1-4
DOI: https://doi.org/10.31849/dinamisia.v3i2
Abstract
Garbage is something that always exists in everyday life. All aspects of the activities
carried out will inevitably produce residues in the form of waste and the same thing happened
in Rambi Puji Village, Rambi Puji District. Garbage is a vital aspect because any population
growth will indirectly affect the volume of waste produced. A good management process
makes the waste problem overcome. As happened in Gudang Rejo Hamlet, Rambi Puji
Village, garbage can be seen piling up in the TPA because there is no organized management
system. The vital strategy that has been carried out so far is the combustion process which in
principle eco-green is unacceptable. Over the past few months, the problem of mounting
garbage can be seen in Gudang Rejo Hamlet. This results in an unsightly appearance and if
accumulated for too long results in an unpleasant odor. Thus, it is necessary to revitalize the
waste burning stove which has been stalled and cannot be used. The failure of the furnace due
to lack of regular maintenance. The non-functioning of the kiln causes waste management to
be ineffective, causing a mountain of garbage to pile up.
Keywords: Revitalization, waste management, waste, environment
Abstrak
Sampah merupakan suatu hal yang pasti selalu ada dalam kehidupan sehari-hari.
Segala aspek aktivitas yang dilakukan pasti akan menghasilkan residu berupa sampah dan
begitu juga yang terjadi di Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji. Sampah menjadi aspek
yang vital karena setiap pertumbuhan penduduk secara tidak langsung akan mempengaruhi
volume sampah yang dihasilkan. Proses pengelolaan yang baik menjadikan permasalahan
sampah dapat diatasi. Seperti yang terjadi di Dusun Gudang Rejo Desa Rambipuji, sampah
terlihat menggunung di TPA karena tidak ada sistem pengelolaan yang terorganisir. Strategi
vital yang selama ini dilakukan adalah dengan proses pembakaran yang dimana secara prinsip
eco-green tidak dapat diterima. Selama beberapa bulan ini, permasalahan sampah yang
menggunung nampak terlihat di Dusun Gudang Rejo. Hal ini menimpulkan pemandangan
yang tidak enak dan apabila menumpuk terlalu lama mengakibatkan bau yang tidak sedap.
Sehingga, perlunya dilakukan revitalisasi tungku pembakaran sampah yang selama ini
mangkrak dan tidak bisa digunakan. Mangkraknya tungku dikarenakan kurangnya
maintenance secara berkala. Tidak berfungsinya tungku pembakaran mengakibatkan
pengelolaan sampah menjadi tidak jalan menimbulkan tumpukan sampah yang menggunung.
Kata kunci: Revitalisasi, pengelolaan sampah, sampah, lingkungan
1. PENDAHULUAN
Lingkungan adalah tempat hidup bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi,
khususnya manusia. Menurut Slamet, 2016 menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor
terbesar dalam mempengaruhi derajat Kesehatan, sehingga menjaga lingkungan merupakan
tanggung jawab masyarakat. Keterlibatan masyarakat merupakan aspek yang sangat penting
dalam menjaga lingkungan, sebab msayarakat dituntut mampu menyelesaikan segala aspek
permasalahan yang menyangkut lingkungan hidupnya. Salah satu permasalahan lingkungan
hidup adalah tentang kebersihan. Kebersihan adalah sebuah cerminan setiap individu dalam
menjaga Kesehatan. Untuk mewujudkan kebersihan lingkungan, dibutuhkan kesadaran dari
masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan.
Sampah adalah suatu benda atau bahan yang suddah tidak digunakan lagi oleh
manusia sehingga dibuang. Stigma masyarakat selama ini terkait sampah adalah semua
sampah itu menjijikkan, kotor, dan lain-lain sehingga harus dibakar atau dibuang sebagaimana
mestinya. Segala aktivitas masyarakat selalu menimbulkan sampah. Hal ini tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah akan tetapi juga dari seluruh masyarakat untuk
mengolah sampah agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan sekitar.
