Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
Nasionalisme juga dapat diartikan sebagai semangat memiliki atau sifat dari
keinginan untuk berusaha mempertahankan identitas kelompok dengan
melembagakan dalam bentuk sebuah Negara. Nasionalisme dapat diperkuat
oleh ikatan persamaan ras, bahasa, sejarah dan agama, oleh karenanya
nasionalisme selalu terpaut dengan wilayah tertentu (Sambodo, 2008).
Nasionalisme sangat penting bagi keberlangsungan suatu negara.
Namun karena terbukanya gerbang globalisasi, kehidupan di Negara
Indonesiapun berubah. Kehidupan sosial yang ada di Indonesia saat ini tidak
dapat lepas dari pengaruh globalisasi. Hal itu juga berpengaruh tehadap
generasi muda. Dapat kita ketahui bahwa generasi muda sekarang telah jauh
berbeda dibandingkan generasi muda pada masa dulu. Nilai nasionalisme
yang tertanam pada diri pemuda Indonesia mulai luntur. Hal ini dapat
disebabkan karena pemuda lebih memilih melakukan hal hal yang menjadi
tuntutan mereka di era modern. Contohnya, mereka lebih memilih melakukan
hal hal yang menguntungkan bagi mereka. Karena globalisasi budaya luar
lebih mudah masuk kedalam masyarakat Indonesia dan mempengaruhi nilainilai nasionalisme yang ada dalam diri pemuda.
Globalisasi menurut bahasa berasal dari kata Global dan Isasi, Global
adalah mendunia, Isasi adalah proses. Jika digabung maka arti globalisasi
adalah proses mendunia.Salah satu contoh pengaruh globalisasi yang
menyebabkan perubahan sikap generasi muda adalah media sosial.Hal ini
dikarenakanberbagai informasi dalam hal hiburan, budaya, dan lainnya telah
masuk tanpa batas di Negara Indonesia.

Sikap nasionalisme dalam diri pemuda perlu ditingkatkan dengan cara


mengidentifikasi penyebab penurunan jiwa nasionalisme generasi muda.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang pengaruh globalisasi
terhadap sikap nasionalisme generasi muda.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut.
1) Apa pengertian dari Nasionalisme?
2) Apa perbedaan dari Proto Nasionalisme dan Nasionalisme Modern?
3) Bagaimana Nasionalisme yang ada di Indonesia dan hubungannya
dengan generasi muda di masa Modern ini?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Mengetahui pengertian dari Nasionalisme
2) Mengetahui perbedaan antara Proto Nasionalisme dengan Nasionalisme
Modern
3) Mengetahui bagaimana Nasionalisme yang ada di Indonesia dan
hubungannya dengan generasi muda di masa Modern.
1.4 Manfaat
Dengan makalah ini kita dapat mengetahui pengaruh globalisasi yang
menyebabkan menurunnya jiwa nasionalisme generasi muda. Sehingga kita
dapat menyaring dampak globalisasi, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan jiwa nasionalisme kita.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nasionalisme


Istilah Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa, dan
isme yang berarti paham. Menurut Ernest Gellenervia, nasionalisme adalah
suatu prinsip politik yang beranggapan bahwa unit nasional dan politik
seharusnya seimbang. Menurut Anderson, Nasionalisme adalah kekuatan
dan kontinuitas dari sentiment dan identitas nasional dengan mementingkan
nation. Menurut H. kohn, nasionalisme adalah suatu bentuk state of mind and
an act of consciousness. Menurut Ernest Renan, Nasionalisme kemauan
untuk bersatu tanpa paksaan dalam semangat dan kewarganegaraan
(Rahayu, 2007).
Pengertian nasionalisme berkaitan erat atau berhubungan erat dengan
pengertian bangsa. Bangsa dapat diartikan sebagai kelompok manusia yang
hidup dalam suatu wilayah tertentu dan memiliki rasa persatuan dan
kesatuan yang timbul karena pengalaman sejarah yang sama serta memiliki
cita-cita bersama yang ingin dilaksanakan di dalam negara yang berbentuk
negara nasional (national state) (Rochmadi, 1992:52).
Nasionalisme merupakan salah satu pendorong terjadinya perubahan
dalam kehidupan sosial dan politik dunia sejak empat abad terakhir. Dalam
perubahan tersebut, nasionalisme mengalami perkembangan yang sifatnya
dinamis. Perkembangan teori tersebut ditentukan oleh kemajuan
pengetahuan dari manusia yang mengamatinya. Selain itu juga dipengaruhi
oleh perkembangan dari bangsa-bangsa dan nasionalisme yang
mendasarinya.
Sebagai suatu paham, nasionalisme mempengaruhi terjadinya
perjalanan sejarah dunia, walaupun bentuk, corak, dan pola

