Disusun oleh:
2
II. PEMBAHASAN
A. Hakikat Nasionalisme
Secara etimologis, nasionalisme berakar kata nasional yang berasal dari kata
nation yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran. Berikut adalah
pendapat para ahli mengenai definisi nasionalisme:
1) Hans Kohn
Hans Kohn mengatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang
berpendapat bahwa kesetiaan individu harus diserahkan pada negara
kebangsaan.
2) Sartono Kartodirjo
Sartono Kartodirjo berpendapat bahwa nasionalisme adalah ideologi yang
yang mencakup lima prinsip, yaitu; unity (kesatuan) yang merupakan sebuah
syarat yang tidak bisa ditolak, liberty (kemerdekaan) termasuk juga
kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat, equality (persamaan) bagi setiap
warga untuk mengembangkan bakat dan menelusuri minatnya masing-masing,
personality (kepribadian) yang terbentuk oleh pengalaman budaya dan sejarah
bangsa, dan terakhir adalah prinsip performance dalam arti kualitas atau prestasi
yang dibanggakan kepada bangsa lain.
3) Gellner
Nasionalisme menurut Gellner ialah suatu perjuangan untuk membuat budaya
dan perpolitikan menjadi persesuaian. 1
4) Sarman (1999)
Menurut Sarman, nasionalisme dalam arti sempit adalah kecintaan seseorang
terhadap tanah air yang tanpa reserve dan merupakan simbol patriotisme-heroik
semata sebagai bentuk perjuangan yang seolah-olah menghalalkan segala cara
demi negara yang dicintai.
5) Hara (2000)
1
Choliq, Abdul. Nasionalisme Dalam Perspektif Islam. Dalam Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. XVI,
No. 2 Agustus, 2011. Hlm. 46-47
3
Nasionalisme mencakup persamaan keanggotaan dan kewarganegaraan dari
semua kelompok etnis dan budaya di dalam suatu bangsa, yang didalamnya ada
suatu kebanggaan tersendiri dalam menunjukkan identitasnya sebagai suatu
bangsa.
6) L. Stoddard
Nasionalisme menurutnya adalah satu keyakinan yang yang dimiliki
bersama oleh sejumlah besar individu dan menurut mereka adalah bahwa
mereka satu kebangsaan, unitality. 2
2
Ibid
3
Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman. Nasionalisme. Dalam Jurnal Buletin Psikologi. Vol.
XII, No. 2, Desember 2004.Hlm. 65-66
4
Choliq, Abdul. Nasionalisme Dalam Perspektif Islam. Dalam Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. XVI,
No. 2 Agustus, 2011. Hlm. 47.
5
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.4.
4
Nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal
atau etnis masyarakat atau dengan kata lain nasionalisme yang berbasis pada
kesamaan etnis. Dengan keaggotaan suatu bangsa yang bersifat turun-
temurun, sehingga dapat memperkuat rasa solidaritas dan persatuan di antara
anggotanya. Nasionalisme etnis harus dib arengi dengan semangat persatuan
dan kesatuan dalam keberagaman untuk meredam konflik antar-etnis
sehingga dapat membangun identitas bangsa yang kokoh.
3. Nasionalisme Romantis/ Organik/ Identitas
Nasionalisme di mana negara memeiliki kebenaran politik secara organik,
yakni berbasis pada kesamaan budaya atau identitas, sehingga dapat memicu
adanya semangat romantis. Nasionalisme romantis menitikberatkan pada
budaya etnis yang sesuai dengan idealisme romantik, dan bentuk
nasionalisme inilah yang paling sesuai untuk negara heterogen seperti
Indonesia.
4. Nasionalisme Budaya
Nasionalisme di mana negara memiliki kebenaran politik yang berasal dari
budaya bersama dan bahasa yang sama, tetapi tidak pada konsep nenek
moyang, ras, atau etnis yang sama. Nasionalisme cenderung tidak terwujud
dalam gerakan independen, tetapi merupakan posisi moderat dalam spektrum
ideologi nasionalis yang lebih luas.
5. Nasionalisme Kenegaraan
Nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari kesamaan
wilayah atau negara dengan masyarakatnya yang memiliki kesadaran dan
semangat kebangsaan yang tinggi.
