Anda di halaman 1dari 45

MODUL PRAKTIKUM MATAKULIAH

DASAR TEKNIK PENGENDALIAN DAN


KONSERVASI LINGKUNGAN (DTPKL)

LABORATORIUM TEKNIK PENGENDALIAN DAN


KONSERVASI LINGKUNGAN (TPKL)

1
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ......................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................. 4
1.2 TUJUAN .................................................................................... 5
1.3 MANFAAT ................................................................................ 5
1.4 GAMBARAN TEKNIK SAMPLING ........................................... 5
BAB 2. LABORATORIUM .................................................................... 7
2.1 PENGERTIAN UMUM ............................................................... 7
2.2 LOKASI DAN JENIS LABORATORIUM .................................. 7
2.3 ORGANISASI LABORATORIUM ............................................. 7
2.4 PENANGGUNG JAWAB KEAMANAN DAN KESELAMATAN
KERJA ........................................................................................... 8
2.5 PENGENALAN ALAT-ALAT GELAS ........................................ 8
2.6 PENGENALAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA ........................ 15
2.7 TATA TERTIB PENGGUNAAN LABORATORIUM TEKNIK
PENGENDALIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN ............ 16
BAB 3. ANALISIS AIR ........................................................................ 18
3.1 KONSEP ANALISIS AIR DAN AIR LIMBAH ........................... 18
3.2 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR DAN AIR LIMBAH ... 18
3.3 PENGUKURAN KUALITAS AIR DAN AIR LIMBAH ................ 23
3.3.1 TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) ....................... 24
3.3.2 TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) ............................. 27
3.3.3 pH .................................................................................... 29
3.3.4 KESADAHAN SEMENTARA DAN KESADAHAN TETAP 31
3.3.5 ALKALINITAS .................................................................. 34
3.3.6 ALKALINITI/PENETAPAN KARBONAT DAN
BIKARBONAT.................................................................. 36
3.3.7 DAYA HANTAR LISTRIK ................................................. 38
3.3.8 ZAT PADAT TERENDAP MENURUT IMHOFF ............... 40
3.3.9 DISSOLVED OXYGEN (DO) ........................................... 42

2
3.3.10 BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) ..................... 45
3.3.11 CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) ........................ 50
3.3.12 KEKERUHAN ................................................................ 52
3.3.13 PENGUKURAN PH, KONDUKTIVITAS, DAN DO
MENGGUNAKAN MULTIPARAMETER ........................ 53
3.4 PENGUKURAN KUANTITAS AIR ........................................... 56
3.4.1 PENGUKURAN DEBIT MENGGUNAKAN CURRENT
METER ............................................................................ 58
3.4.2 PENGUKURAN DEBIT MENGGUNAKAN PELAMPUNG 66
3.5 HIDROLIKA DAN MEKANIKA FLUIDA ................................. 70
3.5.1 DEMONSTRASI PERSAMAAN BERNOULI .................... 71
3.5.2 PENGUKURAN ALIRAN MELALUI ORIFICE .................. 75
3.5.3 PENGUKURAN ALIRAN MELALUI BENDUNG ............. 78
BAB 4. ANALISIS TANAH .................................................................. 81
4.1 KONSEP KUALITAS TANAH .................................................. 81
4.2 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL TANAH ............................ 81
4.3 PENGUKURAN KUALITAS TANAH ....................................... 82
4.3.1 KADAR LENGAS TANAH ................................................ 83
4.3.2 TEKSTUR DI LAPANG (KUALITATIF) ............................ 85
4.3.3 STRUKTUR TANAH DI LAPANG .................................... 87
4.3.4 PENETAPAN BERAT JENIS VOLUME (BV), BERAT JENIS
PARTIKEL (BJP), DAN RUANG PORI TOTAL TANAH ... 89
4.3.5 INFILTRASI .................................................................... 91
BAB 5. ANALISIS IKLIM ..................................................................... 94
5.1 KONSEP ANALISIS IKLIM ...................................................... 94
5.2 PENILAIAN IKLIM ................................................................... 94
5.2.1 PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN, SUHU, CURAH
HUJAN, DAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN
PERALATAN KATEGORI 2: STASIUN EASY WEATHER .
83
5.2.2 PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN .................. 99
5.2.3 PENGUKURAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DENGAN
PANCI EVAPORASI ...................................................... 101
5.2.4 PENGUKURAN RADIASI MATAHARI DENGAN LUX
METER .......................................................................... 105

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini masalah yang berkaitan dengan kondisi lingkungan semakin
bertambah. Pencemaran lingkungan dipengaruhi oleh pertambahan
penduduk, perkembangan jumlah industri, kenaikan jumlah konsumen,
dan penggalian kekayaan alam. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertambahan beban pencemaran secara biologis maupun kimiawi yang
berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Pencemaran lingkungan yang terjadi baik pada air, tanah, maupun
udara berpotensi membuat kerusakan pada lingkungan. Oleh karena itu
perlu dilakukan upaya dalam melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan dari efek samping yang ditimbulkan oleh pencemaran tersebut.
Dengan demikian diperlukan suatu usaha dalam pengelolaan lingkungan
sehingga mengurangi laju kerusakan lingkungan.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang lingkungan hidup
yaitu Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta peraturan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 tahun 2014 tentang baku
mutu air limbah, maka kegiatan yang menimbulkan dampak wajib
dilengkapi dengan dokumen lingkungan dan pemantauannya.
Pemantauan lingkungan merupakan salah satu upaya pencegahan
untuk mengontrol segala jenis kegiatan maupun usaha yang berpotensi
dalam menimbulkan pencemaran lingkungan agar tidak menimbulkan efek
samping yang berlebihan pada kesehatan manusia maupun kerusakan
lingkungan. Pemantauan lingkungan dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik-teknik dan metode-metode tertentu.
Buku ini berisi teknik dan metode dalam analisis kondisi lingkungan
sehingga diharapkan mahasiswa dapat menjadi pemantau lingkungan
yang baik dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup.

4
1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan
lingkungan ini antara lain sebagai berikut.
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengukur kualitas lingkungan
terkait kualitas air dan tanah secara berkelanjutan sesuai dengan
baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
c. Mahasiswa mengetahui teknik dan metode yang tepat untuk
pemantauan lingkungan.
d. Mahasiswa memantau dan memberikan alternatif solusi dari
permasalahan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan ini
antara lain sebagai berikut.
a. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam
mengaplikasikan teknik dan metode dalam upaya pengelolaan
lingkungan.
b. Memberikan dampak dalam peningkatan kualitas lingkungan yang
semakin menurun.

