Anda di halaman 1dari 9

KONSEP MULTIKULTURALISME

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural

Dosen Pengampu:
Murwanti, M.Pd.

Disusun Oleh:

Swasti Nur Ayni 20211550054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2023
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya memiliki masyarakat yang
majemuk dan multikultural. Hal ini disebabkan sosio-kultural maupun geografis yang begitu
beragam dan luas. Karena wilayah Indonesia terdiri dari banyak pulau hingga mencapai kurang
lebih 17.667 pulau besar dan kecil (Mahfud, 2011). Penduduk yang tinggal di berbagai pulau
tersebut memiliki berbagai budaya yang beraneka ragam sehingga menghasilkan masyarakat
yang majemuk yang multicultural.
Pada dasawarsa terakhir, wacana multikulturalisme menjadi isu penting dalam upaya
pembangunan kebudayaan di Indonesia. Hal ini berdasarkan beberapa alasan. Pertama, bahwa
secara alami atau kodrati, manusia diciptakan Tuhan dalam keanekaragaman kebudayaan, dan
oleh karena itu pembangunan manusia harus memperhatikan keanekaragaman budaya tersebut.
Dalam konteks ke-Indonesia-an maka menjadi keniscayaan bahwa pembangunan manusia
Indonesia harus didasarkan atas multikulturalisme mengingat kenyataan bahwa negeri ini berdiri
di atas keanekaragaman budaya.
Kedua, bahwa ditengarai terjadinya konflik sosial yang bernuansa SARA (suku, agama, dan
ras) yang melanda negeri ini pada dasawarsa terakhir berkaitan erat dengan masalah kebudayaan.
Dari banyak studi menyebutkan salah satu penyebab utama dari konflik ini adalah akibat
lemahnya pemahaman dan pemaknaan tentang konsep kearifan budaya. Menurut AlQadrie
(2005), Profesor Sosiologi pada Universitas Tanjungpura Pontianak, berbagai konflik sosial yang
telah menimbulkan keterpurukan di negeri ini disebabkan oleh kurangnya kemauan untuk
menerima dan menghargai perbedaan, ide dan pendapat orang lain, karya dan jerih payah orang
lain, melindungi yang lemah dan tak berdaya, menyayangi sesama, kurangnya kesetiakawanan
sosial, dan tumbuhnya sikap egois serta kurang perasaan atau kepekaan sosial. Hal sama juga
dikemukakan oleh Rahman (2005) bahwa konflik-konflik kedaerahan sering terjadi seiring
dengan ketiadaan pemahaman akan keberagaman atau multikultur. Oleh karena untuk mencegah
atau meminimalkan konflik tersebut perlu dikembangkan pendidikan multikulturalisme.
Ketiga, bahwa pemahaman terhadap multikulturalisme merupakan kebutuhan bagi manusia
untuk menghadapi tantangan global di masa mendatang. Pendidikan multikultural mempunyai
dua tanggung jawab besar, yaitu menyiapkan bangsa Indonesia untuk siap menghadapi arus
budaya luar di era globalisasi dan menyatukan bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai macam
budaya. Bila kedua tanggung jawab besar itu dapat dicapai, maka kemungkinan disintegrasi
bangsa dan munculnya konflik dapat dihindarkan

II. PEMBAHASAN

1. Pengertian Multikulturalisme
Secara etimologis multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan
isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia
yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik (Mahfud,
2006: 75). Disebut juga sebagai sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan
dan kesederajatan baik secara individual maupun secara kelompok sosial budaya (Jary dan Julia,
1991: 319). Pada dasarnya multikulturalisme adalah pandangan dunia yang kemudian dapat
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap
realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
(Ruatanto, 2015: 40).
Para ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian dari multikulturalisme,
diantaranya adalah sebagai berikut ini :
1. Lawrence Blum
Multikulturalisme adalah suatu hal yang meliputi pemahaman, apresiasi, dan penilaian budaya
seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis dari orang lain.
2. Azyumardi Azra
Multikulturalisme adalah pandangan dunia yang dapat diterjemahkan ke dalam berbagai
kebijakan kebudayaan. Kebijakan kebudayaan tersebut menekankan penerimaan realitas
pluralitas agama dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat.
Multikulturalisme juga dapat dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan
dalam kesadaran politik.
3. Parekh
Multikuturalisme adalah kesepakatan yang ada di dalam masyarakat yang dilakukan untuk
mengantisipasi konflik sosial melalui kerjasama. Kesepakatan itu sendiri dilakukan karena
adanya kesempatan mengenai beragam perbedaan, seperti kebiasaan maupun adat istiadat.
4. Nasikun
Multikulturalisme merupakan suatu kondisi masyarakat yang bersifat majemuk yang secara
struktur memiliki sub kebudayaan yang ditandai dengan kurang berkembangnya sistem nilai,
sehingga muncul beragam konflik.
5. Rifai Harahap
Multukulturalisme adalah kesatuan masyarakat yang ditandai dengan bersatunya berbagai
bentuk perbedaan untuk dapat hidup secara bersamaan. Dengan hidup bersama yang telah
direncanakan, diharapkan dapat menangani adanya dampak gejala sosial seperti konflik yang
masih sering terjadi di lingkungan masyarakat.

