Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan Sebagai Proses Memanusiakan Manusia

Alem Febri Sonni

27 Oktober 2020, 12:11 WIB

Sri Wahyuni Ningsih*, Nurjannah*, Riska*, Noviyanti*, dan Muhammad Aris Wahyudi*

 Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar

Pendidikan merupakan proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam
upaya mendewasakan seseorang atau kelompok itu, melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam hal
ini, memanusiakan manusia merupakan salah satu tujuan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri,
kesenjangan sosial antara masyarakat juga terjadi dalam dunia pendidikan. Yang kaya akan lebih
mudah mengakses fasilitas sekolah dan mendapatkan pengetahuan yang mumpuni sedangkan yang
miskin sebaliknya. Fenomena ini harusnya menjadi refleksi kita sebagai generasi penerus bangsa
yang seharusnya mampu membangun kesadaran baru bahwa pendidikan adalah hak segala bangsa
tanpa memandang status apapun. Sebab di mana ada kehidupan manusia, di situ ada pendidikan.
Hal ini berarti pendidikan adalah hak asasi. Tingkatannya sama seperti hak untuk hidup, hak untuk
menikah, dan hak untuk menyuarakan pendapat. Tanpa memandang status sosial, sanggup atau
tidak sanggup, dari desa atau kota dan sebagainya.

Dalam proses pendidikan untuk memanusiakan manusia, dikenal proses hominisasi dan
humanisasi. Hominisasi merupakan proses menjadi manusia secara umum, yakni memasukkan
manusia dalam lingkup hidup manusiawi seperti yang semestinya. Sedangkan humanisasi yaitu
suatu proses dimana manusia berdasarkan budinya mengangkat alam menjadi alam manusiawi atau
menjadi kebudayaan. Jika hominisasi dimaksudkan untuk menjadikan manusia pada umunya yaitu
berdiri, bergerak, bersikap layaknya manusia maka humanisasi berperan sebagai upaya untuk
menciptakan kebudayaan yang baru dan memajukan ilmu pengetahuan. Pada proses inilah
pendidikan bekerja. Saat manusia telah tumbuh dengan memenuhi kodratnya niscaya, pendidikan
selanjutnya memanusiakan manusia secara khusus dalam proses humanisasi.

Tentunya dalam proses pendidikan di Indonesia telah mengalami perkembangan dari tahun ke
tahun. Entah perubahan kurikulumnya, sistemnya, ataupun paradigma dalam dunia pendidikan.
Pasca reformasi, Salah satu kebijakan pendidikan adalah melakukan pembaharuan dan perbaikan
sistem pendidikan nasional yang berprinsip desentralisasi, otonomi ke-ilmuan dan manajemen
(GBHN, 1999).

Tujuan paradigma lama diganti adalah untuk memperbaiki system pendidikan yang lebih
berorientasi kepada dua sisi yaitu pendidik dan siswa. Perubahan paradigma ini diperuntukkan selain
memajukangenerasi bangsa juga untuk memberikan kualitas pendidikan kepada pendidik.
Setelah memahami paradigma dan proses pendidikan dalam memanusiakan manusia, tentunya
diharapkan hasil dari pembelajaran baik di sekolah ataupun di rumah. Menurut Benjamin Bloom
hasil belajar sendiri terbagi atas 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomototrik. 1) Ranah Kognitif,
merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari beberapa aspek yaitu pengetahuan, ingatan,
pemahaman, dan sebagainya. 2) Ranah Afektif, yaitu hasil belajar yakni penerimaan, jawaban
atau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah Psikomotorik, yaitu hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.

Di sekolah sendiri, tentunya hal ini merupakan tujuan dari pembelajaran yang di laksanakan
pada setiap pertemuan mata pelajaran di sekolah. Namun karena adanya pandemic, mau tidak mau
segala kegiatan pembelajaran dilaksanan dirumah. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajar tiap
siswa. Akan tetapi diharapkan dengan adanya kebijakan dan upaya dari pemerintah, pembelajaran
dari rumah memberikan hasil belajar siswa yang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil
pembelajaran yang sesuai, ada 3 hal yang perlu di perhatikan yaitu pengajaran - pelatihan –
pembimbingan. Pengajaran memiliki arti yaitu proses yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk
mempermudah siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pelatihan yaitu proses pengembangan
terhadap kepribadian siswa agar kedepannya lebih siap dalam menghadapi kehidupan terutama
dunia kerja. Sedangkan pembimbingan adalah pemberian bantuan kepada siswa untuk mampu
memahami situasi sekitarnya dan dirinya sendiri. 3 hal ini merupakan pendidikan yang didapatkan
baik di sekolah maupun dirumah. Bedanya, sekolah merupakan system pendidikan formal sedangkan
dirumah tidak. Sekolah akan mengajarkan dan memberikan contoh langsung terhadap 3 aspek ini,
sedangkan dirumah tidak. Biasanya, 3 aspek ini di ajarkan melalui kebiasaan anggota keluarga yang
secara tidak langsung memberikan pengajaran, pelatihan dan pembimbingan kepada siswa.

Pada dasarnya pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang tidak bisa lepas kaitannya dengan
manusia dan alam semesta. Pendidikan merupakan sarana untuk menemukan jati diri sendiri serta
bagaimana memahami situasi yang terjadi baik yang dialami sendiri ataupun orang sekitar.
Pendidikan adalah hak setiap manusia karena sejatinya hidup adalah belajar. Seperti kata John
Dewey “Pendidikan bukan persiapan untuk hidup. Pendidikan adalah hidup itu sendiri”.

Anda mungkin juga menyukai