PEMBAHASAN
Good citizen adalah sebuah harapan dan tujuan, sebagai harapan dan tujuan
ia tidak bisa terlaksana jika tidak di pahami secara mendasar apa sebenarnya
maksud good citizen tersebut. Setidak-tidaknya, ia dapat diartikan sebagai sebuah
masyarakat yang hidup dalam keadaan damai, sejahtera, tentram, aman dan
memiliki apresiasi yang besar terhadap adanya perbedaan. Good citizen ini dapat
juga di artikan sebagai masyarakat madani atau civil society (mudah-mudahan tidak
salah), yang menurut Anwar Ibrahim (mantan Deputi Perdana Mentri Malaysia )
dalam forum ilmiah festival istiqlal ialah sistem sosial yang subur yang diazaskan
kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan
dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif
individu baik dari segi pemikiran, seni pelaksanaan pemerintahan mengikuti undang-
undang dan bukan nafsu atau keinginan individu menjadikan keterdugaan atau
predictability serta ketulusan atau tranparency. Dengan pengertian yang demikian
maka secara normatif apa yang dimaksudkan good citizen itu tidak jauh berbeda
dengan apa yang dimaksud dengan masyarakat madani, sebab corak kedua
masyarakat tersebut merupakan pencerminan dari sistem pemerintahan yang baik
pula. Itulah sebabnya keberhasilan pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang
diharapkan tersebut, terpulang kembali bagaimana pemerintah menyelenggarakan
pendidikan. Namun saat ini kita banyak menghadapi masalah, baik yang berbentuk
ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan. Berbagai krisis yang dialami
saat ini memaksa kita untuk bekerja keras mengatasinya, hal ini dilakukan sejalan
dengan tuntutan agar pendidikan di semua sektor baik formal, informal dan non-
formal dapat berjalan dengan baik.
Menurut Emil Salim (1991:30-31) jika kita bertolak dari tujuan jangka panjang
pembangunan manusia Indonesia maka jelaslah bahwa beberapa segi kualitas
manusia perlu memperoleh penekanan, seperti kualitas spiritual, menyangkut ciri
Wilayah nusantara yang sangat luas dengan berbagai pulau, etnis dan
bahasa yang berbeda memerlukan sebuah strategi yang tepat untuk melaksanakan
pembangunan yang menyeluruh dan berkeadilan. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghadapi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi. Permasalahan tersebut
jika ditelaah mencakup beberapa hal yang berkaitan langsung dengan kondisi
kekinian dan kedinian yang sedang dialami.
Khusus masalah pendidikan, sebagai salah satu masalah krusial dalam krisis
yang sedang dihadapi saat ini, ternyata melibatkan bergai dimensi atau aspek lain
dalam penyelenggaraannya. Hal ini menggambarkan bahwa sektor pendidikan
mempengaruhi pola pembangunan dan pola pembangunan yang diterapkan selama
ini juga mempengaruhi pendidikan. Dengan demikian terdapat korelasi antara
Pada saat ini pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang menonjol yaitu: (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh
pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, dan (3) masih
lemahnya manajemen pendidikan, disamping belum terwujudnya kemandirian dan
keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan akademis (Propenas, 2000-
2004:165).
Salah satu arah kebijakan Propenas seperti tertera pada butir 5 (terdiri dari 8
butir) menyebutkan “melakukan pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan
nasional berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan, dan manajemen”.
Persoalan yang di hadapi dengan luasnya wilayah nasional nusantara ini,
mengharuskan kebijakan pendidikan dilakukan sesuai dengan karakter setiap
daerah, sebab perlakuan yang bersipat uniformitas seperti yang dilakukan selama
ini telah menghancurkan nilai-nilai tradisi kewilayahan. Padahal nilai-nilai ini jika di
kebangkan sesuai dengan karakternya akan dapat menjadi kekuatan dahsyat.
