Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PANCASILA

“KEHIDUPAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL DALAM


MEMPERTAHANKAN KEBHINEKAAN PADA ERA INDUSTRI 4.0”

DISUSUN OLEH:

NURUL AFIFAH EDI


D071221044

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya,
tugas makalah mata kuliah Pancasila yang membahas tentang “kehidupan
masyarakat multikulturan dalam mempertahankan kebhinnekaan pada era industri
4.0” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan


dengan Pancasila, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan
Pancasila. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk
itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk
pembaca.

Gowa, 21 April 2023


Nurul Afifah Edi

i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG ...............................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................2
1.3. TUJUAN ...................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1. KONDISI MASYARAKAT MULTIKULTURAL ....................................3
2.2. TANTANGAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT
MULTIKULTURAL DALAM MENJALIN KEBHINNEKAAN .......................8
2.3. KEHIDUPAN MASYARAKAT DI ERA INDUSTRI 4.0 ......................10
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................14
3.1. KESIMPULAN .......................................................................................14
3.2. SARAN ...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. Kemajemukan


ini ditandai dengan berbagai macam perbedaan antara lain perbedaan golongan,
agama, suku bangsa dan etnik yang bersama sama hidup secara berdampingan
dengan berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Dalam kehidupan
sosial tentu banyak keanekaragaman baik itu tentang kebiasaan, budaya, tata cara,
kehidupan sosial maupun adat istiadat yang berbedabeda dengan yang lain, itu
semua merupakan sebuah dinamika yang tentu pasti ada pada masyarakat yang
majemuk.
Negara Indonesia adalah Negara yang dikenal dengan masyarakat yang
tingkat keberagaman sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
keanekaragaman dikenal sebagai masyarakat Multikultural. Sebagai Negara yang
plural dan heterogen, Indonesia memiliki potensi kekayaan multi etnis, multi kultur,
dan multi agama yang kesemuanya merupakan potensi untuk membangun negara
multikultur yang besar. Multikultural merupakan sebuah kata atau istilah yang
dipakai dalam menggambarkan pandangan atau anggapan seseorang mengenai
berbagai kehidupan yang ada di bumi, atau kebijakan yang menekankan penerimaan
keragaman budaya, beragam nilai (multikultural) masyarakat, sistem, budaya, adat
istiadat, dan juga politik yang mereka anut.
Ditengah era Industri 4.0 membuat dunia tanpa sekat, banyak budaya, sistem
sosial, ajaran, dan ideologi baru yang akan mempengaruhi masyarakat dalam suatu
negara termasuk masyarakat multicultural. Kondisi tersebut diakibatkan oleh
pesatnya perkembangan pemanfaatan teknologi digital diberbagai bidang. Pada era
industri 4.0 saat ini berbagai masalah lambat laun akan merusak kebhinekaan yang
berdampak pada timbulnya perpecahan ditengah masyarakat. Tidak dapat dipungkiri
Pancasila telah menjadi salah satu faktor penting yang mengintegrasikan masyarakat
dengan segala kekhasan perbedaannya. Dengan kata lain Pancasila merupakan
rumah bagi kemultikulturalan, artinya bahwa pancasila sebagai suatu pernyataan
bangsa yang memuat kesepakatan masyarakat tentang pengakuan adanya pluralitas
atau multikulturalitas. Maksudnya Pancasila merupakan faktor penting dalam
mempertahankan kebhinekaan di era industri 4.0.
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Bagaimana kondisi masyarakat multikultural?
1.2.2. Apa tantangan yang dihadapi masyarakat multikultural dalam
menjalin kebhinnnekaan?
1.2.3. Bagaimana kehidupan masyarakat di era industri 4.0?

1.3. TUJUAN
1.3.1. Mengetahui kondisi masyarakat multikultural.
1.3.2. Mengetahui tantangan yang dihadapi masyarakat multikultural
dalam menjalin kebhinnnekaan.
1.3.3. Mengetahui kehidupan masyarakat di era industri 4.0.

