Anda di halaman 1dari 3

Seorang sejarahwan, Toynbee mendeskripsikan sebab muncul dan tenggelamnya suatu kebudayaan

dimana kebudayaan lahir dari kondisi dimana saat manusia menghadapi masa sulit yang menantang sisi
penalaran manusia (“intelegence”) dalam memenuhi kebutuhan untuk memecahkan masalah pada
masa itu, namun kebudayaan akan punah atau tenggelam jika manusia gagal dalam memunculkan
kreativitas.

Berikan argumen Anda mengenai hal ini :

1. Carilah kasus peradaban besar yang pernah ada di dunia!


2. Bagaimana muncul dan runtuhnya peradaban tersebut?
3. Tuliskan karakteristik dari peradaban tersebut!
4. Tambahkan sumber referensinya!

JAWABAN

Mohon izin manjawab diskusi empat ini.

Toynbee termasuk seorang filsuf sejarah spekulatif. Toynbee menyelidiki sejarah dengan cara
mengamati sejarah dari lingkup-lingkup kebudayaan (masyarakat) tertentu karena menurut dia,
kebudayaan merupakan unit studi sejarah. Toynbee melihat proses kelahiran kebudayaan berlangsung
dalam mekanisme "tantangan dan jawaban" (challenge and response); proses pertumbuhan para
pemimpin dalam "penarikan diri dan kepulangan" (withdrawal and return); Proses keruntuhan dalam
"pemusnahan secara total dan pemaksaan apa-apa yang baru" (rout and rally); dan proses kehancuran
dalam "perpecahan dan pembentukan kelompok-kelompok serta institusi-institusi baru" (schismand
palingenesia).

Kali ini saya akan menjelaskan peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang Ho) melalui teori yang
dikemukakan oleh Toynbee.

Peradaban Sungai Kuning adalah pemukiman bangsa Tionghoa yang muncul di lembah Sungai Kuning.
Disebut kuning karena membawa lumpur berwarna kuning di sepanjang alirannya. Sungai ini bersumber
dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah Pegunungan Tiongkok Utara hingga
membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning. Pada daerah lembah sungai yang
subur ini lah kebudayaan bangsa Tionghoa dimulai. Masyarakat di sana mulai mengembangkan
perkebunan dengan menghasilkan kapas, tebu, teh, dan pohon murbei untuk memelihara ulat sutera.
Namun dalam sejarahnya, daerah tersebut sulit untuk ditinggali karena sering terjadinya pembekuan es
saat musim dingin, dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir serta air bah. Berbagai tantangan
tersebut mendorong bangsa Tionghoa untuk berpikir dan mengatasinya dengan membangun tanggul
raksasa di sepanjang sungai tersebut.

Tanah di peradaban Lembah Sungai Kuning atau Hoang Ho amat subur. Oleh karena itu, kehidupan
ekonomi peradaban Cina Kuno bertumpu kepada sektor pertanian atau agraris. Masyarakat Cina Kuno di
Lembah Sungai Hoang Ho kala itu menanam berbagai jenis tumbuhan pangan, seperti gandum, padi,
teh, jagung, hingga kedelai. Kegiatan ekonomi dalam peradaban Lembah Sungai Kuning terus
berkembang.
Sejarah mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Tiongkok menjadi bangsa besar, di
antaranya adalah Dinasti Shang, Dinasti Chou, Dinasti Qin, Dinasti Han, dan Dinasti Tang. Pada zaman
pemerintahan Dinasti Chou (1066 SM-221 SM), filsafat Tiongkok berkembang dengan pesat karena
lahirnya tiga ahli filsafat Tiongkok, yaitu Lao Zi, Kong Fu Zi (Kong Hu Cu), dan Mengzi. Masyarakat Cina
Kuno yang hidup di Lembah Sungai Hoang Ho sudah mulai berdagang, bahkan ada yang menjadi
penenun, pengrajin, penebang kayu, buruh, dan lainnya. Kehidupan sosial masyarakat Cina Kuno di
Lembah Sungai Hoang Ho ini pada akhirnya diatur oleh sistem pemerintahan feodalisme. Mulai terdapat
pengelompokan sosial, dari kaum bangsawan hingga rakyat biasa. Sistem feodal kemudian digantikan
dengan sistem pemerintahan lainnya yakni unitaris yang dijalankan di peradaban Lembah Sungai Kuning
di Cina.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, masyarakat Lembah Sungai Kuning membutuhkan pengetahuan
serta teknologi. Hal tersebut ternyata membawa lahirnya pengetahuan berupa ilmu astronomi hingga
penciptaan beberapa peralatan. Pengetahuan dan teknologi inilah yang membawa peradaban Lembah
Sungai Kuning menciptakan beberapa bangunan penting, seperti Tembok Besar Cina untuk menahan
serangan musuh, Kuil Dewa Langit untuk memuja dewa, dan Istana Kaisar yang berupa bangunan megah
untuk tempat tinggal kaisar.

