1
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ......................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................. 4
1.2 TUJUAN .................................................................................... 5
1.3 MANFAAT ................................................................................ 5
1.4 GAMBARAN TEKNIK SAMPLING ........................................... 5
BAB 2. LABORATORIUM .................................................................... 7
2.1 PENGERTIAN UMUM ............................................................... 7
2.2 LOKASI DAN JENIS LABORATORIUM .................................. 7
2.3 ORGANISASI LABORATORIUM ............................................. 7
2.4 PENANGGUNG JAWAB KEAMANAN DAN KESELAMATAN
KERJA ........................................................................................... 8
2.5 PENGENALAN ALAT-ALAT GELAS ........................................ 8
2.6 PENGENALAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA ........................ 15
2.7 TATA TERTIB PENGGUNAAN LABORATORIUM TEKNIK
PENGENDALIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN ............ 16
BAB 3. ANALISIS AIR ........................................................................ 18
3.1 KONSEP ANALISIS AIR DAN AIR LIMBAH ........................... 18
3.2 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR DAN AIR LIMBAH ... 18
3.3 PENGUKURAN KUALITAS AIR DAN AIR LIMBAH ................ 23
3.3.1 TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) ....................... 24
3.3.2 TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) ............................. 27
3.3.3 pH .................................................................................... 29
3.3.4 KESADAHAN SEMENTARA DAN KESADAHAN TETAP 31
3.3.5 ALKALINITAS .................................................................. 34
3.3.6 ALKALINITI/PENETAPAN KARBONAT DAN
BIKARBONAT.................................................................. 36
3.3.7 DAYA HANTAR LISTRIK ................................................. 38
3.3.8 ZAT PADAT TERENDAP MENURUT IMHOFF ............... 40
3.3.9 DISSOLVED OXYGEN (DO) ........................................... 42
2
3.3.10 BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) ..................... 45
3.3.11 CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) ........................ 50
3.3.12 KEKERUHAN ................................................................ 52
3.3.13 PENGUKURAN PH, KONDUKTIVITAS, DAN DO
MENGGUNAKAN MULTIPARAMETER ........................ 53
3.4 PENGUKURAN KUANTITAS AIR ........................................... 56
3.4.1 PENGUKURAN DEBIT MENGGUNAKAN CURRENT
METER ............................................................................ 58
3.4.2 PENGUKURAN DEBIT MENGGUNAKAN PELAMPUNG 66
3.5 HIDROLIKA DAN MEKANIKA FLUIDA ................................. 70
3.5.1 DEMONSTRASI PERSAMAAN BERNOULI .................... 71
3.5.2 PENGUKURAN ALIRAN MELALUI ORIFICE .................. 75
3.5.3 PENGUKURAN ALIRAN MELALUI BENDUNG ............. 78
BAB 4. ANALISIS TANAH .................................................................. 81
4.1 KONSEP KUALITAS TANAH .................................................. 81
4.2 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL TANAH ............................ 81
4.3 PENGUKURAN KUALITAS TANAH ....................................... 82
4.3.1 KADAR LENGAS TANAH ................................................ 83
4.3.2 TEKSTUR DI LAPANG (KUALITATIF) ............................ 85
4.3.3 STRUKTUR TANAH DI LAPANG .................................... 87
4.3.4 PENETAPAN BERAT JENIS VOLUME (BV), BERAT JENIS
PARTIKEL (BJP), DAN RUANG PORI TOTAL TANAH ... 89
4.3.5 INFILTRASI .................................................................... 91
BAB 5. ANALISIS IKLIM ..................................................................... 94
5.1 KONSEP ANALISIS IKLIM ...................................................... 94
5.2 PENILAIAN IKLIM ................................................................... 94
5.2.1 PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN, SUHU, CURAH
HUJAN, DAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN
PERALATAN KATEGORI 2: STASIUN EASY WEATHER .
83
5.2.2 PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN .................. 99
5.2.3 PENGUKURAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DENGAN
PANCI EVAPORASI ...................................................... 101
5.2.4 PENGUKURAN RADIASI MATAHARI DENGAN LUX
METER .......................................................................... 105
3
BAB 1. PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan
lingkungan ini antara lain sebagai berikut.