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. KONDISI MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Konsep “Masyarakat Multikultural” disusun oleh tiga kata utama:


Masyarakat, Multi dan Kultural.Adapun term “masyarakat” memiliki arti kumpulan
manusia yang hidup dalam atu kesatuan dan berinteraksi menurut sistem adat
istiadat dalam suatu daerah untuk waktu tertentu. Sedangkan istilah “multi” berarti
beranekaragam atau banyak, kemudian“kultural” berarti Budaya.Jadi Masyarakat
Multikultural adalah suatu masyarakat yang hidup dalam suatu tempat dengan
berbagai kebudayaan yang berbeda.Masyarakat multikultural biasanya menganut
paham multikulturalisme, yaitu anggapan bahwa setiap budaya memiliki
kedudukan yang sederajat dan kelebihannya tersendiri (Nurhayati dan Lina, 2020)
Bikhu Parekh mengatakan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu
masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala
kelebihannya, dengansedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti,
nilai, bentuk organisasi social, sejarah adat serta kebiasaan (Parekh, 2012).
Pengertian multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan pengertian
keragaman etnis atau budaya yang merupakan ciri masyarakat multikultural.
Karena multikulturalisme menekankan keragaman budaya dalam kesetaraan.
Kajian multikulturalisme tidak lepas dari mata pelajaran yang mendukung ideologi
ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan kepolisian, lapangan kerja dan
peluang usaha, hak asasi manusia, hak budaya masyarakat dan minoritas, prinsip
etika dan moral, serta tingkat dan kualitas. budaya produktifitas.
Dalam masyarakat majemuk terdapat perbedaan sosial, budaya dan politik
yang ditetapkan sebagai hukum atau kontrak sosial yang memisahkan mereka yang
dianggap dominan dari minoritas. Dalam masyarakat Hindia Timur Belanda,
pemerintah nasional atau kolonial memiliki kekuatan militer dan polisi yang
dipadukan dengan kekuasaan yudikatif untuk mengejar kepentingannya, yaitu
mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia. Dalam struktur hubungan
kekuasaan nasional pada masa penjajahan Hindia Belanda, kelompok superior yaitu
Belanda dan kulit putih mendominasi, diikuti oleh kelompok Tionghoa, Arab dan
asing lainnya, kemudian kelompok inferior. adalah mereka yang asli. Digolongkan
sebagai masyarakat adat, yaitu yang sudah mengenal peradaban dan yang masih
3
belum mengenal peradaban atau masih primitif. Di dalam struktur yang berlaku
secara nasional itu terdapat hubungan kekuasaan minoritas yang berkuasa, yang
berbeda-beda sesuai dengan konteks hubungan dan kepentingan yang berkuasa.
Keanekaragaman aspek-aspek yang berbeda di atas menunjukkan bentuk
masyarakat yang multikultural. Ciri masyarakat multikultural adalah:
1. Masyarakat yang sangat beragam. Dengan demikian struktur budaya menjadi
lebih dari satu,
2. Ada segmentasi yaitu masyarakat terdiri dari berbagai ras, suku, budaya dan
lain-lain, tetapi ada hal-hal yang membedakannya. Biasanya pemisah adalah
konsep yang dikenal sebagai primitif. Misalnya, ketika kota Jakarta memiliki
suku dan ras yang berbeda-beda, dari lokal hingga mancanegara, namun
sebenarnya mereka memiliki pertalian asli daerah.
3. Struktur yang ada dalam aset non pelengkap. Yang dimaksud di sini bahwa
dalam masyarakat majemuk akan ada satu lembaga yang akan kesulitan
mengatur dan mengarahkan masyarakatnya karena kesatuan yang tidak
sempurna akibat pemisahan segmen-segmen yang terpisah-pisah ini.
4. Konsensus rendah, artinya politik dan pengambilan keputusan secara alami
dibutuhkan di dalam institusi. Keputusan yang diambil atas dasar kesepakatan
bersama ini dibuat berdasarkan musyawarah mufakat yang ada dalam
masyarakat hubungan sangat sulit untuk membuat keputusan.
5. Mengenai kemungkinan terjadinya konflik dalam masyarakat yang majemuk,
tentu terdapat berbagai macam suku, budaya, adat istiadat dan kebiasaan yang
semuanya berbeda-beda. Secara teoritis, semakin banyak perbedaan dalam
masyarakat. Tentu saja mungkin jika ada kontradiksi. Ini juga mempersulit
proses integrasi.
6. Integrasi dapat tumbuh dengan terpaksa, sebagaimana dijelaskan di atas, dalam
masyarakat majemuk seringkali integrasi sulit dilakukan. Maka, tak pelak lagi,
alternatifnya adalah kekerasan. Namun tentu saja, metode ini tidak membiarkan
integrasi berlanjut.
7. Kelompok lain memiliki keunggulan politik karena terdapat segmen-segmen
dalam masyarakat majemuk yang dapat menimbulkan kejenuhan ingroup yang