Istilah multikultural sendiri mengacu pada kenyataan adanya keanekaragaman kultural,


sedangkan istilah multikulturalisme mengacu pada sebuah tanggapan normatif atas fakta itu.
Artinya, ketika berbicara tentang multikulturalisme, berarti berbicara tentang aspek
keanekaragaman budaya dan bagaimana fakta keanekaragaman itu ditanggapi dan disikapi secara
normatif. Dengan kata lain, multikulturalisme berbicara tentang aspek deskriptif
keanekaragaman (multikultural) yang disikapi secara normatif (multikulturalisme) (Benyamin,
2015: 29). Dengan demikian multikulturalisme adalah aliran yang paham mengenai berbagai
macam budaya yang berbeda-beda di dalam kelompok masyarakat.
Menurut Parsudi Suparlan (2002) akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu
kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam
konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang
disebut multikulturalisme. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep
keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat
majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam
kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai
permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan
penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan
minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat
manusia dan kemanusiaannya. Untuk dapat memahami multikulturalisme diperlukan landasan
pengetahuan yang berupa bangunan konsep-konsep yang relevan dan mendukung keberadaan
serta berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Bangunan konsep-konsep ini
harus dikomunikasikan di antara para ahli yang mempunyai perhatian ilmiah yang sama tentang
multikulturalisme sehingga terdapat kesamaan pemahaman dan saling mendukung dalam
memperjuangkan ideologi ini. Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara
lain adalah, demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam
perbedaan yang sederajat, sukubangsa, kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan
keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya komuniti,
dan konsep-konsep lainnya yang relevan.
Selanjutnya Suparlan mengutip Fay (1996), Jary dan Jary (1991), Watson (2000) dan Reed
(ed. 1997) menyebutkan bahwa multikulturalisme ini akan menjadi acuan utama bagi
terwujudnya masyarakat multikultural, karena multikulturalisme sebagai sebuah ideologi akan
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun
secara kebudayaan. Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga
masyarakat bangsa seperti Indonesia) mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam
masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua
kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya
masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan seperti sebuah mosaik. Dengan
demikian, multikulturalisme diperlukan dalam bentuk tata kehidupan masyarakat yang damai
dan harmonis meskipun terdiri dari beraneka ragam latar belakang kebudayan.
Mengingat pentingnya pemahaman mengenai multikulturalisme dalam membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara terutama bagi negara-negara yang mempunyai aneka ragam
budaya masyarakat seperti Indonesia, keanekaragaman budaya ini merupakan kenyataan social.
Meski demikian hal itu tidak secara otomatis diiringi dengan penerimaan yang positif pula.
Bahkan banyak fakta justru menunjukan fenomena yang sebaliknya; keragaman budaya telah
memberi sumbangan terbesar bagi munculnya ketegangan dan konflik. Sehingga, tak pelak
modal social (social capital) itu justru menjadi kontraproduktif bagi penciptaan tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai, harmoni, dan toleran. Untuk itu perlu
dikembangkan kesadaran multikulturalisme agar potensi positif yang terkandung dalam
keragaman tersebut dapat teraktualisasi secara benar dan tepat.
Pendidikan merupakan wahaana paling tepat untuk membangun kesadaran multikulturalisme
yang dimaksud. Karena dalam tatanan ideal, pendidika seharusnya bisa berperan sebagai ‘juru
bicara’ bagi terciptanya fundamen kehidupan multicultural yang terbebas dari korporasi negara.
Hal itu dapat berlangsung apabila ada perubahan paradigm dalam pendidikan, yakni dimulai dari
penyetaraan dan penyeragaman menuju identitas tunggal, lalu kearah pengakuan dan
pengahargaan keragaman identitas dalam kerangka penciptaan harmonisasi kehidupan. Melalui
pendidikan, multikulturalisme ini diharapkan akan dicapai suatu kehidupan masyarakat yang
damai, harmonis, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam undang-undang dasar.

