Anda di halaman 1dari 9

Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)

Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

Pendampingan Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik Pada


Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri
Erna Nurkholida, Najahah

Fakultas Tarbiyah Stain Kediri

Email : ernanurkholida@ymail.com

Abstrak - Sampah merupakan masalah penting dalam kehidupan sehari-hari terutama pada pondok pesantren yang
dihuni kurang lebih 2500 santri. Jumlah sampah yang banyak setiap hari menimbulkan banyak persoalan. Pada
pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pendampingan pelatihan daur ulang sampah plastik untuk mengurangi
dampak yang ada pada bumi. Pendampingan dilaksanakan selama 22 hari dengan kegiatan adalah pemberian materi
tentang sampah, pemberian pelatihan peanggunaan kembali sampah plastik. Praktek membuat aneka kerajinan dari
sampah plastik. Evaluasi pemantapan hasil. Dari hasil evaluasi diperoleh kesimpulan bahwa pendampingan ini
mendapat tanggapan positif dengan diikutinya semua kegiatan ini sampai akhir. Para peserta menghasilkan karya-karya
yang dapat dipergunakan kembali seperti tas, dompet dan tas belanja. Untuk hasil yang telah dicapai dalam pembuatan
tas diperoleh rata-rata nilai 80 yang berarti dari segi variasi bahan, desain dan keserasian produk dengan kategori
sedang. Hal ini berarti masih diperlukan pendampingan kembali di masa yang akan datang untuk lebih dapat membuat
kerajinan yang lebih bagus lagi.

Key words:Pendampingan, pelatihan, sampah plastik, pondok pesantren, tas daur ulang

Abstract - Garbage is an important issue in everyday life, especially in boarding schools occupied by approximately 2500
students. The amount of waste that many every day cause many problems. In this community service is accompanied by
recycling training of plastic waste to reduce the impact on earth. Assistance is carried out for 22 days with the activity is
the provision of materials about waste, providing training reuse of plastic waste. Practice making various handicrafts
from plastic waste. Evaluate the consolidation of results. From the evaluation results obtained the conclusion that this
assistance received a positive response with all activities followed until the end. Participants produce works that can be
reused such as bags, wallets and shopping bags. For the results that have been achieved in bag making obtained an
average of 80 which means in terms of material variation, design and harmony of products with the category of being. It
means that there is still a need for future facilitation to be able to make better crafts.

Key words: Assistance, training, plastic waste, boarding school, recycling bag

1. PENDAHULUAN Sampah plastik pun membutuhkan waktu sekitar


Sampah merupakan masalah yang selalu 500 sampai 1000 tahun untuk bisa benar-benar
dihadapi dalam setiap negara baik negara maju terurai dengan tanah (2).
maupun negara berkembang. Permasalahan sampah Disamping itu penanganan sampah plastik
adalah masalah serius karena dapat menyebabkan apabila dengan cara dibakar akan menimbulkan
kerusakan lingkungan yang berdampak buruk bagi bahaya kebakaran dan polusi udara yang dapat
kehidupan manusia. Untuk itu perlu dicarikan menyebabkan sesak napas. Oleh sebab itu manfaat
solusi dan pemecahan terlebih sampah plastik yang penggunaan produk plastik harus diimbangi dengan
merupakan peringkat kedua daftar sampah di kalkulasi dampak negatif yang dihasilkannya.
Indonesia (1). Plastik merupakan produk serbaguna, Dalam satu hal, penggunaan plastik memang
murah, mudah diperoleh, tahan kelembaban, dan menjaga produk lebih tahan lama. Meski demikian,
kuat. Oleh karena itu berbagai kemudahan tersebut, bahaya akibat sampah plastik, zat aditif beracun
hampir seluruh produk dikemas dalam kemasan dalam plastik – pewarna plastik, bahan baku seperti
plastik sehingga meningkatkan jumlah sampah bisphenol A (BPA) – telah meningkatkan bahaya
plastik. Akan tetapi, tanpa disadari, karakter dasar kesehatan bagi masyarakat luas.
plastik, yang tidak cepat terurai ditambah cara Kondisi ini tidak membaik dari tahun ke
penggunaan yang tidak ramah lingkungan, justru tahun. Permasalahan persampahan yang
merusak lingkungan hidup. Sampah plastik apabila mengemuka secara nasional secara umum
dikubur dapat menghalangi peresapan air dan sinar didominasi oleh wilayah perkotaan yang memiliki
matahari sehingga mengurangi kesuburan tanah. keterbatasan lahan TPA sehingga dampaknya tidak

