Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MULTIKULTURALISME DALAM ERA GLOBALISASI

Disusun Oleh :
PRIYA JATI KUSUMA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS TERBUKA
PROVINSI JAWA TIMUR

i
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Multikularisme dalam era
globalisasi” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun makalah
yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, sebagai penyusun
saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata Bahasa
penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Saya berharap semoga karya ilmiah yang saya susun ini dapat memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
.

Kediri, 14 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman akan budaya, serta memiliki
wilayah yang sangat luas. Dimana, wilayah yang sangat luas ini menyebabkan terjadinya
interaksi dan integrasi ekonomi sulit merata antar masyarakat sehingga terjadi tumpang tindih
akan kesejahteraan masyarakat. dan dimana Indonesia bisa disebut dengan negara
multikultural. Multikultural dapat dipahami sebagai pandangan dimana dikenal dengan ragam
kehidupan dunia dan juga kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap
banyak keragaman dan berbagai macam kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat
multikultural menganggap bahwa sejumlah perbedaan yang ada dalam satu masyarakat plural
dan heterogen tersebut merupakan bagian dari identitasnya. Konsep multikultural mengakui
adanya perbedaan-perbedaan dalam identitas yang juga berbeda (intra cultural differentiation).

Selain konflik, permasalahan-permasalahan yang terjadi diIndonesia


jugasemakin beragam dan semakin berkembang disetiap tahunnya, hingga menjadi
pusatperhatian dari semua kalangan.Mul t i kul t ural i sm e adal ah i st i l ah yang
di gunakan unt uk m e nj el aska npandang an seseorang t ent ang ra gam kehi dupa n
d i duni a, at aupun kebi j aka n kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan
terhadap adanya keragaman, danberbagai macam budaya (multikultural) yang ada
dalam kehidupan masyarakat.Dalam arti ini keberagaman bukan sekedar keberagaman
suku, ras, ataupun agama,melainkan keberagaman bentuk-bentuk kehidupan, termasuk
di dalamnya adalahkelompok-kelompok subkultur.Oleh karena itu, sebagai bangsa yang
majemuk, bangsa Indonesia memilikiPancasila sebagai sebuah pegangan dalam
bertindak untuk menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada dalam multikulturalisme

1
BAB II

PEMBAHASAN

Globalisasi merupakan perkembangan yang mempengaruhi terhadap munculnya


berbagai perubahan tatanan dunia. Pengaruh dalam globalisasi ini dapat menyebabkan berbagai
hambatan dan dimana globalisasi mencetuskan konsep “Dunia Tanpa Batas” yang menjadi
realita dan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan budaya. Globalisasi ini dapat
dilihat sebagai kompresi ruang dan waktu dalam hubungan sosial. Globalisasi dilihat sebuah
proses integrasi yang terjadi secara internasional yang disebabkan adanya pertukaran
pandangan secara menyeluruh seperti pemikiran, pandangan dunia, produk, dan berbagai aspek
kebudayaan lainnya.

Multikulturalisme adalah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan pada


kesederajatan perbedaan kebudayaan yang ada. Ideologi ini bergandengan dan saling
mendukung dalam proses demokratisasi yang pada dasarnya adalah kesederajatan pelaku
secara individual yang terikat dalam Hak Asasi Manusia dalam berhadapan dengan kekerasan
dan komunitas atau masyarakat setempat.

Upaya penyebarluasan ideologi ini dalam masyarakat Indonesia harus bergandengan


tangan dengan pemantapan ideologi demokrasi dan kebangsaan yang seimbang, sehingga
masyarakat Indonesia nantinya akan mempunyai kesadaran sebagai warga negara Indonesia
dan akan mampu untuk menolak diskriminasi dan perlakuan sewenang-wenang oleh kelompok
masyarakat yang dominan. Multikulturalisme ini lebih menekankan relasi antar kebudayaan
dengan keberadaan suatu budaya harus mempertimbangkan keberadaan kebudayaan lainnya.

Menurut Prof. Dr. Supardi Suparlan multikultural merupakan sebuah ideologi yang
menjunjung tinggi adanya perbedaan budaya atau sebuah keyakinan yang mengakui dan
mendorong terwujudnya pluralisme (keberagaman) budaya sebagai suatu corak kehidupan
masyarakat.

Menurut Bikhu Parekh, seorang akademisi dan ahli teori politisi, multikultural
merupakan kesepakatan yang telah dibuat oleh masyarakat yang didasari oleh rasa kesatuan
dengan mengesampingkan perbedaan seperti perbedaan agama, etnis, politik, budaya, dan
perbedaan lainnya.

2
Sedangkan menurut Azyumardi Azra, Multikultural adalah suatu paradigma hidup
bermasyarakat yang didasari atas persatuan yang mengesampingkan perbedaan untuk
mengantisipasi terjadinya konflik sosial lainnya melalui kerjasama.

Sehingga konsep dari multikulturalisme itu sendiri adalah suatu pandangan dunia yang
kemudian diimplementasikan dalam kebijakan mengenai kesedian menerima kelompok lain
secara sama sebagai kesatuan tanpa memperdulikan perbedaan (diferensiasi) seperti perbedaan
budaya, etnik, gender, bahasa, dan agama.

Contoh yang paling nyata adalah semakin meningkatnya keinginan beberapa daerah
tertentu untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun begitu
jauh pemerintah masih mampu meredam kehendak tersebut sehingga perceraian daerah-daerah
tersebut belum terwujud pada saat ini. Konflik-konflik yang terjadi akibat ketidaksetaraan
sosial dan ekonomi juga meningkat pada awal abad keduapuluh satu ini.