1.4 Gambaran Teknik Sampling


Adapun skema pengambilan dan analisis sampel adalah sebagai
berikut.
Penetapan tujuan analisis, Penyiapan alat dan
Pengambilan sampel
instrumentasi, dan lokasi pengukuran
Tidak
Ya
Pengangkutan dan
Publikasi hasil Berhasil Hasil analisi sampel Analisis laboratorium
penyimpanan sampel

Gambar 1.1 Gambaran umum kegiatan pengambilan dan analisis sampel


Analisis yang akan dilakukan terhadap sampel yang diambil di
lapangan dengan metode tertentu disesuaikan dengan tujuan yang

5
diharapkan. Sampel yang akan dianalisa di laboratorium adalah variabel-
variabel kimia dan fisik.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji yang akan dianalisa
adalah metode analisa yang dipakai di laboratorium harus sederhana,
cepat, mudah dilaksanakan, dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi.
Percobaan laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan metode yang
tepat untuk suatu unsur yang diteliti.
Hasil uji yang akan dianalisa ini dipakai untuk:
1. Menentukan jumlah unsur.
2. Memberi peringatan kepada masyarakat tentang bahaya-bahaya
yang mungkin terjadi.
3. Menjadi dasar penetapan pengolahan.
4. Memberikan perkiraan dampak kegiatan sehingga memungkinkan
dilakukan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2008. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya
Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014.
Undang - Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

6
BAB 2. LABORATORIUM

2.1 Pengertian Umum


Adapun yang dimaksud dengan laboratorium adalah seperangkat
peralatan yang dapat digunakan untuk menganalisa suatu sampel
lingkungan baik berupa sampel padat, cair, dan gas serta memiliki hasil
analisa yang dapat dipertanggungjawabkan. Laboratorium memiliki fungsi
untuk menganalisa hasil sampel lingkungan dan dapat membantu pihak-
pihak yang membutuhkan untuk keperluannya.

2.2 Lokasi dan Jenis Laboratorium


Lokasi laboratorium tidak harus di dalam gedung. Lokasi dapat
berupa kebun dan lapangan selama memungkinkan dalam melakukan
kegiatan percobaan atau penelitian.
Jenis laboratorium lingkungan ada beberapa macam yaitu sebagai
berikut.
a. Laboratorium kualitas air digunakan untuk menganalisis berbagai
macam sampel air.
b. Laboratorium kualitas udara digunakan untuk menganalisis berbagai
macam sampel udaria
c. Lababoratorium kualitas limbah padat (Sludge) digunakan untuk
menganalisis berbagai sampel sludge.
d. Laboratorium terpadu digunakan untuk menganalisis berbagai
macam sampel kualitas lingkungan (padat, cair, dan udara).

2.3 Organisasi Laboratorium


a. Struktur organisasi, uraian fungsi, tugas, dan tanggung jawab harus
jelas.
b. Disesuaikan dengan tujuan laboratorium.
c. Penempatan personal harus sesuai kualifikasi dan pengalaman.

7
2.4 Penanggung Jawab Keselamatan dan Keamanan Laboratorim
Pegawai lain yang terlibat atau bertanggung jawab terhadap
keamanan dan keselatan kerja di laboratorium yaitu:
a. Kantor kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang bertugas untuk
merancang program dan pelatihan sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan serta undang – undang demi keamanan dan keselamatan
laboratorium.
b. Petugas keselamatan dan keamanan kimia (CSSO) bertugas
menetapkan upaya bersama untuk manajemen keselamatan dan
keamanan dan memberikan panduan kepada semua orang di semua
tingkat pada lembaga.
c. Manajer, Supervisor dan Asisten Praktikum bertugas sebagai
penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan di laboratorium agar
selamat dan aman.
d. Siswa dan staf laboratorium bertanggung jawab dan mematuhi semua
protokol keselamatan dan keamanan untuk melindungi diri mereka
sendiri dan orang lain.

2.5 Pengenalan Alat-Alat Gelas


Peralatan gelas dalam laboratorium sangat beragam. Masing-
masing peralatan memiliki fungsi tertentu beserta cara pemakaiannya
yang khusus. Berikut disajikan penjelasan fungsi dan cara pemakaian
beberapa peralatan gelas laboratorium.

1. Gelas piala (beaker glass)


Gelas tinggi berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya,
terbuat dari kaca borosilikat yang tahan panas, berfungsi untuk
menampung zat kimia, memanaskan larutan dan media pemanasan
cairan. Penampang gelas piala disajikan pada Gambar 2.1 sebagai
berikut:

Gambar 2.1 Gelas piala

8
2. Labu erlenmeyer
Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil
dengan skala sepanjang dindingnya, berfungsi untuk menyimpan
dan memanaskan larutan, menampung filtrate hasil penyaringan, dan
menampung titran pada proses titrasi. Penampang erlenmeyer disajikan
pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 Erlenmeyer

3. Gelas Ukur
Gelas ukur adalah gelas kaca yang sengaja didesain untuk
pengukuran larutan dengan presisi rendah, serta tahan pengaruh panas
dan dingin dengan volume konstan berbentuk tabung tinggi dan
berdiameter relatif kecil. Gelas ukur juga bersifat inert terhadap larutan
kimia seperti asam ataupun basa kuat. Cara penggunaannya yaitu larutan
dimasukkan dalam gelas kemudian volume larutan dibaca dengan melihat
skala volume pada dinding tabung dengan memperhatikan miniskus
bawah larutan. Penampang gelas ukur disajikan pada Gambar 2.3
sebagai berikut:

Gambar 1.3 Gleas ukur

4. Pipet tetes
Pipet tetes merupakan alat penghisap larutan tanpa skala ukur yang
ujungnya berbentuk runcing untuk mengeluarkan larutan tetes demi tetes.
Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, lalu ditekan bulpnya dan
dicelupkan ke dalam larutan. Saat ujung pipet telah masuk dalam larutan,
maka bulpnya dilonggarkan dan larutan akan masuk ke dalam pipet.
Untuk mengeluarkan larutan di dalam pipet hanya perlu menekan bulpnya
kembali secara perlahan. Penampang pipet tetes disajikan pada Gambar
2.4 sebagai berikut:

9
Gambar 2.4 Pipet tetes

5. Pipet Ukur
Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan skala
volume yang diinginkan dan memiliki tingkat ketelitian lebih rendah
deibandingkan pipet volume. Cara pemakaiannya harus menggunakan
bantuan bola hisap (bulp) untuk menghisab larutan ke dalam pipet
maupun mengeluarkannya. Penampang pipet ukur dan bulp disajikan
pada Gambar 2.5 sebagai berikut:

a b
Gambar 2.5 Pipet ukur (a) dan bulp (b)

6. Pipet Volume
Pipet volume merupakan alat untuk mengambil larutan dalam volume
spesifik dengan akurasi volume yang baik. Untuk melakukan pengambilan
atau pemindahan larutan dengan pipet volume dibantu dengan bulp
dengan menggunakan macro pipet controller. Bentuk pipet volume seperti
pipa dimana pada bagian ujungnya meruncing, dan dibagian tengahnya
menggelembung. Penampang pipet volume disajikan pada Gambar 2.6
sebagai berikut:

