Anda di halaman 1dari 9

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN

SAMPAH MENJADI LANDMARK ECOBRICK

Rizqiyanabila1, Mita Adilla Kania1, Ahmad Naufal Ilmi2, Rofiah Fauzilah2, Tri Widyaningsih2,
Imam Ardiansyah2, Nova Yukhanita2, Sayekti Dwi Rahayu2, Tanca Wahidin3, Silfiyani4, Mahesti
Sri Utami5
1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pekalongan
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pekalongan
3
Fakultas Hukum, Universitas Pekalongan
4
Fakultas Pertanian, Universitas Pekalongan
5
Fakultas Kesehatan, Universitas Pekalongan

Email: rizqiyanabila09@gmail.com

Abstrak
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan wujud nyata dari mahasiswa jenjang S1 dalam
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni aspek pengabdian. Melalui kegiatan pengabdian kepada
masyarakat khususnya Desa Ketitangkidul, maka terjadi sinergi antara perguruan tinggi dengan masyarakat
sebagai wujud knowledge demokrasi. Tujuan pengabdian ini adalah memberikan pemahaman kepada
masyarakat setempat tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah
sembarangan, dan wawasan mengenai pengolahan sampah menjadi nilai guna. Pengabdian ini dilakukan
melalui kegiatan sosialisasi dan pembuatan ecobrick menjadi landmark Desa Ketitangkidul. Metode
sosialisasi ini menggunakan metode ceramah dan praktik langsung pembuatan ecobrick. Hasil yang
diperoleh yaitu warga dapat memahami pentingnya pengelolaan sampah yang dibuat menjadi ecobrick dan
cara pembuatannya. Diharapkan kegiatan ini dapat terus berlanjut ke depannya, dan warga dapat menjadi
kader inisiasi pengelolaan sampah plastik di Desa Ketitangkidul.
Kata Kunci: KKN; Ecobrick; Desa Ketitangkidul.

Abstract
Real Work Lectures (KKN) are a real manifestation of undergraduate level students implementing
the Tri Dharma of Higher Education, namely the service aspect. Through community service activities,
especially Ketitangkidul Village, there is synergy between universities and the community as a form of
democratic knowledge. The aim of this service is to provide local communities with an understanding of
the importance of protecting the environment by not throwing rubbish carelessly, and insight into processing
waste into useful value. This service is carried out through socialization activities and making ecobricks
into landmarks for Ketitangkidul Village. This socialization method uses lecture methods and direct practice
in making ecobricks. The results obtained are that residents can understand the importance of managing
waste that is made into ecobricks and how to make it. It is hoped that this activity can continue in the future,
and residents can become cadres initiating plastic waste management in Ketitangkidul Village.
Keywords: KKN; Ecobricks; Ketitangkidul Village.
PENDAHULUAN
Permasalahan lingkungan merupakan salah satu isu global (mendunia), hampir semua
elemen masyarakat menyadari akan hal tersebut. Salah satu masalah lingkungan yang terjadi di
masyarakat Desa etitangkidul yakni menumpuknya sampah yang dihasilkan oleh warga.
Bermacam-macam sampah yang dihasilkan oleh aktivitas warga setiap harinya, misalnya sampah
plastik, kain, kertas dan lain sebagainya.
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Dengan kata
lain, sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, atau sesuatu yang dibuang
dan berasal dari kegiatan manusia. Saat ini masalah sampah menjadi masalah yang sulit ditangani
baik di kota maupun di desa, seperti halnya di Desa Ketitangkidul.
Pengelolaan sampah di Desa Ketitangkidul masih menggunakan sistem lama dimana
sampah dikumpulkan lalu diangkut hingga sampai ke TPA bahkan ada yang langsung dibakar di
halaman rumah masing-masing atau lingkungan area sungai dusun. Padahal di desa tersebut
terdapat adanya bank sampah yang dapat membantu dalam mengelola sampah di Desa
Ketitangkidul. Namun, dalam pengelolaannya bank sampah hanya menerima sampah anorganik
tertentu yang dapat diolah seperti botol air mineral saja. Sedangkan sampah anorganik lainnya
seperti sampah plastik, masyarakat cenderung langsung membuangnya ke sungai atau
membakarnya. Padahal sampah anorganik berupa plastik sulit terurai dan membutuhkan waktu
lama dalam proses penguraiannya.
Menurut Hadi (2018) dalam Andriastuti, Arifin, dan Laili (2019), Timbulan plastik hanya
10-15% saja yang telah didaur ulang, 60-70% ditimbun di tempat pembuangan akhir, dan 15- 30%
belum terkelola sampai terbuang ke lingkungan terutama perairan seperti sungai, danau, pantai,
dan laut. Sampah anorganik berupa plastik pada umumnya sulit untuk didegradasi dan
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, seperti pencemaran air dan tanah. Sehingga perlu
dilakukan upaya mengelola sampah plastik.
Tim II Mahasiswa KKN Tematik UNIKAL Desa Ketitangkidul, mempunyai terobosan
untuk menanggulangi masalah sampah tersebut melalui pembuatan landmark ecobrick. Ecobrick
merupakan teknik pengelolaan sampah plastik yang terbuat dari botol-botol plastik bekas yang
didalamnya telah diisi berbagai potongan kecil-kecil sampah plastik hingga penuh, lalu dipadatkan
sampai menjadi keras, kurang lebih seberat 200 gram. Dengan terobosan ini, mahasiswa KKN dan
warga setempat dapat menerapkan ecobrick untuk mengurangi sampah plastik.
Adapun tujuan dari program pengabdian masyarakat kali ini yakni, untuk memberikan
pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat di Desa Ketitangkidul sebagai upaya
penanggulangan sampah plastik menggunakan metode ecobrick. Di samping itu, tujuan jangka
panjang dari program ini yaitu membentuk kemandirian masyarakat dalam bidang pelestarian
lingkungan sebagai terobosan baru di desa dengan menjadikan suatu produk yang bernilai guna
dan mengandung nilai estetika.

METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan program kerja ini yaitu, dengan metode
ceramah, dan praktek langsung.
Langkah 1. Metode Ceramah (Materi)
Metode ceramah merupakn metode penyampaian langsung berupa materi kepada audien.
Metode ini dipilih untuk menyampaikan konsep tentang sampah plastik, bahaya pencemaran
sampah limbah plastik bagi kehidupan, dan pengelolaan sampah plastik melalui pembuatan
ecobrick. Setelah metode ceramah, dilanjutkan dengan praktek langsung pembuatan ecobrick
kepada masyarakat setempat. Melalui praktek langsung pembuatan ecobrick ini, masyarakat
diharapkan memiliki keterampilan membuat ecobrick sehingga dapat membuat ecobrick sendiri
dan nantinya dikumpulkan pada waktu yang telah ditentukan oleh mahasiswa tim II KKN
UNIKAL.
Langkah 2. Praktek Pembuatan Ecobrick
Setelah mendengarkan materi melalui Praktek Pembuatan Ecobrick, pada kegiatan
pengabdian ini melibatkan kader PKK, Karang Taruna, IPNU IPPNU, anak-anak MI, dan warga
tiap RT yang ada di Desa Ketitangkidul. Sedangkan mahasiswa KKN akan membantu dalam
pendampingan pembuatan ecobrick hingga praktek pembuatan berakhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampah merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan, karena sukar terurai
dan mengganggu ekosistem lingkungan bahkan aktivitas warga setempat terganggu karena
merusak pemandangan dan menimbulkan bau tak sedap. Salah satu cara alternatif pengolahan
sampah yaitu ecobrick. Ecobrick merupakan teknik pengelolaan sampah plastik yang terbuat dari
botol-botol plastik bekas yang didalamnya telah diisi berbagai potongan kecil-kecil sampah plastik
hingga penuh, lalu dipadatkan sampai menjadi keras, kurang lebih seberat 200 gram.
Proses pembuatan yang mudah dan sangat hemat biaya, serta bahan-bahan yang digunakan
pun mudah ditemukan di lingkungan sekitar menjadi salah satu keunggulannya. Adapun bahan
yang dibutuhkan dalam pembuatan ecobrick berupa botol plastik bekas dan sampah-sampah
plastik seperti, plastik jajanan, sabun deterjen, kopi dan sebagainya. Sedangkan alat yang
digunakan berupa tongkat dan gunting. Namun, dalam pemilihan botol plastik bekas untuk
ecobrick diusahakan memiliki ukuran yang sama. Hal ini dimaksudkan agar lebih memudahkan
dalam pembuatan suatu karya sehingga akan terlihat lebih rapi dan susunannya lebih mudah karena
sama.
Adapun langkah-langkah pembuatan Ecobrick sebagai berikut. 1) Siapkan berbagai macam
sampah plastik baik plastik kresek, kemasan, sedotan, jajan, dan lain-lain. Pastikan semuanya
