Anda di halaman 1dari 22

PANCASILA SEBAGAI PERWUJUDAN NASIONALISME

DAN ETIKA POLITIK BANGSA INDONESIA DALAM


KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Chyndy Febrindasari, S.Pd., M.A.

Disusun oleh:

Muhammad Faisal Ilham 23010160002


Maula Zakiya 23010160010
Zahrotul Uyuni 23010160012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SEMARANG
2023
I. PENDAHULUAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia resmi berdiri pada Jumat, 17 Agustus


1945 sejak dibacakannya teks proklamasi oleh Ir. Soekarno di kediamannya yang
beralamatkan di Jl. Pegangsaan Timur No.56. Lalu, keesokan harinya, tepatnya
pada 18 Agustus 1945, Pancasila secara resmi ditetapkan sebagai dasar negara
dan ideologi bangsa. Namun, perjuangan untuk meraih kemerdekaan yang utuh
tidak hanya sampai di situ, pada masa- masa awal kemerdekaannya, Indonesia
dihadapkan pada tantangan dimana banyak negara yang belum mengakui
kemerdekaan dan kedaulatannya, seperti Belanda dan negara-negara Eropa
lainnya. Juga ada konflik internal yang berpotensi memecah belah kesatuan dan
persatuan bangsa Indonesia, seperti peristiwa G-30S-PKI dan Gerakan DI/TII
yang ingin merubah ideologi bangsa. Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara
dan ideologi bangsa bukanlah tanpa alasan. Para pejuang kemerdekaan
merumuskan Pancasila melalui proses dan diskusi yang cukup panjang. Para
perumus dasar negara tersebut, menetapkan Pancasila sebagai dasar negara
dengan mempertimbangkan banyak hal, diantaranya, karena unsur-unsur
pembentuk Pancasila -kausa material- berdasarkan pada adat-kebiasaan nenek
moyang bangsa Indonesia sendiri dan dianggap mampu mempersatukan berbagai
suku, agama, dan budaya di Indonesia.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi bangsa Indonesia untuk mengetahui
dan memahami Pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, khususnya dalam nasionalisme dan berpolitik.

2
II. PEMBAHASAN

A. Hakikat Nasionalisme

Secara etimologis, nasionalisme berakar kata nasional yang berasal dari kata
nation yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran. Berikut adalah
pendapat para ahli mengenai definisi nasionalisme:
1) Hans Kohn
Hans Kohn mengatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang
berpendapat bahwa kesetiaan individu harus diserahkan pada negara
kebangsaan.
2) Sartono Kartodirjo
Sartono Kartodirjo berpendapat bahwa nasionalisme adalah ideologi yang
yang mencakup lima prinsip, yaitu; unity (kesatuan) yang merupakan sebuah
syarat yang tidak bisa ditolak, liberty (kemerdekaan) termasuk juga
kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat, equality (persamaan) bagi setiap
warga untuk mengembangkan bakat dan menelusuri minatnya masing-masing,
personality (kepribadian) yang terbentuk oleh pengalaman budaya dan sejarah
bangsa, dan terakhir adalah prinsip performance dalam arti kualitas atau prestasi
yang dibanggakan kepada bangsa lain.
3) Gellner
Nasionalisme menurut Gellner ialah suatu perjuangan untuk membuat budaya
dan perpolitikan menjadi persesuaian. 1
4) Sarman (1999)
Menurut Sarman, nasionalisme dalam arti sempit adalah kecintaan seseorang
terhadap tanah air yang tanpa reserve dan merupakan simbol patriotisme-heroik
semata sebagai bentuk perjuangan yang seolah-olah menghalalkan segala cara
demi negara yang dicintai.
5) Hara (2000)

1
Choliq, Abdul. Nasionalisme Dalam Perspektif Islam. Dalam Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. XVI,
No. 2 Agustus, 2011. Hlm. 46-47

3
Nasionalisme mencakup persamaan keanggotaan dan kewarganegaraan dari
semua kelompok etnis dan budaya di dalam suatu bangsa, yang didalamnya ada
suatu kebanggaan tersendiri dalam menunjukkan identitasnya sebagai suatu
bangsa.
6) L. Stoddard
Nasionalisme menurutnya adalah satu keyakinan yang yang dimiliki
bersama oleh sejumlah besar individu dan menurut mereka adalah bahwa
mereka satu kebangsaan, unitality. 2