4
tinggi. Dengan demikian, ketika ras, etnis atau budaya berkuasa atas
masyarakat, selalu cenderung mengutamakan kepentingan etnis atau ras.
8. Karena keragaman yang dihasilkan, munculnya kelompok minoritas dan
mayoritas
Multikulturalisme mengajarkan semangat kemanunggalan atau
ketunggalan (tunggal ika) yang paling potensial akan melahirkan persatuan kuat,
tetapi pengakuan adanya pluralitas (Bhinneka) budaya bangsa inilah yang lebih
menjamin persatuan bangsa. Dalam membentuk masyarakat multikultural di
pengaruhi oleh beberapa faktorantara lain, yaitu:
1. Faktor Sejarah
Dalam kerangka politik multikulturalisme, Kymlickamengemukakan
terdapat dua aspek munculnya multikulturalisme,yakni migrasi yang masuk ke
suatu daerah dan adanyakebanggaan sebagai minoritas. Pada aspek pertama dialami
oleh negara-negara tujuan imigran dalam studi kasus yang diteliti padanegara
Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.Sedangkan aspekkedua lebih bersifat pada
unsur identitas yang dimiliki olehindividu yang dirasa lebih kuat dari pada rasa
nasionalismenya (Kymlicka, 2011)
Misalnya saja negara Indonesia yang dikenal dengan masyarakatnya yang
multikultural. Indonesia sendiri merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alam, khususnya di bidang rempah-rempah, yang lebih dulu mendorong negara-
negara lain seperti Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang untuk menjajah
Indonesia. yang sudah lama tinggal di Indonesia, bahkan ada yang menyebabkan
peningkatan kekayaan budaya dan ras di Indonesia serta lahirnya masyarakat
multicultural.
2. Letak geografis
Faktor penyebab terjadinya masyarakat multikultural yang pertama yaitu
pengaruh letak geografis.Indonesia mempunyai 17.000 pulau yang tersebar mulai
dari barat, timur, utara hingga ke selatan.Tersebarnya pulau tersebut menjadi faktor
yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya masyarakat
multikultural.Dilihatdari keadaan geografis Indonesia, terdapat beribu-ribu
pulauberjajar dari ujung Barat sampai ujung Timur, mulai dari Sumatrahingga