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengukur kualitas lingkungan
terkait kualitas air dan tanah secara berkelanjutan sesuai dengan
baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
c. Mahasiswa mengetahui teknik dan metode yang tepat untuk
pemantauan lingkungan.
d. Mahasiswa memantau dan memberikan alternatif solusi dari
permasalahan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan ini
antara lain sebagai berikut.
a. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam
mengaplikasikan teknik dan metode dalam upaya pengelolaan
lingkungan.
b. Memberikan dampak dalam peningkatan kualitas lingkungan yang
semakin menurun.
5
diharapkan. Sampel yang akan dianalisa di laboratorium adalah variabel-
variabel kimia dan fisik.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji yang akan dianalisa
adalah metode analisa yang dipakai di laboratorium harus sederhana,
cepat, mudah dilaksanakan, dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi.
Percobaan laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan metode yang
tepat untuk suatu unsur yang diteliti.
Hasil uji yang akan dianalisa ini dipakai untuk:
1. Menentukan jumlah unsur.
2. Memberi peringatan kepada masyarakat tentang bahaya-bahaya
yang mungkin terjadi.
3. Menjadi dasar penetapan pengolahan.
4. Memberikan perkiraan dampak kegiatan sehingga memungkinkan
dilakukan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2008. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya
Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014.
Undang - Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6
BAB 2. LABORATORIUM
7
2.4 Penanggung Jawab Keselamatan dan Keamanan Laboratorim
Pegawai lain yang terlibat atau bertanggung jawab terhadap
keamanan dan keselatan kerja di laboratorium yaitu:
a. Kantor kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang bertugas untuk
merancang program dan pelatihan sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan serta undang – undang demi keamanan dan keselamatan
laboratorium.
b. Petugas keselamatan dan keamanan kimia (CSSO) bertugas
menetapkan upaya bersama untuk manajemen keselamatan dan
keamanan dan memberikan panduan kepada semua orang di semua
tingkat pada lembaga.
c. Manajer, Supervisor dan Asisten Praktikum bertugas sebagai
penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan di laboratorium agar
selamat dan aman.
d. Siswa dan staf laboratorium bertanggung jawab dan mematuhi semua
protokol keselamatan dan keamanan untuk melindungi diri mereka
sendiri dan orang lain.
8
2. Labu erlenmeyer
Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil
dengan skala sepanjang dindingnya, berfungsi untuk menyimpan
dan memanaskan larutan, menampung filtrate hasil penyaringan, dan
menampung titran pada proses titrasi. Penampang erlenmeyer disajikan
pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
3. Gelas Ukur
Gelas ukur adalah gelas kaca yang sengaja didesain untuk
pengukuran larutan dengan presisi rendah, serta tahan pengaruh panas
dan dingin dengan volume konstan berbentuk tabung tinggi dan
berdiameter relatif kecil. Gelas ukur juga bersifat inert terhadap larutan
kimia seperti asam ataupun basa kuat. Cara penggunaannya yaitu larutan
dimasukkan dalam gelas kemudian volume larutan dibaca dengan melihat
skala volume pada dinding tabung dengan memperhatikan miniskus
bawah larutan. Penampang gelas ukur disajikan pada Gambar 2.3
sebagai berikut:
4. Pipet tetes
Pipet tetes merupakan alat penghisap larutan tanpa skala ukur yang
ujungnya berbentuk runcing untuk mengeluarkan larutan tetes demi tetes.
Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, lalu ditekan bulpnya dan
dicelupkan ke dalam larutan. Saat ujung pipet telah masuk dalam larutan,
maka bulpnya dilonggarkan dan larutan akan masuk ke dalam pipet.