Pada intinya, semua pengertian nasionalisme tersebut memiliki kata kunci


kesetiaan, kecintaan, dan kebanggan yang muncul karena adanya kesadaran akan
identitas kolektif yang berbeda sehingga memunculkan identitas individu di
hadapan masyarakat dunia.3 Atau secara sederhana nasionalisme dapat diartikan
sebagai kecintaan pada negara dan hal itu dibuktikan dalam tindakan nyata. 4

Sementara itu, dalam konsepsi politik, nasionalisme merupakan ideologi yang


mencakup prinsip kebebasan, kesatuan, kesamarataan, serta kepribadian selaku
orientasi nilai kehidupan kolektif suatu kelompok dalam usahanya untuk
merealisasikan tujuan polotik, yakni pembentukan dan pelestarian negara
nasional. 5
Ada beberapa jenis klasifikasi nasionalisme, yaitu:
1. Nasionalisme Kewarganegaraan
Nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi
rakyatnya, seperti “kehendak rakyat” dan “perwakilan politik”.
Penggagasnya adalah Jean-Jacques Rousseau. Dengan keanggotaan suatu
bangsa yang bersifat sukarela, hal ini menunjukkan bahwa negara adalah
milik seluruh rakyatnya dan setiap warga negara memiliki tanggung jawab
untuk membangun dan memajukan negara.
2. Nasionalisme Etnis

2
Ibid
3
Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman. Nasionalisme. Dalam Jurnal Buletin Psikologi. Vol.
XII, No. 2, Desember 2004.Hlm. 65-66
4
Choliq, Abdul. Nasionalisme Dalam Perspektif Islam. Dalam Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. XVI,
No. 2 Agustus, 2011. Hlm. 47.
5
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.4.

4
Nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal
atau etnis masyarakat atau dengan kata lain nasionalisme yang berbasis pada
kesamaan etnis. Dengan keaggotaan suatu bangsa yang bersifat turun-
temurun, sehingga dapat memperkuat rasa solidaritas dan persatuan di antara
anggotanya. Nasionalisme etnis harus dib arengi dengan semangat persatuan
dan kesatuan dalam keberagaman untuk meredam konflik antar-etnis
sehingga dapat membangun identitas bangsa yang kokoh.
3. Nasionalisme Romantis/ Organik/ Identitas
Nasionalisme di mana negara memeiliki kebenaran politik secara organik,
yakni berbasis pada kesamaan budaya atau identitas, sehingga dapat memicu
adanya semangat romantis. Nasionalisme romantis menitikberatkan pada
budaya etnis yang sesuai dengan idealisme romantik, dan bentuk
nasionalisme inilah yang paling sesuai untuk negara heterogen seperti
Indonesia.
4. Nasionalisme Budaya
Nasionalisme di mana negara memiliki kebenaran politik yang berasal dari
budaya bersama dan bahasa yang sama, tetapi tidak pada konsep nenek
moyang, ras, atau etnis yang sama. Nasionalisme cenderung tidak terwujud
dalam gerakan independen, tetapi merupakan posisi moderat dalam spektrum
ideologi nasionalis yang lebih luas.
5. Nasionalisme Kenegaraan
Nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari kesamaan
wilayah atau negara dengan masyarakatnya yang memiliki kesadaran dan
semangat kebangsaan yang tinggi.

Sejarah awal berkembangnya nasionalisme sendiri bermula di dataran Eropa


pada abad ke-18, yang mana kala itu di Eropa mulai berlaku suatu paham bahwa
setiap bangsa harus membentuk suatu negara sendiri dan negara tersebut harus
meliputi bangsanya masing-masing. 6
Nasionalisme semakin menonjol sejak
Revolusi Perancis sebagai respon terhadap Imperium barat dengan slogan
liberte, egalite, fraternite-nya, dan nasionalisme menjadi ideologi baru yang