kering, tidak mengandung air sama sekali. Jika sampahnya kotor perlu dilakukan pencucian, dan
apabila sampahnya basah perlu melalui tahap penjemuran. 2) Pilih botol plastik (misalnya kemasan
air mineral). Diusahakan bentuk dan ukurannya sama karena akan mempengarungi dalam proses
pemasangan atau penyatuan ecobrick lainnya menjadi suatu benda. 3) Siapkan tongkat kecil,
fungsinya untuk mendorong plastik ke dalam botol. Usahakan pilih tongkat kecil yang pas dengan
ukuran botolnya dan paling nyaman, misalnya terbuat dari kayu atau bambu. 4) Pastikan tidak ada
logam, kertas, gelas, dan plastik bio-degradable (plastik yang bisa terurai). 5) Mulailah dengan
memasukkan sampah plastik berwarna yang sudah dipotong kecil-kecil. Plastik berwarna ini akan
memberikan warna yang artistik saat ecobrick ‘dibangun’. 6) Mulailah untuk mendorong plastik-
plastik tersebut dengan tongkat kecil. Pastikan benar-benar padat, tetapi jangan terlalu keras karena
jika terlalu keras akan merusak botol plastik. 7) Timbanglah ecobrick yang telah dibuat. Rata-rata
berat untuk botol 600 ml adalah 200gram dan untuk botol 1.500 ml adalah 500 gram.
Tim II KKN UNIKAL Desa Ketitangkidul melakukan program kerja (proker) ecobrick ini
dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan. Dimulai dengan sosialisasi ecobrik kepada kader
Karang Taruna, IPNI IPPNU, anak MI, dan warga tiap RT pada minggu pertama setelah penerjunan
KKN. Kemudian, dilanjut dengan pembuatan dan pengumpulan ecobrick warga pada minggu
kedua dan ketiga di posko 2 KKN Desa Ketitangkidul. Pada minggu keempat, Tim II KKN Desa
Ketitangkidul dan warga sekitar melakukan pemasangan sekaligus persmian landmark Desa
Ketitangkidul secara simbolis yang dihadiri oleh pejabat UNIKAL, kepala desa dan jajarannya,
serta peserta KKN UNIKAL se-kabupaten Pekalongan.
Kegiatan proker ini dilakukan secara bertahap dengan tujuan memberikan pemahaman
tentang ecobrick terlebih dahulu kepada masyarakat, kemudian menanamkan kesadaran
masyarakat desa mengenai sampah yang dapat didaur ulang menjadi nilai guna. Sehingga,
diharapkan kegiatan ini akan terus berlanjut ke depannya dengan hasil yang lebih maksimal.
Tim II KKN UNIKAL Desa Ketitangkidul memilih proker ini dengan alasan untuk
mengurangi sampah yang ada di sekitar aliran sungai desa, dan menyadarkan masyarakat
mengenai dampak sampah terhadap lingkungan, serta pengelolaan sampah menjadi nilai guna.
Pemilihan landmark tulisan “Desa Ketitangkidul” dengan ecobrik juga terdapat tujuaannya yakni,
menjadikan ikon desa itu sendiri, dan mengenalkan bahwa lokasi tersebut merupakan wilayah
Desa Ketitangkidul.

