunakan sebagai tambahan pemasukan untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Penghasilan yang diperoleh dari segala macam pekerjaan yang
mereka kerjakan dan geluti tidak hanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-harinya, namun juga disisihkan dan
ditabungkan untuk biaya dan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak
mereka. Artinya, meskipun pendapatan yang mereka peroleh tidak
terlalu banyak, mereka tetap bisa menyekolahkan anak-anaknya di
lembaga pendidikan formal.

Rendahnya Sumber Daya Manusia Sebagai Faktor Kemiskinan


Selanjutnya Mudrajad Kuntjoro menyebutkan bahwa salah
satu dari faktor penyebab terjadinya kemiskinan adalah kualitas
sumber daya manusia yang rendah (Itang, 2015).Sumber daya
manusia merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan
untuk proses produksi, sumber daya manusia yang rendah
menjadikan masyarakat tidak bisa mengembangkan diri. Saat
kualitas sumber daya manusia rendah maka kualitas produktivitas
juga rendah sehingga menyebabkan upah yang dihasilkanpun
rendah. Disisi lain sumber daya manusia rendah disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan.
Masyarakat yang berpendidikan rendah akan selalu termar-
ginalkan dan tersingkirkan dari kesempatan yang ada disekitar, dan
pada akhirnya mereka akan kalah saing oleh perkembangan zaman
sekarang. Dengan kata lain tingkat kualitas sumber daya manusia di
suatu wilayah merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan
karena sebagai penentu tingkat kemiskinan di wilayah tersebut. Jika

78 | Pemberdayaan dan Pembangunan


ingin memajukan suatu wilayah maka kita perbaiki terlebih dahulu
tingkat pendidikannya dengan tujuan untuk meningkatkan sumber
daya manusia agar bisa berdaya saing tinggi dalam kehidupan.
Hasiani (2015) menjelaskan mengenai indikator sumberdaya
manusia yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa bidang, yakni
kesehatan, pendidikan, pendapatan perkapita, dan hubungan
kualitas sumberdaya manusia dengan pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan Sebagai Sarana Meningkatkan Kualitas Sumber


Daya Manusia
Pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia dapat
dilakukan salah satunya dengan melihat bagai mana pendidikan yang
ada di wilayah tersebut. Lubis (2015) dalam artikelnya yang berdjudul
Membangun Madura : Strategi Menuju “Madura Madani”
menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas masyarakat lokal Madura
dalam menyongsong industrialisasi dapat dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan, penguatan isntitusi lokal, pembinanan
jaringan sosial serta mobilisasi resources sosio-kultural.
Dapat digaris bawahi dari penjelasan tersebut bahwa salah satu
cara untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dapat
dilakukan melalui bidang pendidikan. Artinya pendidikan termasuk
berperan sangat penting dalam menentukan standar kualitas sumber
daya manusia guna mengentas kemiskinan di suatu wilayah.
Khususnya di Desa Buluh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan,
di desa ini masih banyak masyarakat yang rendah akan kualitas
sumber dayanya akibat dari faktor pendidikan yang masih rendah.
Salah satu tujuan pendidikan jelas untuk mengembangkan potensi
dan juga keterampilan masyarakat. Ketika masyarakat sudah memiliki
kemampuan yang mumpuni dengan kata lain mereka sudah

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


79
bisa dan mampu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Apabila suatu masyarakat sudah bisa mengembengkan
potesi nya maka ia secara tidak lansung sudah selangkah lebih maju
atau mengalami progres terhadap dirinya sendiri karena sudah bisa
membawa perubahan pada dirinya.