perkembangannya yang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Namun


tumbuh dan berkembangnya nasionalisme tersebut diatas dasar yang sama,
yaitu adanya tuntutan atas kemerdekaan dan persamaan serta persamaan
cinta yang kodrati dari manusia terhadap tanah tumpah darah dan terhadap
kelompoknya dari kesewenang-wenangan dan berbagai macam perlakuan
yang tidak manusiawi yang telah dilakukan oleh beberapa pihak baik dari
dalam negerinya maupun dari luar negerinya (Rochmadi, 1992:49).
2.1.1 Karakteristik Nasionalisme
Karakteristik Nasionalisme yang melambangkan kekuatan suatu
negara dan aspirasi yang berkelanjutan, kemakmuran, pemeliharaan rasa
hormat dan penghargaan untuk hukum. Nasionalisme tidak berdasarkan
pada beberapa bentuk atau komposisi pada pemerintahan tetapi seluruh
badan negara, hal ini lebih ditekankan pada berbagai cerita oleh rakyat atau
hal yang lazim, kebudayaan atau lokasi geografi tetapi rakyat berkumpul
bersama dibawah suatu gelar rakyat dengan konstitusi yang sama.
Adapun karakteristik nasionalisme sebagai berikut.

Membanggakan pribadi bangsa dan sejarah kepahlawanan pada suatu

Negara.
Pembelaan dari kaum patriot dalam melawan pihak asing.
Kebangkitan pada tradisi masa lalu sebagai bagian mengagungkan tradisi
lama karena nasionalisme memiliki hubungan kepercayaan dengan
kebiasaan kuno. Seperti nasionalisme orang mesir bahwa kaum patriot
harus memiliki pengetahuan tentang kebudayaan mesir yang tua dan

hebat untuk menjaga kelangsungan dari sejarah.


Suatu negara cenderung mengubah fakta sejarah untuk kemuliaan dan

kehebatan negaranya.
Ada spesial lambang nasionalisme yang diberikan untuk sebuah
kesucian. Bendera, lambang nasionalisme dan lagu nasionalisme

merupakan hal yang suci untuk semua umat manusia sebagai kewajiban
untuk pengorbanan pribadi.
2.1.2 Jenis-jenis Nasionalisme
Snyder membedakan empat jenis nasionalisme, yaitu sebagai berikut :

Nasionalisme revolusioner, (terjadi di Perancis pada akhir abad ke18).


Untuk negeri yang dikatakan memiliki nasionalisme revolusioner, ketika
elite politik sangat berkeinginan untuk melakukan demokratisasi, tapi

lembaga perwakilan yang ada jauh dari memadai untuk mengimbanginya.


Nasionalisme kontrarevolusioner, (terjadi di Jerman sebelum Perang
Dunia I). Negeri yang bernasionalisme kontrarevolusioner, para elite
politiknya menganggap diri selalu benar dan untuk itu lewat lembaga
perwakilan yang ada, mereka menyerang pihak yang mereka anggap

sebagai musuh atau melawan kepentingan mereka.


Nasionalisme sipil, (merujuk pada perkembangan di wilayah Britania dan
Amerika hingga sekarang). Suatu negeri dikatakan memiliki nasionalisme
sipil ketika ia memiliki lembaga perwakilan yang kuat, dan juga para elite

politiknya memiliki kelenturan dalam berdemokrasi.


Nasionalisme SARA (diterjemahkan dari kata ethnic nationalism,terjadi di
Yugoslavia atau Rwanda). SARA di sini merujuk pada akronim zaman
Orde Baru, yakni suku, agama, ras, dan antar golongan (Snyder,
2003:70).