Berbagai gejala tersebut tentu saja menjadikan kita tidak siap menghadapi
“the future war” yang cenderung harus memiliki SDM yang andal. Apalagi
kecenderungan “the future war” tersebut tidak lagi mengandalkan kekuatan personil
militer dalam jumlah besar, tetapi cenderung lebih mengandalkan kekuatan
teknologi, ilmu pengetahuan, ekonomi dan juga politik. Kakuatan teknologi dan ilmu
pengetahuan akan meningkatkan kemampuan suatu bangsa dalam hal ekonomi dan
politik. Kekuatan iptek hanya dapat diperoleh dengan baik jika pendidikan memiliki
sistem yang tepat dan sesuai dalam menghadapi tantangan zaman ke depan.
Krisis identitas yang terjadi saat ini merupakan bagian dari krisis multi
dimensi, yaitu krisis yang telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Akibat krisis multi dimensi tersebut,
tingkat kepercayaan diri dan kepercayaan tehadap orang lain atau sesama menjadi
terpengaruh. Krisis ini bukan terjadi begitu saja, ia terjadi karena ketidak-mampuan
pemegang amanah negara dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan,
khususnya sistem pendidikan. Pendidikan yang diselenggarakan cenderung hanya
untuk mengejar materi semata, sehingga melahirkan manusia-manusia yang
materialistik dan cenderung hedonistik.
good citizen perlu diwujudkan oleh para anggota pemerintahan dan juga seluruh
masyarakan untuk membangun negara yang baik dengan pemerintahan yang baik
juga serta tidak tertinggal oleh arus jaman. Sekarang, akan dijelaskan kriteria –
kriteria good citizen yang telah kami buat dan kami lampirkan:
1. Active, untuk menjalankan suatu pemerintahan yang baik, tentunya
dibutuhkan suatu masyarakan yang aktif,tidak pasif. Aktif itu contohnya
seperti mengikuti pemilu, tidak golput ( golongan putih), mengikuti kegiatan –
kegiatan komunitas dan menyampaikan opini kepada pemerintahan untuk
membangun pemerintahan yang lebih baik lagi.
2. Be Cooperative, masyarakat juga harus mendukung program – program
pemerintah dalam menciptakan negara yang baik. Seperti, melaporkan jika
ada kasus kejahatan, mentaati peraturan program pemerintah. Pada contoh,
jika pemerintah menetapkan bahwa pada hari senin rabu jumat hanya boleh
kendaraan yang bernomor plat ganjil yang boleh beredar dijalanan,maka kita
harus melaksanakannya dan bekerja sama dengan pemerintah untuk
menciptakan kota tanpa kemacetan.
3. Self Control, untuk menjadi masyarakat yang baik tentunya kita harus dapat
mengendalikan diri sendiri. Masyarakat yang baik adalah apabila masyarakat
itu tahu apa posisinya dan melakukan hal – hal yang seharusnya ( norma hak
dan kewajiban).
4. Obey the Laws, patuhi peraturan – peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Karena jika kita berada disuatu wilayah , tentunya kita harus
mengikuti dan menjalani peraturan – peraturan yang ada di wilayah tersebut.
Karena kita hidup harus mematuhi format – format yang ada dan kenali
otoritas anda. Namun, jika ada yang kalian anggap itu merugikan kalian,
kalian sebagai masyarakat dapat menyampaikan opini – opini kalian untuk
membangun pemerintahan yang lebih baik(aktif).
Warga Negara yang baik kaitannya dengan UUD serta hak dan kewajiban warga
Negara Dalam suatu Negara yang merdeka dan berdaulat, seperti NKRI, orang –
oranga yang berada diwilayah suatu Negara dapat dibagi atas penduduk dan bukan
penduduk.
1. Penduduk warga Negara Penduduk bukan warga Negara yang disebut orang
asing.
Dalam UUD 1945 pasal 26 dinyatakan bahwa yang menjadi warga Negara adalah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan oleh
undang-undang sebagai warganegara sedangkan syarat-syarat yang mengenai
kewarganegaraan RI ditetapkan oleh UU. Adapun UU kewarganegaraan RI adalah
UU no. 62 tahun 1958.
2. Selanjutnya dalam pasal 27 ayat 1 UUD 1945 ditetapkan bahwa segala warga
Negara sama kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa ada pengecualian.