5
Papua.Setiap pulau memiliki suku bangsa, etnis, agamadan ras masing-masing
(Abidin, 2016)
Ras imigran pertama yang tiba di Indonesia yaitu bangsa Australoid
kemudian menyebar ke beberapa pulau di Indonesia. Setelah itu muncul ras lain
yaitu ras Melanesia Negroid yang tersebar merata, dan terakhir ras Melayu-
Mongolia. Setelah lama tinggal di Indonesia, beberapa ras yang berbeda kembali
ke tanah air mereka dan beberapa menetap di beberapa pulau di Indonesia.
Ras-ras yang berbeda tersebut kemudian melalui proses isolasi dan
penyatuan yang berbeda-beda dan menjadi apa yang disebut bangsa Indonesia
dengan suku-suku yang berbeda. Dengan cara ini, orang yang tinggal di pulau yang
berbeda mengembangkan rasa kesatuan etnis karena ikatan emosional di antara
mereka. Selain itu, orang-orang ini memiliki budaya dan bahasa yang berbeda
tergantung asalnya. Namun, mereka tetap satu kesatuan bangsa Indonesia. Letak
geografis Indonesia memicu munculnya masyarakat multikultural.
3. Adanya Pengaruh kebudayaan Asing
Selain letak geografis Indonesia, keberadaan masyarakat multikultural juga
disebabkan oleh pengaruh budaya asing. Masuknya pengaruh budaya asing juga
dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia, sehingga banyak unsur agama dan
budaya yang berbeda masuk ke Indonesia. Indonesia terletak di antara Samudera
Hindia dan Pasifik. Ini adalah lintasan para pedagang dari China, India, dan negara
lain. Para pedagang tersebut datang ke Indonesia tidak hanya untuk berdagang,
tetapi juga untuk menyebarkan budaya dan agama mereka, itulah sebabnya
Indonesia saat ini memiliki berbagai agama.
4. Proses penyebaran agama dan budaya
Melalui para pedagang ini tidak teratur sehingga memicu proses
multikulturalisme. Misalnya, pada awal penyebarannya di Indonesia, pengaruh
agama Hindu dan Budha hanya berkembang di Indonesia bagian barat, sedangkan
budaya yang disebarkan oleh Cina berkembang di daerah pesisir tempat mereka
berdagang. Sedangkan Islam awalnya berkembang di Maluku dan agama Katolik
disebarkan oleh penjajah Portugis dan berpusat di Nusa Tenggara Timur.

6
5. Kondisi iklim
Alasan munculnya masyarakat multikultural adalah perbedaan kondisi
iklim di Indonesia yang memiliki curah hujan berbeda di Indonesia, yang
mempengaruhi kesuburan dan juga lingkungan. Adanya perbedaan kondisi
lingkungan memicu perbedaan dalam berbagai bidang, baik ekonomi, pendidikan,
sosial dan juga budaya sehingga tercipta masyarakat yang multikultural. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada sistem budidaya padi sawah di Jawa dan Bali, selain itu
banyak dijumpai di daerah pertanian.Selain pertanian, ada beberapa daerah di
Indonesia yang sebagian besar mata pencahariannya dari laut, seperti Riau.
Kepulauan, Sulawesi Selatan dll.
Kondisi iklim Indonesia yang beragam dan persebaran ras yang berbeda
membuat masyarakat Indonesia menjadi masyarakat multikultural. Selain itu,
perbedaan yang menandai masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multikultural
adalah perbedaan antara masyarakat perkotaan, pertanian, dan budaya dari
kelompok etnis lain. Sehubungan dengan kondisi geografis di atas, kondisi iklim
dan cuaca juga termasuk fenomena alam yang dipengaruhi oleh faktor geografis
wilayah tersebut. Perbedaan iklim dan cuaca mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam beradaptasi dengan iklim. Misalnya, orang yang tinggal di tempat dingin
memakai pakaian yang lebih tebal, sedangkan orang yang tinggal di tempat panas
memakai pakaian yang lebih tipis.
6. Integrasi nasional
Penyebab munculnya masyarakat multikultural yang terakhir adalah
eksistensi Integrasi nasional ini berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia.
Terintegrasinya suku bangsa menjadi satu kesatuan bangsa Indonesia dipengaruhi
oleh empat peristiwa, antara lain peristiwa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit,
penjajahan Belanda pada masa pergerakan nasional yang berujung pada lahirnya
Sumpah Pemuda, dan peristiwa yang sangat berpengaruh yaitu kemerdekaan.
Republik Indonesia. Adanya keempat peristiwa tersebut mempersatukan berbagai
suku bangsa di Indonesia secara politik, ekonomi dan sosial.
7. Keragaman agama dan ras
Agama adalah keyakinan dan pandangan dunia yang menyatukan. Orang
yang memiliki keteraturan/keteraturan dalam hidupnya. Agama memiliki simbol