6
Irfani, Amalia. Nasionalisme Bangsa dan Melunturnya Semangat Bela Negara. IAIN Pontianak;

5
sejajar dengan demokrasi. Secara bertahap nasionalisme mulai tersebar ke
seluruh dunia, hingga pada abad ke-20, nasionalisme mulai memasuki Asia dan
Afrika. Lahirnya nasionalisme di Indonesia disebabkan oleh penderitaan panjang
yang dialami bangsa Indonesia akibat penjajahan dan dipengaruhi oleh
meningkatnya semangat untuk meraih kemerdekaan7. Dilihat dari sejarahnya
nasionalisme yang dibangun oleh bangsa Indonesia adalah nasionalisme yang
anti kolonialisme, nasionalisme yang dibangun untuk mewujudkan bangsa yang
bebas dan merdeka dari belenggu kolonialisme. Ada beberapa faktor yang
mendorong kemunculan nasionalisme di Indonesia:
1) Faktor Internal
a. Timbulnya kembali golongan pertengahan, kaum terpelajar.
b. Adanya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh rakyat Indonesia di
berbagai aspek keidupan.
c. Pengaruh golongan peranakan.
d. Adanya keinginan untuk melepaskan diri dari belenggu kolonialisme dan
imperialisme.
2) Faktor Eksternal
a. Invasi paham-paham modern Eropa, seperti liberalism, humanisme,
komunisme, dan nasionalisme.
b. Gerakan Pan-Islamisme, yakni sebuah ideologi polotik yang mengajarkan
bahwa umat Islam di seluruh dunia harus Bersatu agar dapat terbebas dari
kolonialisme dan imperialism bangsa Barat, Gerakan ini lahir atas gagasan
Jamaluddin al-Afghany pada akhir abad ke-19M.
c. Pergerakan-pergerakan perlawanan nasional yang dilakukan oleh bangsa
terjajah di Asia terhadap para penjajah.
d. Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 yang membangkitkan
semangat bangsa Asia, termasuk Indonesia, untuk menentang kekuasaan
imperialisme bangsa Barat.8

7
Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman. Nasionalisme. Dalam Jurnal Buletin Psikologi. Vol.
XII, No. 2, Desember 2004.Hlm. 65
8
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.3.

6
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, ideologi nasionalisme ini
memiliki peran yang sangat penting dalam melawan penjajahan. Rasa
nasionalisme inilah yang menjadi alat pemersatu Nusantara yang kala itu masih
‘asing’ satu sama lain, sehingga terbentuklah sebuah komunitas bangsa, yaitu
bangsa Indonesia. Semangat Nasionalisme yang melekat pada diri seseorang
tidak melekat begitu saja, tentu ada unsur-unsur yang memengaruhinya,
diantaranya:
1) Perasaan nasional, yaitu rasa persamaan dari sekelompok manusia yang
menimbulkan kesadaran sebagai sebuah bangsa.
2) Watak nasional, yaitu karakteristik atau sifat khas yang dimiliki oleh suatu
bangsa atau negara.Watak nasional dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: geografi, ekologi, demografi, sejarah, kebudayaan, dan watak
masyarakat.
3) Batas nasional, yaitu batas-batas wilayah suatu negara yang memberikan
pengaruh emosional dan ekonomis kepada individu.
4) Bahasa nasional, yaitu sebuah bahasa atau varian bahasa, seperti dialek, yang
memiliki hubungan de facto (secara nyata) atau de jure (secara hukum)
dengan suatu bangsa atau negara yang bisa mewakili identitas nasional
bangsa atau negara.
5) Peralatan nasional, yaitu segala alat perlengkapan yang digunakan untuk
mendukung pertahanan negara serta keamanan dan ketertiban masyarakat.
Peralatan nasional dapat mencakup senjata militer, kendaraan militer,
peralatan komunikasi, dan peralatan medis.
6) Agama. Agama bisa menjadi unsur yang memengaruhi nasionalisme karena;
identitas agama bisa menjafi identitas bangsa, agama dapat memperkuat rasa
persatuan dan kesatuan nasinal, agama dapat memengaruhi pandangan politik
dan social masayarakat, serta agama juga dapat menjadi sumber konflik
dalam masyarakat.9

Ada lima prinsip nasionalisme yang menjiwai semangat nasionalisme dalam


kebangsaan, yaitu:

9
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.2.

7
1. Kesatuan (unity). Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam wilayah
territorial, bangsa, bahasa, ideologi, dan doktrin kenegaraan, sistem politik
atau pemerintahan, sistem perekonomian, sistem pertahanan-pertahanan, dan
kebijakan budaya.
2. Kebebasan ( liberty, freedom, independence ). Kebebasan yang dimaksud
adalah kebebasan beragama, berbicara dan berpendapat; baik lisan maupun
tulisan, dan kebebasan dalam berkelompok atau berorganisasi.
3. Kesamaan (equality ). Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan dalam
kedudukan di mata hukum serta hak dan kewajiban.
4. Kepribadian (personality) dan identitas (identity), yaitu memiliki harga diri
(self esteem), rasa bangga (pride), dan rasa sayang (depotion) terhadap
kepribadian dan identitas bangsa yang tumbuh dan sesuai dengan sejarah dan
kebudayaan bangsanya.
5. Prestasi (achievement ), yaitu cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan
(walfare) serta kebesaran dan kemanusiaan ( the greatness and the
glorification) dari bangsanya. 10