Untuk mengeluarkan larutan di dalam pipet hanya perlu menekan bulpnya
kembali secara perlahan. Penampang pipet tetes disajikan pada Gambar
2.4 sebagai berikut:
9
Gambar 2.4 Pipet tetes
5. Pipet Ukur
Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan skala
volume yang diinginkan dan memiliki tingkat ketelitian lebih rendah
deibandingkan pipet volume. Cara pemakaiannya harus menggunakan
bantuan bola hisap (bulp) untuk menghisab larutan ke dalam pipet
maupun mengeluarkannya. Penampang pipet ukur dan bulp disajikan
pada Gambar 2.5 sebagai berikut:
a b
Gambar 2.5 Pipet ukur (a) dan bulp (b)
6. Pipet Volume
Pipet volume merupakan alat untuk mengambil larutan dalam volume
spesifik dengan akurasi volume yang baik. Untuk melakukan pengambilan
atau pemindahan larutan dengan pipet volume dibantu dengan bulp
dengan menggunakan macro pipet controller. Bentuk pipet volume seperti
pipa dimana pada bagian ujungnya meruncing, dan dibagian tengahnya
menggelembung. Penampang pipet volume disajikan pada Gambar 2.6
sebagai berikut:
10
7. Mikropipet (Automatic Pipet)
Mikropipet (micropipet) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan cairan dalam jumlah kecil dengan akurasi tinggi. Pada
pemindahan cairan dengan volume kecil kurang dari 1000 microliter,
senantiasa direkomendasikan menggunakan mikropipet yang juga disebut
dengan pipet otomatis. Pipet otomatis ini mempunyai akurasi dan presisi
yang lebih baik dari pada pipet gelas. Selain itu, setiap pipet juga dapat
diset volumenya selama dalam range volume pipet. Ketentuan-ketentuan
penting dalam operasional pipet otomatis adalah pipet selalu dioperasikan
dalam posisi vertikal. Untuk penyerapan dan pengeluaran cairan dilakukan
dengan kecepatan yang sama. Ujung pipet harus direndam dalam cairan
contoh minimum diperlukan (2-4 mm), karena kedalaman kurang atau
yang lebih besar dapat menyebabkan ketidakakuratan ukuran. Ubah tip
setiap penggunaan jenis sampel berbeda. Masukkan dan keluarkan cairan
melalui posisi ujung pipet yang sama dengan pemipetan sebelumnya.
Pipet hanya digunakan pada suhu kamar. Penampang pipet otomatis
disajikan pada Gambar 2.7 sebagai berikut:
8. Buret
Buret adalah tabung kaca bergaris dan memiliki kran diujungnya,
berfungsi untuk titrasi dengan mengeluarkan larutan titran dengan volume
tertentu. Langkah-langkah penggunaannya dengan menggunakan corong
kaca untuk mengisi buret, tutup keran di bagian bawah kolom. Sebelum
titrasi dimulai, larutan dalam buret dipastikan dapat mengalir dengan
bebas dan konsentrasi titran yang keluar tidak berubah. Ketika membaca
skala ukur kolom buret, posisi mata harus sejajar dengan permukaan
cairan untuk menghindari bias. Dalam hal ini, ketebalan garis ukur pada
kolom buret mempengaruhi nilai pengukuran. Bagian bawah meniskus
cairan harus menyentuh bagian atas garis ukur. Apabila bagian bawah
11
meniskus cairan menyentuh bagian bawah garis ukur kaidah yang
umumnya digunakan adalah dengan menambahkan 0,02 ml. Untuk
menjaga presisi dalam pengukuran, satu tetes cairan yang menggantung
pada ujung buret harus ditransfer ke labu penerima (erlenmeyer) dengan
menyentuhkan pada sisi dalam labu dan membilasnya dengan larutan di
dalamnya. Untuk melakukan titrasi berikutnya (sampel lain), titran harus
diisi ulang hingga skala 0 pada kolom buret tercapai. Agar buret tetap
berfungsi dengan baik, pengguna harus membiasakan sebelum dan
sesudah menggunakan buret selalu membilasnya dengan akuades.
Sebelum titran dituangkan penuh ke dalam kolom buret, buret dibilas
dahulu dengan titran hingga merata. Untuk penyimpanannya, buret
diletakkan secara vertikal dan terbalik dan kran dalam keadaan terbuka.
Hal ini bertujuan agar pembilas (akuades) yang masih tersisa dapat keluar
sepenuhnya dan tidak membentuk kerak di dalam buret. Penampang
buret disajikan pada Gambar 2.8 sebagai berikut:
9. Tabung Reaksi
Tabung reaksi adalah tabung terbuat dari kaca borosilikat yang tahan
panas untuk mereaksikan bahan kimia dalam skala kecil. Penampang
tabung reaksi disajikan pada Gambar 2.9 sebagai berikut:
12
10. Corong Kaca
Corong kaca merupakan salah satu jenis peralatan gelas
laboratorium yang tahan panas dan memiliki tangkai. Corong berfungsi
sebagai sarana untuk memindah larutan, dan seringkali digunakan untuk
media penyaringan yang menggunakan kertas saring dengan meletakkan
tepat di atas corong. Penampang corong kaca disajikan pada Gambar
2.10 sebagai berikut:
12. Spatula
Sepatula merupakan alat laboratorium terbuat dari stainless steel
atau alumunium yang berfungsi untuk mengambil bahan kimia berbentuk
seperti sendok kecil panjang dengan ujung pada sisi lainnya datar.