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 5


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

saja terhadap pencermaran lingkungan tetapi juga tangga sebagian besar bersumber dari bahan kimia
terhadap kesehatan. Perkembangan dan yang mudah terbakar, menimbulkan bau tak sedap
pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah dan menyebabkan infeksi yang nantinya akan
perkotaan mengakibatkan daerah pemukiman memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas Sampah (limbah padat) sendiri adalah segala bentuk
manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya limbah yang ditimbulkan dari kegiatan manusia
sampah. Sampah yang dihasilkan oleh ibu rumah maupun binatang yang biasanya berbentuk padat
tangga terdiri dari sampah organik seperti tangkai dan secara umum sudah dibuang, tidak bermanfaat
sayur dan sisa makanan serta sampah anorganik atau tidak dibutuhkan lagi. Untuk itu diperlukan
seperti bungkus shampoo, bungkus detergen dan suatu alternatif dalam mengurangi produksi sampah
bungkus makanan kemasan dimana sampah organik sehingga dampak berbahaya yang ditimbulkan oleh
ini dapat terurai sendiri melalui proses alam namun sampah dapat dikurangi. Salah satu alternatif
sampah anorganik masih membutuhkan perlakuan tersebut adalah dengan adanya kegiatan
khusus guna mengurangi jumlah timbunannya. pengelolaan persampahan secara terpadu berbasis
Masalah utama dalam menangani masalah masyarakat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan
sampah di Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri yang sistematis, menyeluruh, dan
adalah belum adanya pendidikan/edukasi tentang berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
sampah dan cara-cara penanganannya. Penanganan penanganan sampah. Secara garis besar, kegiatan di
sampah yang selama ini dilakukan belum sampai dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian
pada tahap memikirkan proses daur ulang atau timbunan sampah, pengumpulan sampah,
menggunakan kembali sampahtersebut karena pemanfaatan kembali, pengangkutan, pengolahan
masih menggunakan cara-cara konvensional seperti dan pembuangan akhir. Keterpaduan di sini adalah
dibakar dan dikubur dalam tanah. Sehingga sistem suatu bentuk transformasi pendekatan ekosistem ke
pengelolaan persampahan perlu mendapatkan dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan (3).
perhatian khusus, karena melihat dari timbunan Pengelolaan sampah secara terpadu berarti bahwa
sampah yang dihasilkan besar (kepadatan penduduk dalam mengelola sampah harus diperhatikan segala
tinggi)dan tidak adanya lahan baik sebagai tempat aspek yang terkait sebagai satu kesatuan yang
pengolahan dimana akhirnya menimbulkan terintegrasi.
pencemaran terhadap lingkungan. Persampahan
merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, 2. KONDISI DAMPINGAN
karena di dalam semua aspek kehidupan selalu Pondok Pesantren AL-HIKMAH dirintis dan
dihasilkan sampah. Sampah akan terus bertambah didirikan oleh Hadrotus Syeikh Almarhum KH.
seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang Badrus Soleh Arif. Beliau adalah salah seorang
disertai dengan semakin besarnya jumlah ulama yang sangat gigih dan berani dalam
penduduk. Pengelolaan sampah meliputi memegang dan mempertahankan prinsip kebenaran,
pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, terutama di masa akhir pendudukan penjajahan
pengolahan dan pembuangan akhir. Syarat yang Belanda dan diawal masa pendudukan jepang.
harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah Beliau terlahir di Desa Banyakan, adalah putra ke-
tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak 5 dari pasangan KH. Moch. Arif bin Hasan Ilmi dan
menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan Ibu Nyai Sriatun binti K. Hasan Muhyi. KH.
kebakaran dan lain sebagainya. Sehingga jelas Badrussoleh Arif telah mengenyam pendidikan di
bahwa pengelolaan sampah sangat penting untuk Tebu Ireng Jombang berguru pada Hadratus Syeikh
dilakukan dengan cara-cara yang lebih baik dan Hasyim Asy'ari. Kemudian beliau berhasil
memberikan banyak manfaat. mendirikan lembaga pendidikan islam, diawali
Ditambah lagi jumlah sampah terus dengan berdirinya Madrasah Ibtidaiyah di tahun
bertambah karena tidak seimbangnya produksi 1984, dengan bantuan kakak beliau yaitu Kyai
sampah dengan pengolahannya dan semakin Abd. Fattah Ngelawak Kertosono, mendirikan
menurun daya dukung alam sebagai tempat "Kulliyatul Mu'Allimin Islamiyah", menyusul
pembuangan sampah. Di satu pihak, jumlah sampah kemudian Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah
terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, hingga PerguruanTinggi Islam AL-HIKMAH (yang
sedangkan di lain pihak kemampuan pengolahan karena kurang kader dan dana, tidak dapat
sampah masih belum memadai. berkembang). Hingga saat ini Ponpes AL-
Sampah rumah tangga dapat dikategorikan HIKMAH telah berkembang menjadi tujuh
sebagai sampah B3 (Bahan Beracun Berbahaya), komplek, yaitu :
karena sampah ini merupakan sisa dari kegiatan 1. Ponpes AL-HIKMAH (Pusat) diasuh Oleh
manusia sehari-hari yang dapat memberikan KH. Zainuddin dan KH. Karim
dampak berbahaya baik jangka pendek maupun 2. Ponpes AL-HIKMAH komplek AL-
jangka panjang. Sumber sampah B3 skala rumah KHOIRIYAH KH. Abdul Wahid