Bukan warga Negara yaitu orang yang berada disuatu Negara tetapi secara hukum
tidak menjadi anggota Negara yang bersangkutan, namun tunduk pada
pemerintahan dimana mereka berada. Contoh : kontraktor, duta besar,
konsuler.Sedangkan penjelasan umum UU no 62 tahun 1958 yang dimaksud
Setiap warga Negara RI memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain
tanpa terkecuali. Persamaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk
menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai
permasalahan dikemudian hari.Warga Negara yang baik sudah sewajarnya
melaksanakan hak dan kewajibannya terhadap hukum, Negara dan pemerintah.
Selain itu setiap warganegara Indonesia harus turut bertanggung jawab atas
kemajuan dan kemunduran Negara dan bangsanya. Untuk tercapainya
kesejahteraan masyarakat Indonesia, hendaknya tidak seorangpun warga
negaranya boleh menghindarkan diri dari kewajiban dan tanggung jawab.
Rasa bertanggung jawab tidak akan dapat meresap dalam sanubari apabila pada
diri kita tidak ada kesadaran bahwa kita adalah warga organisasi masyarakat yang
bernama NKRI. Dan kesadaran bernegara itu akan hidup dinamis, jika kesadaran
bahwa kita adalah anggota dari suatu kesatuan dan persatuan manusia yang
disebut bangsa Indonesia.Seorang warganegara mempunyai kesadaran bernegara
dan kesadaran berbangsa jika ia mempunyai semangat kenegaraan, ia selalu
menempatkan kepentingan Negara diatas segala kepentingan, juga diatas
kepantingan golongan dan kepentingan sendiri. Ia merasa bertanggung jawab
terhadap keselamatan umum, tunduk dan taat kepada peraturan perundangan
Negara (peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan mentri, UUD 1945
ketetapan MPR, UU) serta menjalankan kewajibannya terhadap negara Indonesia
dengan setia dan jujur.
Sebagai warga Negara maka ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat
dengan negaranya. Dengan memiliki status sebagai warga Negara, maka orang
memiliki hubungan hukum dengan Negara. Hubungan itu berwujud status, peran,
hak dan kewajiban secara timbal balik. Warga Negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap Negara begitupun sebaliknya. Harus ada keseimbangan antara dua belah
pihak.
BAB II
Konsep karakter sebagai suatu kebajikan atau virtue, bisa dirunut dari
pernyataan Aristoteles yang menyebut bahwa warga negara yang baik itu ditandai
oleh adanya civic virtue, yang meliputi 4 hal yakni temperance (kesederhanaan)
termasuk self-control dan avoidance of extremes; (keadilan); courage (keberanian
atau keteguhan) termasuk patriotism dan wisdom or prudence (kebijaksanaan atau
kesopanan), termasuk the capacity for judgment. (Derek Heater, 2004).
Sebelumnya, ia membedakan dua macam kebajikan ( virtue) yakni kebajikan
intelektual dan kebajikan moral (Cheppi Hericahyono, 1995). Kebajikan intelektual
bisa diajarkan, sementara kebajikan moral melalui kebiasaaan.Kabajikan moral
inilah yang dikenal sebagai karakter. Oleh karena itu, Aristoteles terkenal dengan
pernyataannya bahwa karakter itu adalah suatu kebiasaan ( characterishabit).
Karakter itu dapat diajarkan melalui pembiasaan. Pernyataan ini sekaligus
memperbaiki ajaran filosofi Socrates tentang knowledge is virtue dan kebajikan itu
tidak bisa diajarkan.
Dengan dua sumber resmi ini, setidaknya dapat dijadikan rujukan mengenai
bagaimana pandangan masyarakat Indonesia mengenai karakter.Karakter dipahami
terdiri atas sejumlah nilai kebajikan yang hendaknya bisa diketahui, dirasakan dan
dilakukan. Dari sejumlah nilai kebajikan itu diidentifikasi ada 18 (delapan belas) nilai
kebajikan sebagai karakter bangsa, yakni : Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja
Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta
Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar
Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial dan Tanggung-jawab (Kemdiknas,
2010). Sumber lain menyebut bahwa nilai kebajikan itu terdiri dari dua yakni intra
personal berasal dari olah pikir dan olah hati, seperti bervisi, cerdas, kreatif, terbuka,
jujur, ikhlas, religius, dan adil. Inter personal yang berasal dari olah raga dan olah
rasa/karsa, seperti gigih, kerja keras, disiplin, bersih, bertanggungjawab, peduli,
demokratis, gotongroyong, dan suka membatu. Dari ragam nilai kebajikan itu, ada 4
(empat) yang dianggap mendesak dan penting yakni jujur, cerdas, tangguh, dan
peduli (Rencana Induk Pendidikan Karakter Bangsa, tanpa tahun).
