Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL

Nama Diah Rakatini Ningsih


NIM: 02011182227060
Kelas: Antropologi Budaya (B) Indralaya
Judul: Eskalasi Politik Identitas di Tahun Politik: Sebuah Refleksi Antropologis
Penulis Prof. Dr. A,A Ngurah Anom Kumbara, MA
Reviewer Diah Rakatini Ningsih
Tanggal 08 April 2023

Abstrak Jurnal yang berjudul “Eskalasi Politik Identitas di Tahun Politik:


Sebuah Refleksi Antropologis” ini langsung menjelaskan tentang topik
yang akan di bahas oleh penulisnya, sehingga dapat mempermudah
pembaca untuk langsung memahami isi dari jurnal tersebut.
Abstrak dari jurnal ini berisi tentang kekhawtiran eskalasi politik
identitas dalam panggung politik lokal maupun nasional. Serta bertujuan
untuk membahas sebuah “Refeleksi antopologis menyikapi yang
menguatnya eskalasi politik identitas pada tahun politik dengan
menguraikan hasrat kuasa manusia dan instrumentalisasi serta
mobilisasi identitas dalam konstestaso politik nasional.” Melalui refleksi
innilah antropologi dapat menegaskan bahwa posisi intelektualnya dalam
percaturan politik dan kebudayaan yg semakin dinamis.

Pengantar Pengantar pada jurnal ini menjelaskan tentang potensi bahwa


berbahayanya politik identitas yang sulit diprediksikan. Yang dimana hal
ini terlihat nyata dalam fenomena Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017
yang berhasil membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia bahwa
politik identitas tidak pernah padam dalam arena perpolitikan di
Indonesia ini.
Ditambah lagi dengan situasi politik indonesia saat ini sedang rentang
akan sebuah isu SAR. Perbedaan yang tadinya saling melengkapi menjadi
saling berhadapan. Kebhinekaan dan keberagaman ras, suku, dan agama
yang sejak dulu menjadi identitas bangsa Indonesia sekarang sedang
terancam. Masalah politik identitas yang lebih fundamental adalah
resiprokalitas hubungan etnisitas-agama dengan nasionalisme, negara-
bangsa, dan demokrasi. Namum politik identitas tidak mesti selalu
dianggap buruk dan membahayakan demokrasi, meskipun peluang
melahirkan politik yang beradab sepertinya jauh lebih besar. Hipokrisi
(kemunafikan) sosial dan vigilantilisme (Ujaran kebencian) hadir
beriringan dengan menguatnya esklasi politik identitas terutama pada
tahun-tahun politik . Isu SARA ini dikapasitasi , dimobilitasi,dan
diinstrumentalisasi begitu pula demikian kepentingan pragmatis elektoral
yang dapat melemahkan energi bahasa indonesia untuk menatap adanya
masa depan kehidupan berbangsa dn bernegara yang lebih baik.