2.2 Perbedaan Proto Nasionalisme dengan Nasionalisme Modern


Proto nasionalisme adalah suatu bentuk nasionalisme awal. Hal ini
dipengaruhi dari adanya rintisan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara
yang besar. Selama tiga ratus tahun, Indonesia mengalami masa kolonisasi.
Pada masa tersebut, Indonesia berada di dalam situasi yang terjajah dan
dalam waktu yang lama, sehingga mengakibatkan rakyat Indonesia

mengalami kepenatan. Pada akhirnya mereka pun mempunyai kesadaran


untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan (Murdi, 2013).
Dalam banyak hal, kemunculan dan pertumbuhan proto nasionalisme
merupakan konsekuensi dari perubahan yang cepat dan berdampak luas
terhadap Indonesia. Hal ini berlangsung selama dekade awal di abad 20.
Dalam periode ini, kolonialis Belanda di Indonesia melaksanakan
kebijaksanaan sosial dan ekonomi serta dalam bidang pendidikan. Di
Indonesia, dalam bidang sosial, pemerintah kolonial Belanda
memperkenalkan politik etis yang antara lain menghasilkan ekspansi
pendidikan bagi pribumi. Dalam bidang ekonomi, kebijaksanaan liberal
mendorong pertumbuhan sektor ekonomi modern, yang mempunyai dampak
meluas terhadap ekonomi tradisional dan Indonesia dengan segera dibawa
ke dalam orbit ekonomi pasar. Semua perubahan cepat ini justru mendorong
munculnya kesadaran baru tentang dunia yang tengah berubah, dengan
tantangan baru yang membutuhkan respons baru pula (Utomo, 1995:2).
Sehingga dapat dikatakan bahwa proto nasionalisme hadir dalam
ekspansi penjajahan yang kemudian mengenalkan berbagai bidang yang
sedang berkembang seperti ekonomi, pendidikan, yang kemudian
menumbuhkan rasa persatuan dalam jiwa nasionalis sebagai suatu bangsa.
Hal ini dapat dimisalkan dari pendirian sekolah-sekolah pada zaman itu dan
liberalisasi dalam bidang ekonomi yang dilakukakan oleh Kolonialis Belanda
(Utomo, 1995:2).
Berbeda dengan proto nasionalisme, nasionalisme moderen
merupakan sebuah perubahan. Pada tahap kedua, dilakukan oleh
pergerakan organisasi modern yang ditunggangi oleh para inteligen
Indonesia yang mememegang peranan dalam mengenalkan gasasan
mengenai nasionalisme politik dan Indonesia diperkenalkan dan diperankan
oleh para inteligen Indonesia yang bersekolah guru di STOVIA. Nasionalisme
moderen ditandai dengan maraknya pendirian organisasi-organisasi yang
berupa partai dari para mahasiswa yang bersekolah di luar negeri yang

sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Secara historis, rasa


nasionalime bangsa Indonesia semakin kuat ditandai dengan adanya
kependudukan Jepang. Dengan terpacunya semangat kebangkitan nasional
akibat revolusi dunia, hal ini menarik kesadaran baru mengenai dunia yang
tengah berubah. Pergerakan organisasi modern ini melakukan perlawanan
dengan imperialisme yang membawa misi liberalisme. Namun akibat dari
lahirnya kelas terdidik baru, menjadikan perlawanan organisasi modern
tersebut kalah, dikarenakan lahirnya model kepemimpinan baru dengan
peran sentral proto nasionalisme yang selanjutnya menjadi nasionalisme
yang lebih sempurna. Sebagai contoh, berdirinya Budi Utomo, Jong Java,
Jong Islamieten Bond, sampai pada SDI (Serikat Dagang Islam) dan SI
(Serikat Islam). Melalui organisasi-organisasi inilah political community mulai
mengambil bentuknya dalam masyarakat Indonesia (Nagazumi, 1989:221).