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 6


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

3. Ponpes AL-HIKMAH komplek AL- terdapat di sekitar lingkungan tempat tinggal


BADRIYAH diasuh oleh KH. ABD Rozzaq meraka menjadi kerajinan tangan yang bermanfaat.
Ma'sum (Alm) dan Nyai Hj. Lilik Noer Dalam pendampingan daur ulang sampah
Cholidah plastik pada pondok pesantren Al Hikmah
4. Ponpes AL-HIKMAH komplek Tahfidzul Purwoasri Kediri memiliki tujuan yang hendak
Qur'an diasuh oleh KH. ABD. Nasir. dicapai diantaranya adalah sebagai berikut:
5. Ponpes AL-HIKMAH komplek AHMADA  Memberikan wawasan tentang pengelolaan
diasuh oleh KH. Ahmad Dain Arif. sampah plastik.
6. Ponpes AL-HIKMAH komplek  Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
ROUDZOTUL QUR' AN diasuh Oleh KH. mengelola sampah.
Moh. Yahya.  Membudidayakan memilah sampah plastik
7. Ponpes AL-HIKMAH komplek AL-HIKMAH dan non plastik.
II diasuh Oleh KH. Nasrul Islam (4).  Memberikan pelatihan tentang penggunaan
sampah plastik kembali
Pada saat sekarang Pondok Pesantren al  Mengurangi pencemaran udara maupun tanah
Hikmah dihuni sekitar 2500 santri yang terdiri 750 dengan meminimalisir membuang sampah di
santri laki-laki dan 1750 santri perempuan. Untuk tanah
keperluan mencuci baju mereka melibatkan 10 jasa  Menggunakan sampah plastik kembali untuk
loundry, akan tetapi tidak semua santri mencucikan berbagai keperluan.
baju pada jasa loundry. Mereka mencuci bajunya Dengan tujuan diatas diharapkan nanti dapat
sendiri, otomatis menggunakan sabun detergen menambah nilai pengetahuan tentang sampah bagi
yang dibungkus kemasan plastik. Menurut pesantren dan masyarakat luas umumnya.
informasi yang dihimpun di lapangan sampah-
sampah plastik bekas bungkus kemasan rata-rata 4. METODOLOGI
dalam satu minggu mencapai 5 kantung plastik Pada pengabdian ini, pengabdi
besar pada setiap kompleknya. Selain itu 2 kantung menggunakan pendampingan sebagai suatu strategi
plastik sampah organik dan 1 kantung plastik dalam memecahkan problem sampah yang ada pada
sampah lain-lain. Sampah-sampah tersebut pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri.
biasanya dibuang di belakang pesantren yang Strategi ini biasa digunakan oleh pemerintah dan
merupakan lahan khusus pembuangan sampah, lembaga non profit dalam upaya meningkatkan
apabila sudah kering dibakar. Akan tetapi hal itu mutu dan kualitas dari sumber daya manusia,
tidak bisa dilakukan secara maksimal karena tidak sehingga mampu mengindentifikasikan dirinya
semua sampah terbakar habis pasti masih sebagai bagian dari permasalahan yang dialami dan
meninggalkan sisa lebih-lebih sampah plastik. berupaya untuk mencari alternatif pemecahan
Sisa-sisa sampah tersebut menggunung dan masalah yang dihadapi. Kemampuan sumber daya
menimbulkan masalah tersendiri. Sedangkan jasa manusia sangat dipengaruhi oleh keberdayaan
loundry yang menjadi rekanan menghasilkan 3-5 dirinya sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
bungkus plastik detergen kemasan 1-2 kg setiap kegiatan pemberdayaan di setiap kegiatan
harinya. Dalam satu bulan bisa terkumpul 90-150 pendampingan. Pendampingan merupakan satu
bungkus. Mereka pun biasanya membuang ke strategi yang sangat menentukan keberhasilan
sungai, membakar atau mengubur di kebun program pemberdayaan masyarakat, selanjutnya
belakang rumah sehingga menimbulkan masalah dikatakannya pula dalam kutipan Payne (1986)
yakni bahaya kebakaran dan kesuburan tanah. bahwa pendampingan merupakan strategi yang
Sehingga hal ini menimbulkan masalah lingkungan lebih mengutamakan “making the best of the
yang serius dan perlu penanganan yang client‟s resources” (5). Keterlibatan masyarakat
berkelanjutan. sebagai sumber daya manusia untuk
memberdayakan dirinya, merupakan potensi untuk
3. KONDISI YANG DIHARAPKAN mencapai tujuan masyarakat, yaitu dari
Kurangnya kreatifitas dan keterampilan pada masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat pesantren terjadi karena kurangnya masyarakat. Seperti yang dikatakan dalam
kesadaran serta pengetahuan tentang pemanfaatan Pedoman Umum Penyuluhan Kehutanan bahwa
barang bekas ataupun sampah yang dapat di daur pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan
ulang kembali. Oleh karena itu, program ini bersama-sama masyarakat dalam mencermati
menawarkan solusi untuk mengatasi masalah persoalan nyata yang dihadapi di lapangan
tersebut, yaitu dengan memberikan pelatihan selanjutnya mendiskusikan bersama untuk mencari
sekaligus pengetahuan terhadap masyarakat alternatif pemecahan ke arah peningkatan kapasitas
pesantren agar lebih kreatif dan terampil terutama produktivitas masyarakat (6). Selanjutnya dikatakan
dalam mengolah kembali sampah plastik yang bahwa pendampingan berintikan sebagai upaya