Permasalahan sampah meliputi 3 bagian yaitu bagian hilir, proses dan hulu. Pada
bagian hilir, pembuangan sampah yang terus meningkat. Pada bagian proses, keterbatasan
sumber daya baik dari masyarakat maupun pemerintah. Pada bagian hulu, berupa kurang
optimalnya system yang diterapkan pada pemrosesan akhir (Mulasari, 2016). Membangun
kesadaran masyarakat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja sama dari
semua elemen, baik peran serta masyarakat, pemerintah maupun pihak ketiga sebagai
pendukung. Diperlukan kolaborasi yang bersinergi untuk mewujudkan pengelolaan sampah
yang terorganisir. Pengolahan sampah melibatkan pemanfaatan dan penggunaan sarana dan
prasaran antara lain menempatkan sampah pada wadah yang sudah tersedia, proses
pengumpulan sampah, pemindahan, dan pengangkutan sampah, serta pengolahan sampah
hingga pada proses pembuangan akhir (Sahil, 2016). Belum adanya perencanaan dalam
pengolahan sampah mengakibatkan kurang maksimalnya system pengolahan sampah. Selain
itu, belum adanya tempat pengolahan sampah menjadi permasalahan yang mendasari hal
tersebut (Nilam, 2016). Beberapa faktor yang mempengaruhi pengolahan sampah yang
dianggap sebagai sistem adalah penyebaran dan kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan
karakteristik lingkungan fisik, sikap, perilaku serta budaya yang ada di masyarakat (Sahil,
2016).
Desa Rambipuji merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Rambipuji
Kabupaten Jember yang tergolong dalam desa mandiri. Desa Rambipuji terbagi menjadi 6
bagian wilayah dusun yang terdiri dari Dusun Gudang Karang, Dusun Kaliputih, Dusun
Gudang Rejo, Dusun Kidul Pasar, dan Dusun Krajan. Masalah sampah menjadi aspek vital
yang perlu dibereskan. Termasuk masalah sampah di Dusun Gudang Rejo. Dusun Gudang
Rejo memiliki wilayah yang terbagi dalam areal persawahan yang dibatasi oleh daerah aliran
sungai. Aliran sungai tersebut menjadi satu-satunya penopang air irigasiyang menopang
kebutuhan air tanaman di areal persawahan. Selain itu di areal bantaran sungai juga masih
terbangun rumah tinggal tetap yang dapat menggangu areal resapan sekitar aliran sungai. Tak
heran dengan wilayah yang padat penduduk, produksi sampah di Dusun Gudang Rejo juga
termasuk dalam kategori yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tumpukan sampah yang
menggunung di TPS (Tempat Penampungan Sementara) Dusun Gudang Rejo. Terjadinya
tumpukan sampah ini diakibatkan mangkraknya sarana vital berupa tungku pembakaran
sampah yang sudah lama tidak beroperasi.
Berdasarkan permasalahan diatas, dalam kegiatan KKN Tematik MBKM Unej
Membangun Desa penulis beserta kelompok ingin me-revitalisasi tungku pembakaran sampah
di Dusun Gudang Rejo. Dalam upaya me-revitalisasi maka perlu dilakukan observasi serta
pemahaman menegenai struktur dari tungku pembakaran dan komponen-komponen yang
diperlukan untuk kembali mengoperasionalkan tungku pembakaran sampah tersebut.
2. METODE
Metode dalam pelaksanaan KKN Tematik Unej Membangun Desa ini dilakukan
dengan mengadakan observasi, perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan tahap evaluasi
kinerja. Metode tersebut dilakukan secara terpogram dan terorganisir secara bertahap.
A. Observasi
Tahap awal dalam merevitalisasi tungku pembakaran sampah adalah dengan
melakukan observasi di lokasi. Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan
struktural bangunan, konsep serta tahapan proses pembakaran, komponen yang perlu
diperbaiki serta inti masalah yang menyebabkan tungku tersebut tidak beroperasi.
Dalam tahap observasi ini, Kepala Dusun Gudang Rejo menjadi narasumber untuk
menggali informasi yang diperlukan.
B. Perencanaan
Tahapan ini dilakukan dengan cara merencanakan segala kebutuhan yang diperlukan
dalam mengoperasionalkan Kembali tungku pembakaran. Pada tahap ini meliputi
mendata komponen yang diperlukan, perlengkapan, alokasi dana yang dibutuhkan
serta melakukan perencanaan rekonstruksi ulang struktur dari tungku pembakaran.
C. Pelaksanaan
Di tahap ini dilakukan rekonstruksi ulang struktur lapisan penyangga sampah yang
menjadi penyebab mangkraknya tungku tersebut. Rekonstruksi ulang dengan
menambah penyangga berupa bahan besi berukuran 15 yang difungsikan sebagai
pondasi untuk menahan alas tempat pembakaran sampah.
D. Evaluasi kinerja
Tahap evaluasi dilakukan dengan melihat perbandingan tumpukan sampah di TPS
(Tempat Penampung Sementara) sebelum dan sesudah tungku diaktifkan kembali.