Pendidikan Di Madura
Di Madura sendiri terdapat dua jenis lembaga pendidikan yang
ditempuh oleh masyarakatnya, pertama lembaga pendidikan formal
dan kedua lembaga pendidikan non-formal. Dalam jurnal yang
berjudul Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia oleh Ibrahim
Bafadhol menyebutkan pengertian lembaga pendidikan formal
sesuai dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi (2017). Dalam jurnal yang sama, pengertian
lembaga pendidikan non-formal sesuai dengan undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara berstruktur dan
berjenjang, seperti halnya pondok pesantren.
Masyarakat Madura pada umumnya memilih lembaga pen-
didikan non-formal atau pendidikan di pondok pesantren sebagai
sarana menempuh pendidikan. Sebagian besar masyarakat madura
masih bersifat tradisional dan religius yang memiliki pendapat
bahwa pendidikan di pesantren adalah pendidikan yang terbaik
untuk mereka. Memiih lembaga pondok pesantren sebagai sarana
menempuh pendidikan seakan menjadi sebuah tradisi di kalangan
masyarakat Madura. Sikap religius masyarakat membuat mereka
berpendapat bahwa yang paling penting di dalam kehidupan mereka

80 | Pemberdayaan dan Pembangunan


adalah mengetahui ilmu - ilmu keagamaan yang mana hal tersebut
lebih dapat di dalami melalui pendidikan di pondok pesantren yang
ada.
Selain itu, lembaga pondok pesantren kini sudah berkembang
dan maju seiring dengan berkembangnya zaman dan menawarkan
berbagai inovasi baik dari bidang kurikulum maupun fasilitas yang
tersedia. Selain untuk memperdalam ilmu agama, kini lembaga
pondok pesantren juga mengajarkan materi-materi yang juga di
berikan pada lembaga pendidikan formal. Banyak berdiri lembaga
pendidikan swasta berbasis pesantren yang tingkat standar pen-
didikannya sudah menyamai standar tingkat pendidikan formal.
Hal tersebut menjadikan lembaga pendidikan semacam itu
menjadi pilihan dan tepat bagi masyarakat Madura yang
mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan anak -
anaknya kelembaga pendidikan, yang mana selain mempelajari
tentang ilmu agama, namun juga mempelajari pelajaran umum yang
berstandar nasional sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Desa Buluh merupakan salah satu Desa yang berada di
Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan. Di Desa Buluh tepatnya
di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, yangsebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.
Di desa ini sebagian besar masyarakatnya cenderung memilih
lembaga pendidikan formal sebagai jalur pendidikan putra-putrinya.
Pilihan tersebut didasari karena mereka berpendapat bahwa dengan
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan formal bisa lebih
mudahkan mereka masuk ke perguruan tinggi. Perguruan tinggi
dianggap akan mempermulus mereka untuk mendapatkan pekerjaan
lebih jelas dan lebih baik dari pekerjaan orang tua mereka yang
hanya seorang buruh tani dan pedagang.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |81


Selain itu mereka juga berpendapat bahwa dengan menempuh
pendidkan formal, maka pekerjaan yang akan mereka dapatkan di
masa depan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih dari pada
pekerjaan yang bisa digeluti ketika menempuh pendidikan di
lembaga non-formal seperti pesantren. Pekerjaan yang lebih baik
maka penghasilan yang akan mereka peroleh lebih besar dari
penghasilan yang di dapat dari pekerjaan orang tua. Hal tersebut
dapat memperbaiki perekonomian keluarga mereka yang hanya pas
– pasan. Dengan kata lain pekerjaan yang dapat diharapkan bisa
memperbaiki perekonomian keluarga hal ini yang dijadikan sebagai
acuan masyarakat Desa Buluh untuk menentukan jalur pendidikan
putra-putrinya.
Sedangkan untuk lembaga pendidikan non-formal (pesantren),
masyarakat Desa Buluh berpendapat bahwa dengan menempuh di
pendidikan pesantren pekerjaan yang akan di dapatkan hanya
berpusat pada pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan dunia
keagaman, seperti profesi menjadi ustadz bagi seorang laki-laki,
dan ustadzah sebagai perempuan dan semacamnya. Padahal
pendapatan yang dapat diperoleh dari pekerjaan seorang ustdaz,
ustadzah dan semacamnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan
pendapatan dari pekerjaan - pekerjaan yang bisa didapat setelah
mendapat gelar sarjanah dari pendidikan perguruan tinggi dan
dianggap tidak dapat meningkatkan standar perekonomian mereka.
Dengan kata lain pilihan yang diambil oleh masyarakat dida-
sarkan pada kepentingan perekonomiaan dan menjadi tujuan mereka
menentukan ke pendidikan mana anak mereka akan melanjutkan. Hal
tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Coleman jika tindakan
seseorang mengarah kepada sesuatu tujuan, dan tujuan itu (dan juga
tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Tindakan masyarakat
dalam melanjutkan pendidikan mereka ke lembaga