Gambar 2.6 Pipet volume

10
7. Mikropipet (Automatic Pipet)
Mikropipet (micropipet) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan cairan dalam jumlah kecil dengan akurasi tinggi. Pada
pemindahan cairan dengan volume kecil kurang dari 1000 microliter,
senantiasa direkomendasikan menggunakan mikropipet yang juga disebut
dengan pipet otomatis. Pipet otomatis ini mempunyai akurasi dan presisi
yang lebih baik dari pada pipet gelas. Selain itu, setiap pipet juga dapat
diset volumenya selama dalam range volume pipet. Ketentuan-ketentuan
penting dalam operasional pipet otomatis adalah pipet selalu dioperasikan
dalam posisi vertikal. Untuk penyerapan dan pengeluaran cairan dilakukan
dengan kecepatan yang sama. Ujung pipet harus direndam dalam cairan
contoh minimum diperlukan (2-4 mm), karena kedalaman kurang atau
yang lebih besar dapat menyebabkan ketidakakuratan ukuran. Ubah tip
setiap penggunaan jenis sampel berbeda. Masukkan dan keluarkan cairan
melalui posisi ujung pipet yang sama dengan pemipetan sebelumnya.
Pipet hanya digunakan pada suhu kamar. Penampang pipet otomatis
disajikan pada Gambar 2.7 sebagai berikut:

Gambar 2.7 Mikropipet

8. Buret
Buret adalah tabung kaca bergaris dan memiliki kran diujungnya,
berfungsi untuk titrasi dengan mengeluarkan larutan titran dengan volume
tertentu. Langkah-langkah penggunaannya dengan menggunakan corong
kaca untuk mengisi buret, tutup keran di bagian bawah kolom. Sebelum
titrasi dimulai, larutan dalam buret dipastikan dapat mengalir dengan
bebas dan konsentrasi titran yang keluar tidak berubah. Ketika membaca
skala ukur kolom buret, posisi mata harus sejajar dengan permukaan
cairan untuk menghindari bias. Dalam hal ini, ketebalan garis ukur pada
kolom buret mempengaruhi nilai pengukuran. Bagian bawah meniskus
cairan harus menyentuh bagian atas garis ukur. Apabila bagian bawah

11
meniskus cairan menyentuh bagian bawah garis ukur kaidah yang
umumnya digunakan adalah dengan menambahkan 0,02 ml. Untuk
menjaga presisi dalam pengukuran, satu tetes cairan yang menggantung
pada ujung buret harus ditransfer ke labu penerima (erlenmeyer) dengan
menyentuhkan pada sisi dalam labu dan membilasnya dengan larutan di
dalamnya. Untuk melakukan titrasi berikutnya (sampel lain), titran harus
diisi ulang hingga skala 0 pada kolom buret tercapai. Agar buret tetap
berfungsi dengan baik, pengguna harus membiasakan sebelum dan
sesudah menggunakan buret selalu membilasnya dengan akuades.
Sebelum titran dituangkan penuh ke dalam kolom buret, buret dibilas
dahulu dengan titran hingga merata. Untuk penyimpanannya, buret
diletakkan secara vertikal dan terbalik dan kran dalam keadaan terbuka.
Hal ini bertujuan agar pembilas (akuades) yang masih tersisa dapat keluar
sepenuhnya dan tidak membentuk kerak di dalam buret. Penampang
buret disajikan pada Gambar 2.8 sebagai berikut:

Gambar 2.8 Buret

9. Tabung Reaksi
Tabung reaksi adalah tabung terbuat dari kaca borosilikat yang tahan
panas untuk mereaksikan bahan kimia dalam skala kecil. Penampang
tabung reaksi disajikan pada Gambar 2.9 sebagai berikut:

Gambar 2.9 Tabung reaksi

12
10. Corong Kaca
Corong kaca merupakan salah satu jenis peralatan gelas
laboratorium yang tahan panas dan memiliki tangkai. Corong berfungsi
sebagai sarana untuk memindah larutan, dan seringkali digunakan untuk
media penyaringan yang menggunakan kertas saring dengan meletakkan
tepat di atas corong. Penampang corong kaca disajikan pada Gambar
2.10 sebagai berikut:

Gambar 2.10 Corong Kaca

11. Mortar dan Pastle


Mortar dan pastle adalah sepasang alat pengecilan ukuran bahan-
bahan padatan berupa granula, serpihan ataupun bongkahan menjadi
serbuk atau semisalnya. Mortar dan pastle umumnya terbuat dari kaca,
porselen, atau batu granit yang sangat kuat. Penampang mortar dan
pastle disajikan pada Gambar 2.11 sebagai berikut:

Gambar 2.11 Mortar dan pastle

12. Spatula
Sepatula merupakan alat laboratorium terbuat dari stainless steel
atau alumunium yang berfungsi untuk mengambil bahan kimia berbentuk
seperti sendok kecil panjang dengan ujung pada sisi lainnya datar.
Spatula juga dapat digunakan untuk pengadukan larutan. Penampang
spatula disajikan pada Gambar 2.12 sebagai berikut:

13
Gambar 2.12 Spatula

13. Batang Pengaduk


Batang pengaduk merupakan alat laboratorium yang berbentuk stick
atau batang dengan ujung berbentuk lempeng setengah lingkaran kecil
terbuat dari kaca yang tahan panas. Fungsi utama batang pengaduk
adalah untuk mengaduk cairan kimia dalam gelas kimia. Penampang
batang pengaduk disajikan pada Gambar 2.13 sebagai berikut:

Gambar 2.13 Penampang batang pengaduk

14. Labu Ukur


Labu ukur adalah labu dengan leher yang panjang dan bertutup,
terbuat dari kaca. Fungsi utama labu ukur adalah untuk membuat atau
mengencerkan larutan pada konsentrasi tertentu. Pembuatan larutan
ataupun pengenceran dengan labu ukur akan menghasilkan kosentrasi
larutan yang akurat, sedangkan penggunaan peralatan yang lainnya tidak
akurat. Dengan demikian, pembuatan dan pengenceran larutan harus
selalu menggunakan labu ukur. Penampang labu ukur disajikan pada
Gambar 2.14 sebagai berikut:

Gambar 2.14 Labu ukur

14
15. Termometer
Termometer merupakan alat pengukur suhu yang terbuat dari kaca
dan tahan terhadap panas. Thermometer memiliki berbagai jenis satuan
yang berbeda, misalnya Celcius (C), Fahrenheit (F) dan Kelvin (K). Cara
penggunaan termometer untuk mengukur suhu larutan adalah dengan
memasukkannya ke dalam larutan tanpa menyentuh bagian wadah
larutan, serta termometer juga tidak diperkenankan disentuh secara
langsung menggunakaan tangan melainkan diberikan gantungan tali untuk
memegangnya. Penampang termometer disajikan pada Gambar 2.15
sebagai berikut:

Gambar 2.15 Termometer

2.6 Pengenalan Bahan Kimia Berbahaya


Beberapa bahan kimia yang perlu berhati – hati dalam penggunaan
yaitu bahan beracu, bahan mudah terbakar, ekplosif dan reaktif.
a. Bahan kimia beracun, tidak sepenuhnya bahan kimia aman dan
beberapa bahan kimia mengandung racun. Bahan kimia beracun dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
b. Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang siap memantik
api dan terbakar di udara, dan bentuknya bisa padat, cair, atau uap.
Cara terbaik untuk menangani bahaya ini adalah mencegah
munculnya uap mudah terbakar dan sumber pemantik api pada saat
bersamaan.
c. Bahan kimia reaktif adalah bahan yang bereaksi liar jika
dikombinasikan
dengan bahan lain. Bahan ini meliputi zat yang reaktif terhadap air,
seperti logam alkali; bahan piroforik, seperti logam terbagi dengan
baik; dan bahan kimia yang tidak kompatibel, seperti cairan murni dan
asam hidrosianik gas dan basa.