2. Multikulturalisme Menurut Al Qur’an


Kita perlu kembali merenungkan berbagai ajaran yang telah disampaikan Allah melalui para
Rasul-Nya, yang terdapat dalam kitab Suci Al Qur’an. Kita hendaknya mampu mengoptimalkan
peran agama sebagai faktor integrasi dan pemersatu. Al qur’an, misalnya, memuat banyak sekali
ayat yang bisa dijadikan asas untuk menghormati dan melakukan rekonsiliasi di antara sesama
manusia. Dalam tulisan ini dapat dikemukkan contoh sebagai berikut;.
Pertama, Al Qur’an menyatakan bahwa; dulu manusia adalah umat yang satu. (setelah
timbul perselisihan ) maka Allah mengutus para Nabi, sebagi pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk
memberikan keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.,” (QS Al
Baqarah: 213)
Dengan ayat ini, AlQur’an menegaskan konsep kemanusiaaan universal Islam yang
mengajarkan bahwa umat manusia pada mulamya adalah satu. Perselisihan terjadi disebabkan
oleh timbulnya berbagai vested interest masing-masing kelompok manusia. Yang masing-masing
mereka mengadakan penafsiran yang berbeda tentang suatu hakekat kebenaran menurut vested
interest nya.
Kedua, meskipun asal mereka adalah satu, pola hidupnya menganut hukum tentang
kemajemukan, antara lain karena Allah menetapkan jalan dan pedoman hidup yang berbeda-beda
untuk berbagai golongan manusia. Perbedaan itu seharusnya tidak menjadi sebab perselisiahan
dan permusuhan, melainkan pangkal tolak bagi perlombaan untuk melakukan berbagai kebaikan.
Al Qur’an menyebutkan dalam QS AL Maidah ayat 48 :“….. Untuk tiap-tiap manusia diantara
kamu, Kami berikan aturan (syir’ah) dan jalan terang (minhaj). Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikannya satu umat saja. Tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semua, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
“ Pada ayat ini multikulturalisme memandang bahwa adanya keanekaragaman, perubahan, dan
konflik sebagai sesuatu yang positif untuk memperkaya spiritualitas dan memperkuat iman,
sehingga multikulturalisme bisa menjadi anugerah dan rahmat bagi kehidupan semesta , karena
memungkinkan harmoni kehidupan alam semesta tetap terjaga, lestari dan berkesinambungan
dengan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan dan menumbuhkan persaingan yang sehat dan
kreatif.
Ketiga dalam surat Al Hujurat ayat 13:
‫يَٰٓا ُّي َه ا الَّن اُس َّن ا َخ َل ْق ٰن ُك ْم ْن َذ َك َّو ُا ْنٰث ى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُش ُعْو ًب ا َّو َق َب ۤا َل َت َع اَر ُف ْو اۚ َّن َاْك َر َم ُك ْم ْن َد‬
‫ِع‬ ‫ِا‬ ‫ِٕى ِل‬ ‫ٍر‬ ‫ِّم‬ ‫ِا‬
‫الّٰل ِه َا ْتٰق ىُك ْم ۗ ِا َّن الّٰل َه َع ِل ْيٌم َخ ْي ٌر‬.
‫ِب‬
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”
Multikultural dalam surat Al Hujurat ayat 13. Di dalamnya terdapat pemahaman tentang
keragaman dan perbedaan melalui sunnatullah. Hidup dengan mengakui egaliter (persamaan
manusia), persaudaraan (ukhuwah), saling tolong menolong, dan saling mengenal. Multicultural
yang terkandung di dalamnya menurut Hamka, antara lain: al-musawah (persamaan atau
kesetaraan), ukhuwah (persaudaraan), ta’aruf (saling mengenal), dan tasamuh (toleransi). Selain
itu, kandungan lain yang terdapat pada surat Al Hujurat ayat 13 adalah:
a) Memberitahukan bahwa manusia berasal dari satu keturunan yakni Nabi Adam dan Hawa.
Sehingga pada hakikatnya mereka setara.
b) Keragamanan adalah sunatullah, karena Allah SWT menjadikan manusia berkembang
sehingga menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
c) Keragaman bukanlah dengan berpecah belah tetapi untuk saling mengenal. Dengan
pengenalan yang baik, akan terjalin kedekatan, kerja sama dan saling memberikan manfaat.
d) Seluruh manusia setara di hadapan Allah SWT. Yang membedakan adalah ketakwaannya.
Dan manusia yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang paling bertakwa. Allah maha
mengetahui segala hal yang dilakukan oleh manusia, termasuk tingkat ketaqwaannya dan
bagaimana sikapnya terhadap manusia lainnya khususnya terkait keragaman.
e) Ayat ini mengajarkan kesetaraan, toleransi, dan kerja sama serta menghapus.