7
dan sejarah yang sakral untuk menjelaskan asal usul dan tujuan hidup. Agama
memiliki hubungan yang kuat dengan manusia karena setiap agama memiliki
aturan, kitab suci dan tempat suci yang mempengaruhi kehidupan Ada banyak
agama di dunia. Pemeluk agama yang berbeda di daerah menciptakan masyarakat
multikultural, sehingga agama salah satu faktor yang dapat memicu munculnya
masyarakat multikultural. Ras adalah sistem klasifikasi yang membagi orang
menjadi kelompok besar berdasarkan karakteristik fisik, asal geografis,
penampilan, dan etnis. Paradigma rasial sering digunakan di berbagai disiplin ilmu
untuk lebih menekankan karakteristik biologis manusia atau struktur sosial.
Antropolog dan ilmuwan evolusi mengidentifikasi istilah ras untuk membahas
perbedaan genetik (biologis), sedangkan sejarawan dan ilmuwan sosial
mendefinisikan ras sebagai kategori budaya atau konstruksi sosial, bagaimana
orang berbicara tentang diri mereka sendiri dan orang lain. Perbedaan ras dapat
menjadi salah satu faktor pemicu terbentuknya masyarakat multikultural
2.2. TANTANGAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT MULTIKULTURAL
DALAM MENJALIN KEBHINNEKAAN

Indonesia sebagai negara yang memiliki bagian dan ragam yang cukup
luas merupakan salah satu negara dengan multicultural terbesar di
dunia. Multikulturalisme sendiri dalam perkembangannya sangat di terima dengan
baik oleh warga masyarakat Indonesia. multikulturalisme sendiri dapat di
bagi menjadi beberapa komponen seperti kebudayaan, pluralitas budaya, dan cara
tersinderi dalam menerima serta merespon pluralitas itu sendiri. Pendidikan
multicultural sendiri memiliki peran yang cukup positif dalam menggerakkan
untuk menegakkan demokrasi khususnya di Indonesia itu sendiri. (Ali dan Noor,
2019)
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, realitas kehidupan berbangsa
dan bernegara telah mengalami pasang surut yang penuh tekanan dan sukar.
Kontroversi Natsir-Soekarno pra-kemerdekaan tentang hubungan agama dan
negara adalah contoh nyata bangsa itu sebagai realitas sejarah (Suhelmi, 1999).
Kontroversi ini tercermin dalam pencarian bentuk identitas nasional, pertarungan
ideologis antara kubu nasionalis sekuler dan kubu politik-Islam, yang masih sering
menjadi topik pembicaraan di mana-mana. Konflik dapat muncul dari perbedaan
8
pendapat antara dua atau lebih kelompok masyarakat di suatu wilayah. Beberapa
konflik yang mengerikan di Indonesia terjadi karena perbedaan pendapat, yaitu:

1. Tragedi Sampi tahun 2001. Tahun 2001 merupakan salah satu sejarah kelam
bangsa Indonesia, khususnya di wilayah Sampit. Tragedi Sampit merupakan
pemberontakan yang sangat mengerikan yang melibatkan dua suku, Dayak dan
Madura. Ditemukan bahwa 500 orang meninggal dan 100 dari mereka
dibunuh.
2. Konflik antaragama di Ambon pada tahun 1999. Konflik ini awalnya dianggap
sebagai konflik biasa. Namun, argumen tersebut muncul ketika ada pihak yang
secara sadar bermaksud mengeksploitasi permasalahan yang ada. ABRI bukan
hanya tidak mampu menanganinya dengan baik, tetapi diduga sengaja
dilakukan untuk memperpanjang konflik dan mengubah isu-isu penting
lainnya. Kerusuhan di Ambon mendorong kerukunan umat beragama di
Indonesia selama beberapa waktu.
3. Konflik antaretnis pada tahun 1998. Konflik ini dimulai dengan krisis mata
uang yang melumpuhkan negara dan meningkat menjadi konflik antara
masyarakat adat dan etnis Tionghoa. Konflik ini menyebabkan penjarahan dan
pembakaran banyak properti Tionghoa. Selain itu, banyak juga laporan bahwa
pelecehan seksual telah terjadi dan pembunuhan tidak dapat dihindari. Konflik
antar suku ini benar-benar membuat Indonesia menjadi lautan darah.
4. Konflik antara kelompok dan pemerintah (GAM, RMS dan OPM). Konflik
antarkelompok memang biasa terjadi di Indonesia, namun yang terpenting
adalah perlawanan GAM terhadap pemerintah yang akhirnya membawanya ke
dunia internasional. Konflik ini timbul karena keinginan untuk lepas dari
negara Indonesia. Sayang sekali pemerintah tidak mengutamakan dialog,
sehingga pemerintah melakukan operasi militer selama bertahun-tahun dan
menimbulkan banyak korban jiwa. Konflik itu kemudian terselesaikan setelah
ditandatanganinya kesepakatan menjadikan Aceh sebagai daerah otonomi
khusus.

