Anda di halaman 1dari 4

Nama : Endah Ferdani Nuril Azka

Kelas : Fisika B

PENGERTIAN NASIONALISME

1. Nasionalisme dalam arti sempit

Perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan sehingga
memandang rendah terhadap bangsa lain.

2. Nasionalisme dalam arti luas


Perasaan cinta yang tinggi atau banggga terhadap tanah air dan tidak memandang rendah bangsa
lain.

3. Menurut KBBI
Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.

4. Ensiklopedi Nasional Indonesia


Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah
serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat,
demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta cita-cita bersama guna
mencapai, memelihara dan mengabdi identitas, persatuan, kemakmuran dan kekuatan atau
kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan

5. Menurut Hans Kohn

Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus
diserahkan kepada negara kebangsaan.

SEJARAH LAHIRNYA NASIONALISME

Dalam perspektif sejarah kuno tidak diketahui secara pasti mengenai konsep nasionalisme, tetapi
tokoh-tokoh yang bisa disebut sebagai pencetus teori nasionalisme telah muncul sekitar abad ke
XVIII, seperti Von Herder (1774 – 1803), Rousseau (1712 -1778). Mereka ini sering disebut sebagai
nabi negara nasional, dengan teorinya tentang bangsa, serta Fiederich Hegel (1770 -1831) yang
terkenal dengan teorinya tentang negara” (Fukuyama, 2004:3).

Nasionalisme bisa dibedakan menjadi dua yaitu nasionalisme kuno dan nasionalisme modern.
Nasionalisme kuno lebih banyak mendekati ikatan kesukuan. Tribalisme atau kesukuan adalah
kepercayaan akan kesetiaan pada sesama jenisnya sendiri, yang didefinisikan oleh etnisitas, bahasa,
budaya, agama sebagai titik tolak dari nasionalisme baru (Une, 2010:177). Sedangkan nasionalisme
dalam arti modern memiliki karakteristik dalam kehidupan politik selama masa industri. Menurut
Denny J.A (dalam Une, 2010:178) nasionalisme modern berarti sepenuhnya bebas dalam
hubungannya dengan negara-negara lain, sekaligus bangsa harus memberi kebebasan kepada
warganya. Sedangkan Hans, (1984:89) menyatakan bahwa nasionalisme modern baru nyata dengan
kedudukan Inggris memimpinn Eropa pada abad ke 17.

Ada dua unsur penting di dalam nasionalisme, yaitu persatuan dan kemerdekaan (Dekker, 1997:13).
Pemikiran nasionalisme modern lahir di pikiran para ahli ilmu di Eropa Barat, diantaranya yaitu John
Locke, J.J Rousseau dan John Gottfried Herder.
Maarif (dalam Une, 2010:178) mengemukakan bahwa munculnya sekelompok negara-negara kuat di
Eropa pada abad ke 16, seperti Inggris, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain sebagainya lebih
merupakan ambisi para raja dan bukan menandakan munculnya nasionalisme. Dengan demikian di
Eropa nasionalisme ditandai dengan adanya transisi dari masyarakat feodal ke masyarakat industri.
Proses peralihan itu terjadi pada abad XVII yang didahului oleh kapitalisme awal dan liberalisme.

Kekuasaan kaum feodal mulai surut dan digantikan oleh para borjuis kota. Mereka tidak mau terikat
oleh ketentuan-ketentuan dalam masyarakat agraris, tetapi mereka ingin bebas melakukan usaha,
bersaing dan mencari keuntungan sebanyak mungkin. Faham inilah yang kemudian melahirkan apa
yang dikenal dengan liberalisme. Kaum borjuis dengan revolusi industrinya itu kemudian
berkembang di Eropa Barat. Di tengah-tengah keadaan seperti itulah lahirlah nasionalisme Eropa
Barat. Nasionalisme tersebut kemudian membangun kesadaran adanya perbedaan antar bangsa di
Eropa Barat. Nasionalisme seperti itu tumbuh menjadi satu aliran yang penuh emosi dan sentimen,
kecongkakan dan chauvinisme, sehingga nasionalisme Eropa Barat melahirkan kolonialisme, yaitu
nafsu mencari jajahan di luar benua sendiri.

Negara-negara nasional seperti Jerman, Prancis, Inggris dan Italia berebut wilayah kekuasaan di Asia
dan Afrika. Negara-negara Eropa melaksanakan imperealisme dan kolonialisme dengan menduduki
tanah jajahan. Sedangkan nasionalisme di negeri jajahan, sasaran pokoknya melawan imperialisme.
Nasionalisme di tanah jajahan itu bersifat revolusioner. Nasionalisme ini tidak hanya menginginkan
lenyapnya penindasan politik saja, tetapi juga penindasan sosial ekonomi. Dengan demikian
tampaklah perbedaan watak nasionalisme Eropa dengan nasionalisme Asia (Indra, 2014).

Selain itu, sebab lain lahirnya nasionalisme adalah penaklukkan negara bangsa lain oleh negara
tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi masyarakat negara bangsa yang ditaklukkan.
Dampak dari munculnya paham nasionalisme di Indonesia adalah munculnya rasa ingin bebas dan
merdeka dari pengaruh bangsa Asing. Sehingga, timbullah usaha-usaha memerdekakan diri dan
bangsanya, baik itu melalui konfrontasi maupun jalur negosiasi.