Gambar 1. Sosialisasi ecobrick bersama para kader Desa Ketitangkidul.

Gambar 2. Sosialisasi ecobrick bersama para anak-anak MIS Desa Ketitangkidul.


Pada dasarnya pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan metode 4R (Reduce, Reuse,
Reycle, Replace). Proses pengelolaan sampah diawali dengan melakukan pemilahan sampah, yaitu
memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik, ataupun sampah plastik, kaca, dan
kaleng guna mempermudah dalam proses pengolahannya. Metode reduce merupakan metode
dengan prinsip mengurangi sampah dan menghemat pemakaian agar tidak menimbulkan sampah
yang berlebihan. Metode ruduce dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa menggunkan tas
belanja dibanding penggunaan plastik kresek.
Kemudian, metode reuse atau menggunakan kembali, yang memiliki makna menggunakan
kembali sampah yang masih bisa dimanfaatkan. Sebagai contohnya yakni menggunakan botol air
mineral untuk botol air minum. Sedangkan recycle yaitu mendaur ulang sampah yang masih bisa
didaur ulang, dan replace merupakan metode dengan menghimbau kepada warga supaya
meminimalisasi penggunaan produk atau barang, contohnya tisu dengan cara mengganti sapu
tangan.
Adapun pemanfaatan sampah plastik menjadi ecobrick dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah penumpukan sampah terkhusus sampah plastik. Ecobrick yang telah dibuat dapat
dimanfaatkan menjadi berbagai jenis kerajinan, seperti meja, kursi dan sebagai pengganti batu
bata. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lubis dan Erizal dalam Handayani (2022), yang
melakukan analisis kuat tekan dan lentur dinding didapatkan hasil kuat tekan dinding pasangan
bata dengan plesteran lebih tinggi dibandingkan didnding ecobrick, yang mana kekuatan tekan
pasangan bata sebesar 2,38 MPa dan ecobrick sebesar 1,31 Mpa. Namun, kuat lentur dinding
ecobrick lebih tinggi dibandingkan pasangan bata, dengan nilai kekuatan lentur ecobrick sebesar
1,23 Mpa sedangkan dinding bata sebesar 1,18 Mpa. Selain itu, biaya pembuatan dinding dari
ecobrick lebih hemat biaya 38% dibandingkan pembuatan dinding dari bata, di mana untuk 1 m2
dinding dari ecobrick sebesar RP. 159.000, sedangkan biaya pembuatan bata dengan tebal 0,5 bata
sebesar Rp. 207.200
Gambar 3. Proses peresmian simbolis landmark ecobrick Desa Ketitangkidul.

Gambar 4. Proses peresmian simbolis landmark ecobrick Desa Ketitangkidul.

Menurut Setyanto dan Bernandus dalam Handayani (2022), terdapat banyak kelebihan dari
ecobrick, di antaranya:
1. Mengurangi jumlah sampah plastik di lingkungan sekitar
2. Membuat lingkungan menjadi sehat dan asri karena berkurangnya sampah plastik
3. Biaya pembuatan ecobrick sangat murah, mudah, praktis, dan sederhana, sehingga dapat
dipraktikan semua orang tanpa memerlukan ketramplan khusus
4. Ecobrick lebih bersih dibandingkan dengan batu konvensional.
5. Ecobrick memiliki ketahan usia yang cukup lama, karena materialnya yang terbuat dari plastik
6. Berat ecobrick jauh lebih ringan dibandingkan dengan berat batu bata konvensional, yang mana
ecobrick memiliki berat sekitar 200gram dan untuk batu bata dapat mencapai 500 gram.
Selain memiliki kelebihan, ecobricks juga memiliki beberapa faktor kelemahan yang dapat
mempengaruhi kekuatan dan usia ecobricks. Menurut Andriastuti, dkk. dalam Handayani (2022),
faktor-faktor tersebut sebagai berikut.
1. Ecobricks tidak boleh terkena panas secara langsung sehingga, diperluka pelindung untuk
menghalangi ecobricks dari panas secara langsung.
2. Beban yang ditahan ecobricks tidak boleh melebihi kekuatan daya tekan ecobricks sehingga,
ecbricks tidak mudah rusak
3. Semakin kecil ukuran plastik yang masuk ke dalam botol PET dan semakin lurus bentuk botol
maka ecobricks yang dihasilkan akan semakin kuat. Hal tersebut dikarenakan ketika semakin kecil
ukuran plastik dan semakin lurus botol PET, maka semakin besar plastik tersebut memenuhi ruang
botol. Botol PET yang tidak lurus atau memiliki banyak garis lengkungan yang banyak, maka
dapat menyebabkan tidak terpenuhinya sampah plastik yang mausk ke dalam botol sehingga akan
mempengaruhi kekuatan ecobricks dalam menahan beban.