Spatula juga dapat digunakan untuk pengadukan larutan. Penampang
spatula disajikan pada Gambar 2.12 sebagai berikut:
13
Gambar 2.12 Spatula
14
15. Termometer
Termometer merupakan alat pengukur suhu yang terbuat dari kaca
dan tahan terhadap panas. Thermometer memiliki berbagai jenis satuan
yang berbeda, misalnya Celcius (C), Fahrenheit (F) dan Kelvin (K). Cara
penggunaan termometer untuk mengukur suhu larutan adalah dengan
memasukkannya ke dalam larutan tanpa menyentuh bagian wadah
larutan, serta termometer juga tidak diperkenankan disentuh secara
langsung menggunakaan tangan melainkan diberikan gantungan tali untuk
memegangnya. Penampang termometer disajikan pada Gambar 2.15
sebagai berikut:
15
d. Bahan kimia eksplosif meliputi berbagai bahan yang bisa meledak
dalam kondisi tertentu. Di antaranya meliputi bahan peledak, senyawa
azo organik dan peroksida, bahan oksidasi, dan bubuk dan zat khusus.
Tabel 2.1 Kelas umum bahan beracun
16
h. Dilirang tidur di dalam laboratorium.
i. Dilarang memipet dengan mulut, mencium larutan dan merasakan
larutan kimia.
j. Selesai menggunakan alat, alat harus dikembalikan pada tempatnya
dalam keadaan bersih.
k. Yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke dalam ruangan
laboratorium.
l. Sebelum meninggalkan ruangan laboratorium, ruangan harus dalam
keadaan bersih dan tertata rapi.
DAFTAR PUSTAKA
Moran, L. dan Masciangioli, T. 2010. Keselamatan dan Keamanan
Laboratorium Kimia: Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan
Bijak. Wasington DC: The National Academies Press.
Standar Nasional Indonesia. 2008. Persyaratan Umum Kompetensi
Laboratorium (SNI ISO/IEC 17025:2008). Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional
17
BAB 4. ANALISIS TANAH
A. Tujuan
1. Mempelajari pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap sifat-sifat
fisik lapisan-lapisan tanah dalam profil
2. Menentukan lokasi/lapisan tanah yang akan diambil untuk
pengukuran/analisa sifat fisik, kimia dan biologi tanah
C. Langkah kerja
a) Pengambilan contoh tanah utuh / tak terusik
1. Ratakan dan bersihkan lapisan tanah yang akan diambil, bila
tanah kering siram dulu permukaan tanah dengan air dan tunggu
hingga sekitar kapasitas lapang.
2. Pasang ring sample dengan bagian yang tajam menghadap
kebawah kemudian tekan ring sample tegak lurus dengan
permukaan tanah (vertikal) hingga ke dalaman tertentu (top soil).
3. Keluarkan ring sample yang berisi tanah secara hati-hati agar
tanah dalam ring sample tidak rusak. Ratakan kedua sisi vertikal
secara hati-hati dengan pisau, hindari semaksimal mungkin
melakukan tekanan terhadap tanah dalam ring.
4. Tutup ring sample dengan tutupnya dan beri label/kode, simpan
dalam kotak ring sample.
80
5. Untuk pengambilan selanjutnya (pada ke dalaman berikutnya),
perlebar bekas lubang pengambilan yang pertama secara
horizontal, kemudian ulang perlakuan no. 2 – 4, demikian
seterusnya sampai ke dalaman yang dikehendaki.
81
4.3.1 KADAR LENGAS TANAH
A. Tujuan
1. Melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisis total padatan
tersuspensi yang terkandung di dalam air.
2. Memahami konsep prosedur analisis total padatan tersuspensi yang
terkandung dalam air.
B. Dasar Teori
Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh ruang
pori tanah dan teradsorpsi pada permukaan zarah tanah. Lengas tanah
juga dapat diartikan sebagai air yang terdapat dalam tanah yang terikat
oleh berbagai kakas, yaitu kakas ikat matrik, osmosis, dan kapiler.