82 | Pemberdayaan dan Pembangunan


pendidikan formal bertujuan untuk meningkatan kualitas diri dalam
menentukan pekerjaan yang akan didapat di masa depan, yang secara
tidak langsung berakibat pada peningkatan perekonomian mereka.
Namun pada kenyataannya masyarakat Desa Buluh saat ini
masih terjebak dalam standar perekonomian yang rendah. Hal
tersebut terbukti dari pekerjaan yang digeluti masyarakat Desa
Buluh masih seputar pekerjaan buruh tani dan pedagang kecilserta
kuli bangunan. Hanya saja mereka berharap dengan keputusan
mereka yang menyekolahkan putra putri mereka pada lembaga
pendidikan formal (SD,SMP,SMK serta PTN) kelak bisa
memperbaiki pere- konomian keluarga, sehingga mereka tidak
terjebak lagi pada lingkaran “setan” kemiskinan yang selama ini
sudah menjadi kultur budaya yang sulit dihilangkan.
Sedangkan para generasi yang saat ini masih mengenyam
pendidikan di bangku sekolah dikhawatirkan tidak dapat mengatasi
rendahnya tingkat kemiskinan tersebut dengan menerapkan kemam-
puan dan keterampilan yang mereka peroleh dari sekolah. Bahkan
beberapa penduduk mengaku mereka sempat khawatir jika anak-
anak mereka nantinya malah keluar daerah untuk mencari pekerjaan
yang lebih baik, karena dianggap lapangan pekerjaan yang ada di
desa sendiri tidak beragam.
Melihat kondisi tersebut, prespektif kekuasaan dan pem-
berdayaan dapat digunakan sebagai alat analisis sekaligus untuk
menentukan pemberdayaan apa yang cocok dan sesuai. Adapun
prespektif kekuasaan dan pemberdayaan yakni sebagai berikut :
1. Prespektif Pluralis: yakni semua orang memiliki kesempatan
bersama untuk berpartisipasi dan idealisnya kekuasaan
tersebar di banyak kelompok yang saling berkompetisi. Maka
pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah proses menolong
kelompok atau individu yang dirugikan atau tidak memiliki