2.3 Nasionalisme di Indonesia dan Hubungannya Terhadap Generasi


Muda di Era Modern
2.3.1 Nasionalisme di era globalisasi modern
Nasionalisme Indonesia adalah sebuah nasionalisme bentukan,
sebuah kesadaran akan identitas bangsa sebagai hasil konstruksi karena
pengalaman penderitaan dan diskriminasi oleh bangsa kolonial Belanda.
Pada era globalisasi sekarang ini nasionalisme kian memudar. Sama seperti
agama, nasionalisme diprediksikan akan lenyap sejalan dengan semakin
sebuah negara menjadi modern. Menurut Ian Adams, para ilmuwan politik
Amerika Serikat era 19701980-an mempertahankan tesis semacam ini
karena mereka melihat bahwa pertama, hasrat untuk bersatu sebagai bangsa
(nationalist passion) hanyalah salah satu tahap menuju sebuah negara
modern yang liberal dan demokratis di mana kepentingan-kepentingan yang
lebih pragmatik dan individual akan lebih mendominasi corak kehidupan

masyarakat dibanding kebutuhan akan penegasan diri dalam sebuah


identitas nasional (Adams, 1995: 83).
Kedua, nationalist passion kalah bersaing dengan menguatnya politik
identitas di mana orang mengidentifikasi diri tidak lagi dengan sebuah
bangsa, tetapi dengan sebuah etnis atau agama tertentu. Tesis ini seakan
menemukan kebenaran ketika satu persatu negara bagian Uni Soviet
melepaskan diri dan menjadi negara merdeka berdasarkan kesamaan etnis
dan agama.
Ketiga, hasrat untuk bersatu sebagai bangsa kehilangan raison dtre
ketika diterjang gelombang globalisasi. Di sini orang mempertanyakan
relevansi nasionalisme ketika batas-batas wilayah negara menjadi semakin
kabur dan negara-negara terpaksa masuk menjadi anggota dari a
borderless society karena tuntutan atau dikte pasar bebas dan liberalisasi
ekonomi (Wibowo, 2003: 326).
2.3.2 Pengaruh Globalisasi terhadap Nasionalisme Bangsa Indonesia
Salah satu faktor kuat yang terus mengikis nasionalisme bangsa
Indonesia adalah globalisasi. Globalisasi adalah suatu proses tatanan
masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi
pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai
pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa- bangsa di seluruh dunia (Jamli, 2005).
Globalisasi berlangsung disemua bidang kehidupan seperti bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain.
Teknologi informasi dan komunikasi memberikan peran yang sangat penting
bagi berlangsungnya proses globalisasi.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan
suatu negara termasuk Indonesia. Globalisasi mempunyai pengaruh yang

positif dan juga pengaruh negatif, dimana pengaruh-pengaruh tersebut tidak


secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Namun secara
keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi
berkurang atau hilang sebab globalisasi mampu membuka pandangan
masyarakat secara global.
2.3.3 Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan
Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama
di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu
kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda
sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan
seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan
pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang
seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas
tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan, gaya rambut mereka
dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain
dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi
tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda
internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara
semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak,
kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan
mahasiswa yang menggunakan internet tidak semestinya. Misalnya untuk
membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan

10

wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi


tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal
sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap
lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan
sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng
motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, maka yang terjadi adalah
moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara
golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang
karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli
terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan
bangsa.
2.3.4 Cara Menyikapi Dampak Negatif Globalisasi
Pada masa sekarang ini satu hal yang perlu dibenahi oleh bangsa
Indonesia adalah mentalitas warga masyarakatnya. Sikap mental yang kuat
dan konsisten serta mampu mengeksplorasi diri adalah salah satu bentuk
konkrit yang dibutuhkan bangsa Indonesia pada saat ini. Saat ini memang
bangsa Indonesia sedang mengalami masa-masa keterpurukanya dalam
dunia internasional.
Krisis multidimensi yang dibarengi dengan krisis ekonomi yang
berkepanjanganlah yang menyebabkan kegoncangan dan keterpurukan
mental Indonesia. Bangsa Indonesia yang pada masa dahulu terkenal
dengan kebudayaan yang begitu eksklusif dan memukau serta penduduk
yang ramah-tamah didukung juga oleh kondisi geografis yang sangat
strategis dan dikaruniai tanah yang subur, sekarang justru berubah 180

