Anda di halaman 1dari 9

IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL

KONSEP IDENTITAS NASIONAL


 Identitas nasional, menurut Buchari (2014) memungkinkan
individu-individu dan komunitas-komunitas yang berbeda
untuk menyatukan dalam suatu bingkai bernama komunitas
politik dan menganggapnya sebagai jati diri untuk
kemudian membentuk rasa setia.
 Identitas ini merupakan hasil kebudayaan kolektif majemuk
yang berkembang dan berkelanjutan antara kebudayaan-
kebudayaan yang berbeda, saling menghargai dan
melengkapi kepentingan bersama.
FAKTOR PENDUKUNG IDENTITAS NASIONAL
Teori munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil
interaksi historis antara empat faktor (Manuel Castel dalam Suryo,
2002):
1. Primer : Etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan sejenisnya
2. Pendorong: Pembangunan komunikasi dan teknologi
3. Penarik : Kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi,
tumbuhnya birokrasi, pemantapan sistem pendidikan.
4. Reaktif : Penindasan, dominasi, & pencarian identitas
alternatif.
Faktor Obyektif: Geografis, ekologis, demografi &
Subyektif: Historis, sosial, kebudayaan
Kodifikasi: penggabungan
AKAR IDENTITAS NASIONAL
 Nasionalisme lama: tumbuh sejak zaman kerajaan-
kerajaan di nusantara, mulai dari Sriwijaya oleh Syailendra
di Palembang, Airlangga, Majapahit dan seterusnya.
 Nasionalisme modern: dirintis oleh gerakan pejuang
kebangkitan nasional sejak awal abad 19 hingga dicetuskan
Sumpah Pemuda 1928, dan membentuk identitas bangsa
dan negara Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Nasionalisme merupakan suatu sikap politik atau pemahaman dari
masyarakat suatu bangsa yang memiliki keselarasan kebudayaan
dan wilayah. Juga memiliki kesamaan cita-cita dan tujuan sehingga
timbul rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal
maupun eksternal.
NASIONALISME
 Suatu paham bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan
kepada negara-kebangsaan (Syam, 2009).
 Gejala sosio-politik yang berkembang secara dialektik, berakar di
masa silam serta tumbuh dan berkembang yang akhirnya terwujud
semangat persatuan dengan dasar cita-cita hidup bersama dalam
satu negara nasional (Bakry, 2014).
 My Nationalism is Humanity (Gandhi dalam Soekarno, 1945)
1 rasa cinta tanah air seorang individu, yang rela berkorban untuk
bangsa
2 proses sejarah membentuk karakter nasionalis sedemikian rupa,
kemudian bersatu karena rasa yang sama melawan penjajah dan merdeka
(tidak hanya jawa, islam)
 Sempit = realisme jinggoisme chauvinisme atau Luas =
kosmopolitanisme internasionalisme, Nasionalisme is Humanity
bukan Nasionalisme Expansif
 Paham nasionalisme Indonesia tidak bersifat sempit = realisme
(ras diri sendiri paling unggul), jingoisme (mengagungkan
kebesaran dan kekuasaan negeri sendiri), ataupun chauvinisme
(sifat patriotik berlebihan), atau sebaliknya nasionalisme
Indonesia tidak bersifat luas tak terbatas seperti kosmopolitanisme
(paham bahwa seseorang tidak perlu mempunyai
kewarganegaraan tetapi menjadi warga dunia atau paham terbesar
di seluruh dunia) ataupun internasionalisme (paham antarbangsa)
(Bay, 2014).

Melawan: penjajah / Dekoloni & Feodal / sistem


sosial/politik yang dijalankan oleh bangsawan/monarki
Bagaimana Nasionalisme sekarang? Seharusnya
Dekolonisasi = restorasi rezim meiji 1968
Kolonialisme: wajah baru penjajahan moril & kapitalisasi
Feodalisme: penjajahan Londo Ireng nasionalis gadungan Tunamoral &
Tunavisi
GLOBALISASI

• Negara terlalu kecil menyelesaikan berbagai masalah


global seperti perdagangan bebas, terorisme, human
tracfficking, global warming, dsb.
• Negara terlihat besar menyelesaikan masalah di daerah =
Jika sesuatu ditekan tentu akan ada luberan
• Memunculkan kebebasan, infiltrasi nilai-nilai baru =
berpengaruh pada rasa kebangsaan Ada positif dan negatif
Yudi Latif (2009)
IDENTITAS NASIONAL DALAM GLOBALISASI
 Globalisasi menciptakan gerakan trans nasional: termasuk
masuknya paham pemikiran Muhammadiyah, Nadlatul
Ulama, Islam fanatik, demokrasi liberal, ekonomi kapitalis,
komunis dsb.
 Permasalahan ketika globalisasi masuk kedalam politik
identitas adalah ketika politik identitas diartikan sebagai
politics of difference yang didasarkan pada pencarian
perbedaan, yaitu pencarian identitas yang memerlukan
garis perbedaan dengan yang lain.
Dalam hal ini yang harus diwaspadai bukanlah dialektika yang
tak terhindarkan antara identity dengan difference, tetapi
muncul kecenderungan untuk adanya satu identitas, maka yang
lain harus dihabisi/disingkirkan = rohinya,

KONSEP IDENTITAS
.