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 7


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

menyertakan masyarakat dalam mengembangkan didampingi agar dapat menjadi agen


berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu perubahan bagi diri dan lingkungannya.
mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. 2. Membantu klien mencapai pemahaman diri
Sehubungan dengan itu Laurieke & Adi (7), secara penuh dan utuh. Pendampingan
mengatakan bahwa pandampingan adalah upaya dilakukan agar klien dapat memahami
untuk mengintegrasikan kembali penyandang kekuatan dan kelemahan yang ada pada
masalah pada institusi-institusinya seperti keluarga, dirinya.
sekolah dan masyarakat. Dikatakan pula 3. Membantu klien untuk belajar berkomunikasi
pendampingan merupakan bagian dari kegiatan dengan lebih sehat. Merupakan bantuan
penjangkauan(outreach). Untuk lebih jelasnya kepada klien agar dapat menciptakan
dapat di lihat pada tabel 1 sebagai berikut: komunikasi yang baik.
4. Membantu klien untuk berlatih tingkah laku
Tabel 1. Definisi pendampingan: baru yang lebih sehat. Pendamping dalam
tujuan ini akan memfasilitasi klien untuk
BPKB Jatim Aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna menciptakan dan berlatih perilaku baru yang
(2001, h.5) pembinaan, pengajaran pengarahandalam lebih baik dan lebih sehat.
kelompok yang lebih berkonotasi pada
menguasai, mengendalikan danmengontrol. 5. Membantu klien agar belajar mengungkapkan
Primahendra Kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan diri secara penuh dan utuh. Pendampingan
(2002, h.6) menempatkan tenaga pendamping yang ditujukan agar klien dapat lebih spontan,
yangberperan sebagai fasilitator, komunikator, kreatif dan efektif mengekspresikan perasaan,
dinamisator.
PUP Kegiatan yang dilakukan bersama-sama
keinginan dan aspirasinya (misalnya saling
Kehutanan masyarakat dalam mencermati persoalannyata mengingatkan apabila salah satu tidak
Indonesia yang dihadapi di lapangan selanjutnya memilah sampah).
(2004, h.2) mendiskusikan bersama untuk mencari 6. Membantu klien untuk menghilangkan gejala-
alternatif pemecahan kearah peningkatan
kapasitas produktivitas masyarakat.
gejala yang dapat membuatnya menjadi
disfungsional. Pendamping ditujukan agar
Depsos Suatu proses relasi sosial antara pendamping klien dapat menghilangkan perilaku yang
(2007, h.4) dengan korban dalam bentuk tidak bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan
pemberiankemudahan (fasilitas) untuk
mengindentifikasi keutuhan dan memecahkan
sekitarnya.
masalahserta mendorong tumbuhnya inisiatif
dalam proses pengambilan keputusan Oleh karena itu menurut Merati dalam Lobo
sehinggakemandirian korban secara (9), hal yang perlu diperhatikan ketika seorang
berkelanjutan dapat diwujudkan.
pendamping melakukan intervensi edukasi kepada
seseorang (masyarakat pesantren), dapat mengubah
Dari definisi diatas dapat ditarik perilaku harus melalui beberapa tahap, sebagai
kesimpulan bahwa perlu adanya keterlibatan berikut:
masyarakat dalam menyelesaikan masalah di 1. Pemberian informasi yang sangat sederhana
msayarakat, hal ini merupakan antithesis dari sampai informasi yang agak lengkap akan
program-program yang sering dilakukan oleh dapat meningkatkan pengetahuan. Pada taraf
pemerintah dalam menyelesaikan masalah dengan ini pengetahuanyang meningkat baru bisa
istilah top-down langsung dari pusat tanpa meningkatkan kewaspadaan seseorang
melibatkan peran serta dari masyarakat sehingga terhadap informasi yang diberikan, masih
tidak dapat menyelesaikan masalah. Terlebih secara umum dan belum dikaitkan dengan
masalah sampah yang berdampak langsung bagi dirinya sendiri (awareness).
semua kehidupan masyarakat, baik itu masyarakat 2. Pemberian informasi yang berkesinambungan
pesantren maupun masyarakat pada umumnya. dan lebih rinci, misalnya tentang adanya
beberapa pilihan yang dapat dipertimbangkan
4.1.Tujuan Dan Fungsi Pendampingan sebelum memutuskan untuk memilih yang
Keberhasilan pendampingan di ukur melalui cocok bagi dirinya sendiri (precontemplative)
beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan 3. Memutuskan untuk memilih pilihan yang
pendampingan sangat beraneka ragam tergantung cocok untuk dirinya sendiri, dari beberapa
pada siapa, dimana, kapan dan untuk apa pilihan yang ada (comptemplative)
pendampingan yang ddilakukan. Pada dasarnya 4. Mereka sudah sering/hampir menerapkan
tujuan pendampingan menurut Wiryasaputra adalah perilaku yang aman (action)
sebagai berikut (8): 5. Fase selagi ia tetap perlu diberikan dukungan
1. Mengubah klien menuju pertumbuhan. Dalam untuk dapat tetap memelihara dan melakukan
pendampingan, pendamping secara perilakunya yang aman (support and
berkesinambungan memfasilitasi orang yang maintenance)