Berdasarkan uraian di atas, dianggap penting untuk mempraktekkan


multikulturalisme sebagai suatu konsep atau gagasan yang tidak muncul dalam
ruang kosong tetapi disulut oleh kepentingan politik, sosial, ekonomi, dan
9
intelektual. Penyebab Multikulturalisme dalam Kerangka Politik Multikulturalisme
Kymlicka berpendapat bahwa ada dua aspek munculnya multikulturalisme, yaitu
imigrasi di daerah dan kebanggaan sebagai minoritas. Aspek pertama dialami dalam
studi kasus negara tujuan imigran di Amerika Serikat, Kanada dan Australia. Aspek
lainnya lebih terkait dengan unsur identitas, dimana individu dianggap lebih kuat
dari pada nasionalisme (Kymlicka 2011).

2.3. KEHIDUPAN MASYARAKAT DI ERA INDUSTRI 4.0

Globalisasi telah memasuki era baru yang bernama Revolusi Industri 4.0.
Klaus (Shwab, 2016) melalui The Fourth Industrial Revolution menyatakan bahwa
dunia telah mengalami empat tahapan revolusi, yaitu: 1) Revolusi Industri 1.0
terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan
barang dapat diproduksi secara masal, 2) Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke
19-20 melalui penggunaan listrik yang membuat biaya produksi menjadi murah, 3)
Revolusi Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan
komputerisasi, dan 4) Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitar tahun
2010an melalui rekayasa intelegensia dan internet of thing sebagai tulang punggung
pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Revolusi Industri 4.0 secara
fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir, hidup, dan
berhubungan satu dengan yang lain. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang teknologi saja, namun
juga bidang yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik.

Revolusi Industri 4.0 juga telah mempengaruhi dunia pendidikan di


Indonesia, dimulai dari digitalisasi sistem pendidikan yang menuntut adaptasi
seluruh elemen sektor pendidikan terhadap perubahan yang terjadi. Contohnya
adalah sistem pembelajaran di kelas, bukan tidak mungkin pembelajaran yang
semula dilakukan langsung di dalam kelas diganti dengan sistem pembelajaran
tidak langsung atau melalui internet. Hal lain yang perlu kita ketahui adalah bahwa
di era Revolusi Industri 4.0 yang kita alami saat ini, jarak dan batas wilayah
bukanlah halangan bagi siapapun untuk mengenal dan menjangkau dunia luar.
Dalam dunia pendidikan, adanya Revolusi Industri 4.0 memberikan dampak positif
bagi kemajuan dan pengembangan sistem pembelajaran kita, namun juga

10
berdampak negatif bagi dunia pendidikan kita jika tidak menjawab tantangan
zaman sekarang. Dampak negatif yang terjadi dan yang kita lihat saat ini adalah
minimnya pendidikan multikultural bagi generasi muda, dalam hal ini anak usia
sekolah. Kurangnya pemahaman tentang pendidikan multikultural ini juga
berimbas pada memudarnya jati diri bangsa Indonesia, generasi muda kita mulai
menolak nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Hal ini menimbulkan berbagai
permasalahan dalam dunia pendidikan dan menyebabkan terhambatnya
pembangunan mutu pendidikan itu sendiri, mulai dari munculnya paham
radikalisme secara langsung maupun melalui jejaring sosial, tawuran antar sekolah,
tindak kriminalitas anak usia sekolah, lunturnya kebangsaan. nilai-nilai budaya
pada generasi muda serta intoleransi dan diskriminasi teman sebaya dalam dunia
pendidikan. Beberapa permasalahan yang bersumber dari kurangnya pemahaman
terhadap konsep pendidikan multikultural menuntut kita sebagai generasi muda dan
sebagai agen perubahan untuk mengajukan solusi terbaik untuk meminimalisir
dampak negatif tersebut.