Nasionalisme yang ada dan dikenal di Indonesia dewasa ini, tidaklah serta-
merta seperti itu adanya dari dulu. Nasionalisme di Indonesia memiliki fase-fase
perkembangan, yaitu:

1) Fase Perintis (1908-1927)


Pada fase, ini terbentuk organisasi pergerakan nasional yang pertama, yaitu
Boedi Oetomo pada tahun 1908 yang bertujuan untuk meperjuangkan
kesetaraan hak antara pribumi dan Belanda.
2) Fase Penegas dan Percobaan ( 1928-1942)
Pada fase ini, ditandai oleh diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 dan juga gerakan nasionalisme semakin kuat dan terorganisir
dengan terbentuknya organisasi-organisasi pejuang kemerdekaan, seperti
Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Komunis Indonesia.
Gerakan ini juga menentang kebijakan kolonial Belanda.

10
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.6.

8
3) Fase Pendobrak ( 1942-1945)
Pada fase ini, Indonesia diduduki oleh Jepang sehimgga gerakan nasionalisme
mengalami perubahan menjadi lebih menekankan pada pejuangan
kemerdekaan Indonesia.
4) Fase Kebangkitan ( 1945-1949)
Pada fase ini, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, meskipun kemerdekaan Indonesia belum diakui
oleh Belanda dan beberapa negara Eropa, sehingga tercetuslah perang antara
Indonesia dengan Belanda selama kurang lebih empat tahun demi
mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan yang diakui.
5) Fase Integrasi ( 1950- sekarang)
Pada fase ini, Indonesia mengalami proses integrasi dan Pembangunan
nasional juga aktif dalam melaksanakan hubungan internasional serta
menjadi anggota PBB.11
Maka, jika dikaji ulang konsep nasionalisme yang ada pada awal sejarah
kemunculannya di Indonesia adalah nasionalisme yang anti-kolonialisme,
sedangkan di masa kini konsep nasionalisme adalah nasionalisme yang menolak
segala bentuk diskriminasi dan kezaliman.
Nasionalisme yang sehat dan positif dapat membantu membangun negaranya
untuk maju dan sejahtera, sementara nasionalime yang berlebihan lagi sempot
dapat menimbulkan konflik dan diskriminasi dengan bangsa lain. Berikut adalah
beberapa fungsi nasionalisme bagi negara:
1. Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Meningkatkan rasa cinta terhadap bangsa, negara, dan tanah air.
3. Mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara.
4. Memberikan identitas sosial pada diri seseorang.
5. Meningkatkan rasa rela berkorban untuk melindungi bangsa dan negara.
6. Meningkatkan keinginan untuk memajukan tanah air.
7. Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

11
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.5.

9
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa merupakan perwujudan
dari nilai-nilai nasionalisme yang telah mempersatukan bangsa ini. Pancasila
sebagai perwujudan semangat nasionalisme bangsa, mengandung nilai-nilai
luhur yang telah diwariskan dari nenek moyang bangsa, yaitu: nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan atau demokrasi, nilai
keadilan.

Merealisasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara merupakan perwujudan dari tingginya semangat nasionalisme yang
dimiliki oleh suatu bangsa . Pada prinsipnya nasionalisme pancasila merupakan
pandangan atau paham kecintaaan warga negara Indonesia terhadap bangsa dan
tanah airnya yang didasarkan pada pancasila sebagai ideologi bangsa. Prinsip
nasionalisme pancasila ini pada hakikatnya selalu mengarahkan warga negara
agar senantiasa;

a) Menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b) Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
c) Bangga sebagai bangsa Indonesia dann bertanah air Indonesia serta tidak
merasa rendah diri.
d) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa.
e) Menumbuhkan sikap saling mengasihi antar sesama manusia.
f) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
g) Tidak semena- mena terhadap oranglain.
h) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
i) Senantiasa menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
j) Berani membela kebenaran dankeadilan.
k) Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat
manusia.