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 8


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

4.2. Tahap-Tahap Pendampingan berperan aktif sebagai agen yang memberikan


Menurut Adi terdapat beberapa tahapan masukan positif dan direktif berdasarkan
dalam pendampingan yang mencakup beberapa pengetahuan dan pengalamannya serta
tahapan yang dilakukan, diantaranya adalah sebagai bertukar gagasan dengan pengetahuan dan
berikut: (10) pengalaman masyarakat yang didampinginya,
1. Tahapan Persiapan. Tahap ini mencakup tahap membangkitkan kesadaran masyarakat,
penyiapan petugas (yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi, melakukan
menyamakan persepsi antar anggota tim agen konfrontasi,menyelenggarakan pelatihan bagi
perubah mengenai pendekatanapa yang akan masyarakat adalah beberapa tugas yang
dipilih dan penyiapan lapangan, yang bertugas berkaitan fungsi penguatan.
melakukan studi kelayakan terhadap daerah 3. Perlindungan (Protecting)
yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara
secara informal maupun formal. pendamping dengan lembaga-lembaga
2. Tahap Assesment mencakup proses eksternal atas nama dan demi kepentingan
pengidentifikasian masalah (kebutuhan yang masyarakat dampingannya. Dalam kaitan
dirasakan/feltneeds) dan juga sumber daya dengan fungsi ini seorang pendamping
yang dimiliki klien. bertugas mencari sumber-sumber melakukan
3. Tahap Perencanaan Altenatif Program atau pembelaan, menggunakan media,
kegiatan. Tahap ini agen perubah secara meningkatkan hubungan masyarakat dan
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk membangun jaringan kerja, sebagai konsultasi.
berpikir tentang masalah yang mereka hadapi 4. Pemberian dukungan (supporting)
dan bagaimana cara mengatasinya. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang
4. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi. Pada bersifat praktis yang dapat mendukung
tahap ini agen perubah (community worker) terjadinya perubahan positif pada masyarakat.
membantu masing-masing kelompok untuk Dalam hal ini pendamping dituntut tidak
merumuskan dan menentukan program dan hanya mampu menjadi manajer perubahan
kegiatan apayang akan mereka lakukan untuk yang mengorganisasi kelompok, melainkan
mengatasi permasalahan yang ada. pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis
5. Tahap Pelaksanaan (implementasi) Program, sesuai dengan berbagai keterampilan dasar,
atau Kegiatan. Merupakan tahap pelaksanaan seperti melakukan analisis sosial, mengelola
perencanaan yang telah dibuat dalam bentuk dinamika kelompok, menjalin relasi,
program dan kegiatan secara bersama-sama bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta
oleh masyarakat/kelompok dampingan. mengatur sumber dana.
6. Tahap Evaluasi. Merupakan proses
pengawasan dari warga dan petugas terhadap Keempat bidang tugas atau fungsi
program yang sedang berjalan pada pendamping dalam masyarakat secara makro pada
pengembangan masyarakat dan sebaiknya dasarnya juga dimiliki oleh sekelompok tenaga
dilakukan dengan melibatkan warga. pendamping dalam lembaga swadaya masyarakat
7. Tahap Terminasi. Merupakan tahap yang berorientasi pada permasalahan mikro
„pemutusan‟ hubungan secara formal dengan (individu) dan makro (keluarga/
komunitas sasaran. kelompok/masyarakat). Istilah pendamping dalam
lembaga swadaya masyarakat lebih dikenal dengan
4.3. Peran dan Tugas Pendamping tenaga outreach atau petugas lapangan (PL).
Sehubungan dengan hal ini Suharto Sehubungan dengan ini Laurike dan Adi,
mengatakan proses pendampingan berpusat pada mengatakan bahwa setidaknya ada 6 (enam)
empat bidang tugas atau fungsi, yaitu (11) : kategori kegiatan yang menjadi tanggung jawab
1. Pemungkinan (enabling) atau Fasilitasi pendamping, antara lain:
Merupakan fungsi yang berkaitan dengan 1. Penjangkauan atau lebih dikenal sebagai
pemberian motivasi dan kesempatan bagi outreach. Penjangkauan diartikan sebagai
masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial kegiatan menjangkau dampingan di tempat
yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain dimana mereka tinggal atau melakukan
menjadi model, melakukan mediasi dan kegiatan. Kegiatan penjangkauan meliputi
negosiasi, membangun konsensus bersama, kegiatan pemetaan dan pendampingan.
serta melakukan manajemen sumber. 2. Membangun kepercayaan atau trust building
2. Penguatan (empowering) Kegiatan ini merupakan kegiatan membangun
Fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan komunikasi yang efektif, membangun
pelatihan guna memperkuat kapasitas kepercayaan, dan mempererat hubungan
masyarakat (capacity building). Pendamping sosial.

