Integrasi Nasional
OLEH
M. ZAINAL ARIFIN
1404505020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, pengetahuan kita mengenai kebudayaan Indonesia sangatlah
kurang, anak muda zaman sekarang lebih megetahui tentang moderanisasi
ketimbang tradisional. Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan kurangnya
pengetahuan kita mengenai proses kebudayaan tentang ada di Indonesia.
Kurangnya pengetahuan akan hak dan kewajiban kita sebagai warga Negara
menimbulkan hilangnya rasa persatuan kita baik terhadap sesama maupun
Negara. Masing-masing Individu lebih mementingkan kepentingannya sendiri,
tanpa ada rasa peduli terhadap sesamanya.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, haruslah memiliki rasa
Integrasi nasional. Yaitu suatu sikaf kepedulian terhadap sesama serta
memiliki rasa persatuan yang tinggi, baik terhadap Bangsa Negara, Agama
serta Keluarga.
Dalam makalah ini, kami ingin menjelaskan tantang makna Integrasi
Nasional, serta penyebab terjadinya integrasi nasional dan upaya yang harus
dilakukan dalam integrasi nasional.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
2.2.
terhadap
yang
lain,
pada
hakekatnya
adalah
pemaksaan
keseragaman dan menghilangkan keunikan jati diri yang lain, baik individu
atau komunitas.
Menurut Suparlan yang mengutip dari Fay, Jary dan J. Jary dalam acuan
utama masyarakat yang multikultural adalah multikulturalisme, yakni sebuah
ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesedrajatan
baik secara individu ataupun secara kebudayaan.
Multikulturalisme secara etimologis marak digunakan pada tahun 1950 di
Kanada.
Menurut
longer
oxford
directionary
Masyarakat yang adil bukanlah hanya menjamin the greatest good for the
greates number yang terkenal dengan prinsip demokrasi. Filsafat Rawls
menekankan arti pada self interest dan aspirasi pengenal dari seseorang.
Manusia dilahirkan tanpa mengetahui akan sifat-sifatnya, posisi sosialnya,
dan
keyakinan
moralnya,
maka
manusia
tidak
mengetahui
posisi
multikulturalisme
adalah
konsep
yang
asing.
Konsep
konsep
multikulturalisme
menekankan
keanekaragaman
dan
prinsip-prinsip
etika
dan
moral
dan
peningkatan
mutu
produktivitas.
Multikulturalisme bukanlah sebuah wacana, melainkan sebuah ideologi
yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai etika tegaknya
demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakat. multikulturalisme
sebagai ideologi tidaklah berdiri sendiri terpisah dari ideologi-ideologi
lainnya. Multikulturalisme memerlukan konsep bangunan untuk dijadikan
acuan
guna
memahami
mengembangluaskannya
dalam
kehidupan
perkataan
lain,
suatu
integrasi
nasional
yang
tangguh
BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
Integrasi nasional adalan suatu konsep dalam ikatan dengan wawasan
kebangsaan dalam Negara Kesatuan Indonesia yang berkandaskan pada
aliran pemikiran atau paham integralistik yang berhubungan dengan
paham idealism untuk mengenal dan memahami sesuatu yang harus dicari
kaitannya.
Masyarakat yang plural adalah Belati bermata ganda dimana pluralitas
sebagai rahmat dan sebagai kutukan.
Multikulturalisme adalah sebuah ideologiakan yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan dalam
yang
dimiliki
tentag
sejarah-sejarah
Indonesia. Hilangnya rasa cinta tanah Air. Tidak ada rasa berkorban
terhadap sesama. Bahkan hilangnya rasa hormat terhadap symbol-simbol
Negara (Garuda pancasila) dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Upaya membanguan integrasi adalah perlu adanya kesadaran dari setiap
masyarakat serta upaya perlunya kesadaran dari setiap masyarakat akan
hak dan kewajibannya sebagai warga.