11

derajat. Hal ini tidak lepas dari mentalitas warga pendukung yang sangat
lemah.
Globalisasi merupakan suatu proses yang tak terelakkan. Kita tidak
mungkin mengabaikan serta menghentikan proses globalisasi. Agar dampak
globalisasi tidak merusak kehidupan masyarakat maka kita harus mengetahui
sisi positifnya, sehingga kita dapat memanfaatkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Dampak negatif globalisasi dapat mempengaruhi tingkah laku kita
dalam kehidupan sehari hari. Untuk itu kita harus dapat menentukan sikap
dalam menghadapi globalisasi , khususnya dari pengaruh negatif.
Beberapa contoh sikap untuk menghadapi dampak negatif dari globalisasi
misalnya :
1.

Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaikbaiknya terutama dengan memperkuat keimanan kita terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

2.

Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaikbaiknya.

3.

Belajar tekun agar menjadi manusia yang berguna dan dapat


membedakan perilaku yang benar dan salah.

4.

Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

5.

Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat


mencintai produk dalam negeri.

6.

Mempertimbangkan setiap perbuatan agar tidak merugikan diri sendiri


dan orang lain.

7.

Menggunakan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

12

8.

Bergaul dengan orang-orang yang berakhlak baik dan tidak


terpengaruh terhadap lingkungan dan pergaulan buruk.

9.

Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum


dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.

10.

Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,


ekonomi, sosial budaya bangsa.

13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dibuat, dapat disimpulkan
sebagai berikut.

Nasionalisme memiliki arti yang luas, yaitu suatu paham yang


beranggapan bahwa unit nasional dan politik seharusnya seimbang,
merupakan suatu kekuatan dan kontinuitas dari sentiment dan identitas
nasional dengan mementingkan kepentingan nasional, dan merupakan
kemauan untuk bersatu tanpa paksaan dalam semangat dan

kewarganegaraan.
Perbedaan diantara Proto Nasionalisme dengan Nasionalisme Modern
antara lain Proto nasionalisme adalah suatu bentuk nasionalisme awal
yang berhubungan erat kaitannya dengan masa kolonialisasi Belanda,
sedangkan nasionalisme moderen merupakan sebuah perubahan yang
dilakukan oleh pergerakan organisasi modern yang ditunggangi oleh para
inteligen Indonesia yang mememegang peranan dalam mengenalkan

gasasan mengenai nasionalisme politik.


Salah satu faktor kuat yang terus mengikis nasionalisme bangsa
Indonesia adalah globalisasi, yang merupakan suatu proses tatanan
masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Kehadiran
globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara,
dimana pengaruh-pengaruh tersebut tidak secara langsung berpengaruh
terhadap nasionalisme. Namun secara keseluruhan dapat menimbulkan
rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang sebab
globalisasi mampu membuka pandangan masyarakat secara global.

14

3.2 Saran
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan
mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai
nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan
kepribadian bangsa.

15

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Ian. 1995. Political Ideology Today. Manchester: Manchester


University Press.
Jamli, Edison A. Kewarganegaraan. 2005. Jakarta: Bumi Akasara.
Murdi, Daniar. 2013. Perbedaan Proto-Nasionalisme dan Nasionalisme
Modern. http://daniarmurdi.blogspot.com/2013/07/perbedaan-protonasionalisme-dan.html (diakses pada tanggal 3 November 2014).
Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia-Budi Utomo
1908-1918. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan Menghidupi
Jati Diri Bangsa. Jakarta: Grasindo.
Rochmadi, Nur Wahyu. 1992. Imperialisme dan Nasionalisme. Malang:
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Sambodo, Dwi Wijayanto Rio. 2008. Nasionalisme Indonesia. http://dwirio.
blogspot.com/2008/10/nasionalisme-indonesia.html (diakses pada
tanggal 3 November 2014).
Snyder, Jack. 2003. Dari Pemungutan Suara ke Pertumpahan Darah.
Jakarta: Gramedia.
Utomo, Cahyo Budi. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Wibowo, I dan Francis Wahono. 2003. Neoliberalisme. Yogyakarta:
Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

Anda mungkin juga menyukai