D. Prosedur Kerja
1. Tentukan berat cawan aluminium kosong (a) gr
2. Ambil contoh tanah kering angin dan masukkan dalam cawan
aluminium, timbang beratnya (b) gr
3. Masukkan cawan aluminium yang berisi tanah (no.2) ke dalam oven
dengan suhu (103-105)oC selama 4 jam
4. Keluarkan dari oven dan masukkan ke dalam desikator selama 15
menit, kemudian timbang (c) gr
5. Hitung berat zat tersuspensi dengan persamaan berikut:
( )
% KL = ( ) ( )
82
E. Daftar Pustaka
Eviati dan Sulaeman. 2009. Analissis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan
Pupuk. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
83
4.3.2 TEKSTUR DI LAPANG (KUALITATIF)
A. Tujuan
1. Mengenal cara kerja penetapan tekstur dilapang (kualitatif)
2. Memahami konsepsi tekstur tanah berkaitan dengan dinamika air
dalam tanah
B. Dasar Teori
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan
liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Bagian butir
tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti
kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2
mm disebut bahan halus tanah. Tanah dengan berbagai perbandingan
pasir, debu dan liat. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
1. Pasir (sand), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm
sampai dengan 2 mm.
2. Debu (silt), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai
dengan 0,050mm.
3. Liat (clay), yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Bahan:
- Sampel tanah
- Air
D. Prosedur Kerja
Prosedur analisis tekstur tanah secara kualitatif di lapang
disajikan pada bagan sebagai berikut:
84
Tanah dibuat pasta
N
bentuk bola 2 cm sand
N
bentuk pita 7 cm loamy sand
didorong
sampai
patah
sandy loam silty loam loam sandy clay silty clay clay loam silty clay clay
loam loam
E. Data Pengamatan
Diameter Panjang Panjang
Sampel bola tanah pita patahan Partikel Tekstur tanah
(cm) (cm) pertama (cm)
F. Daftar Pustaka
Hanafiah dan Kemas Ali. 2005. Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
85
4.3.3 STRUKTUR TANAH DI LAPANG
A. Tujuan
1. Mengenal cara kerja penetapan struktur tanah dilapang
2. Memahami konsepsi struktur tanah berkaitan dengan dinamika air
dalam tanah
B. Dasar Teori
Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk partikel-partikel
primer tanah hingga partikel-partikel sekunder yang disebut ped
(gumpalan) yang membentuk agregat (bongkah). Struktur tanah berperan
sebagai regulator yang mengontrol pertumbuhan akar dan
perkembangannya.
86
l : loose/lepas-lepas, butir tunggal, tidak membentuk
agregat
m: massive/mampat, pejal, merupakan kesatuan
ikatan partikel tanah yang mampat
E. Data Pengamatan
Tabel 1. Data pengamatan derajat struktur tanah
Sampel Kriteria Derajat Struktur
F. Daftar Pustaka
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
87
4.3.4 PENETAPAN BERAT JENIS VOLUME (BV), BERAT JENIS
PARTIKEL (BJP), DAN RUANG PORI TOTAL TANAH4.4
PENETAPAN BERAT JENIS VOLUME (BV), BERAT JENIS
PARTIKEL (BJP), DAN RUANG PORI TOTAL TANAH
C. Langkah kerja
1. Timbang berat ring sample yang berisi tanah (b) gr
2. Masukkan ring tersebut ke dalam oven dengan suhu 105 oC selama 24
jam dan timbang (c) gr
3. Bersihkan tanah dalam ring, kemudian timbang ring kosong (a) gr
4. Ukur volume ring sample dan ini menyatakan volume tanah (d) cm3
D. Perhitungan
( )
( )
88
C. Langkah kerja
1. Siapkan dan timbang picnometer yang bersih dan kering (Wa) gr
2. Isikan ± 10 gr tanah kering angin, bersihkan bagian luar dan leher
picnometer, kemudian tutup dan timbang (Wb) gr
3. Isikan aquadest ± setengah sambil membilas tanah yang menempel
pada leher picnometer
4. Untuk mengeluarkan udara yang terjerap di dalam tanah, didihkan
picnometer perlahan-lahan selama beberapa menit sambil sekali-kali
digoyang dengan hati-hati untuk mencegah hilangnya tanah
5. Dinginkan picnometer beserta isinya sampai mencapai suhu
ruangan, kemudian tambahkan aquadest sampai batas volume, tutup
dan bersihkan bagian luar picnometer dengan lap kering/tissue,
kemudian timbang (Wsw) gr
6. Keluarkan isi picnometer, kemudian cuci dan isi dengan aquades
dingin yang telah dididihkan (temperature harus sama) sampai batas
volume. Tutup dan bersihkan bagian luar picnometer dengan lap
kering kemudian timbang (Ww gram).