Perubahan arah utara di sungai pada awal 1850-an membantu memicu Pemberontakan Taiping , salah
satu pemberontakan petani paling mematikan di China. Ketika populasi tumbuh semakin besar di
sepanjang tepi sungai yang berbahaya, demikian pula jumlah korban tewas akibat banjir. Pada tahun
1887, banjir besar Sungai Kuning menewaskan sekitar 900.000 hingga 2 juta orang, menjadikannya
bencana alam terburuk ketiga dalam sejarah. Bencana ini membantu meyakinkan rakyat China bahwa
Dinasti Qing telah kehilangan Mandat Surga.

Setelah Qing jatuh pada tahun 1911, Tiongkok jatuh ke dalam kekacauan dengan Perang Saudara
Tiongkok dan Perang Tiongkok-Jepang Kedua, setelah itu Sungai Kuning menyerang lagi. Banjir Sungai
Kuning tahun 1931 menewaskan antara 3,7 juta hingga 4 juta orang, menjadikannya banjir paling
mematikan sepanjang sejarah manusia. Sebagai akibatnya, dengan perang berkecamuk dan tanaman
hancur, para penyintas dilaporkan menjual anak-anak mereka ke prostitusi dan bahkan menggunakan
kanibalisme untuk bertahan hidup. Kenangan bencana ini kemudian menginspirasi pemerintah Mao
Zedong untuk berinvestasi dalam proyek pengendalian banjir besar-besaran, termasuk Bendungan Tiga
Ngarai di Sungai Yangtze.

Banjir lain pada tahun 1943 menghanyutkan tanaman di Provinsi Henan, menyebabkan 3 juta orang mati
kelaparan. Ketika Partai Komunis Tiongkok mengambil alih kekuasaan pada tahun 1949, ia mulai
membangun tanggul dan tanggul baru untuk menahan Sungai Kuning dan Yangtze. Sejak saat itu, banjir
di sepanjang Sungai Kuning masih menjadi ancaman, tetapi tidak lagi membunuh jutaan penduduk desa
atau menjatuhkan pemerintah.

Hingga akhirnya peradaban lembang Sungai Kuning runtuh karena gempa dan bencana alam. Hipotesis
ini terbukti dari riset yang dilakukan Ilmuwan Universitas Tsinghua di Chengdu, Cina. Mereka
mengungkap bahwa sebuah gempa yang terjadi hampir sekitar 3000 tahun silam melanda wilayah ini
menjadi penyebab hilangnya salah satu kuno Cina, yaitu peradaban lembah Sungai Kuning (Huang Ho)
hilang secara misterius.
Terima kasih.

Referensi:

- Natsir, Nanat Fatah. (2012). The Next Civilization. Bekasi: Media Maxima.
- Talago, Inyiak. Sejarah Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang Ho). 15 Oktober 2022.
https://www.materisma.com/2014/04/sejarah-peradaban-lembah-sungai-kuning.html
- Szczepanski, Kallie.The Yellow River's Role in China's History. 28 Juli 2019. https://www-
thoughtco-com.translate.goog/yellow-river-in-chinas-history-195222?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=rq#:~:text=The%20Shang%20Dynasty
%20succeeded%20the,artwork%20including%20beautiful%20jade%20carvings.
- https://lontar.ui.ac.id/detail?id=78357

Anda mungkin juga menyukai