15
d. Bahan kimia eksplosif meliputi berbagai bahan yang bisa meledak
dalam kondisi tertentu. Di antaranya meliputi bahan peledak, senyawa
azo organik dan peroksida, bahan oksidasi, dan bubuk dan zat khusus.
Tabel 2.1 Kelas umum bahan beracun

(Sumber: Moran dan Masciangioli, 2010)

2.7 Tata Tertib Penggunaan Laboratorium Teknik Pengendalian dan


Konservasi Lingkungan
a. Penggunaan laboratorium harus seijin PLP dan mendapat persetujuan
dari Ketua Lababoratorium.
b. Pengguna masuk laboratorium harus melepas alas kaki atau memakai
alas kaki khusus dalam laboratorium.
c. Pengguna di dalam laboratorium wajib memakai jas lab dan
kelengkapan keamanan lainnya saat bekerja di laboratorium seperti
sarung tangan lateks dan masker.
d. Pengguna menggunakan alat dan atau bahan harus seijin PLP dan
mengisi buku peminjaman alat dan atau buku bon bahan.
e. Kerusakan alat yang digunakan harus diperbaiki atau diganti dengan
alat yang sama oleh pengguna.
f. Penggunaan alat harus dicatat pada buku penggunaan alat.
g. Dilarang minum dan makan serta bergurau di dalam ruangan.

16
h. Dilirang tidur di dalam laboratorium.
i. Dilarang memipet dengan mulut, mencium larutan dan merasakan
larutan kimia.
j. Selesai menggunakan alat, alat harus dikembalikan pada tempatnya
dalam keadaan bersih.
k. Yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke dalam ruangan
laboratorium.
l. Sebelum meninggalkan ruangan laboratorium, ruangan harus dalam
keadaan bersih dan tertata rapi.
DAFTAR PUSTAKA
Moran, L. dan Masciangioli, T. 2010. Keselamatan dan Keamanan
Laboratorium Kimia: Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan
Bijak. Wasington DC: The National Academies Press.
Standar Nasional Indonesia. 2008. Persyaratan Umum Kompetensi
Laboratorium (SNI ISO/IEC 17025:2008). Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional

17
BAB 4. ANALISIS TANAH

4.1 Konsep Analisis Tanah


Analisis tanah memberikan data sifat kimia, status unsur hara, serta
sifat fisika tanah. selain untuk uji tanah, analisis tanah juga diperlukan
untuk klasifikasi tanah dan evaluasi lahan. Uji tanah digunakan dalam
penelitian kesuburan tanah agar dapat memberikan rekomendasi
pemupukan untuk perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan hasil
pertanian.

4.2 Teknik Pengambilan Sampel Tanah


Teknik pengambilan sampel tanah di lingkungan yaitu sebagai
berikut.

A. Tujuan
1. Mempelajari pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap sifat-sifat
fisik lapisan-lapisan tanah dalam profil
2. Menentukan lokasi/lapisan tanah yang akan diambil untuk
pengukuran/analisa sifat fisik, kimia dan biologi tanah

B. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Ring sampel yang dilengkapi - Sampel tanah
sepasang tutup
- Sekop dan pisau
- Bor tanah
- Kantung plastik

C. Langkah kerja
a) Pengambilan contoh tanah utuh / tak terusik
1. Ratakan dan bersihkan lapisan tanah yang akan diambil, bila
tanah kering siram dulu permukaan tanah dengan air dan tunggu
hingga sekitar kapasitas lapang.
2. Pasang ring sample dengan bagian yang tajam menghadap
kebawah kemudian tekan ring sample tegak lurus dengan
permukaan tanah (vertikal) hingga ke dalaman tertentu (top soil).
3. Keluarkan ring sample yang berisi tanah secara hati-hati agar
tanah dalam ring sample tidak rusak. Ratakan kedua sisi vertikal
secara hati-hati dengan pisau, hindari semaksimal mungkin
melakukan tekanan terhadap tanah dalam ring.
4. Tutup ring sample dengan tutupnya dan beri label/kode, simpan
dalam kotak ring sample.

80
5. Untuk pengambilan selanjutnya (pada ke dalaman berikutnya),
perlebar bekas lubang pengambilan yang pertama secara
horizontal, kemudian ulang perlakuan no. 2 – 4, demikian
seterusnya sampai ke dalaman yang dikehendaki.

b) Pengambilan contoh tanah terusik dan agregat utuh


1. Gali tanah sampai ke dalaman yang diinginkan.
2. Ambil gumpalan- gumpalan tanah yang dibatasi dengan bidang
belah alami (agregat utuh), masukkan ke dalam kantong plastik
dan beri label/kode. Usahakan agregat-agregat tersebut tetap
utuh selama pengangkutan. Sisa-sisa contoh agregat dapat
digunakan sebagai contoh tanah terusik.

4.3 Pengukuran Kualitas Tanah


Teknik pengukuran kualitas tanah perlu dianalisis untuk mengetahui
kualitas tanah yang terdapat di lingkungan. Berikut beberapa pengukuran
kualitas tanah yang dapat dilakukan.

81
4.3.1 KADAR LENGAS TANAH

A. Tujuan
1. Melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisis total padatan
tersuspensi yang terkandung di dalam air.
2. Memahami konsep prosedur analisis total padatan tersuspensi yang
terkandung dalam air.

B. Dasar Teori
Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh ruang
pori tanah dan teradsorpsi pada permukaan zarah tanah. Lengas tanah
juga dapat diartikan sebagai air yang terdapat dalam tanah yang terikat
oleh berbagai kakas, yaitu kakas ikat matrik, osmosis, dan kapiler.