Melalui pemahaman yang benar tentang pendidikan multikultural, mulai


dari kurikulum multikultural, melalui inovasi mata pelajaran pendidikan
multikultural pada semua jenjang pendidikan, hingga peran guru dalam
implementasi nilai-nilai multikultural atau keberagaman di sekolah,
mengedepankan sosialisasi pendidikan. kepedulian dari usia awal, usia tua siswa,
kepekaan terhadap diskriminasi. Selain itu, guru juga dapat mengintegrasikan
konten yang diberikan, dalam hal ini menggunakan teknologi yang berkembang
seperti media televisi dan media sosial, sehingga konsep pendidikan multikultural
tersalurkan pada penerapan generasi muda kita dan jati diri bangsa yang mulai
terbentuk diperbarui dapat memudar. Era Revolusi Industri 4.0. Memahami
pendidikan multikultural generasi muda kita sangatlah penting untuk memperkuat
jati diri bangsa, karena di era Revolusi Industri 4.0 salah satu keterampilan yang
dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah kemampuan generasi muda dalam
memecahkan masalah (Troubleshooting). Dalam hal ini, permasalahan yang
ditimbulkan akibat gagalnya pendidikan multikultural di era Revolusi Industri 4.0.

Di era Revolusi Industri 4.0 seperti saat ini mempengaruhi perkembangan


berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari aspek ekonomi, sosial, budaya,

11
pendidikan, dan politik. Hal ini dipengaruhi oleh semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang digunakan oleh manusia. Dalam kondisi sekarang
ini muncul pola ketergantungan antara masyarakat dengan daerah, karena saat ini
batas wilayah tidak lagi menjadi penghambat interaksi dan pertukaran budaya
antara masyarakat, kelompok dan daerah. Terkait pendidikan, pendidikan di
Indonesia harus berkembang dan bersaing dengan negara lain dimana diperlukan
pendidikan yang kreatif, inovatif dan berwawasan teknologi. Salah satu masalah
utama pendidikan Indonesia di era Revolusi Industri 4.0 adalah bahwa pendidikan
multikultural dapat menyelesaikan berbagai masalah pendidikan di Indonesia,
seperti: B. Perjuangan, radikalisme, diskriminasi, stereotip budaya, toleransi dan
tindak pidana anak usia sekolah . . Akibat langsung dari berbagai permasalahan
tersebut adalah lunturnya identitas nasional Indonesia sebagai bangsa. Salah satu
upaya atau konsep awal dalam menghadapi permasalahan dan tantangan
pendidikan di Indonesia pertama adalah bagaimana menanamkan nilai-nilai etika
kepada anak usia sekolah atau generasi muda Indonesia. Ada beberapa aspek yang
diperhitungkan. Penting untuk dipertimbangkan ketika memilih etika yang
berkaitan dengan pluralisme atau hubungan interpersonal. Untuk menjawab
berbagai tantangan dan permasalahan pendidikan Indonesia di era Revolusi Industri
4.0, integrasi pendidikan multikultural ke dalam jati diri bangsa dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

1. Mengintegrasikan pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal ke dalam


perencanaan kurikulum. Oleh karena itu, pendekatan kurikulum multikultural
diartikan sebagai prinsip yang memanfaatkan keragaman budaya peserta didik
dalam pengembangan filosofi, misi, tujuan dan bagian kurikulum, serta
lingkungan belajar, sehingga peserta didik dapat menggunakan peluang pribadi
mereka untuk memahami dan budaya berkembang. perbedaan pemahaman,
konsep, keterampilan, nilai, sikap dan harapan moral. Teori pembelajaran
dalam kurikulum multikultural yang mempertimbangkan keragaman sosial,
budaya, ekonomi dan politik, seharusnya tidak lagi didasarkan pada teori
psikologi belajar yang individualistis dan merendahkan, tetapi juga pada teori
berbasis pembelajaran. yang memposisikan peserta didik sebagai makhluk