Metode Penelitian Metode penelitian yang diguankan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian
historis. Dimana data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, bukan
angka-angka. Penulis juga menggunakan kejadian ataupun suatu keadaan
yang terjadi pada masa lampau untuk meramaikan kejadian atau keadaan
masa yang akan datang.
Hasil Penelitian Hasil penelitian dari jurnal ini menyatakan bahwa identitas tidak lagi
disusun berdasarkan watak-watak primordial. Tetapi dinegosiasikan
secara terus-menerus dalam berbagai konteks yang sifatnya situasional.
Kuatnya pengaruh imperialisme dan kolonialisme dalam pembentukan
identitas suatu etnis atau bangsa dengan skema dikotomis superior-
inferior, in group-out group, beserta segala ketidaksetaraan dan
ketidakadilan didalamnya akhirnya memicu lahirnya gerakan-gerakan
perlawanan berbasis identitas. Hasrat terbebas dari belenggu kekuasaan
bangsa lain dan membangun kekuasaanya sendiri, juga terjadi dalam
perlawanan yang dilakukan bangsa indonesia pada penjajah. Sentiment
kebangsaan pun dibangun untuk menggerakkan semangat perlawanan,
seperti deklarasi “Sumpah Pemuda” yang menjadi momentum sejarah
untuk menyatukan berbagai identitas dalam satu konsesus nasional, yakni
satu tanah air, satu bangsa, dan satu Bahasa.
Selanjutnya peran Antropologi “Membaca Politik Lokal Bali” Dirje
Kebudayaan, kementrian pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Hilman
Farid, pernah mengatakan, “Kajian yang lebih mendalam mengenai
politik local kini amat diperlukan, disinilah perlu pendekatan budaya
untuk menggali faktor-faktor yang bermain di belakang gejala yang
Nampak di permukaan”. Dimana dapat disimpulkan bahwa minat
antropologi pada hal hal kecil yang terlihat biasa dan sepele, justru bisa
melihat hal-hal besar yang lebih kasar mata.
Secara subtantif, politik identitas dikaitkan dengan kepentingan
anggota-anggota sebuah kelompok social yang merasa diperas dan
tersingkir oleh dominasi arus besar dalam sebuah banga atau negara. Jadi,
pertanyaan yang mendasar perlu dijawab dalam studi politik identitas
mencakup:
- Identitas kelompok dalam perbedaan dan hubunganya dengan
kelompok-kelompok yang lain.
- Marjinalisasi yang dialam kelompok
- Bagaimana kelompok yang termarjinalkan ini melakukan gerakan
politik untuk memperjuangkan kepentinganya, seluruh
pertanyaan tersebut merupakan dinamika organisasi sosial
sebagai unsur budaya univerisal yang telah menjadi konteks
antropologi dan sosiologi selama ini.
Dalam konteks politik identitas, desa pakraman menjadi insitusi yang
secara langsung ataupun tidak, berpotensi melakukan politik perbedaan
dengan yang lain di luar anggotanya. Namun problematika identitas
dalam hubungan negara (pluralism) justru muncul ketika desa pakraman
merespons isu-isu ataupun pristiwa yang melibatkan pihak luar. Dimana
terlihat dalam contoh nyata yaitu prasangka etnisitas dan agama yang
menguat pasca-pristiwa Bom Bali 1 (12 Oktober 2002). Menguatnya
prasanga etnis (dan agama) serta stigmatisasi etnisitas (oran Bali terhadap
the other).
Membawa politik local Bali menunjukan pentingnya peran antropologi
dalam menyediakan catatan etnografi mengenai identitas budaya suatu
kelompok. Bagaimana kelompok dibentuk melalui ikatan bio-sosiologis.
Nilai-nilai, dan symbol-simbol dalam perbedaan dan interaksinya dengan
kelompok lain.
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini membicarakan tentang persoalan politik
identitas yang sedang melanda bangsa ini. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa politik identitas pada taraf yang paling membahayakan akan
menganggu stabilitas keamanan nasional. Hubungan antar ras, etnis,
budaya, dan agama penuh dengan prasangka. Bahkan melahirkan
kebencian. Namun, juga tidak sedikit catatan sejarah yang menunjukan
bahwa politik identitas mampu menjadi kekuatan penggerak perjuangan
untuk mewujudkan keadilan social.
Kekuatan 1. Abstrak yang ditulis mudah dimengerti sebab penulis hanya
memberikan point yang akan diteliti
2. Penulisnya detail dalam memberikan informasi dalam jurnal,
seperti pendapat ahli dan historis sejarah masa lampauya
3. Penggunaan Bahasa dan analisis yang digunakan penulis mudah
dipahami
4. Teori dan model analisis yang digunakan begitu tepat

Kelemahan 1. Penulisnya kurang lengkap karna dalam menyimpulkan semua


keseluruhan isi dari jurnal yang akan dibahas ini

Anda mungkin juga menyukai