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Cawan alumunium - Sampel tanah
- Oven
- Timbangan analitik
- Desikator

D. Prosedur Kerja
1. Tentukan berat cawan aluminium kosong (a) gr
2. Ambil contoh tanah kering angin dan masukkan dalam cawan
aluminium, timbang beratnya (b) gr
3. Masukkan cawan aluminium yang berisi tanah (no.2) ke dalam oven
dengan suhu (103-105)oC selama 4 jam
4. Keluarkan dari oven dan masukkan ke dalam desikator selama 15
menit, kemudian timbang (c) gr
5. Hitung berat zat tersuspensi dengan persamaan berikut:

( )
% KL = ( ) ( )

Berat air = kehilangan air selama di oven (b - c)


Berat tanah kering oven = (c - a)

6. Masukkan data ke tabel berikut.


Berat Tanah + Cawan
Berat Cawan
(gram)
Sampel Kosong (gram) % Kadar Lengas
Sebelum Sesudah
(a)
Oven (b) Oven (c)

82
E. Daftar Pustaka
Eviati dan Sulaeman. 2009. Analissis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan
Pupuk. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

83
4.3.2 TEKSTUR DI LAPANG (KUALITATIF)

A. Tujuan
1. Mengenal cara kerja penetapan tekstur dilapang (kualitatif)
2. Memahami konsepsi tekstur tanah berkaitan dengan dinamika air
dalam tanah

B. Dasar Teori
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan
liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Bagian butir
tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti
kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2
mm disebut bahan halus tanah. Tanah dengan berbagai perbandingan
pasir, debu dan liat. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
1. Pasir (sand), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm
sampai dengan 2 mm.
2. Debu (silt), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai
dengan 0,050mm.
3. Liat (clay), yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.

C. Alat dan Bahan


Alat :
- Pisau
- Botol semprot

Bahan:
- Sampel tanah
- Air

D. Prosedur Kerja
Prosedur analisis tekstur tanah secara kualitatif di lapang
disajikan pada bagan sebagai berikut:

84
Tanah dibuat pasta

N
bentuk bola 2 cm sand

N
bentuk pita 7 cm loamy sand

didorong
sampai
patah

loam clay loam clay


< 2,5 cm 2,5 - 5 cm > 5 cm

pasir debu samarasa pasir debu samarasa debu lekat

sandy loam silty loam loam sandy clay silty clay clay loam silty clay clay
loam loam

E. Data Pengamatan
Diameter Panjang Panjang
Sampel bola tanah pita patahan Partikel Tekstur tanah
(cm) (cm) pertama (cm)

F. Daftar Pustaka
Hanafiah dan Kemas Ali. 2005. Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

85
4.3.3 STRUKTUR TANAH DI LAPANG

A. Tujuan
1. Mengenal cara kerja penetapan struktur tanah dilapang
2. Memahami konsepsi struktur tanah berkaitan dengan dinamika air
dalam tanah

B. Dasar Teori
Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk partikel-partikel
primer tanah hingga partikel-partikel sekunder yang disebut ped
(gumpalan) yang membentuk agregat (bongkah). Struktur tanah berperan
sebagai regulator yang mengontrol pertumbuhan akar dan
perkembangannya.

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Pisau - Sampel tanah

D. Penilaian Struktur Tanah di Lapang


Penilaian struktur tanah di lapang dibedakan menurut derajat
struktur, ukuran dan bentuk agregat.
Derajat struktur : merupakan kuat lemah nya agregat tanah terhadap
gaya dari luar dan diberi criteria angka 0 – 3
0 :very weak/sangat lemah, agregasi tak dapat
diamati, baik yang masif maupun berbutir tunggal
1 : weak/lemah, mudah hancur menjadi pecahan
yang lebih kecil apabila tersentuh
2 : moderat/cukup, membentuk ped yang jelas dan
masih dapat di pecah
3 : strong/kuat, membentuk ped yang tahan lama,
jika dipecah dengan jari agak terasa ada tahanan

Bentuk agregat : Pl : platy/lempeng, ukuran horizontal > vertikal


P : prismatic/prisma, ukuran vertical > horizontal dan
bentuk ujungnya persegi
Cp: columnar prismatic/tiang, seperti prisma
ujungnya membulat
B : blocky/gumpal, kubus, ukuran vertical =
horizontal, bentuk ujungnya menyudut
Sb: sub angularblocky/gumpal membulat, seperti
kubus hanya ujungnya membulat
g : granular/berbutir-butir, berbentuk butiran-butiran
lepas
cr: crumb/remah, berbentuk butir-butir yang saling
berikatan seperti irisan roti

86
l : loose/lepas-lepas, butir tunggal, tidak membentuk
agregat
m: massive/mampat, pejal, merupakan kesatuan
ikatan partikel tanah yang mampat

Ukuran agregat menurut bentuknya :


Prisma, Gumpal, Remah,
Tiang gumpal lepas- Lempung
Menyudut lepas
Ukuran (mm) Ukuran (mm)
VF, sgt halus < 10 <5 <1 VF, sgt tipis <1
F, halus 10 – 20 5 – 10 1–2 F, tipis 1-2
M, medium 20- 50 10 – 20 2–5 M, medium 2-5
C, kasar 50 – 100 20 – 50 5 – 10 C, tebal 5 - 10
VC, sgt kasar >100 > 50 > 10 VC, sgt tipis > 10

E. Data Pengamatan
Tabel 1. Data pengamatan derajat struktur tanah
Sampel Kriteria Derajat Struktur

Tabel 2. Data pengamatan bentuk agregat tanah


Bentuk
Sampel Horizontal (cm) Vertikal (cm) Ukuran agregat
agregat

F. Daftar Pustaka
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

87
4.3.4 PENETAPAN BERAT JENIS VOLUME (BV), BERAT JENIS
PARTIKEL (BJP), DAN RUANG PORI TOTAL TANAH4.4
PENETAPAN BERAT JENIS VOLUME (BV), BERAT JENIS
PARTIKEL (BJP), DAN RUANG PORI TOTAL TANAH

Berat jenis volume/ bulk density (BV)


A. Tujuan
1. Mengenal cara kerja penetapan berat jenis volume/bulk density (BV)
2. Memahami konsepsi berat jenis volume/bulk density (BV) kaitannya
dengan dinamika air dalam tanah

B. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Ring sampel - Sampel tanah
- Timbangan analitis
- Oven
- Desikator

C. Langkah kerja
1. Timbang berat ring sample yang berisi tanah (b) gr
2. Masukkan ring tersebut ke dalam oven dengan suhu 105 oC selama 24
jam dan timbang (c) gr
3. Bersihkan tanah dalam ring, kemudian timbang ring kosong (a) gr
4. Ukur volume ring sample dan ini menyatakan volume tanah (d) cm3

D. Perhitungan
( )
( )

Berat jenis partikel/particle density (BJP)


A. Tujuan
1. Mengenal cara kerja penetapan berat jenis partikel/particle density
(BJP)
2. Memahami konsepsi berat jenis partikel/particle density (BJP)
kaitannya dengan dinamika air dalam tanah

B. Alat-alat dan Bahan


1. Picnometer kering dan bersih
2. Timbangan analitis
3. Hotplate
4. Tanah kering angin halus
5. Aquadest

88
C. Langkah kerja
1. Siapkan dan timbang picnometer yang bersih dan kering (Wa) gr
2. Isikan ± 10 gr tanah kering angin, bersihkan bagian luar dan leher
picnometer, kemudian tutup dan timbang (Wb) gr
3. Isikan aquadest ± setengah sambil membilas tanah yang menempel
pada leher picnometer
4. Untuk mengeluarkan udara yang terjerap di dalam tanah, didihkan
picnometer perlahan-lahan selama beberapa menit sambil sekali-kali
digoyang dengan hati-hati untuk mencegah hilangnya tanah
5. Dinginkan picnometer beserta isinya sampai mencapai suhu
ruangan, kemudian tambahkan aquadest sampai batas volume, tutup
dan bersihkan bagian luar picnometer dengan lap kering/tissue,
kemudian timbang (Wsw) gr
6. Keluarkan isi picnometer, kemudian cuci dan isi dengan aquades
dingin yang telah dididihkan (temperature harus sama) sampai batas
volume. Tutup dan bersihkan bagian luar picnometer dengan lap
kering kemudian timbang (Ww gram).
7. Dari sampel yang sama, tentukan kadar airnya.