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 9


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

3. Intervensi Program, (Program Intervention) diminta keikutsertaannnya guna dapat


Intervensi program disesuaikan dengan mengumpulkan bungkus-bungkus deterjen yang
permasalahan dan kebutuhan dampingan yang dihasilkan. Disamping masyarakat pesantren,
dijangkau. pengabdi nanti juga mengundang pihak DKLH
4. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Kabupaten Kediri sebagai pihak pemerintah yang
Pendamping dalam hal ini mengusahakan bertanggung jawab dalam bidang Lingkungan
keterlibatan masyarakat umum dalam upaya Hidup. Dalam hal ini diundang sebagai narasumber.
mengurangi permasalahan dampingan.
5. Advokasi (Advocacy). Pendamping 4.5. Sumber Daya yang Telah Dimiliki
melakukan kegiatan-kegiatan advocacy yang Pada pengabdian ini hal yang memudahkan
bertujuan merubah kebijakan yang merugikan pengabdi adalah sudah terjalinnya hubungan
dampingan. Bentuk kegiatan yang dilakukan komunikasi yang baik antara kyai, pengurus dan
perihal advocacy antara lain melakukan juga rekanan jasa loundry pondok pesantren.
pendekatan ke sistem sumber dilingkungan Pengabdi sudah sering sowan dan berbincang akan
sosial dampingan dan mendampingi hal ini dan pihak pesantren sangat menyetujuinya.
dampingan dalam kasus hukum. Selain itu pengabdi juga memiliki pengalaman
6. Administrasi & Pembuatan laporan dan tentang pengelolaan sampah pada waktu mengajar
pengembangan data (data base). Pada di Madrasah Aliyah Krecek dalam program “Bersih
dasarnya pendampingan selain mendampingi Madrasahku” yang merupakan program pemisahan
di lapangan, juga melakukan serangkaian sampah organik dan norganik serta pemanfaatannya
kegiatan administratif, seperti mengikuti rapat dalam lingkup sekolah. Pada waktu itu adalah
bersama lembaga pemberi pelayanan publik program daur ulang limbah kertas untuk dijadikan
untuk membuka akses pelayanan bagi aneka bentuk kerajinan seperti keranjang buah,
dampingan. piring saji, pot bunga dan tempat pensil.
Pengalaman itu sangat berguna pengabdi dalam
4.4. Pihak-Pihak yangTerlibat pendampingan daur ulang sampah plastik ini.
Dalam pengabdian ini, terdapat beberapa
pihak terkait yang terlibat diantaranya adalah 5. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
masyarakat pondok Pesantren al Hikmah Purwoasri Langkah awal kegiatan ini adalah penyampaian
Kediri yang terdiri dari: kyai atau pembina pondok gagasan pelaksanaan pengabdian kepada Pengurus
pesantren, pengurus santri putri, pengurus santri Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri
putra, santri putri, santri laki-laki dan rekanan jasa dalam hal ini adalah Bu Nyai Udah dan beberapa
loundry pondok pesantren yang berjumlah 10 pengurus putri. Beliau siap menerima pelaksanaan
anggota. Keseluruhan pengurus dari masing-masing pengabdian Stain Kediri.Pada pertemuan pertama
pesantren berjumlah 60 orang. Kyai sebagai disepakati untuk pelaksanaan kegiatan
pembina sekaligus pemilik pesantren adalah orang pendampingan daur ulah sampah plastik selama 22
yang pertama kali dimintai izin untuk menjalankan hari yakni pada hari Jumat tanggal 4-26 Agustus
program pengabdian ini, pada saat ini pengabdi 2017 pukul 07.00-04.00. Kegiatan pertama yang
pengabdian telah mendapat izin untuk dapat dilakukan adalah melaksanakan penyampaian
melaksanakan program pendampingan daur ulang materi tentang sampah dan jenis-jenisnya yang
sampah ini. dilakukan oleh tim dari Dinas DKLH kota Kediri
Peranan kyai ini nanti sangat penting untuk mengenai alur pengelolaan sampah pada dinas
mendorong para pengurus dan santri untuk ikut kebersihan. Pada sesi ini metode yang digunakan
melakukan program ini. Selain kyai, pihak yang adalah ceramah selama 60 menit dan diskusi selama
terlibat dalam program ini lainnya adalah pengurus 90 menit. Para peserta banyak bertanya tentang
santri. Mereka adalah orang yang diserahi tanggung pengelolaan akhir sampah dari kertas kuning,
jawab mengurus dan mengatur santri didalam sampah baterai, sampah popok dan sampah dari
pesantren. Dalam masing-masing pesantren kain yang banyak ditemui di kawasan pondok
terdapat dua jenis pengurus, yang pertama adalah pesantren. Semua dijawab dengan jelas bahwa
pengurus santri junior dan pengurus santri senior untuk sampah baterai sebaiknya pelapis luar yang
yang juga dipisahkan antara putra dan putri sendiri. berupa seng itu dilepas dan dijual terpisah untuk
Jadi masing-masing pesantren memiliki 4 jenis kemudia didaur ulang. Sedangkan bubuk atau arang
pengurus. hitamnya itu di tanam dimana tidak ada tanaman
Pihak terkait lainnya adalah rekanan jasa yang bisa dikonsumsi manusia, karena itu bisa
loundry yang berjumlah 10 anggota. Mereka yang masuk pada tanaman dan berbahaya pada kesehatan
selama ini mencucikan pakaian para santri, yang manusia. Untuk kertas sebaiknya didaur ulang
merupakan penghasil sampah plastik bekas untuk menjadi kertas lagi. Untuk sampah popok
bungkus detergen paling banyak. Mereka juga akan dibakar dan sampah kain bisa didaur ulang menjadi