10
l) Menganggap bahwa sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain itu penting. 12

B. Etika Politik dan Etika Pancasila


1. Etika Politik
A. Pengertian Etika Politik
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "ethos" yang berarti
tempat tinggal, Padang rumput, kebiasaan, watak, perasaan, sikap,dan cara
berpikir. Dan dalam bentuk jamak "ta Etha" yang berarti adat kebiasaan. 13
Menurut Webster Dictionary, etika adalah ilmu yang menjelaskan sesuatu yang
baik maupun yang buruk.14
Sedangkan politik merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu politik yang
artinya mengurus, mengatur, dan memerintah. 15 Sedangkan dalam bahasa
Yunani yaitu "polis" yang berarti kota atau negara. Dari "Polis" diturunkan kata
lain yaitu "polites" dan "politikos" yang berarti kewarganegaraan dan "politik
episteme" yang berarti ilmu politik.16
Jadi dapat disimpulkan bahwa etika politik adalah kumpulan nilai yang
berkenaan dengan akhlak untuk mengatur dan memimpin sesuatu dengan cara
yang mendatangkan kemaslahatan.17

B. Prinsip-prinsip dasar etika politik


1) Pluralisme
Yang dimaksud dengan pluralisme yaitu kesediaan untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan normal dengan warga masyarakat yang berbeda
pandangan hidup baik agama, budaya , dan adat.

12
Suryaningsi. 2016. Pengoptimalisasian Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya Mmeperkuat
Semangat Nasionalisme. Banjarmasin; Universitas Mulawarman. Hlm 11-12.
13
K. Bretens. 1994. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
14
Sofyan S Harahap, Op Cit, h. 15
15
amaluddin Muhammad bin Mukarram al-Anshari bin Manzhur, Lisân al-‘Arab,
(Beirut: Dâr al-Masyriq, 1968), Juz VI, 108. Lihat: Louis Ma’luf, al-Munjid fî al-Lughah wa
al-A‘lâm, (Beirut: Dâr al-Masyriq, 1986), 36
16
P. Cowie, Oxford Learner’s Dictionary, (Oxford: Oxford University Press,
1990), 190.
17
Franz Magnis Suseno, Etika Politik…, 8.

11
2) Hak Asasi Manusia
Kemanusiaan yang adil dan beradab dibuktikan dengan adanya hak-hak
asasi manusia, karena HAM menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlukan agar sesuai dengan martabat nya
sebagai manusia.
3) Solidaritas bangsa.
Solidaritas mengatakan, Kita tidak hanya hidup untuk diri kita sendiri
melainkan juga untuk orang lain.
4) Demokrasi
Kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tidak ada manusia yang bisa
memaksakan dan menentukan bagaimana orang lain hidup. Demokrasi
berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak untuk
menentukan siapa yang akan memimpin mereka dan bagaimana tujuan nya.
5) Keadilan
Norma paling dasar dalam kehidupan masyarakat yakni keadilan. Tuntutan
keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksana
ide, agama tertentu.18

C. Dimensi etika politik


Ketika politik tidak hanya berkaitan dengan masalah perilaku politiknya saja,
tetapi etika politik juga berhubungan dengan praktik institusi sosial, komunitas,
hukum, struktur sosial, ekonomi, dan juga politik.Etika politik mempunyai tiga
dimensi diantaranya tujuan sarana dan aksi politik itu sendiri. 19
1) Tujuan
Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya pencapaian kesejahteraan
masyarakat dan hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan
keadilan.Dalam negara demokrasi, pemerintah mempunyai komitmen terhadap
penyelenggaraan negara dan bertanggung jawab atas komitmen tersebut, yakni
mengusahakan kesejahteraan rakyat dan hidup damai. Dalam menghadapi

18
Eddy Kristiyanto, Etika Politik dalam Konteks Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 9

19
Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 25

12
permasalahan yang ada dalam negara, kebijakan umum pemerintah harus
terumus jelas dalam hal program, metode, prioritas, dan dasar filosofisnya. 20
2) Sarana
Dimensi etika politik yang kedua adalah sarana untuk mencapai tujuan.
Dimensi sarana ini meliputi prinsip-prinsip dan sistem dasar pengorganisasian
praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-institusi
sosial.Dimensi sarana mengandung dua pola normatif, yang pertama tatanan
politik (hukum dan institusi) dan yang kedua yaitu kekuatan-kekuatan politik
ditata sesuai dengan prinsip timbal balik.21
3) Aksi politik
Dimensi etika yang ketiga, dimensi aksi politik, pelaku memegang peran
sebagai penentu rasionalitas politik. Rasionalitas terdiri dari rasionalitas
tindakan dan rasinalitas keutamaan (kualitas moral pelaku). 22