3.2.Saran
Diharapkan bagi masyarakat khususnya mahasiswa dapat memahami
Integrasi Nasional.
Perlu diadakannya pembahasan yang lebih lanjut agar informasi yang
diperoleh lebih lengkap dan komprehensif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
3.3.Daftar Pustaka
Nasikun, Sistem Sosial islam, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 984), cet.
3, hlm. 148
R. William Liddle, Struktur Masyarakat Indonesia dan Masalah Integrasi,
(Jakarta: Pustaka Belajar, 1994), cet 1, hlm. 81
http://rimalestari123.blogspot.sg/2013/10/integrasi-nasional.html
http://mukhliscaniago.wordpress.com/2012/06/28/pkn/
Lampiran
Artikel 1
Bhinneka Tunggal Ika = Berbeda-beda Namun Tetap Satu
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan penduduk sekitar 240
juta jiwa. Hal ini membuat bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat yang
majemuk. Di Indonesia tinggal penduduk yang memiliki berbagai macam latar
belakang, suku, agama, ras, kemampuan ekonomi dan masih banyak lagi. Tetapi,
sudah bisakah kita menerima dan menghargai perbedaan antar penduduk?
Sebagai Warga Negara Indonesia, kita semua punya hak dan kewajiban yang
sama. Termasuk salah satunya adalah hak untuk berpolitik. Namun ada sebuah
fakta yang terjadi, bahwa kita masih belum bisa menerima dan menghargai
perbedaan antar penduduk. Adanya protes warga Kelurahan Lenteng Agung,
Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang menolak Lurah mereka Susan
Jasmine Zulkifli yang lolos seleksi dan promosi terbuka hanya karena beragama
non-muslim merupakan suatu bukti konkret
Seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia tidak bertindak demikian. Keberagaman
yang kita miliki merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada
bangsa Indonesia. Seharusnya kita bangga karena memiliki masyarakat yang
beragam. Bukankah Negara kita memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti berbeda-beda namun tetap satu.
Untuk itu, marilah kita sadari bersama bahwa keberagaman itu indah dan baik
adanya. Janganlah kita membeda-bedakan satu dengan yang lain hanya karena
perbedaan latar belakang, suku, agama, ras, kemampuan ekonomi, dan lain-lain.
Kuncinya adalah saling menghargai dan toleransi satu sama lain. Niscaya akan
tercipta masyarakat majemuk yang rukun dan damai.
Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2013/08/23/bhinneka-tunggal-ikaberbeda-beda-namun-tetap-satu-583244.html
Artikel 2
Berbeda-beda Sotonya, Namun Tetap Satu Nusantara
Bandung. Soto Padang juga tak mau kalah, memberi tambahan kerupuk sagu yang
renyah dan gurih. Wahh.. rasanya semakin mantab. Soto jenis lain juga biasa
disantap dengan kerupuk udang atau emping melinjo.
Jadi, soto mana yang Anda sukai? bisa jadi anda menjawab semua! sebab memang
sulit menolak godaan selera yang ditawarkan dari persotoan. Tidak puas rasanya
bila mencoba satu jenis soto saja, karena masing-masing soto memiliki daya pikat
tersendiri pada lidah konsumen. Soto Medan hingga Coto Makassar semua patut
dicoba. Ayo.. jangan sampai ketinggalan mencicipi beragam kuliner soto
Nusantara.
Sumber
Artikel
http://travel.kapanlagi.com/artikel/kuliner/20-berbedabeda-
sotonya-namun-tetap-satu-nusantara.html/
Artikel 3
keromantisan dengan pasangan tercinta. Menjadi bahasa yang lucu, menarik dan
mencairkan Susana. Seperti semboyan bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika.
Berbeda-beda
tetapi
tetap
satu
jua.
Adat boleh berbeda. Kebiasaan boleh tak sama. Bahasa boleh berseberangan.
Namun, kesatuan jalinan rumah tangga harus tetap dipelihara.