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


83
kekuasaan tersebut untuk dapat ikut bersaing secara efektif
dengan kepentingan – kepentingan lain. Misalnya pemberdayaan
ini dapat dilakukan kepada orang – orang yang memiliki jaringan,
kemampuan dan semacamnya sehingga orang – orang tersebut
memiliki kesempatan yang sama. Pemberdayaan ini dapat
dilakukan melalui LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), CSR
(Coorporate Social Respontity) dan sebagainya.
2. Prespektif Elite: yakni kekuasaan tidak dimiliki semua orang
sedangkan proporsi aktor ditadak dimiliki secara rata. Proporsi
lebih besar dimiliki olek kelompok tertentu, sedangkan kelompok
tertentu yang lain memiliki proporsi yang lebih rendah.
Kekuasaan dilanggengkan melalui pemilik dan kontrol atas
lembaga – lembaga yang dominan. Maka pemberdayaan dapat
dilakukan dengan membentuk lebih dari kemampuan untuk
berkompetisi, meningkatkan keterampilan dan berusaha masuk
dalam kelompok elite untuk merubah dan mempengaruhi atau
membangun jaringan atau sekutu dengan elite.
3. Prespektif Struktural: yakni selalu tidak ada ketidak setaraan
struktur atau opresi sebagai bentuk utama kekuasaan. Kondisi
ini jelas terlihat berstrata sesuai dengan opresi struktural kelas,
ras, grnder dan semacamnya yang dilakukan oleh kelompok
dominan melalui struktur opresi tersebut. Maka pemberdayaan
yang dapat diakukan adalah merubah tatanan sosial dimana
setiap gerakan sosialnya didorong untuk melucuti atau
menentang struktur – struktur opresi yang dominan agar setiap
orang memiliki kesempatan yang sama atau kesetaraan.
4. Prespektif Post-Struktural: yakni relasi kekuasaan dilihat dari
prespektif yang berbeda. Dalam prespektif ini gagasan, bahasa
dan definisi pengetahuan telah digunakan sebagai mekanisme
kontrol, artinya kontrol terhadap wacana dan kontruksi. Maka

84 | Pemberdayaan dan Pembangunan


pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah dengan menuntut
atau mengubah wawasan atau gagasan tersebut agar orang –
orang tidak terpaku pada kontrol wacana atau gagasan tersebut.
Dari ke empat prespektif tersebut yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Desa Buluh adalah prespektif pluralis, yang mana
masyarakat desa Buluh yang memilih lembaga pendidikan formal
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas diri guna mendapat
pekerjaan yang lebih layak masih belum mendapat kesempatan kerja
yang diharapkan. Mereka telah memperbaiki kualitas diri melalui jalur
pendidikan formal dengan kata lain sumber daya manusianya sudah
terpenuhi namun kesempatan kerja belum mereka peroleh.
Sesuai dengan prespektif pluralis yang menyatakan seharusnya
kekuasaan atau kesempatan kerja di miliki secara merata, maka
pemberdayaan yang dapat dilakukan yakni adalah dengan member-
dayakan sumber daya manusia yang telah ada dengan menolong dan
mengarahkan mereka pada kesempatan kerja tersebut, seperti
dengan menyediakanjaringan kerja dan mengarahkan untuk
membuat peluang kerja atau lapangan kerja sendiri yang lebih
beragam dengan memanfaat kondisi desa serta sumber daya alam
yang ada secara optimal.
Namun pemberdayaan tersebut nantinya akan menjadi
percuma jika hal tersebut tidak disertai dengan kesadaran individu
akan kemampuan yang dimiliki serta bagaimana caranya mereka
merealisasikan kemampuan yang dimiliki dan motivasi dari mereka
sendiri untuk melakukan perubahan. Hal tersebut seharusnya tidak
sulit dilakukan karena dengan adanya pendidikan formal yang
sudah mereka tempuh, membuat pemikiran mereka lebih terbuka
dan berpandangan ke masa depan dengan didasari tujuan – tujuan
yang ingin mereka capai. Berbeda jika di bandingkan dengan
masyarakat - masyarakat yang masih bersifat sangat tradisional,