3. Jenis- Jenis Multikultural


Multikulturalisme terbagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Multikulturalisme Akomodatif
Multikulturalisme akomodatif ini meliputi masyarakat yang memiliki kultur dominan
yang membuat penyesuaian dan akomodasi – akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum
minoritas. Masyarakat di sini merumuskan dan menerapkan hukum, undang – undang, dan
ketentuan – ketentuan yang sensitif secara kultural. Masyarakat juga memberikan kebebasan
kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka.
Begitupun sebaliknya, kaum minoritas juga tidak menantang kultur dominan.
Multikulturalisme akomodatif ini diterapkan di beberapa negara yang ada di Eropa.
2. Multikulturalisme Otonomis
Multikulturalisme otonomis meliputi masyarakat plural di mana kelompok – kelompok
kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan atau equality. dengan budaya dominan dan
menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima.
Fokus pokok kelompok ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki
hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok kultural dominan
dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok dapat eksis sebagai
mitra yang sejajar. Contoh masyarakat jenis ini di antaranya ialah kelompok Quebecois di
Kanada, dan kelompok-kelompok muslim imigran di Eropa yang menuntut untuk dapat
menerapkan syari’ah, mendidik anak-anak mereka pada sekolah Islam, dan sebagainya..
3. Multikulturalisme Interaktif atau Kritikal
Multikulturalisme interaktif atau kritikal meliputi masyarakat plural di mana kelompok –
kelompok kultural tidak terlalu terfokus atau concern dengan kehidupan kultural otonom.
Mereka lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif
– perspektif distingtif mereka sendiri.
4. Multikulturalisme Isolasionis
Multikulturalisme isolasionis ini mengacu pada masyarakat di mana berbagai kelompok
kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal
satu sama lainnya.
5. Multikulturalisme Kosmopolitan

Multikulturalisme kosmopolitan ini mencangkup usaha penghapusan batas – batas


kultural untuk menciptakan sebuah masyarakat yang tidak lagi terikat kepada budaya tertentu.
Dan sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan – percobaan interkultural dan sekaligus
mengembangkan kehidupan kultural secara masing – masing. Sebagian besar pendukung
multikulturalisme jenis ini ialah kelompok liberal yang memiliki kecenderungan postmodern,
memandang seluruh budaya sebagai resources yang dapat mereka pilih dan ambil secara
bebas.

4. Unsur- Unsur Multikulturalisme

Terdapat beberapa unsur multikulturalisme, khususnya di Indonesia. Berikut adalah unsur –