6
Irfani, Amalia. Nasionalisme Bangsa dan Melunturnya Semangat Bela Negara. IAIN Pontianak;
5
sejajar dengan demokrasi. Secara bertahap nasionalisme mulai tersebar ke
seluruh dunia, hingga pada abad ke-20, nasionalisme mulai memasuki Asia dan
Afrika. Lahirnya nasionalisme di Indonesia disebabkan oleh penderitaan panjang
yang dialami bangsa Indonesia akibat penjajahan dan dipengaruhi oleh
meningkatnya semangat untuk meraih kemerdekaan7. Dilihat dari sejarahnya
nasionalisme yang dibangun oleh bangsa Indonesia adalah nasionalisme yang
anti kolonialisme, nasionalisme yang dibangun untuk mewujudkan bangsa yang
bebas dan merdeka dari belenggu kolonialisme. Ada beberapa faktor yang
mendorong kemunculan nasionalisme di Indonesia:
1) Faktor Internal
a. Timbulnya kembali golongan pertengahan, kaum terpelajar.
b. Adanya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh rakyat Indonesia di
berbagai aspek keidupan.
c. Pengaruh golongan peranakan.
d. Adanya keinginan untuk melepaskan diri dari belenggu kolonialisme dan
imperialisme.
2) Faktor Eksternal
a. Invasi paham-paham modern Eropa, seperti liberalism, humanisme,
komunisme, dan nasionalisme.
b. Gerakan Pan-Islamisme, yakni sebuah ideologi polotik yang mengajarkan
bahwa umat Islam di seluruh dunia harus Bersatu agar dapat terbebas dari
kolonialisme dan imperialism bangsa Barat, Gerakan ini lahir atas gagasan
Jamaluddin al-Afghany pada akhir abad ke-19M.
c. Pergerakan-pergerakan perlawanan nasional yang dilakukan oleh bangsa
terjajah di Asia terhadap para penjajah.
d. Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 yang membangkitkan
semangat bangsa Asia, termasuk Indonesia, untuk menentang kekuasaan
imperialisme bangsa Barat.8
7
Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman. Nasionalisme. Dalam Jurnal Buletin Psikologi. Vol.
XII, No. 2, Desember 2004.Hlm. 65
8
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.3.
6
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, ideologi nasionalisme ini
memiliki peran yang sangat penting dalam melawan penjajahan. Rasa
nasionalisme inilah yang menjadi alat pemersatu Nusantara yang kala itu masih
‘asing’ satu sama lain, sehingga terbentuklah sebuah komunitas bangsa, yaitu
bangsa Indonesia. Semangat Nasionalisme yang melekat pada diri seseorang
tidak melekat begitu saja, tentu ada unsur-unsur yang memengaruhinya,
diantaranya:
1) Perasaan nasional, yaitu rasa persamaan dari sekelompok manusia yang
menimbulkan kesadaran sebagai sebuah bangsa.
2) Watak nasional, yaitu karakteristik atau sifat khas yang dimiliki oleh suatu
bangsa atau negara.Watak nasional dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: geografi, ekologi, demografi, sejarah, kebudayaan, dan watak
masyarakat.
3) Batas nasional, yaitu batas-batas wilayah suatu negara yang memberikan
pengaruh emosional dan ekonomis kepada individu.
4) Bahasa nasional, yaitu sebuah bahasa atau varian bahasa, seperti dialek, yang
memiliki hubungan de facto (secara nyata) atau de jure (secara hukum)
dengan suatu bangsa atau negara yang bisa mewakili identitas nasional
bangsa atau negara.
5) Peralatan nasional, yaitu segala alat perlengkapan yang digunakan untuk
mendukung pertahanan negara serta keamanan dan ketertiban masyarakat.
Peralatan nasional dapat mencakup senjata militer, kendaraan militer,
peralatan komunikasi, dan peralatan medis.
6) Agama. Agama bisa menjadi unsur yang memengaruhi nasionalisme karena;
identitas agama bisa menjafi identitas bangsa, agama dapat memperkuat rasa
persatuan dan kesatuan nasinal, agama dapat memengaruhi pandangan politik
dan social masayarakat, serta agama juga dapat menjadi sumber konflik
dalam masyarakat.9
9
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.2.
7
1. Kesatuan (unity). Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam wilayah
territorial, bangsa, bahasa, ideologi, dan doktrin kenegaraan, sistem politik
atau pemerintahan, sistem perekonomian, sistem pertahanan-pertahanan, dan
kebijakan budaya.
2. Kebebasan ( liberty, freedom, independence ). Kebebasan yang dimaksud
adalah kebebasan beragama, berbicara dan berpendapat; baik lisan maupun
tulisan, dan kebebasan dalam berkelompok atau berorganisasi.
3. Kesamaan (equality ). Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan dalam
kedudukan di mata hukum serta hak dan kewajiban.