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 10


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

karpet atau keset. Jawaban ini tentu sangat Pada materi ini disampaikan pelatihan
bermanfaat bagi para peserta. membuat aneka barang yang bisa dipakai dari
sampah bekas sabun cuci maupun makanana atau
minuman. Yang berupa tas ataupun dompet.
Adapun pelatihannya adalah dasar-dasar menjahit
plastik. Para peserta yang semula tidak mengenal
jahit menjahit akhirnya bisa mengikutinya. Dan
mereka yang kebanyakan remaja putri sangat
antusias mengikutinya. Kegiatan ini berlangsung
selama 2 hari dengan membuat beberapa pola tas
dan dompet seperti yang termuat dalam gambar 4.

Gambar 1 Pelatihan dari DKLH Kota Kediri

Gambar 2. Peserta putra dan para narasumber

Gambar 4. Membuat pola dan menjahit tas

6. PEMANTAPAN HASIL KREATIFITAS


Pemantapan pelatihan kemampuan pada
peserta pelatihan dalam penguasaan materi
pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka
kreasi daur ulang dengan sangat baik. Setelah
diberi waktu kurang lebih 15 hari mereka
dikunjungi kembali untuk diminta menunjukan
hasil karya mereka. Hasil dari kunjungan ini adalah
Gambar 3. Peserta putri dan para narasumber mereka sudah bisa membuat tas dan dompet dengan
berbagai ukuran. Tahap akhir ini adalah evaluasi
Kegiatan selanjutnya adalah praktik pelaksanaan program dan evaluasi yang meliputi
pemisahan sampah. Pada pendampingan kali ini hasil keterampilan dalam membuat tas, kotak pencil
adalah pemisahan jenis sampah, pada tahap pertama dan taplak. Bila dilihat dari peserta yang mengikuti
adalah memilih sampah plastik bekas detergen unuk pelatihan ini mereka sudah dapat menyelesaikan
digunakan kerajinan tas. Adapun langkah-langkah produk seni dengan baik, karena peserta telah
dasar pada daur ulang sampah plastik dengan cara dibekali dasar menjahit sehingga mereka tidak
mencuci kemasan plastik.Sebelum kemasan plastik begitu banyak mendapatkan kesulitan, hanya
dimanfaatkan menjadi aneka produk atau kerajinan tinggal menyesuaikan desainnya saja sesuai dengan
yang bernilai guna, lebih baik bungkus dibersihkan pola yang telah diinginkan. Berdasarkan hasil
dengan cara mencucinya terlebih dulu. Setelah evaluasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
bungkus bersih, dijemur lalu dilap sampai bersih program pengabdian masyarakat tentang
dan kering. ”Pendampingan Pelatihan Daur Ulang Sampah
Plastik” dapat dikategorikan berhasil, hal ini dapat

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 11


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

dilihat dari hasil kerajinan yang mereka selesaikan. Pengabdian Masyarakat khususnya karena telah
Evaluasi hasil akhir dilakukan selama latihan yaitu memberikan bantuan tempat pemilahan sampah,
kepada seluruh peserta dengan menggunakan dan mesin jahit serta panitia pelaksana yang telah
kriteria/indikator keberhasilan untuk penilaian bekerja dan menyiapkan serta menyelenggarakan
pemanfaatan limbah anorganik plastik kemasan kegiatan ini dengan baik sehingga kegiatan P2M ini
menjadi produk seni kerajinan seperti celemek, berlangsung sesuai dengan harapan.
sandal, taplak, tudung saji, tas atau dompet dan Disamping itu tim pengabdi juga
lain-lain. Sedangkan evaluasi kegiatan ini secara mengadakan evaluasi terhadap perilaku dalam
keseluruhan dilakukan setelah peserta diberikan menangani sampah sebagaimana dikemukakan
pelatihan dan menghasilkan suatu produk seni dalam pelatihan. Para anggota divisi kebersihan
kerajinan. pondok telah mencoba mengklasifikasi sampah
Kriteria atau indikator keberhasilan program menurut materinya dan mendaur ulang sampah
pelatihan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: untuk digunakan kembali pada Pondok Pesantren
Al Hikmah Purwoasri Kediri. Pada hal ini
Tabel 2. Indikator Keberhasilan dalam Evaluasi kelompok divisi kebersihan pondok yang terdiri
NO KRITERIA INDIKATOR TOLAK UKUR dari 25 orang telah mempraktikan pengelompokan
Bahan yang sampah. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
a. Limbah plastik
digunakan dapat
Variasi
b. Renda (bis ban)
menghasilkan seni berikut.
1. c. Busa a. Memilah-milah sampah organik dan
Bahan kerajinan seperti
d. Benang
e. Pita
celemak, sandal, anorganik. Untuk sampah anorganik dipisah-
table mat. pisahkan antara kertas, plastik dan sampah
a. Ukuran Setiap hasil
Variasi b. Oval kerajinan harus
kaca dan kimia lainnya, seperti bekas lampu,
2. bekas baterai dll.
Desain c. Bulat sesuai dengan jenis
d. Persegi seni kerajinan. b. Untuk sampah kertas yang paling banyak
Keserasian Bahan ditemukan, sebelumnya dibakar sekarang
variasi yang
Keserasian a. Warna
digunakan sesuai
diberikan pada pengepul kertas untuk didaur
3. (kombinasi b. Penggunaan pita, ulang, sehingga dengan kegiatan ini
dengan variasi
assesories) dan payet
bentuk seni mengurangi penggunaan bahan baku kertas
kerajinan. dalam pembuatan kertas. Hal ini menjadi titik
fokus dari pelatihan tersebut.
c. Sedangkan untuk sampah plastik dibuat aneka
kerajinan sepertit as, dompet dan tempat
koran. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya
yang telah ditunjukkan para santri putri yang
banyak menghasilkan tas dan dompet serta
kotak pensil.

7. KESIMPULAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini berjalan atas bantuan P3M STAIN Kediri yang
memfasilitasi terwujudnya program pelatihan ini.
Gambar 5. Produk hasil daur ulang
Kegiatan pelatihan daur ulang sampah plastik
menjadi produk kerajinan tangan diikuti oleh 28
Tingkat keberhasilan ini dilakukan melalui
santri pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri
evaluasi dengan menggunakan pedoman sebagai
Kediri. Kegiatan ini berlangsung selama 22 hari.
berikut:
Mereka dilatih secara mendalam agar dapat
Tabel 3. Pedoman keberhasilan
memproduksi kerajinan tangan dari pengolahan
NO RENTANGAN KATEGORI
sampah plastik. Seluruh kegiatan pada hakikatnya
1. 85 – 100 % Berhasil berlangsung dengan lancar dan baik. Dari kriteria
2. 50 – 84 % Sedang yang diberikan telah dilakukan evaluasi dengan
3. 0 - 49 % Kurang berhasil hasil sebagai berikut:
1. Untuk kriteria variasi bahan dapat diberikan
Evaluasi akhir dari kegiatan pengabdian skor 85 yang berarti bahan yang digunakan
pada masyarakat di Pondok Pesantren Al Hikmah dapat menghasilkan seni tas, dompet dan tas
Purwoasri Kediri ini secara umum dapat berhasil belanja.
atas dukungan dan kerjasama antara pengurus 2. Untuk variasi desain mendapatkan skor 75
pondok pesantren dalam hal ini adalah bapak dan dengan arti bahwa variasi desain masih sangat
ibu Nyai, para santri putra dan putri dan Lembaga sederhana alias sedang.

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 12


Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Vol. 2 No. 2 Oktober 2018 – e. ISSN: 2550-0821

3. Untuk kriteria keserasian adalah dalam [4]. Hasil observasi lapangan tanggal 23 Maret
kategori 82 dengan penilaian sedang. 2017
[5]. E. Suharto,2005. Membangun Masyarakat
Dapat disimpulkan untuk ketiga kategori adalah Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika
mendapatkan kriteria sedang dengan skor rata-rata Aditama.hlm. 93.
80. Hal ini berarti masih diperlukan pendampingan [6]. Deptan. 2009. Pedoman Pengabdian kepada
kembali dimasa yang akan datang untuk dapat Masyarakat 2009. Jakarta : Ditjen Dikti
membuat kerajinan yang lebih bagus lagi. Depdiknas.
[7]. Laurike Moeliono & Adi D. 2004.
DAFTAR PUSTAKA Pendampingan bagi Anak Jalanan Menurut
[1]. http://www.cnnindonesia.com/gaya- Pendamping Anak Jalanan, Jakarta: Save
hidup/20160222182308-277- The Children
112685/indonesia-penyumbang-sampah- [8]. Wiryasaputra,Totok S, 2006. Ready To Care
plastik-terbesar-ke-dua-dunia/diakses : Pendampingan dan Konseling
tanggal 20/3/2017 jam 19.00 Psikologi.Yogyakarta : Galang Press.
[2]. http://www.klikdokter.com/info- [9]. Lobo,Albertina Nasri. 2008. Proses
sehat/read/2697192/berapa-lama-sampah- Pendampingan, Fisip UI.
plastik-dapat-terurai diakses tanggal [10]. Adi2005, 77
20/3/2017 jam 20.00 [11]. Suharto 2005, 101
[3]. Undang-U ndang No. 18 tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah

Forum Dosen Indonesia (FDI) - DPD Jatim 13

Anda mungkin juga menyukai