unsur multikulturalisme yang ada di Indonesia :
1. Suku Bangsa; suku bangsa di Indonesia sangatlah beragam, mulai dari Sabang sampai
Merauke.
2. Ras; ras di Indonesia muncul karena adanya pengelompokan besar manusia yang
memiliki ciri biologis, seperti warna rambut, warna kulit, ukuran tubuh, dan lain
sebagainya.
3. Agama dan Keyakinan; agama dan keyakinan di Indonesia cukup beraneka ragam,
mulai dari agama islam, kristen, katolik, hindu, budha, hingga kong hu cu.
4. Ideologi; ideologi memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku.
5. Politik; politik merupakan usaha untuk menegakkan ketertiban sosial.
6. Tata Krama; tata krama merupakan segala tindakan, perilaku, adat istiadat, sopan
santun, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai dengan kaidah maupun norma tertentu.
7. Kesenjangan Sosial; adanya penggolongan manusia berdasarkan kasta.
8. Kesenjangan Ekonomi; adanya penghasilan yang berbeda antar manusia.
5. Ciri- Ciri Masyarakat Multikulturalisme
Ciri – ciri dari masyarakat multikulturalisme adalah sebagai berikut ini :
1. Mengalami segmentasi dalam kelompok – kelompok dengan sub kebudayaan yang
berbeda.
2. Mempunyai struktur sosial yang terbagi menjadi lembaga – lembaga nonkomplementer.
3. Rendahnya konsensus diantara anggota kelembagaan.
4. Relatif sering terjadi konflik maupun perdebatan.
5. Integrasi cenderung terjadi karena paksaan.
6. Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain.
6. Sebab Sebab Multikulturalisme
Multikulturalisme terjadi pasti ada sebabnya. Berikut adalah beberapa sebab dari terjadinya
multikulturalisme :
1. Faktor geografis; dalam suatu daerah yang memiliki kondisi geografis berbeda pasti
akan terdapat perbedaan di dalam masyarakatnya.
2. Faktor iklim; dalam suatu daerah yang memiliki kondisi iklim berbeda pasti akan
terdapat perbedaan di dalam masyarakatnya.
3. Pengaruh budaya asing; masyarakat yang sudah mengetahui budaya – budaya asing
kemungkinan besar akan terpengaruh dengan kebiasaan budaya asing tersebut.

7. Bentuk masyarakat multikulturalisme terbagi menjadi 5 bentuk, yaitu :


1. Primordialisme
Primordialisme merupakan sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh terhadap
berbagai hal yang sudah ada sejak kecil. Pandangan tersebut dapat berupa kepercayaan,
tradisi, adat istiadat, ataupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan hidup pertama
seorang individu. Primordialisme ini memiliki fungsi untuk melestarikan budaya
kelompoknya. Namun primordialisme ini juga dapat membuat seorang individu atau
kelompok memiliki sikap etnosentrisme. Sikap etnosentrisme adalah sikap yang cenderung
bersifat subyektif dalam memandang budaya orang lain. Mereka akan sulit menerima paham
lain selain paham yang telah mereka bawa sejak kecil. Jadi primordialisme dapat diartikan
dengan suatu kepercayaan yang sudah mendarah daging.
2. Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan anggapan suatu kelompok sosial bahwa kelompoknyalah yang
paling unggul dibandingkan dengan kelompok lain. Mereka akan sulit menerima paham lain
selain paham yang telah mereka bawa sejak kecil (primordialisme). Jadi etnosentrisme dapat
diartikan dengan suatu anggapan dari kelompok sosial bahwa kelompoknyalah yang paling
unggul dibandingkan dengan kelompok lain.
3. Interseksi
Interseksi merupakan suatu pertemuan atau titik potong yang dikenal sebagai suatu golongan
etnik yang majemuk di dalam sosiologi. Interseksi juga merupakan pertemuan atau
persilangan keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi. Baik berupa suku,
agama, kelas sosial, jenis kelamin, dan lain sebagainya dalam suatu masyarakat majemuk di
dalam sosiologi. Interseksi ini akan terbentuk melalui interaksi sosial atau pergaulan yang
intensif dari para anggotanya. Interaksi sosial ini akan terbentuk melalui sarana pergaulan
dalam kebudayaan manusia, diantaranya adalah bahasa, kesenian, sarana transportasi, pasar,
sekolah, dan lain sebagainya. Jadi interseksi dapat diartikan dengan suatu masyarakat yang
terdiri dari banyak suku, budaya, agama, ras, dan lainnya yang berbaur menjadi satu
kesatuan di dalam komunitas tertentu.
4. Konsolidasi
Konsolidasi merupakan suatu proses penguatan pemikiran atas kepercayaan yang telah
diyakini menjadi semakin kuat. Konsolidasi juga merupakan suatu proses penguatan yang
dilakukan untuk memberikan tambahan keimanan untuk seseorang atas apa yang telah
seseorang yakini. Jadi konsolidasi dapat diartikan dengan suatu penguatan atas apa yang
telah melekat pada dirinya.
5. Politik Aliran
Politik aliran merupakan suatu kelompok masyarakat yang tergabung ke dalam ormas –
ormas yang memiliki suatu pemersatu. Pemersatu tersebut dapat berupa partai politik yang
ada di dalam suatu negara. Politik aliran juga merupakan suatu organisasi masyarakat yang
digunakan untuk memelihara dan menyejahterakan anggota masyarakatnya. Jadi politik
aliran dapat diartikan dengan suatu partai politik yang memiliki dukungan dari organisasi
masyarakat sebagai pembangun kekuatan dalam pemilihan umum.