7. Dari sampel yang sama, tentukan kadar airnya.
D. Perhitungan
( )
*( )( )+
Keterangan : 𝞀p = Kerapatan partikel = berat jenis partikel
𝞀w = Kerapatan air = berat jenis air
Wa = Berat picnometer kosong
Wb = Berat picnometer dan sample tanah kering angin
Wsw = Berat picnometer, sample tanah dan air
Ww = Berat picnometer dan air pada suhu kamar
(30oC)
Ws = Berat picnometer dan sample (105oC)
= Wb – {% ka. Massa x (Wb – Wa)}
89
4.3.5 INFILTRASI
A. Tujuan
1. Untuk menentukan besarnya laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi
2. Untuk menentukan besarnya akumulasi infiltrasi dan membuat
persamaan infiltrasi
B. Dasar Teori
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah melalui pori-
pori tanah secara vertikal. Jumlah infiltrasi atau akumulasi infiltrasi adalah
jumlah air atau tebal air yang masuk ke dalam tanah. Sedangkan laju
infiltrasi adalah kecepatan masuknya air secara maksimum dalam satuan
tebal atau jumlah air yang masuk tiap satuan waktu. Dengan tanah
semakin jenuh maka laju infiltrasi semakin kecil, laju infiltrasi setiap saat
tersebut disebut dengan kecepatan infiltrasi, suatu saat nilainya relatif
tetap. Pada saat itu di katakan tanah mempunyai kemampuan menyerap
air tiap satuan waktu yang disebut kapasitas infiltrasi. Pola jumlah infiltrasi
dan laju infiltrasi dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
F (cm)
fp (cm/jam)
Laju infiltrasi
Akumulasi
df (jumlah) infiltrasi
dt (F)
Kecepatan
infiltrasi
t (menit)
F = a t atau F = a t + b
Dimana F = akumulasi infiltrasi pada waktu t, cm
t = Waktu elapsed atau waktu kesempatan infiltrasi, menit
a,,b = Konstanta karakteristik
90
Laju infiltrasi di peroleh dari differensial persamaan di atas yaitu :
dF
= . A t -1
dt
F
Kertas double log
F1
F2 Persamaan infiltrasi
F = at + b
t1 t2 t
D. Prosedur Pengamatan
1. Infiltrometer di tanam dalam tanah minimal 15 cm
2. Di isi dengan air ± 2/3 bagian, cari angka yang bulat, di baca
3. Selang beberapa waktu (ditentukan) di baca lagi
4. Di tambah air lagi sampai pada keadaan semula
5. Selang beberapa waktu (ditentukan) di baca lagi, lakukan berulang-
ulang dengan waktu yang semakin lama. Bila sudah selesai alat di
kemasi, selanjutnya data di kerjakan di kelas
91
E. Lembar Pengamatan
F. Pembahasan
Hitung persamaan infiltrasi F = a t + b; berapa nilai : a; ;b
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
......................................................
G. Daftar pustaka
Michael, M. 1978. Irrigation Theory and Practice. India: Vicas
Publishing House PVT LTD.
92
BAB 5. ANALISIS IKLIM
93
5.2.1 PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN, SUHU, CURAH HUJAN,
DAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN STASIUN EASY
WEATHER
A. Tujuan
a. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan alat easy weather
station.
b. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengambilan data
kecepatan angin, suhu, curah hujan dan kelembaban udara.
B. Dasar Teori
Perubahan iklim yang terjadi saat ini telah membuat para petani
banyak mengalami kerugian. Keadaan cuaca yang tidak menentu
menyebabkan musim tanam dan panen tak menentu pula.Petani sulit
untuk melalukan prediksi cuaca dalam masa tanam.
Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan
meliputi periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun, bagi stasiun
klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan,
suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi dasar
awan, banglash horizontal, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah .
oleh karena itu persyaratan stsiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun
dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar
pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk
menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili.
94
3. Instalasi kabel (Gambar 2):
a) Hubungkan kabel dari
pengukur kecepatan angin ke
pengukuran arah angin.
b) Hubungkan kabel dari
pengukur arah angin ke
thermo-hygrometer transmitter.
c) Hubungkan kabel dari rain
gauge ke thermo-hygrometer
transmitter
4. Hidupkan display console dengan
cara memasukkan baterai pada
bagian belakang alat. Atur jam
dengan cara menekan enter, Gambar 2. Instalasi kabel
arahkan kursur pada tampilan jam
dengan menekan arah panah yang
ada pada bagian samping console.