12
sosial, budaya dan politik serta hidup sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa
dan dunia.
2. Mengoptimalkan pendidikan kewarganegaraan dalam upaya penguatan jati diri
bangsa yang berbasis multikulturalisme dan kearifan lokal masyarakat
Indonesia
3. Memposisikan pendidikan multikultural sebagai filosofi pendidikan,
pendekatan pendidikan, bidang studi dan mata pelajaran (Ari, 2016) .
Menempatkan pendidikan multikultural sebagai filosofi pendidikan berarti
pandangan tentang kekayaan keragaman budaya Indonesia harus digunakan
untuk mengembangkan dan memperbaiki sistem pendidikan dan kegiatan
belajar mengajar di Indonesia. Pendidikan multikultural sebagai pendekatan
pendidikan berarti menyelenggarakan dan melaksanakan pendidikan secara
kontekstual dan memperhatikan keragaman budaya Indonesia. Pendidikan
Multikultural sebagai sarana utama dan penting merupakan disiplin ilmu
tambahan

13
BAB 3 PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dalam menghadapi konflik sosial di era Revolusi Industri 4.0 yang berakar
dari keragaman suku, budaya, suku dan lainnya, pendidikan multikultural memang
diperlukan. Dalam penyelenggaraan pendidikan multikultural, peran pendidik
sangat diperlukan, karena mereka mentransmisikan nilai-nilai kehidupan untuk
membentuk karakter individu yang mencerminkan jati diri bangsa. Pendidikan
multikultural sebagai mata pelajaran (dapat dilakukan melalui penelitian sosio-
antropologi) harus terus menjadi fokus utama pendidikan Indonesia ke depan. Jadi,
ketika keadaan tertentu atau bahkan revolusi global berikutnya terwujud, penerapan
pendekatan pendidikan multikultural ini akan tetap menjadi esensi
multikulturalisme dan nasionalisme di Indonesia. Karakter Indonesia inilah yang
menjadi harapan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, karena
karakter yang kuat menjadikan suatu bangsa menjadi bangsa yang besar.

3.2. SARAN

Sebagai Warga Negara Indonesia kita harus selalu menanamkan ideologi Pancasila
dalam kehidupan sehari hari. Sebagai generasi muda yang berada dalam era
globalisasi dan era Indusri 4.0 yang memodernisasi segala hal, nilai nilai Pancasila
harus selalu diterapkan dalam berbangsa dan bernegara terutamanya dalam konteks
multikulturan dalam masyarakat Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, N., & Noor, S. (2019). Pendidikan Islam Multikultur: Relevansi, Tantangan,
dan Peluang. Jurnal Hadratul Madaniyah, 6(1), 24–42.

Ari Setiarsih. 2016. Penguatan Identitas Nasional Melalu Pendidikan


Multikultural Berbasis Kearifan Lokal. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, Progam Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Hlm. 10

Bhikhu Parekh, Rethinking Multiculturalisme: Cultural Diversityand Political


Theory (Yogjakarta: Kanisius, 2012), 41

Choirul Mahfud. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


Hlm 75

Shwab, K. (2016). The Fourth Industrial Revolution. New York: Crown Business.

Sulhemi, Ahmad., Nurhayati, Ifa dan Lina Agustina. 2020. Masyarakat


Multikultural: Konsepsi, Ciri dan Faktor Pembentuknya. Jurnal Studi Islam
: Vol 14, no 1. Universitas Islam Lamongan.

Will Kymlicka, Kewargaan Multikultural, Cet.II (Jakarta: LP3ES, 2011), 13.

Zaenal Abidin As, “Menanamkan Konsep Multikulturalisme di Indonesia”,


Dinamika Global, Vol. 1, 2 (2016), 41.

15

Anda mungkin juga menyukai