8. Contoh Multikulturalisme

Terdapat banyak sekali contoh multikulturalisme, diantaranya adalah sebagai berikut ini :
1. Menghargai antar umat beragama.
2. Menghadiri undangan dari kelompok suku lain selain suku yang diyakini.
3. Masyarakat Bali yang dapat menerima kebudayaan dari daerah lain.
4. Tidak saling menyinggung kepercayaan yang dianut oleh masyarakat lainnya.
5. Tidak menyinggung ciri khas dari ras yang dimiliki oleh teman.
6. Tidak memperbolehkan menggunakan pengeras suara saat mengumandangkan adzan.
7. Peraturan anti diskriminasi dalam penggunaan fasilitas publik.
8. Saling berbaur antara satu dengan yang lain tanpa memperhatikan latar belakang orang-
orang yang memiliki satu visi dan misi dengan kita.
9. Adanya pelarangan dalam mengadakan peribadatan akibat dinilai suara yang
mengganggu.
10. Mengadakan kegiatan gotong royong disetiap hari minggu untuk menjaga kebersihan
serta kelestarian lingkungan tempat tinggal.

III. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas tentang pengertian multikulturalisme bisa kita ketahui bahwa
multikulturalisme di Indonesia sangatlah beragam. Meskipun ada banyak definisi tentang
multikultural, namun pada dasarnya multikultural mempunyai arti yaitu kebudayaan yang
beragam. Kebudayaan – kebudayaan tersebut saling berdampingan satu sama lainnya, hidup
damai meski kadang terdapat konflik. Jadi sebagai masyarakat Indonesia yang baik maka kita
harus dapat menerima keberagaman budaya yang ada di Indonesia.
Sedangkan konsep mutikulturisme adalah sebuah pandangan dunia yang pada akhirnya
diimplementasikan dalam kebijakan. Kebijakan tersebut tentang kesediaan menerima kelompok
lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender,
bahasa, ataupun agama. Seorang multikulturalis dalam berinteraksi dengan beraneka ragam
agama, suku, budaya, dan bahasa tentunya tidak saja dituntut untuk membuka diri, belajar dan
menghormati mitra dialognya. Tapi yang paling terpenting ia harus comitted terhadap agama
yang dianutnya. Merupakan tanggung jawab kita bersama untuk membudayakan sikap
keterbukaan, menerima perbedaan, dan menghormati kemajemukan agama, dibarengi loyalitas
dan komitmen terhadap agama masing-masing melalui proses pembelajaran dan internalisasi
nilai-nilai agama di lingkungan
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai pengertian, jenis, unsur, ciri, sebab,
bentuk masyarakat, dan contoh dari multikulturalisme.
IV. DAFTAR PUSTAKA

 Anshory Ch, HM Nasruddin dan GKR Pembayun. 2008, Pendidikan Berwawasan


Kebangsaan, Kesadaran Ilmiah Berbasis Multikulturalisme.
 Alqadrie, Syarif Ibrahim. 2005. Sosialisasi Pluralisme dan Multikulturalisme Melalui
Pendidikan
 Fajar, Malik. 2004. Mendiknas: Kembangkan Pendidikan Multikulturalisme.
 Mahfud, Choirul. 2011. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
 Pupu Saeful Rahmat ,Staf Pengajar pada Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas
Kuningan
 Sa’bah Chamidil Anam. 2021. Pendidikan Multikultural Perspektif Al Qur’an Surah Al
Hujurat ayat 11-13
 https://www.tuliskan.id/pengertian-multikulturalisme/

Anda mungkin juga menyukai