D. Perhitungan
( )
*( )( )+
Keterangan : 𝞀p = Kerapatan partikel = berat jenis partikel
𝞀w = Kerapatan air = berat jenis air
Wa = Berat picnometer kosong
Wb = Berat picnometer dan sample tanah kering angin
Wsw = Berat picnometer, sample tanah dan air
Ww = Berat picnometer dan air pada suhu kamar
(30oC)
Ws = Berat picnometer dan sample (105oC)
= Wb – {% ka. Massa x (Wb – Wa)}

Ruang Pori Total Tanah (Porositas Total Tanah)


Ruang pori total tanah merupakan perbandingan antara volume pori
dengan total tanah, yang dinyatakan dalam %.
( )

89
4.3.5 INFILTRASI

A. Tujuan
1. Untuk menentukan besarnya laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi
2. Untuk menentukan besarnya akumulasi infiltrasi dan membuat
persamaan infiltrasi

B. Dasar Teori
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah melalui pori-
pori tanah secara vertikal. Jumlah infiltrasi atau akumulasi infiltrasi adalah
jumlah air atau tebal air yang masuk ke dalam tanah. Sedangkan laju
infiltrasi adalah kecepatan masuknya air secara maksimum dalam satuan
tebal atau jumlah air yang masuk tiap satuan waktu. Dengan tanah
semakin jenuh maka laju infiltrasi semakin kecil, laju infiltrasi setiap saat
tersebut disebut dengan kecepatan infiltrasi, suatu saat nilainya relatif
tetap. Pada saat itu di katakan tanah mempunyai kemampuan menyerap
air tiap satuan waktu yang disebut kapasitas infiltrasi. Pola jumlah infiltrasi
dan laju infiltrasi dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
F (cm)
fp (cm/jam)

Laju infiltrasi

Akumulasi
df (jumlah) infiltrasi
dt (F)

Kecepatan
infiltrasi

t (menit)

Pola jumlah dan kecepatan infiltrasi

Bentuk hubungan akumulasi infiltrasi dengan waktu dapat di gambarkan


dengan suatu persamaan-persamaan sebagai berikut :

F = a t  atau F = a t  + b
Dimana F = akumulasi infiltrasi pada waktu t, cm
t = Waktu elapsed atau waktu kesempatan infiltrasi, menit
a,,b = Konstanta karakteristik

90
Laju infiltrasi di peroleh dari differensial persamaan di atas yaitu :

dF
= . A t -1
dt

Gambar grafik persamaan infiltrasi dalam kertas double kog adalah


sebagai berikut :

F
Kertas double log
F1

F2 Persamaan infiltrasi

F = at + b

t1 t2 t

Grafik persamaan infiltrasi dalam kertas double log

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- 1 set double ring infiltrometer - air
- palu pika - kertas double log
- water pass
- gayung
- timba atau ember
- stop watch

D. Prosedur Pengamatan
1. Infiltrometer di tanam dalam tanah minimal 15 cm
2. Di isi dengan air ± 2/3 bagian, cari angka yang bulat, di baca
3. Selang beberapa waktu (ditentukan) di baca lagi
4. Di tambah air lagi sampai pada keadaan semula
5. Selang beberapa waktu (ditentukan) di baca lagi, lakukan berulang-
ulang dengan waktu yang semakin lama. Bila sudah selesai alat di
kemasi, selanjutnya data di kerjakan di kelas

91
E. Lembar Pengamatan

Tanggal / hari : ………………..


Lokasi : ………………..
Keadaan permukaan tanah : ……………….

No Waktu Akumulasi Pembacaan Akumulasi Infiltrasi


(menit) Waktu Resapan Air Infiltrasi (cm/jam)
(menit) (cm) (cm)
1. 0
2. 5
3. 10
4. 15
5. 20
6. 25
7. 30
8. 35
9. 40
10. 45
11. 50
12. 55
13. 60
14. 65
15. 70
16. 75
17. 80

F. Pembahasan
Hitung persamaan infiltrasi F = a t  + b; berapa nilai : a; ;b
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
......................................................
G. Daftar pustaka
Michael, M. 1978. Irrigation Theory and Practice. India: Vicas
Publishing House PVT LTD.

92
BAB 5. ANALISIS IKLIM

5.1 Konsep Analisis Iklim


Iklim diartikan sebagai kondisi cuaca pada suatu daerah dalam
kurun waktu yang cukup lama. Iklim dapat membawa pengaruh terhadap
kehidupan manusia dan manusia juga dapat mempengaruhi kondisi iklim.
Aktivitas manusia yang sering kali menimbulkan pencemaran baik pada
air, tanah, maupun udara dapat mempengaruhi kondisi iklim. Saat ini
kondisi iklim sudah semakin berubah. Oleh karena itu diperlukan kajian
mengenai kondisi iklim saat ini serta solusi masalah yang disebabkan oleh
perubahan iklim.

5.2 Penilaian Iklim


Penilaian iklim biasanya didasarkan pada keberadaan parameter-
parameter seperti curah hujan, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin
yang dilihat secara berurutan (time series), dan didukung pula dengan
keberadaan geografis daerah. Beberapa parameter iklim yang perlu
dianalisis tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi iklim saat ini.
Berikut pengukuran parameter iklim yang dapat dilakukan.

93
5.2.1 PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN, SUHU, CURAH HUJAN,
DAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN STASIUN EASY
WEATHER

A. Tujuan
a. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan alat easy weather
station.
b. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengambilan data
kecepatan angin, suhu, curah hujan dan kelembaban udara.

B. Dasar Teori
Perubahan iklim yang terjadi saat ini telah membuat para petani
banyak mengalami kerugian. Keadaan cuaca yang tidak menentu
menyebabkan musim tanam dan panen tak menentu pula.Petani sulit
untuk melalukan prediksi cuaca dalam masa tanam.
Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan
meliputi periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun, bagi stasiun
klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan,
suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi dasar
awan, banglash horizontal, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah .
oleh karena itu persyaratan stsiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun
dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar
pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk
menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili.

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Easy Weather Station - Kertas dan Bulpoint

D. Prosedur Operasional Alat dan Langkah Kerja


Prosedur Operasional Alat:
Prosedur instalasi ambient weather WS-2090A sebagai berikut ini.
1. Hubungkan kepala anemometer
mangkok dan ekor arah angin
pada lengan penyangga.
Hubungkan penyangga
anemometer pada tiang
penyangga yang terbuat dari pipa
besi
2. Hubungkan rain gauge dan
thermo-hygrometer transmitter Gambar 1. Instalasi enemometer, rain
pada lengan penyangga yang gauge dan transmitter pada tiang
telah terpasang pada tiang penyangga
penyangga.