2. Etika Pancasila
A. Pengertian Etika Pancasila
Pancasila merupakan gabungan dari dua kata yakni panca dan sila. Arti dari
panca yaitu 5 sedangkan sila artinya dasar atau peraturan tingkah laku yang baik
yang penting atau senonoh. Pancasila merupakan lima dasar negara yang
menjadi acuan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. 23
Soeprapto menjabarkan etika Pancasila menjadi beberapa pengertian yaitu :
1) Etika Pancasila merupakan etika keutamaan yang susunannya berasal dari
nilai-nilai moral bangsa Indonesia karena moral diutamakan pada etika
keutamaan yang terdapat pada setiap individu masyarakat. Moral yang
diutamakan diantaranya rasa setia ketulusan jujur serta sayang menyayangi.
2) Etika Pancasila sebagai etika teologis yang menjadikan Pancasila sebagai
pedoman setiap masyarakat Indonesia agar mencapai segala sesuatu dan cita-
cita.

20
Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 25.
21
Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 27.
22
Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 28.
23
Amri, S. R. (2018). Pancasila sebagai sistem etika. Voice of Midwifery, 8(01), 760-768.

13
3) Etika Pancasila merupakan etika deontologis yang dijadikan sebagai
pedoman dalam menumbuhkan kesadaran dalam mengimplementasikan
Pancasila kepada generasi bangsa utamanya generasi muda Indonesia untuk
mempersiapkan menuju masa depan. 24

Pancasila sebagai etika bisa dijabarkan sebagai berikut:


•Pancasila sebagai etika dalam arti nilai Pancasila nantinya akan terjabarkan
dalam norma-norma etik atau norma moral sebagai pedoman penyelenggaraan
hidup bernegara Indonesia.
•Nilai Pancasila menjadi salah satu sumber norma etik bernegara disamping
nilai-nilai agama.
•Tertuang dalam ketetapan MPR RI no VI/MPR/2001 bahwa etika kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai rumusan yang bersumber dari ajaran agama
khusunya yang bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berfikir, bersikap, dan
bertingkah laku dalam kehidupan bernegara.
•Etika Pancasila sebagai filsafat moral atau filsafat kesusilaan yang berdasar
atas kepribadian, ideologi, jiwa dan pandang hidup bangsa Indonesia (Sunoto,
1982).
•Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia.
•Etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan,dan keadilan.Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia
Indonesia dalam aspek kehidupannya.

Prinsip-prinsip atau nilai-nilai etika pancasila yang tertuamg dalam isi dari
pancasila itu sendiri perlu menjadi fondasi serta pegangan hidup bagi warga

24
Soeprapto, S. (2013). Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila Dalam
Perspektif Etika Pancasila. Jurnal Filsafat, 23(2), 99–116.

14
negara Indonesia dan mengimplementasikannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa


Azhar Bashir menyebutkan bahwa sila pertama ini merupakan dasar
keruhanian dan moralitas bangsa. Jika didasarkan pada hal tersebut, dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara warga negara Indonesia
harus menghargai, memperhatikan, dan menghormati petunjuk-petunjuk tuhan
dan tidak boileh menyimpangnya. Dan segala tindakan serta perilaku warga
negara Indonesia perlu didasarkan pada kecerdasan spiritual (spiritual quotient).
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Berdasarkan sila kedua ini, bangsa Indonesia haruslah berpegang pada nilai-
nilai keadilan. Ciri orang yang menerapkan nilai sila kedua ini adalah dia tidak
hanya mengutamakan kepentingan pribadi, tetapi juga kepentingan kolektif. Sila
kedua ini juga dapat dibuktikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dengan selalu berperilaku normatif dan bermoral.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Indonesia sebagai negara yang majemuk tentu takkan bertahan tanpa adanya
alat pemersatu. Rasa persaudaraan yang lahir dari kesamaan yang ada dan juga
kesadaran yang dimiliki oleh bangsa ini yang kemudian diperkokoh dengan rasa
nasionalisme yang tumbuh di hati masyarakat tentu adalah faktor utamanya. Sila
ketiga ini bisa diterapkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
dilakukan secara gotong-royong dan bekerja sama demi mencapai tujuan
bersama sekaligus mempererat rasa persaudaraan.
4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Inti dari sila keempat ini adalah demokrasi. Dalam pelaksanaanya sendiri,
demokrasi tentu harus memperhatikan dan menghormati nilai ketuhanan dan
kemanusiaan. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Jadi, prioritas pemerintah dalam menentukan sebuah
pilihan adalah kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