Ketika tungku dapat beroperasi Kembali, dapat dilihat bahwa volume tumpukan kian
hari kian menurun. Menurut Kepala Dusun Gudang Rejo, tungku pembakaran sampah
ini beroperasi 3 kali dalam sehari. Hanya dalam kurun waktu beberapa hari saja sudah
terlihat terjadi penurunan tumpukan sampah yang telah lama menggunung.
Permasalahan yang kita temukan pada Tungku Pembakaran Sampah yaitu tidak
berfungsinya besi yang berguna sebagai penyangga atau pondasi selama pembakaran sampah
berlangsung sehingga tungku pembakaran ini lama tidak beroprasi.
Selama tungku pembakaran sampah tidak beroprasi masyarakat Dusun Gudang Rejo
membuang sampah pada lahan yang ada disamping sawah sehingga sampah tersebut
menumpuk serta mencemari sawah dan sungai yang ada di sekitarnya. Tidak ada tindak lanjut
yang dilakukan dari adanya penumpukan sampah ini. Tumpukan sampah hanya didiamkan
hingga dia terurai oleh tanah dan air. Jika diamati sampah yang tertumpuk terdiri dari dua
jenis sampah yaitu sampah organik (mudah terurai) dan sampah anorganik (tidak mudah
terurai)
Permasalahan ini teratasi dengan memperbaiki besi yang ada serta menambah jumlah
besi yang dibutuhkan sehingga tungku pembakaran sampah dapat beroprasi kembali.
Mengupayakan tersedianya beberapa alat dan bahan seperti sekop sampah, garu, dan lainnya
juga dilakukan. Tungku pembakaran sampah yang telah beroprasi dilakukan tahap finishing
untuk memperindah tampilan dengan menggunakan cat. Lokasi lahan yang menjadi tempat
penumpukan sampah sebelumnya, diberikan media kampanye persuasive berupa banner yang
berisi himbauan agar tidak lagi membuang sampah di lokasi tersebut, melainkan langsung
dibuang di tungku pembakaran sampah.
Gambar 5. Kerja Bakti bersama Kepala Dusun dan Masyarakat Dusun Gudang Rejo
Kegiatan kerja bakti juga dilakukan setelah Tungku Pembakaran Sampah dapat
digunakan dengan tujuan untuk mengurangi sampah yang tertumpuk.
Kegiatan lain yang dilakukan selain pengaktifan kembali tungku pembakaran sampah
yaitu musyawarah dan berkoordinasi dengan Kepala Dusun dan Masyarakat Dusun Gudang
Rejo terkait keberlanjutan revitalisisasi ini. Musyawarah dilakukan dengan membahas
beberapa pembicaraan seperti pembentukan kelompok inisiator kebersihan, pengaktifan
kembali aktivitas kerja bakti, hingga pengembangan aktivitas pengolahan sampah untuk
menjadi sampah yang memiliki nilai jual.
4. KESIMPULAN
Tungku pembakaran sampah merupakan alat yang digunakan untuk membakar sampah
yang dihasilkan dari limbah rumah tangga. Tungku pembakaran ini dibangun dengan tujuan
untuk mengurangi adanya tumpukan sampah yang dapat menimbulkan pencemaran tanah, air,
dan udara disekitarnya. Banyak sekali manfaat dari adanya kegiatan ini, seperti:
1. Meningkatkan kekompakan bersama masyarakat dusun Gudang Rejo melalui
kegiatan kerja bakti dan menjaga kebersihan di lingkungan sekitar.
2. Teciptanya sarana pembuangan sampah.
3. Berkurangnya pencemaran yang ada sehingga sawah dan sungai dapat beroprasi
sebagaimana mestinya.
4. Terciptanya kebiasaan baik dalam menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Mulasari, S. A. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku
Masyarakat dalam Mengelola Sampah di Dusun Padukuhan Desa Sidokarto
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Nilam S.P. (2016). Analisis Pengelolaan Sampah Padat di Kecamatan Banuhampu Kabupaten
Agam. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas volume 10 nomer 2: 157-165. E-
ISSN 2442-6725/jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/
Sahil J et al. (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah di Kelurahan
Dufa-Dufa Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi volume 4 nomor 2. ISSN: 2301-4678/
media.neliti.com
Slamet R. A. L. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Andi.
Mardhia Dwi dan Nanang Tawaf. (2020). Pendampingan Pengolahan Sampah Menggunakan
Alat Pembakar Sampah Tanpa Asap (APSTA) di Dusun Prajak. Jurnal
Pendidikan dan Pengabsian Masyarakat volume 3 nomor 4. ISSN: 2614-7947.