Atur waktu dan lainnya dengan
cara yang sama.
95
Gambar 5. Tampilan program easy weather
Data yang tertera/tampil pada layar monitor atau laptop
merupakan data yang terekam pada layar display console.
7. Klik menu “system” pilih setting dan lakukan pengaturan “time zone”,
“temperatur, pressure, wind, rainfall unit”.
8. Time zone, untuk wilayah Indonesia pilih lokasi Hours form GMT
=7 yaitu kota Bangkok. Tentukan interval waktu pengamatan,
misalnya 5 menit.
9. Pilih satuan temperatur (oC/oF), tekanan (hpa inhg, mmhg, satuan
kecepatan angin (m/s, km/h knot, dan mph), curah hujan (mm, inch).
10. Pilih format tanggal yang diinginkan. Tekan “save”
96
akan ditampilkan, tekan tombol search. Pada layar monitor/laptop
akan muncul menu history sebagai berikut.
E. Daftar Pustaka
Anonim, 2013. Ambient Weather WS-2080A Wireless Home Weather
Station User Manual. dalam http://ambientweather.wikispaces.com/
ws2080.
.
97
5.2.2 PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN
A. Deskripsi Alat
Suhu kering dan basah
Suhu berampingan
kering Suhu
basah
Suhu Max
Suhu Min
Pengatur
RH
RH 75%
98
Pengamatan Data dan Waktu Pengamatan
Hari ke- 07.00 wib 12.00 wib 17.00 wib
basah kering RH basah kering RH basah kering RH
99
5.2.3 PENGUKURAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DENGAN PANCI
EVAPORASI
A. Tujuan
Mahasiswa di harapkan dapat melakukan cara pengukuran
evapotranspirasi dan memahami evapotranspirasi sebagai bentuk
kebutuhan air tanaman sehingga berdasarkan kebutuhan air tanaman
tersebut mahasiswa diharapkan mampu merencanakan jadwal pemberian
air irigasi.
C. Ruang Lingkup
Praktikum pengukuran kebutuhan air tanaman ini menggunakan
alat panci evaporasi, luxmeter, anemometer, dan hygrometer. Praktikum
ini terdiri dari 2 kegiatan praktikum antara lain: (a) pengukuran evaporasi
dengan panci class A untuk mendapatkan nilai kebutuhan air tanaman;
dan (b) merencanakan jadwal pemberian air irigasi berdasarkan hasil
perhitungan kebutuhan air tanaman.
Nilai Kc tergantung dari jenis dan umur tanaman yang menjadi obyek
observasi seperti pada Tabel 1 berikut :
100
Tabel 1 . Koefisien Tanaman (Kc)
Tingkat pertumbuhan tanaman Total
Tanaman Awal Pertumb Pertengah Akhir Panen periode
uhan an pertumbuh pertumbuh
an an
Jagung 0,3- 0,7-0,9 1,05-1,20 1-1,15 0,95- 0,8-0,95
0,5 1,1
Kedelai 0,3- 0,7-0,8 1,00-1,15 0,7-0,8 0,4-0,5 0,75-0,9
0,4
Tembaka 0,3- 0,7-0,8 1,00-1,20 0,9-1,0 0,75- 0,85-0,95
u 0,4 0,85
Tebu 0,3- 0,7-1,0 1,00-1,30 0,75-0,8 0,5-0,6 0,85-1,05
0,5
Tomat 0,3- 0,7-0,8 1,05-1,25 0,8-0,95 0,6- 0,75-0,85
0,5 0,65
Melon 0,3- 0,7-0,8 0,95-1,05 0,8-0,9 0,65- 0,75-0,85
0,5 0,75
( p.Sa).D
d (mm) = .........................................................................(3)
Ea
Interval pemberian air i adalah :
( p.Sa).D
i (hari) = ...........................................................................(4)
Etm
Dimana :
p = Fraksi depletion dari air tersedia yang terpakai untuk
evapotranspirasi, lihat Tabel 2 dan Tabel 3
Sa= Total air tersedia, mm/m ke dalaman tanah, tergantung tekstur
tanah, lihat tabel 1 bab IV
D = Ke dalaman akar (m)
Ea= Efisiensi pemakaian (%)
Etm= Evapotranspirasi maks (mm/hr)
101
Tabel 2. Kelompok Tanaman menurut Sensitivitasnya terhadap Fraksi
Depletion (P) dari Air Tersedia