SIMPULAN
Ecobrick merupakan salah satu alternatif dalam pengelolaan sampah plastik menjadi benda
yang bermanfaat dan bernilai estetik dengan proses pembuatan yang mudah dan biaya murah.
Ecobrick dapat mengurangi pencemaran lingkungan, karena fungsi ecobrick sendiri yaitu untuk
mendaur ulang sampah plastik menjadi nilai guna. Kegiatan sosialisasi ini meningkatkan
pengetahuan warga Desa Ketitangkidul mengenai bahaya sampah terhadap lingkungan, dan
meningkatkan kesadaran warga mengenai pentingnya pengelolaan sampah plastik menjadi nilai
guna. Sehingga, dengan kegian ini diharapkan dapat berlanjut ke depannya, dengan cara
mengadakan pertemuan setiap bulan untuk membuat ecobrick secara Bersama-sama agar tidak
membosankan. Selain itu, diharapkan kegiatan sosialisasi juga dapat dikembangkan ke setiap RW
dan RT di Desa Ketitangkidul sehingga semakin banyak masyarakat yang mengetahui pentingnya
pengelolaan sampah dengan yang dibuat menjadi ecobrick.
DAFTAR PUSTAKA
Aliyyah, Rusi Rusmiati, Rahmawati, dkk. 2021. Kuliah Kerja Nyata: Pengabdian Kepada
Masyarakat Melalui Kegiatan Pendampingan Pendidikan. Jurnal Masyarakat Mandiri
http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm Vol. 5, No. 2, April 2021, Hal. 663-676.
Andriastuti, Bella Tri, Arifin, dan Laili Fitria. 2019. Potensi Ecobrick Dalam Mengurangi Sampah
Plastik Rumah Tangga Di Kecamatan Pontianak Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan
Basah, Vol. 07, No. 2, 2019: 055 – 063.
Fauzi, Muhammad, Eni Sumiarsih, dkk. 2020. Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan
pembuatan ecobrick sebagai upaya mengurangi sampah plastik di Kecamatan Bunga Raya.
Riau Journal Of Empowerment Volume 3 (2), 87-96.
Handayani, Emi, Cipta Adhi S, dkk. 2022. Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Ecobricks dalam
Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Bina Desa Volume 4 (2) (2022) 157-164.
Islama, Dini, Mai Suriani. 2022. Edukasi Ecobrik Sebagai Upaya Penanggulangan Sampah Plastik
Di Sekolah Dasar Negeri 6 Meulaboh, Aceh Barat. Jurnal Abdi Insani Volume 9, Nomor
3, September 2022.
Lubis, Fazrina Andriani Sakinah, dan Erizal. 2021. Ecobrick Sebagai Solusi Dinding
Nonstruktural Ramah Lingkungan. Jurnal Teknik Sipildan Lingkungan Vol. 06 No. 02.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah.
Widiyasari, Ririn, Zulfitria, Salsabila Fakhirah. 2021. Pemanfaatan Sampah Plastik Dengan
Metode Ecobrick Sebagai Upaya Mengurangi Limbah Plastik. Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat
E-ISSN: 2714-6286.

Anda mungkin juga menyukai