15
Sila kelima ini dapat diartikan bahwa semua orang bisa mendapatkan hak dan
bagiannya masing-masing. Hal tersebut bisa tercapai apabila kepentingan
individu dan epentingan kolektif dapat diprioritaskan di waktu dan tempat yang
tepat. Dalam sila yang terakhir ini, ada beberapa nilai keadilan yang perlu
diwujudkan, yaitu:
a. Keadilan distributif, yakni sebuah konsep keadilan yang menuntut bahwa
setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknyadengan melihat porsi
prestasinya masing-masing. Keadilan distributif ini berlaku dalam ranah
hukum publik, yaitu fokus pada distribusi kekayaan dan harta benda lain
yang dimiliki oleh masyarakat.
b. Keadilan hukum, yakni prinsip yang menuntut bahwa setiap orang harus
diperlakukan sama di hadapan hukum tanpa pandang bulu.
c. Keadilan komutatif, yakni keadilan yang menuntut untuk meberikan hak
yang sama pada siapapun tanpa membeda-bedakan. Keadilan komutatif
terjadi pada saat terpenuhinya perlindungan terhadap hak milik,
pembayaran hutang, dan pemenuhan kewajiban sesuai perjanjian yang
telah disetujui.
Mewujudkan keadilan adalah upaya untuk mengatasi persoalan
ketimpangan sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat. 25

Contoh riil dari pengimplementasian nilai-nilai etika pancasila dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara, di antaranya:

1.Menjaga toleransi dan saling menghormati antar umat beragama.

2. Tidak memaksakan kehendak pada agama atau kepercayaan orang lain.

3. Menghargai perbedaan yang ada di masyarakat.

4. Tidak melakukan deskriminasi pada teman atau orang lain.

5. Cinta tanah air.

25
Laeli Asyahidiyah, Nur. Dan Anggraeni Dewi,Dinie. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam
Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Pada Generasi Muda di Era Globalisasi. Dalam Jurnal
Pendidikan Tambusai. Vol. 6, No.2, tahun 2022. Hlm. 9903-9904.

16
6. Mencintai produk lokal.

7. Mengutamakan keputusan yang diambil secara musyawarah.

8. Ikut serta dalam pemilu.

9. Membantu orang lain yang sedang dilanda kesusahan.

10. Bersikap adil.

C. Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Secara etimologis, etika berasal dari kata ethos yang berarti adat-istiadat,
perasaan batin, kecenderuang hati untuk melakukan perbuatan atau mengerjakan
tentang keluruhan budi baik-buruk. Menurut Aristoteles seorang filsuf asal
Yunani dan murid dari Plato berpendapat dengan membagi etika menjadi 2
pengaertian yakni Terminus Technicus dan Manner and Cutom. Terminus
Technicus merupakakan etika sebagai ilmu pengetahuan yang mepelajari
problem tingkah laku atau perbuatan manusia, sedangkan Manner and Cutom
merupakan pengkajian etika berkaitan dengan tata cara dan adat yang melekat
dalam dari individu, serta terkait dengan baik dan buruknya tingkah laku,
perbuatan, ataupun perilaku individu berikut. Sementara menurut
W.J.S.Poerwadarminta mengemukakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuaan
terkaiat perbuatan dan perilaku manusia dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya
yang ditentukan oleh manusia pula.

Lacey menjelaskan bahwa paling tidak ada enam pengertian nilai etika dalam
penggunaan secara umum, yaitu:

1. Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.

2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau


pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang.

3. Suatu kualitas atau tindakan sebagai membentuk identitas seseorang


sebagai pengevaluasian diri, penginterpretasian diri, dan pembentukan diri.

17
4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik
di antara berbagai kemungkinan tindakan.

5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika


bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.

6. Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dan identitas kepribadian seseorang.
Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan,
budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.

Pengertian berbangsa dan bernegara merupakan salah satu sikap atau tingkah
laku sesui dengan kepribadian bangsa itu sendiri dan mengaitkan dengan cita-
cita serta tujuan bangsa Indonesia yang berlandasan pancasila dan UUD 1945.
Menurut Rommy Patra, “Kita punya cita-cita bersama ingin mewujudkan tujuan
berbangsa dan bernegara yaitu melindungi segenap warga negara Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa dan ikut
serta dalam perdamaian dunia. Itu yang menjadi janji pada saat proklamasi 1945
hingga saat ini,”26

Etika kehidupan berbangsa dan bernegara mengacau pada nilai norma dan
prinsip yang menjadi pedoman perilaku dan tindakan individu atau lembaga
dalam suatu bangsa atau negara. Etika sangat penting untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara supaya mewujudkan masyarakat sejahtera, harmonis
dan memastikan tata pemerintahan yang baik. Prinsip bangsa Indonesia adalah
pancasila, dalam pancasila terdapat nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu:

 Sila pertama ketuhanan yang maha Esa. Indonesia adalah bangsa yang
religius, meyakini adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta. Negara
Indonesia memberi hak kepada warganya untuk memeluk agama dan
kepercayaan masing-masing oleh karena itu sebagai warga bernegara kita
sebaiknya menghormati dan menghargai kepercayaan dari agama lain.