Ali Maschan Moesa dalam buku yang berjudul Nasionalisme Kyai (2007:28-29) menyatakan bahwa
kata kunci dalam nasionalisme adalah Kesetiaan ini muncul karena adanya kesadaran akan identitas
kolektif yang berbeda dengan yang lain. Pada kebanyakan kasus, hal itu terjadi karena kesamaan
keturunan, bahasa atau kebudayaan. Rangsangan untuk bergerak justru datang dari pengalaman
batinnya sendiri. walaupun demikian kejadian-kejadian di luar negeri banyak pula memberikan
dorongan. Namun unsur yang paling penting dalam nasionalisme adalah adanya kemauan untuk
bersatu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nasionalisme itu merupakan suatu paham rasa cinta dan setia
terhadap negara yang ditunjukkan oleh rasa ingin bersatu. Nasionalisme dalam pandangan bangsa
yang terjajah oleh kolonialisme Barat merupakan kebangkitan dari rakyat untuk mendapatkan
kemerdekan dan mendirikan negara yang bebas serta merdeka dari penjajahan. Sedangkan
nasionalisme Barat bangkit dari reaksi masyarakat yang merasakan ketidaknyamanan budaya
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi akibat kapitalisme dan industrialisme.

Perkembangan Nasionalisme Indonesia

Secara garis besar, menurut sejarawan Sartono Kartodirdjo dalam Kolonialisme dan Nasionalisme di
Indonesia (1967), nasionalisme Indonesia mengalami proses yang sudah dimulai dari perjuangan
Kartini menghendaki emansipasi perempuan. Menurutnya, walaupun Kartini sering dikategorikan
sebagai pejuang wanita, tetapi sepak terjang Kartini masuk pada fase paling awal pembentukan
nasionalisme Indonesia. Kemudian tahap selanjutnya adalah terbentuknya organisasi-organisasi
kebangsaan yang menandai bangkitnya kesadaran sebagai bangsa Indonesia. Berikut ini fase
nasionalisme di Indonesia:

a.) Fase Pertama, Gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia dalam dinamika sejarah diawali oleh
Boedi Oetomo di tahun 1908, dengan dimotori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia, sekolahan
anak para priyayi Jawa, di sekolah yang disediakan Belanda di Jakarta.

b.) Fase Kedua, Fase kedua adalah kebangkitan nasionalisme pada tahun 1928, yakni 20 tahun
setelah kebangkitan nasional. Pada fase ini, kesadaran untuk menyatukan negara, bangsa dan
bahasa ke dalam satu negara, bangsa dan bahasa Indonesia, telah disadari oleh para pemuda yang
sudah mulai terkotak-kotak dengan organisasi kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong
Sumatera dan lain sebagainya. Hal itu kemudian diwujudkan secara nyata dengan
menyelenggarakan Sumpah Pemuda pada 1928.

c.) Fase Ketiga, Fase berikutnya disebut pula dengan masa “Revolusi Fisik Kemerdekaan”. Peranan
nyata para pemuda pada masa revolusi fisik kemerdekaan nampak ketika mereka menyandera
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Mereka sangat bersemangat untuk mewujudkan nation state yang berdaulat dalam kerangka
kemerdekaan.

d.) Fase Keempat, Fase yang selanjutnya adalah perkembangan nasionalisme di tahun 1966, yang
menandai tatanan baru dalam kepemerintahan Indonesia. Selama 20 tahun setelah kemerdekaan,
terjadi huru-hara pemberontakan Gestapu dan eksesnya. Tampaknya tanpa peran besar mahasiswa
dan organisasi pemuda serta organisasi sosial kemasyarakatan di tahun 1966, Soeharto dan para
tentara sulit bisa memperoleh kekuasaan dari penguasa orde-lama Soekarno. Tetapi sayang,
penguasa Orde Baru mencampakkan para pemuda dan mahasiswa yang telah menjadi motor utama
pendorong terbentuknya NKRI tersebut, bahkan sejak akhir tahun 1970-an para mahasiswa dibatasi
geraknya dalam berpolitik dan dikungkung ke dalam ruang-ruang kuliah di kampus.
e.) Fase Kelima, Pergolakan masa Orde Baru melahirkan nasionalisme fase kelima, yang disebut juga
sebagai “Masa Reformasi”. Nasionalisme tidak selesai sebatas masa pemerintahan Soeharto,
melainkan terus bergulir ketika reformasi menjadi sumber inspirasi perjuangan bangsa meskipun
melalui perjalanan sejarah yang cukup panjang.

Cara menumbuhkan jiwa nasionalisme bagi generasi muda

1.Menonton film bertema sejarah atau perjuangan. Hal ini akan memotivasi generasi muda karena
mengandung banyak pesan moral yang akan menumbuhkan jiwa nasionalisme bagi generasi muda.

2.Menggunakan produk dalam negeri. Hal ini dilakukan untuk menghargai karya anak bangsa dan
sebagai wujud menumbuhkan jiwa nasiolisme.

3.Mempelajari bahasa daerah. Hal ini sebagai rasa ingin tau terhadap kekayaan bahasa daerah yang
ada di Indonesia.

4.Mempelajari budaya daerah yang ada di Indonesia. Budaya daerah misalnya baju adat, rumah
adat, tradisi, tarian daerah, makanan khas daerah, dll. Hal ini sebagai rasa ingin tahu terhadap
kekayaan yang ada di Indonesia.

5.Melihat pameran budaya. Hal ini adalah hal yang menyenangkan karena melihat langsung tentang
budaya-budaya yang ada di Indonesia.
6.Mebaca buku sejarah. Dengan hal ini, kita dapat memahami tentang perjuangan yang telah
dilakukan para pahlawan yang berjuang demi melawan para penjajah.

7.Berkunjung ke museum. Dengan hal ini, kita dapat melihat peninggalan bersejarah yang akan
menumbuhkan rasa nasionalisme.

Anda mungkin juga menyukai