94
3. Instalasi kabel (Gambar 2):
a) Hubungkan kabel dari
pengukur kecepatan angin ke
pengukuran arah angin.
b) Hubungkan kabel dari
pengukur arah angin ke
thermo-hygrometer transmitter.
c) Hubungkan kabel dari rain
gauge ke thermo-hygrometer
transmitter
4. Hidupkan display console dengan
cara memasukkan baterai pada
bagian belakang alat. Atur jam
dengan cara menekan enter, Gambar 2. Instalasi kabel
arahkan kursur pada tampilan jam
dengan menekan arah panah yang
ada pada bagian samping console.
Atur waktu dan lainnya dengan
cara yang sama.

Gambar 3. Display console

5. Install software easy weather pada laptop atau komputer


6. Hubungkan kabel USB pada display console ke komputer/laptop.
Jalankan program easy weather. Ketika program easy weather
dijalankan, pada layar monitor atau laptop akan muncul seperti
gambar berikut.

95
Gambar 5. Tampilan program easy weather
Data yang tertera/tampil pada layar monitor atau laptop
merupakan data yang terekam pada layar display console.
7. Klik menu “system” pilih setting dan lakukan pengaturan “time zone”,
“temperatur, pressure, wind, rainfall unit”.
8. Time zone, untuk wilayah Indonesia pilih lokasi Hours form GMT
=7 yaitu kota Bangkok. Tentukan interval waktu pengamatan,
misalnya 5 menit.
9. Pilih satuan temperatur (oC/oF), tekanan (hpa inhg, mmhg, satuan
kecepatan angin (m/s, km/h knot, dan mph), curah hujan (mm, inch).
10. Pilih format tanggal yang diinginkan. Tekan “save”

Gambar 6. Pengaturan time zone, unit pada temperatur, pressure,


wind, rainfal dan display format
11. Untuk menampilkan data pengukuran display console, tekan menu
“record” pilih History. Tentukan tanggal dan jam awal pengamatan
(start time), kemudian pilih tanggal dan jam akhir pengamatan yang

96
akan ditampilkan, tekan tombol search. Pada layar monitor/laptop
akan muncul menu history sebagai berikut.

Gambar 7. Tampilan menu historical data

Langkah Kerja Praktikum


1. Tempatkan stasiun easy weather pada posisi yang telah ditentukan
oleh asisten, PLP maupun dosen pembimbing
2. Hidupkan console pada lokasi yang aman dengan jarak jangkauan
console dan stasiun easy weather maksimal 100 m.
3. Download data klimatologi yang terekam pada console.

E. Daftar Pustaka
Anonim, 2013. Ambient Weather WS-2080A Wireless Home Weather
Station User Manual. dalam http://ambientweather.wikispaces.com/
ws2080.
.

97
5.2.2 PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN

A. Deskripsi Alat
Suhu kering dan basah
Suhu berampingan
kering Suhu
basah
Suhu Max

Suhu Min
Pengatur
RH
RH 75%

Gambar 1. Suhu Maximum-Minimum Gambar 2. Hygrometer

B. Prosedur Operasional Alat dan Langkah Kerja Praktikum


 Pengukuran Suhu Maximum dan Minimum
1. Tempatkan alat pengukur suhu maximum-minimum di tempat yang
telah ditentutukan.
2. Baca dan catat suhu yang ditunjukkan pada suhu min dan max
seperti tampak pada Gambar 1.
3. Masukkan data pengamatan suhu max-min ke dalam tabel berikut.
Pengamatan Data dan Waktu Pengamatan
Hari ke- 07.00 wib 12.00 wib 17.00 wib
Min Max Min Max Min Max

 Pengukuran Suhu Bola Basah – Kering (Hygrometer)


1. Isi hygrometer dengan air pada bagian thermometer bola basah.
2. Letakkan hygrometer di dinding, diamkan beberapa saat
3. Baca suhu basah (Tw) dan suhu kering (Td)
4. Tentukan kelembaban relatif (RH) dengan cara memutar tombol
suhu kering (warga merah) bersinggungan dengan suhu basah.
Contoh suhu basah 21,5oC dan suhu kering 24oC maka RH (%)
adalah 75% seperti tampak pada Gambar 2.
5. Masukkan data pengamatan suhu bola basah dan kering ke dalam
tabel berikut.

98
Pengamatan Data dan Waktu Pengamatan
Hari ke- 07.00 wib 12.00 wib 17.00 wib
basah kering RH basah kering RH basah kering RH

99
5.2.3 PENGUKURAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DENGAN PANCI
EVAPORASI

A. Tujuan
Mahasiswa di harapkan dapat melakukan cara pengukuran
evapotranspirasi dan memahami evapotranspirasi sebagai bentuk
kebutuhan air tanaman sehingga berdasarkan kebutuhan air tanaman
tersebut mahasiswa diharapkan mampu merencanakan jadwal pemberian
air irigasi.

B. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Panci evaporasi kelas A - Air
- Stopwatch - Selang plastik dan ember
- Anemometer
- Lux meter
- Hygro meter

C. Ruang Lingkup
Praktikum pengukuran kebutuhan air tanaman ini menggunakan
alat panci evaporasi, luxmeter, anemometer, dan hygrometer. Praktikum
ini terdiri dari 2 kegiatan praktikum antara lain: (a) pengukuran evaporasi
dengan panci class A untuk mendapatkan nilai kebutuhan air tanaman;
dan (b) merencanakan jadwal pemberian air irigasi berdasarkan hasil
perhitungan kebutuhan air tanaman.

D. Evaporasi dan Jadwal Pemberian Air Irigasi


Pengukuran evapotranspirasi standar (Eto) dengan menggunakan
panci evaporasi class A harus memperhatikan faktor : penempatan panci,
kecepatan angin, RH rata-rata, dan lain-lain. Faktor-faktor ini semua
berpengaruh terhadap nilai koefisien panci (Kp),
Besarnya Eto diperoleh dari rumus :

Eto = Kp. Epan .............................................................................(1)


Dimana :
Epan = Evaporasi air dari panci dalam mm/hari dan
menunjukkan nilai rata-rata harian dari skala periode
Kp = Koefisien panci
Selanjutnya besarnya nilai Etm diperoleh dari rumus :
Etm = Kc . Eto ............................................................................(2)

Nilai Kc tergantung dari jenis dan umur tanaman yang menjadi obyek
observasi seperti pada Tabel 1 berikut :