Globalisasi merombak kehidupan secara besar-besaran dan juga mempengaruhi


kehidupan sehari-hari. Globalisasi ini tidak hanya menarik ke atas melainkan juga mendorong
ke bawah dan menciptakan tekanan baru bagi ekonomi lokal dan globalisasi ini juga menjadi
alasan bangkitnya kembali identitas budaya lokal di belahan dunia.

Menurut Giddens (1999), globalisasi ini menciptakan zona ekonomi baru dan budaya
baru di dalam dan antar bangsa. H. A. R. Tilaar mengungkapkan bahwa globalisasi dapat
melahirkan kebudayaan yang bersifat monoisme kebudayaan atau monokulturalisme dimana
menyebabkan imperialisme kebudayaan barat dan ini menjadi nilai - nilai intrinsik dan nilai
instrumental dalam masyarakat yang semakin terkikis sejalan dengan arus globalisasi.
Multikulturalisme yang ada di Indonesia sangatlah membutuhkan solidaritas antar sesama
manusia demi terciptanya solidaritas antar masyarakat.

Menurut Emile Durkheim yang dikutip oleh Robert M.Z Lawang (1985:63), bahwa
solidaritas sosial adalah keadaan saling percaya antar anggota kelompok atau komunitas.
Adanya solidaritas yang kuat dan selalu berpegang teguh terhadap nilai gotong-royong,
menjadikan Indonesia tetap aman dan kuat. Akibat arus globalisasi yang masuk dengan tidak
seimbang dan ketidakmampuan dalam memfilter budaya yang masuk dari luar akan menjadi
salah satu faktor penyebab pudarnya jati diri masyarakat.
3
Dalam konteks kehidupan multikultural, pemahaman berdimensi multikultural harus
ada untuk memperluas wacana pemikiran manusia yang masih mempertahankan egoisme
terhadap kebudayaan, agama, dan kelompok. Memelihara kebudayaan dan keberagaman
budaya merupakan interaksi sosial dan politik antara orang yang berbeda cara hidup dan
berpikirnya dalam satu masyarakat. Secara ideal, multikulturalisme berarti penolakan terhadap
kefanatikan dan menerima secara inklusif keanekaragaman yang ada.

Seperti kita ketahui, masyarakat multikultural di Bali sangat menerima perbedaan


kebudayaan yang ada serta keberagaman lainnya yang sangat berbeda dari kebudayaan yang
dimilikinya. Selain itu, toleransi kehidupan beragama juga dalam masyarakat dapat
mempererat hubungan dan kesatuan dalam bernegara. Tidak menyinggung ciri khas dari ras
yang ada dalam masyarakat juga merupakan toleransi atas multikulturalisme di Indonesia
sendiri dan menyadari akan keberagaman budaya milik bangsa lain dengan mempertahankan
budaya sendiri sebagai identitas nasional.

4
BAB III

PENUTUP

Multikulturalisme ini adalah keadaan masyarakat yang terdiri atas beberapa elemen
kelompok yang berbeda antara ras, adat, kebiasaan, dan juga kebudayaan yang akan tetap hidup
tanpa adanya pembauran satu sama lain sehingga multikultural disini adalah masyarakat yang
terdiri atas dua atau lebih masyarakat yang secara kultur yang akan mengalami fragmentasi dan
mempunyai struktur sosial kelembagaan yang beda satu sama lain. Multikulturalisme ini
cenderung terjadi karena adanya paksaan di masyarakar karena harus menerima apa yang ada
masyarakat dan juga multikulturalisme ini juga rentan terjadi konflik di dalamnya. Banyak
keanekaragaman ras yang menunjukkan pengelompokan manusia serta keberagaman lainnya
yang terdiri atas beberapa kelompok kecil sehingga tidak ada posisi yang dominan dalam aspek
kehidupan bermasyarakat.

5
DAFTAR PUSTAKA

https://mempelajari.com/masing-masing-berikan-perbandingan-antara-konsep-
multikulturalisme-dengan-kesetaraan

Aliya, Sidqin L. (2020). Jati Diri Multikulturalisme di Era Globalisasi Indonesia,


https://www.kompasiana.com/aliyalisa/5e807f64d541df29707424b3/jati-diri-multikultu
ralisme-di-era-globalisasi-indonesia

Cellin Pfeifer Ocvianny. (2015). Multikulturalisme Indonesia",


https://www.kompasiana.com/cpfocvianny/56657fc45fafbdd5094bc78f/multikulturalis me-
indonesia.

Giri Wiloso, P. Multikulturalisme dalam perspektif antropologi. Hanum, F. (2009,


December). Pendidikan Multikultural sebagai Sarana Pembentuk Karakter Bangsa (Dalam
Perspektif Sosiologi Pendidikan). In Makalah disampaikan pada Seminar Regional DIY-
Jateng dan sekitarnya yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sosiologi
Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal (Vol. 14).

Waters, M. 1995. Globalization. 2nd Edition. Taylor and Francis Group. London.

Suparlan, P. (2004). Masyarakat majemuk, masyarakat multikultural, dan minoritas:


Memperjuangkan hak-hak minoritas. In Makalah dalam Workshop Yayasan Interseksi, Hak-
hak Minoritas dalam Landscape Multikultural, Mungkinkah di Indonesia.

Parekh, B. (1997) National Culture and Multiculturalism. In Kenneth Thompson (ed.)


Media and Cultural Regulation. London-Thousand Oaks, Calif.: Sage Publications in
association with the Open University.

Parekh, B. (2001) Rethinking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political


Theory. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.

iv

Anda mungkin juga menyukai