Kelompok Tanaman
1 Onion, pepper,potato
2 Banana, cabbage, grape, pea, tomato
3 Alfalfa, bean, citrus, groundnut, pineapple
4 Catton, maize, olive, sunflower, sorghum, soyabean,
sugarbeet, sugarcane, tobacco
Tabel 3. Fraksi Depletion (P) dari Air Tersedia untuk Kelompok Tanaman
dan Etm
Kelompok Etm mm/hr
tanaman 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0,50 0,42 0,35 0,30 0,25 0,22 0,20 0,20 0,17
2 0,67 0,57 0,47 0,40 0,35 0,32 0,27 0,25 0,22
3 0,80 0,70 0,60 0,50 0,45 0,42 0,37 0,35 0,30
4 0,87 0,80 0,70 0,60 0,55 0,50 0,45 0,42 0,40
Keterangan:
A = Pengatur dan Pengukur
Tinggi
Air dalam Panci
B = Jarum Penunjuk Muka Air
102
4. Tempatkan pikonometer di tengah panci, pastikan jarum (B)
menyentuh permukaan air dan baca tinggi air (mm) sebagai datum
5. Amati dan ukur penurunan muka air dengan mengatur mur pada
piknometer (A) setelah ±10 jam, dari jam 06.00 s/d jam 16.00 wib.
Catat penurunan tinggi air (mm)
6. Ukur kecepatan angin dan RH, cari koef panci (Kp) menurut Tabel
1 berikut ini.
103
5.2.4 PENGUKURAN RADIASI MATAHARI DENGAN LUX METER
A. Tujuan
Menentukan intensitas radiasi matahari pada suatu tempat selama 1
hari (12 Jam).
B. Dasar Teori
Salah satu unsur dari radiasi matahari adalah cahaya. Cahaya
sangat penting bagi proses pertanian khususnya fotosintesis. Dengan
mengetahui besar intensitas cahaya dan lama penyinaran matahari pada
suatu wilayah kita dapat mengetahui potensi besarnya radiasi cahaya
matahari yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu alat ukur
untuk menentukan besarnya radiasi matahari adalah lux meter. Lux meter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya atau
tingkat pencahayaan di suatu tempat.
D. Metedologi
Prosedur Kerja
1. lux meter ditempatkan pada ruang terbuka yang telah ditentukan baik
(a) indoor maupun (b) outdoor sehingga intensitas cahaya yang akan
diukur alat ini akan memberikan hasil pada pembacaan layer panel.
2. Pengukuran dilakukan setiap jam mulai pukul 06.00 s.d 18.00
3. Data pengamatan diolah dengan ketentuan seperti dalam tabel yang
telah disajikan sebagaimana berikut:
104
(a) Pengamatan indoor
Jam Intensitas Konversi
Radiasi Surya
Lux Lumen/cm2 nox Phot (ph)
Rerata
Max
Min
Nilai Tengah
Standar
deviasinya
Grafik hasil Pengamatan (Waktu Pengamatan dan besarnya radiasi
matahari)
105
(b) Pengamatan outdoor
Jam Intensitas Konversi
Radiasi Surya
Lux Lumen/cm2 nox Phot (ph)
Rerata
Max
Min
Nilai Tengah
Standar
deviasinya
Grafik hasil Pengamatan (Waktu Pengamatan dan besarnya radiasi
matahari)
DAFTAR PUSTAKA
106
Soegeng, R., 1996. Ionosfer. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Petterssen, S., 1997. Introduction To Meteorology. Second Edition. Mc-
Graw Hill Book Company, Inc., New York.
Pitts, D. R., and L. E. Sissom, 2001. Theory and Problems of Heat
Transfer. Second Edition. McGraw-Hill, New York.
Seller, A. H. and P. J. Robinson, 1990. Contemporary Climatology.
Longman Scientific & Technical, New York.
Kartasapoetra, A. G., 1988. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman. Bina Aksara, Jakarta.
Handoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor: FMIPA-IPB. Lakitan.
Benyamin,1994, Dasar-Dasar Klimatologi, Jakarta: PT. Rajawali Grafindo
Persada.
107