4. Kepribadian (personality) dan identitas (identity), yaitu memiliki harga diri
(self esteem), rasa bangga (pride), dan rasa sayang (depotion) terhadap
kepribadian dan identitas bangsa yang tumbuh dan sesuai dengan sejarah dan
kebudayaan bangsanya.
5. Prestasi (achievement ), yaitu cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan
(walfare) serta kebesaran dan kemanusiaan ( the greatness and the
glorification) dari bangsanya. 10
Nasionalisme yang ada dan dikenal di Indonesia dewasa ini, tidaklah serta-
merta seperti itu adanya dari dulu. Nasionalisme di Indonesia memiliki fase-fase
perkembangan, yaitu:
10
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.6.
8
3) Fase Pendobrak ( 1942-1945)
Pada fase ini, Indonesia diduduki oleh Jepang sehimgga gerakan nasionalisme
mengalami perubahan menjadi lebih menekankan pada pejuangan
kemerdekaan Indonesia.
4) Fase Kebangkitan ( 1945-1949)
Pada fase ini, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, meskipun kemerdekaan Indonesia belum diakui
oleh Belanda dan beberapa negara Eropa, sehingga tercetuslah perang antara
Indonesia dengan Belanda selama kurang lebih empat tahun demi
mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan yang diakui.
5) Fase Integrasi ( 1950- sekarang)
Pada fase ini, Indonesia mengalami proses integrasi dan Pembangunan
nasional juga aktif dalam melaksanakan hubungan internasional serta
menjadi anggota PBB.11
Maka, jika dikaji ulang konsep nasionalisme yang ada pada awal sejarah
kemunculannya di Indonesia adalah nasionalisme yang anti-kolonialisme,
sedangkan di masa kini konsep nasionalisme adalah nasionalisme yang menolak
segala bentuk diskriminasi dan kezaliman.
Nasionalisme yang sehat dan positif dapat membantu membangun negaranya
untuk maju dan sejahtera, sementara nasionalime yang berlebihan lagi sempot
dapat menimbulkan konflik dan diskriminasi dengan bangsa lain. Berikut adalah
beberapa fungsi nasionalisme bagi negara:
1. Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Meningkatkan rasa cinta terhadap bangsa, negara, dan tanah air.
3. Mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara.
4. Memberikan identitas sosial pada diri seseorang.
5. Meningkatkan rasa rela berkorban untuk melindungi bangsa dan negara.
6. Meningkatkan keinginan untuk memajukan tanah air.
7. Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
11
Andri A. ST. MT, Utama.2019. Nasionalisme. Pusat Pendidikan dan Perlatihan BPS. Hlm.5.
9
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa merupakan perwujudan
dari nilai-nilai nasionalisme yang telah mempersatukan bangsa ini. Pancasila
sebagai perwujudan semangat nasionalisme bangsa, mengandung nilai-nilai
luhur yang telah diwariskan dari nenek moyang bangsa, yaitu: nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan atau demokrasi, nilai
keadilan.
10
l) Menganggap bahwa sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain itu penting. 12
12
Suryaningsi. 2016. Pengoptimalisasian Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya Mmeperkuat
Semangat Nasionalisme. Banjarmasin; Universitas Mulawarman. Hlm 11-12.
13
K. Bretens. 1994. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
14
Sofyan S Harahap, Op Cit, h. 15
15
amaluddin Muhammad bin Mukarram al-Anshari bin Manzhur, Lisân al-‘Arab,
(Beirut: Dâr al-Masyriq, 1968), Juz VI, 108. Lihat: Louis Ma’luf, al-Munjid fî al-Lughah wa
al-A‘lâm, (Beirut: Dâr al-Masyriq, 1986), 36
16
P. Cowie, Oxford Learner’s Dictionary, (Oxford: Oxford University Press,
1990), 190.
17
Franz Magnis Suseno, Etika Politik…, 8.
11
2) Hak Asasi Manusia
Kemanusiaan yang adil dan beradab dibuktikan dengan adanya hak-hak
asasi manusia, karena HAM menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlukan agar sesuai dengan martabat nya
sebagai manusia.
3) Solidaritas bangsa.
Solidaritas mengatakan, Kita tidak hanya hidup untuk diri kita sendiri
melainkan juga untuk orang lain.
4) Demokrasi
Kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tidak ada manusia yang bisa
memaksakan dan menentukan bagaimana orang lain hidup. Demokrasi
berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak untuk
menentukan siapa yang akan memimpin mereka dan bagaimana tujuan nya.