26
19 Argawati, Utami. Bersama Mewujudkan Tujuan Berbangsa dan Bernegara.
Dalam Jurnal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 11 November 2022.

18
 Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab. Bangsa dan negara
Indonesia mendukung dan turut serta memajukan HAM, yang diatur serta
diterapkan sesuai dengan hakikat dan jadi diri bangsa Indonesia, sebagaimana
dimuat dalam UUD 1945.

 Sila ketiga persatuan Indonesia. Bangsa Indonesia meyakini bahwa mereka


bersatu dalam satu negara berbangsa yang menempatkan kepentingan bersama
dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun
golongan.

 Sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan. Indonesia adalah negara demokrasi yang
menyoroti pentingnya permusyawaratan dan perwakilan dalam pembentuk
proses pemerintahan dan pengambilan keputusan bangsa. Hal ini memunculkan
sistem yang di mana suara rakyat di dengar.

 Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mengutamakan


keadilan sosial sebagai dasar pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Yang di mana masyarakat mendapatkan haknya sebagai warga negara.

19
III. KESIMPULAN

Pancasila merupakan dasar dan ideologi resmi Negara Kesatuan Republik


Indonesia yang terdiri atas :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Semua prinsip dalam Pancasila tersebut merupakan perwuudan dari semangat
nasionalisme yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Pancasila merupakan
pedoman dan tindakan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,
demi mencapai keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat sehingga terciptalah kehidupan yang sejahtera. Pancasila sebagai
pedoman, mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara warga negaranya dalam
kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik,
maupun ekonomi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amaluddin Muhammad bin Mukarram al-Anshari bin Manzhur, Lisân al-‘Arab,


(Beirut: Dâr al-Masyriq, 1968), Juz VI, 108. Lihat: Louis Ma’luf, al-Munjid fî al-
Lughah wa al-A‘lâm, (Beirut: Dâr al-Masyriq, 1986), 36
Amri, S. R. (2018). Pancasila sebagai sistem etika. Voice of Midwifery, 8(01), 760-
768.
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan
BPS. Hlm.2.
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan
BPS. Hlm.3.
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan
BPS. Hlm.4.
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan
BPS. Hlm.5.
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatiha BPS.
Hlm.6.
Argawati, Utami. Bersama Mewujudkan Tujuan Berbangsa dan Bernegara. Dalam
Jurnal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 11 November 2022
Choliq, Abdul. Nasionalisme Dalam Perspektif Islam. Dalam Jurnal Sejarah Citra
Lekha, Vol. XVI, No. 2 Agustus, 2011. Hlm. 46-47
Eddy Kristiyanto, Etika Politik dalam Konteks Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius,
2001), hlm. 9.
Franz Magnis Suseno, Etika Politik…, 8.

Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 25.
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 27.
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 28.
Ibid
Irfani, Amalia. Nasionalisme Bangsa dan Melunturnya Semangat Bela Negara.
IAIN Pontianak;Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman.

21
Nasionalisme. Dalam Jurnal Buletin Psikologi. Vol. XII, No. 2, Desember
2004.Hlm. 65-66
K. Bretens. 1994. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman. Nasionalisme. Dalam Jurnal Buletin
Psikologi. Vol. XII, No. 2, Desember 2004.Hlm. 65
Laeli Asyahidiyah, Nur. Dan Anggraeni Dewi,Dinie. Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Pada Generasi
Muda di Era Globalisasi. Dalam Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol. 6, No.2,
tahun 2022. Hlm. 9903-9904.
P. Cowie, Oxford Learner’s Dictionary, (Oxford: Oxford University Press, 1990),
190.
Suryaningsi. 2016. Pengoptimalisasian Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya
Mmeperkuat Semangat Nasionalisme. Banjarmasin; Universitas
Mulawarman. Hlm 11-12.
Sofyan S Harahap, Op Cit, h. 15
Soeprapto, S. (2013). Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila
Dalam Perspektif Etika Pancasila. Jurnal Filsafat, 23(2), 99–116.

22

Anda mungkin juga menyukai