100
Tabel 1 . Koefisien Tanaman (Kc)
Tingkat pertumbuhan tanaman Total
Tanaman Awal Pertumb Pertengah Akhir Panen periode
uhan an pertumbuh pertumbuh
an an
Jagung 0,3- 0,7-0,9 1,05-1,20 1-1,15 0,95- 0,8-0,95
0,5 1,1
Kedelai 0,3- 0,7-0,8 1,00-1,15 0,7-0,8 0,4-0,5 0,75-0,9
0,4
Tembaka 0,3- 0,7-0,8 1,00-1,20 0,9-1,0 0,75- 0,85-0,95
u 0,4 0,85
Tebu 0,3- 0,7-1,0 1,00-1,30 0,75-0,8 0,5-0,6 0,85-1,05
0,5
Tomat 0,3- 0,7-0,8 1,05-1,25 0,8-0,95 0,6- 0,75-0,85
0,5 0,65
Melon 0,3- 0,7-0,8 0,95-1,05 0,8-0,9 0,65- 0,75-0,85
0,5 0,75

Jadwal pemberian irigasi tergantung pada berbagai faktor antara


lain : ketersediaan air, sifat fisik tanah, kondisi iklim, dan jenis tanaman
yang akan diberi air. Di lapangan pemberian air irigasi didasarkan pada
keseimbangan air di lapang, biasanya dinyatakan dalam ke dalaman
pemakaian air (mm) dan interval pemberian air (hari) seperti pada rumus-
rumus dibawah ini:
Ke dalaman pemakaian air (d) termasuk kehilangan pemakaian, yaitu

( p.Sa).D
d (mm) = .........................................................................(3)
Ea
Interval pemberian air i adalah :
( p.Sa).D
i (hari) = ...........................................................................(4)
Etm
Dimana :
p = Fraksi depletion dari air tersedia yang terpakai untuk
evapotranspirasi, lihat Tabel 2 dan Tabel 3
Sa= Total air tersedia, mm/m ke dalaman tanah, tergantung tekstur
tanah, lihat tabel 1 bab IV
D = Ke dalaman akar (m)
Ea= Efisiensi pemakaian (%)
Etm= Evapotranspirasi maks (mm/hr)

101
Tabel 2. Kelompok Tanaman menurut Sensitivitasnya terhadap Fraksi
Depletion (P) dari Air Tersedia
Kelompok Tanaman
1 Onion, pepper,potato
2 Banana, cabbage, grape, pea, tomato
3 Alfalfa, bean, citrus, groundnut, pineapple
4 Catton, maize, olive, sunflower, sorghum, soyabean,
sugarbeet, sugarcane, tobacco

Tabel 3. Fraksi Depletion (P) dari Air Tersedia untuk Kelompok Tanaman
dan Etm
Kelompok Etm mm/hr
tanaman 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0,50 0,42 0,35 0,30 0,25 0,22 0,20 0,20 0,17
2 0,67 0,57 0,47 0,40 0,35 0,32 0,27 0,25 0,22
3 0,80 0,70 0,60 0,50 0,45 0,42 0,37 0,35 0,30
4 0,87 0,80 0,70 0,60 0,55 0,50 0,45 0,42 0,40

E. Prosedur Operasional Alat dan Langkah Kerja Praktikum

Keterangan:
A = Pengatur dan Pengukur
Tinggi
Air dalam Panci
B = Jarum Penunjuk Muka Air

1. Tempatkan panci evaporasi di suatu tempat yang memenuhi


syarat, yaitu lapangan terbuka, relatif jauh dari bangunan gedung
2. Usahakan panci evaporasi dalam posisi benar-benar horisontal, bila
perlu tambahkan landasan kayu
3. Isi Panci klas A dengan air sampai batas tertentu, letakkan
mikrometer pancing ke dalam panci seperti gambar berikut

102
4. Tempatkan pikonometer di tengah panci, pastikan jarum (B)
menyentuh permukaan air dan baca tinggi air (mm) sebagai datum
5. Amati dan ukur penurunan muka air dengan mengatur mur pada
piknometer (A) setelah ±10 jam, dari jam 06.00 s/d jam 16.00 wib.
Catat penurunan tinggi air (mm)
6. Ukur kecepatan angin dan RH, cari koef panci (Kp) menurut Tabel
1 berikut ini.

7. Hitung evaporasi dengan persamaan (Eto) berdasarkan


persamaan 1
8. Hitung besarnya kebutan air tanaman (Etm) berdasarkan
persamaan 2
9. Hitung jadwal pemberian air irigasi berdasarkan persamaan 3 dan 4

103
5.2.4 PENGUKURAN RADIASI MATAHARI DENGAN LUX METER

A. Tujuan
Menentukan intensitas radiasi matahari pada suatu tempat selama 1
hari (12 Jam).

B. Dasar Teori
Salah satu unsur dari radiasi matahari adalah cahaya. Cahaya
sangat penting bagi proses pertanian khususnya fotosintesis. Dengan
mengetahui besar intensitas cahaya dan lama penyinaran matahari pada
suatu wilayah kita dapat mengetahui potensi besarnya radiasi cahaya
matahari yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu alat ukur
untuk menentukan besarnya radiasi matahari adalah lux meter. Lux meter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya atau
tingkat pencahayaan di suatu tempat.

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Lux meter
- Alat tulis

D. Metedologi

Waktu dan tempat pelaksanaan


Praktikum dilaksanakan di wilayah workshop lab TPKL Jurusan TEP
Universitas Jember. Mulai dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB.

Prosedur Kerja
1. lux meter ditempatkan pada ruang terbuka yang telah ditentukan baik
(a) indoor maupun (b) outdoor sehingga intensitas cahaya yang akan
diukur alat ini akan memberikan hasil pada pembacaan layer panel.
2. Pengukuran dilakukan setiap jam mulai pukul 06.00 s.d 18.00
3. Data pengamatan diolah dengan ketentuan seperti dalam tabel yang
telah disajikan sebagaimana berikut:

104
(a) Pengamatan indoor
Jam Intensitas Konversi
Radiasi Surya
Lux Lumen/cm2 nox Phot (ph)

Rerata
Max
Min
Nilai Tengah
Standar
deviasinya
Grafik hasil Pengamatan (Waktu Pengamatan dan besarnya radiasi
matahari)

105
(b) Pengamatan outdoor
Jam Intensitas Konversi
Radiasi Surya
Lux Lumen/cm2 nox Phot (ph)

Rerata
Max
Min
Nilai Tengah
Standar
deviasinya
Grafik hasil Pengamatan (Waktu Pengamatan dan besarnya radiasi
matahari)

DAFTAR PUSTAKA

Wisnubroto, S., 2006. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama


Widya, Jakarta.

106
Soegeng, R., 1996. Ionosfer. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Petterssen, S., 1997. Introduction To Meteorology. Second Edition. Mc-
Graw Hill Book Company, Inc., New York.
Pitts, D. R., and L. E. Sissom, 2001. Theory and Problems of Heat
Transfer. Second Edition. McGraw-Hill, New York.
Seller, A. H. and P. J. Robinson, 1990. Contemporary Climatology.
Longman Scientific & Technical, New York.
Kartasapoetra, A. G., 1988. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman. Bina Aksara, Jakarta.
Handoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor: FMIPA-IPB. Lakitan.
Benyamin,1994, Dasar-Dasar Klimatologi, Jakarta: PT. Rajawali Grafindo
Persada.

107

Anda mungkin juga menyukai