5) Keadilan
Norma paling dasar dalam kehidupan masyarakat yakni keadilan. Tuntutan
keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksana
ide, agama tertentu.18
18
Eddy Kristiyanto, Etika Politik dalam Konteks Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 9
19
Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 25
12
permasalahan yang ada dalam negara, kebijakan umum pemerintah harus
terumus jelas dalam hal program, metode, prioritas, dan dasar filosofisnya. 20
2) Sarana
Dimensi etika politik yang kedua adalah sarana untuk mencapai tujuan.
Dimensi sarana ini meliputi prinsip-prinsip dan sistem dasar pengorganisasian
praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-institusi
sosial.Dimensi sarana mengandung dua pola normatif, yang pertama tatanan
politik (hukum dan institusi) dan yang kedua yaitu kekuatan-kekuatan politik
ditata sesuai dengan prinsip timbal balik.21
3) Aksi politik
Dimensi etika yang ketiga, dimensi aksi politik, pelaku memegang peran
sebagai penentu rasionalitas politik. Rasionalitas terdiri dari rasionalitas
tindakan dan rasinalitas keutamaan (kualitas moral pelaku). 22
2. Etika Pancasila
A. Pengertian Etika Pancasila
Pancasila merupakan gabungan dari dua kata yakni panca dan sila. Arti dari
panca yaitu 5 sedangkan sila artinya dasar atau peraturan tingkah laku yang baik
yang penting atau senonoh. Pancasila merupakan lima dasar negara yang
menjadi acuan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. 23
Soeprapto menjabarkan etika Pancasila menjadi beberapa pengertian yaitu :
1) Etika Pancasila merupakan etika keutamaan yang susunannya berasal dari
nilai-nilai moral bangsa Indonesia karena moral diutamakan pada etika
keutamaan yang terdapat pada setiap individu masyarakat. Moral yang
diutamakan diantaranya rasa setia ketulusan jujur serta sayang menyayangi.
2) Etika Pancasila sebagai etika teologis yang menjadikan Pancasila sebagai
pedoman setiap masyarakat Indonesia agar mencapai segala sesuatu dan cita-
cita.
20
Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 25.
21
Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 27.
22
Dr. Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 28.
23
Amri, S. R. (2018). Pancasila sebagai sistem etika. Voice of Midwifery, 8(01), 760-768.
13
3) Etika Pancasila merupakan etika deontologis yang dijadikan sebagai
pedoman dalam menumbuhkan kesadaran dalam mengimplementasikan
Pancasila kepada generasi bangsa utamanya generasi muda Indonesia untuk
mempersiapkan menuju masa depan. 24
Prinsip-prinsip atau nilai-nilai etika pancasila yang tertuamg dalam isi dari
pancasila itu sendiri perlu menjadi fondasi serta pegangan hidup bagi warga
24
Soeprapto, S. (2013). Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila Dalam
Perspektif Etika Pancasila. Jurnal Filsafat, 23(2), 99–116.
14
negara Indonesia dan mengimplementasikannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
15
Sila kelima ini dapat diartikan bahwa semua orang bisa mendapatkan hak dan
bagiannya masing-masing. Hal tersebut bisa tercapai apabila kepentingan
individu dan epentingan kolektif dapat diprioritaskan di waktu dan tempat yang
tepat. Dalam sila yang terakhir ini, ada beberapa nilai keadilan yang perlu
diwujudkan, yaitu:
a. Keadilan distributif, yakni sebuah konsep keadilan yang menuntut bahwa
setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknyadengan melihat porsi
prestasinya masing-masing. Keadilan distributif ini berlaku dalam ranah
hukum publik, yaitu fokus pada distribusi kekayaan dan harta benda lain
yang dimiliki oleh masyarakat.
b. Keadilan hukum, yakni prinsip yang menuntut bahwa setiap orang harus
diperlakukan sama di hadapan hukum tanpa pandang bulu.
c. Keadilan komutatif, yakni keadilan yang menuntut untuk meberikan hak
yang sama pada siapapun tanpa membeda-bedakan. Keadilan komutatif
terjadi pada saat terpenuhinya perlindungan terhadap hak milik,
pembayaran hutang, dan pemenuhan kewajiban sesuai perjanjian yang
telah disetujui.
Mewujudkan keadilan adalah upaya untuk mengatasi persoalan
ketimpangan sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat. 25
25
Laeli Asyahidiyah, Nur. Dan Anggraeni Dewi,Dinie. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam
Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Pada Generasi Muda di Era Globalisasi. Dalam Jurnal
Pendidikan Tambusai. Vol. 6, No.2, tahun 2022. Hlm. 9903-9904.