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


85
biasanya mereka tidak menghendaki adanya perubahan terjadi pada
lingkungan mereka sehingga tujuan pendidikanpun masih seputar
lembaga pendidikan pondok pesantren, menjadikan wawasan dan
kemampuan yang mereka miliki tidak berkembang dan seluas
pendidikan formal. Meski pada kenyataannya pendidikan di
lembaga pondok pesantren saat ini sudh lebih maju dari pada
pendidikan lembabga pondok pesantren saat dulu.
Selain itu pemberdayaan lain yang dapat dilakukan yakni
dengan cara memberdayakan masyarakat dari bawah atau disebut
dengan Bottom up. Pengertian bottom up itu sendiri adalah sebuah
pendekatan pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai
pusat pembangunan atau perubahan sehingga terlibat di dalam
proses perencanaan sampai pelaksanaan dan evaluasi (Suharyanti,
2017).
Langkah upaya pemberdayaan bottom up ini dapat dimulai
dengan (Ife & Tesoreiro, 2008):
1. Menghargai pengetahuan lokal
Menghargai pengetahuan lokal adalah sebuah komponen
esesnsial dari setiap kerja pengembangan masyarakat, dan
dapat dirangkum dengan frasa „Masyarakat yang paling tahu‟
diatas segalanya, anggota masyarakat memiliki pengalaman
dari masyarakat tersebut, tentang kebutuhan dan masalah-
masalahnya, kekuatan dan kelebihannya, dan ciri-ciri khasnya.
2. Menghargai kebudayaan lokal
Bukan hanya pengetahuan lokal yang harus dihargai dalam
prespektif perubahan dari bawah. Suatu kebudayaan
masyarakat lokal dapat juga terkikis oleh pemaksaan nilai-nilai
dominan dari luar, dengan demikian menghilangkan nilai dan
menganggap rendah pengalaman masyarakat lokal.

86 | Pemberdayaan dan Pembangunan


3. Menghargai sumber daya lokal
Salah satu prinsip terpenting dari pengembangan masyarakat
adalah prinsip keswadayaan, yang diturunkan langsung dari
prinsip ekologis berkelanjutan. Keberlanjutan menuntut bahwa
struktur-struktur yang dikembangkan adalah mampu dipelihara
dalam jangka panjang, dengan meminimumkan tingkat
ketergantungan dan konsumsi sumber daya serta tingkat
populasi atau produk-produk bebrbahaya atau keluaran-
keluaran yang diciptakan. Keswadayaan berarti bahwa
syarakat pada hakekatnya bergantung pada sumber daya
mereka sendiri ketimbang bergantung pada sumber daya yabg
diberikan secara eksternal.
4. Menghargai keterampilan lokal
Salah satu aspek dari menghargai sumber daya lokal yang
menuntut penyebutan kasus adalah menghargai keterampilan
lokal. Seperti jenis-jenis sumber daya lainnya, keterampilan lokal
dapat dengan mudah terlewatkan oleh pekertja masyarakat yang
bersemangat, tetapi argumen yang sama berlaku bagi
keterampilan seperti juga berlaku bagi pengetahuan. Kepakaran
dari luar sering kali dihargai dan dicari, melalui konsultan dan
lainnya, padahal tersedia keterampilan yang cukup sempurna
secara lokal. Tentu saja seperti pengetahuan, keterampilan lokal
dapat sering kali memadahi karna ia membumi pada pengalaman
lokal. Tetapi hal yang sebenarnya penting dalam hal menghargai
keterampilan lokal adalah bahwa, seperti mengetahui
pengetahuan lokal, ia lebih memberdayakan dari pada
melemahkan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


87
5. Menghargai proses lokal
Proses-proses yang digunakan dalam pengembangan masya-
rakat tidak perlu diimpor dari luar, karena mungkin terdapat
proses-proses masyarakat lokal yang di mengerti dan diterima
dengan baik oleh masyarakat lokal
6. Menghargai solidaritas lokal
Menghargai pengetahuan, kebudayaan, sumber daya,
keterampilan dan proses-proses lokal, menekankan salah satu dari
prinsip penting pengembangan masyarakat, yaitu bahwa
pengalaman masyarakat lokal harus disahkan dan digunakan
sebagai titik awal bagi setiap pekrja pengembangan masyarakat.
Sebuah komponen kunci dari kerja pengembangan msayarakat
adalah gagasan bekerja dalam solidaritas dengan warga
masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa, seorang pekerja
pengembangan masyarakat bukanlah faktor bebas yang
mengikuti agendany sendiri ketimbang menyediakan waktu
dan menerima kesulitan-kesulitan untuk memahami sifat dari
msayarakat lokal, tujuan dan aspirasi warga serta cara-cara
berfungsinya masyarakat. Sebagai hasilnya, seorang pekerja
masyarakat mampu bergabung dengan warga masyarakat itu
dalam perjuanangan mereka dan bergerak dalam arah yang
sama. Agendanya dengan pasti berada dibawah kendali
masyarakat yang bersangkutan, dan pekerja masyarakat tidak
melakukan hal-hal „untuk‟, „kepada‟, atau „atas nama‟
masyarakat tetapi dengan masyarakat.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan
bahwa, pemberdayaan masyarakat di Desa Buluh dapat dilakukan