1.identitas yang diperkenalkan oleh sebuah institusi yang


mendominasi suatu masyarakat untuk merasionalisasikan dan
melanjutkan dominasinya terhadap aktor-aktor sosial, seperti
institusi suatu negara yang mencoba meningkatkan identitas
kebangsaan anggota masyarakat.
2. bentuk identitas baru yang dapat menentukan posisi baru dalam
masyarakat sekaligus mentransformasi masyarakat secara
keseluruhan. Hal ini misalnya, munculnya kelompok aktivis
feminisme yang berusaha membentuk identitas baru perempuan,
menegosiasi ulang posisi dan peranan perempuan dalam masyarakat.
Bisa juga kelompok identitas lain, seperti guy atau lesbian yang
keberadaannya ingin diakui oleh masyarakat.
3. proses pembentukan identitas oleh aktor-aktor yang dalam
kondisi tertekan oleh dominasi dari pihak lain sehingga membentuk
resistensi dan pemunculan identitas yang berbeda dari pihak
yang mendominasi untuk keberlangsungan hidupnya. Hal inilah
yang menjadi sebuah terminologi yang mengidentifikasikan
munculnya politik identitas.
ISTILAH POLITIK IDENTITAS
Istilah politik identitas menurut Benhabit (1996: 29):
Gerakan sosial 1970an di kapitalis demokratis dunia barat.
Gerakan seperti perempuan, otonomi etnis dan bahasa, hak
guy dan lesbian yang dipandang sebagai ekspresi nilai-nilai
sebagai bentuk pergeseran kehidupan.
POLITIK IDENTITAS
 Lukmantoro: Tindakan politik berdasarkan kesamaan
identitas (ras, etnis, gender, keagaman).
 Sri Astuti Buchari: Aktualisasi partisipasi politik dari akar
budaya.
 Manuel Castell: Partisipasi individual oleh psikologis
seseorang dan budaya.
Segala aktivitas dalam bernegara, termasuk dalam mengelola
kekuasaan suatu daerah/negara dengan berdasarkan pada
kesamaan identitas yang tercermin pada psikologis seseorang
dan budaya masyarakat (ras, etnis, gender, keagaman)
POLITIK? Pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau
kenegaraan, seperti sistem pemerintahan atau dasar
pemerintahan.
FORMAT POLITIK IDENTITAS
 Politik Identitas di Indonesia, Sri Astuti Buchari (2014)
Era reformasi ini dipicu oleh adanya demokratisasi dan
desentralisasi dalam konteks implementasi otonomi daerah
yang nyata
 Format politik identitas, menurut Latif (2009: 40)
Pemasukan nilai-nilai kebudayaan dalam kebijakan,
memisahkan wilayah pemerintahan, otonomi khusus,
bahkan separatis.
SENTIMEN KEBANGSAAN/ NASIONALISME
 Dimensi internal: yang merujuk pada kemampuan domestik
untuk menciptakan iklim kondusif bagi pemangunan
nasional, terutama konsesnsus nasional untuk memperkecil
bahkan meniadakan konflik-konflik internal.
 Dimensi eksternal: kemampuan nasional suatu negara
bangsa dalam menjalankan hubungan luar negerinya
dengan berbagai faktor negara lain.
 Paham Resorgimento: upaya pembebasan tekanan sosial
politik yang dihadapi kelompok/etnis untuk membentuk &
membangun rasa kebangsaan. (1945)
Paham integral: pembentukan & pembangunan paham
kebangsaan yang terus berkelanjutan dalam negara bangsa.
(1999: konflik daerah & sekarang: daerah dan negara).
NASIONALISME SEBAGAI BUDAYA
SANDINGAN
 Keterasingan identitas dalam bentuk lain akan terjadi
ketika romantisme masa lalu terus dibawa dalam kekinian
dan masa depan.
 Sejarah seakan menjadi buah simalakama ketika kesadaran
kebangsaan belum merupakan bagian yang integral dari
kebudayaan.
 Modifikasi nasionalisme pemuda dengan memanfaatkan
globalisasi yang mendasarkan nilai budaya dan
memanfaatkan bonus demografi.
budaya sandingan: Mempertahankan nilai budaya lama yang
diimprovisasikan perkembangan baru. Modifikasi: Menjadikan
pemuda nasionalis sebagai subyek dan obyek pembangunan
(kuantitas dan kualitas) = Pendidikan mental .
Demographic dividend: meningkatnya proporsi penduduk usia
produktif (15-64 th) Hasil proyeksi penduduk tahun 2010-
2035.2010, angka beban tanggungan sebesar 50,5 & 2028-2030
(Puncak demografi ), angka beban tanggungan diperkirakan 46,9
(BPS, 2014)

Anda mungkin juga menyukai