16
6. Mencintai produk lokal.
Secara etimologis, etika berasal dari kata ethos yang berarti adat-istiadat,
perasaan batin, kecenderuang hati untuk melakukan perbuatan atau mengerjakan
tentang keluruhan budi baik-buruk. Menurut Aristoteles seorang filsuf asal
Yunani dan murid dari Plato berpendapat dengan membagi etika menjadi 2
pengaertian yakni Terminus Technicus dan Manner and Cutom. Terminus
Technicus merupakakan etika sebagai ilmu pengetahuan yang mepelajari
problem tingkah laku atau perbuatan manusia, sedangkan Manner and Cutom
merupakan pengkajian etika berkaitan dengan tata cara dan adat yang melekat
dalam dari individu, serta terkait dengan baik dan buruknya tingkah laku,
perbuatan, ataupun perilaku individu berikut. Sementara menurut
W.J.S.Poerwadarminta mengemukakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuaan
terkaiat perbuatan dan perilaku manusia dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya
yang ditentukan oleh manusia pula.
Lacey menjelaskan bahwa paling tidak ada enam pengertian nilai etika dalam
penggunaan secara umum, yaitu:
17
4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik
di antara berbagai kemungkinan tindakan.
6. Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dan identitas kepribadian seseorang.
Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan,
budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.
Pengertian berbangsa dan bernegara merupakan salah satu sikap atau tingkah
laku sesui dengan kepribadian bangsa itu sendiri dan mengaitkan dengan cita-
cita serta tujuan bangsa Indonesia yang berlandasan pancasila dan UUD 1945.
Menurut Rommy Patra, “Kita punya cita-cita bersama ingin mewujudkan tujuan
berbangsa dan bernegara yaitu melindungi segenap warga negara Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa dan ikut
serta dalam perdamaian dunia. Itu yang menjadi janji pada saat proklamasi 1945
hingga saat ini,”26
Etika kehidupan berbangsa dan bernegara mengacau pada nilai norma dan
prinsip yang menjadi pedoman perilaku dan tindakan individu atau lembaga
dalam suatu bangsa atau negara. Etika sangat penting untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara supaya mewujudkan masyarakat sejahtera, harmonis
dan memastikan tata pemerintahan yang baik. Prinsip bangsa Indonesia adalah
pancasila, dalam pancasila terdapat nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu:
Sila pertama ketuhanan yang maha Esa. Indonesia adalah bangsa yang
religius, meyakini adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta. Negara
Indonesia memberi hak kepada warganya untuk memeluk agama dan
kepercayaan masing-masing oleh karena itu sebagai warga bernegara kita
sebaiknya menghormati dan menghargai kepercayaan dari agama lain.
26
19 Argawati, Utami. Bersama Mewujudkan Tujuan Berbangsa dan Bernegara.
Dalam Jurnal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 11 November 2022.
18
Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab. Bangsa dan negara
Indonesia mendukung dan turut serta memajukan HAM, yang diatur serta
diterapkan sesuai dengan hakikat dan jadi diri bangsa Indonesia, sebagaimana
dimuat dalam UUD 1945.
19
III. KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 25.
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 27.
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 28.
Ibid
Irfani, Amalia. Nasionalisme Bangsa dan Melunturnya Semangat Bela Negara.
IAIN Pontianak;Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman.
21
Nasionalisme. Dalam Jurnal Buletin Psikologi. Vol. XII, No. 2, Desember
2004.Hlm. 65-66
K. Bretens. 1994. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman. Nasionalisme. Dalam Jurnal Buletin
Psikologi. Vol. XII, No. 2, Desember 2004.Hlm. 65
Laeli Asyahidiyah, Nur. Dan Anggraeni Dewi,Dinie. Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Pada Generasi
Muda di Era Globalisasi. Dalam Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol. 6, No.2,
tahun 2022. Hlm. 9903-9904.
P. Cowie, Oxford Learner’s Dictionary, (Oxford: Oxford University Press, 1990),
190.
Suryaningsi. 2016. Pengoptimalisasian Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya
Mmeperkuat Semangat Nasionalisme. Banjarmasin; Universitas
Mulawarman. Hlm 11-12.
Sofyan S Harahap, Op Cit, h. 15
Soeprapto, S. (2013). Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila
Dalam Perspektif Etika Pancasila. Jurnal Filsafat, 23(2), 99–116.
22