88 | Pemberdayaan dan Pembangunan


dengan cara memberdayakan sumber daya manusia yang telah ada
dengan menolong dan mengarahkan mereka pada kesempatan kerja
tersebut, seperti dengan menyediakan jaringan kerja dan
mengarahkan untuk membuat peluang kerja atau lapangan kerja
sendiri yang lebih beragam dengan memanfaat kondisi desa serta
sumber daya alam yang ada secara optimal.
Masyarakat buruh berpendapat bahwa dengan menempuh
pendidkan formal, maka pekerjaan yang akan mereka dapatkan di
masa depan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih dari pada
pekerjaan yang bisa digeluti ketika menempuh pendidikan di
lembaga non-formal seperti pesantren. Pekerjaan yang lebih baik
maka penghasilan yang akan mereka peroleh lebih besar dari
penghasilan yang di dapat dari pekerjaan orang tua.
Sedangkan untuk lembaga pendidikan non-formal (pesantren),
masyarakat Desa Buluh berpendapat bahwa dengan menempuh di
pendidikan pesantren pekerjaan yang akan di dapatkan hanya
berpusat pada pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan
dunia keagaman, seperti profesi menjadi ustadz bagi seorang laki –
laki, dan ustadzah sebagai perempuan dan semacamnya. Padahal
pendapatan yang dapat diperoleh dari pekerjaan seorang ustdaz,
ustadzah dan semacamnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan
pendapatan dari pekerjaan - pekerjaan yang bisa didapat setelah
mendapat gelar sarjanah dari pendidikan perguruan tinggi dan
dianggap tidak dapat meningkatkan standar perekonomian mereka.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura |


89
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ife, Jim & Tesoriero, Frank, 2008. Alternatif Pengenbangan Masyarakat:
Community Development, Pustaka Pelajar. Yeogyakarta
Rizer, George. 2014. Teori Sosiologi Moderen. Prenadamedia Group.
Jakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantritatif Dan R&D,
Alfabeta. Bandung.

Jurnal:
Annur Rezaattabiurrobbi.2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemiskinan Di Kecamatan Jekulo Dan Mejobo Kabupaten
Kudus. Universitas Negri Semarang.
Bafadhol, Ibrahim. 2017. Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia.
STAI Al-Hidayah Bogor.
Deni setya budi. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui
Pendidikan Non Formal Dan Pengembangan Desa Sesuai
Prespektif Ekonomi Islam. Universitas Islam Indonesia (UII).
Hasiani, Freshka. 2015. Analisis Kualitas Sumberdaya Manusia
Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Kabupaten Pelalawan. Universitas Riau.
Lubis, Hisnuddin, 2015 Membangun Madura : Strategi Menuju
“Madura Madani”. DIMENSI Volume 8 nomor 2
Itang. 2015. Faktor-faktor penyebab kemiskinan. Fakultas Ekonomi
dan Bissnis Islam.16(1).

90 | Pemberdayaan dan Pembangunan


Internet :
AbdulBasri.2017.4KabupatenDiMaduraTermasukDaerahTermiskin.
http://radarmadura.jawapos.com/read/2017/07/18/1869/4-
kabupaten-di-madura-masuk-daerah-termiskin. Pada Senin, 6
Mei 2019, pukul 20:00 WIB

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan di Madura | 91

Anda mungkin juga menyukai