Berdasar uraian di atas, karakter pada dasarnya melekat pada diri pribadi
atau seseorang, yang sifatnya individual.Karakter yang baik dan cerdas adalah
karakter yang dimiliki seorang pribadi. Artinya ia baik dan cerdas secara moral tidak
tergantung pada konteks. Dalam perspektif etika, manusia berbuat baik bahkan
cerdas itu dalam kaitannya dengan norma moral yakni berusaha untuk mengarahkan
perbuatannya ke tujuan tertinggi hidupnya sebagai manusia atau menyesuaikan
tindakannya dengan norma yang mengatur perihal bagaimana manusia seharusnya
hidup. Ia adalah orang yang selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan tuntutan
hatinuraninya atau sesuai dengan kesadarannya akan apa yang secara konkret
menjadi kewajiban moralnya (Soedarminta, 1997). Jadi karakter “baik dan cerdas”
adalah dalam konteks ia sebagai manusia yang dipandu oleh hati nurani, terlepas
dari atribut ataupun prestasi dibelakangnya.
Bagaimana sosok guru sebagai warga negara yang baik dan cerdas itu?Jika
kita kembali pada konsep warga negara yang baik dan cerdas, kiranya sosok guru
sebagai warga negara yang baik tidak jauh dari kreteria warga negara yang baik
pada umumnya.Artinya sebagai warga negara, guru dituntut memiliki karakter publik
yang baik, memiliki identitas, memiliki dan melaksanakan hak dan kewajibannya,
berpartisipasi dalam kebijakan publik dan menerima adanya nilai-nilai sosial
bersama.Karakter-karakter demikian merupakan atribut kewarganegaraan/ atributes
of citizenship (Cogan & Derricot, 1998). Guru sebagai profesi dan profesi lain seperti
dokter, sopir, pengacara, polisi, dan lain-lain adalah warga negara yang memiliki
atribut kewarganegaraan yang sama.
Menurut hemat penulis, karakter guru yang baik dan cerdas lebih tepat
melekat pada pribadinya sebagai seorang pendidik.Jadi melekat pada pribadi
sebagai individu bukan sebagai warga negara.Dengan demikian guru sebagai sosok
Jika dijabarkan lanjut maka karakter guru yang baik adalah yang memiliki
karakter : jujur, akhlak mulia, teladan, pribadi mantap, stabil, arif, berwibawa,
memiliki etos kerja, bertanggung jawab, rasa bangga dan percaya diri. Karakter
demikian mungkin akan berbeda dengan pendapat para ahli tentang bagaimana
profil guru yang baik dan cerdas itu. Namun sebagai dokumen formal, kreteria
demikian setidaknya dapat menjadi rujukan dan batu ujian untuk menilai guru yang
baik.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Good citizen sebagai sebuah masyarakat yang hidup dalam keadaan damai,
sejahtera, tentram, aman dan memiliki apresiasi yang besar terhadap adanya
perbedaan.secara pendalaman good citizen harus melelui tahap-tahap dasar baik
dari segi pendidikan maupun pendekatan.good citizen dapat terwujud melalui
dukungan dari masyarakatnya dan dari keinginan individu masing – masing yang
ingin menyciptakan masyarakat madani.pengembangan dalam upaya untuk
menyciptakan good citizen yaitu melalul lingkungan sekitar dan bekerjasama untuk
menycapai tujuan tersebut ,lalu kemudian keseluruhan masyarakat /penduduk
3.2 Saran
Makalah ini disusun berdasarkan ide-ide, pemikiran dan disertai pengalaman yang
berusaha untuk bisa memenuhi persyaratan dan pokok–pokok makalah good citizen
yang sempura, karena itu keritik dan saran sangat penting untuk penyempurnaan
makalah ini.