PANCASILA
Pancasila adalah lebih memenuhi kebutuhan manusia dan lebih menyelamatkan manusia,
daripada Declaration of Independencenya Amerika, atau Manifesto Komunis. Pancasila adalah
satu pengangkatan yang lebih tinggi dari pada Declaration of Independence dan Manifesto
Komunis.
(Soekarno)
didepan angota sidang (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan dasar atau
falsafah (weltanschuung).
Negara Indonesia merdeka yang di sebut dengan Pancasila yang berisikan Lima
Sila yakni; Sila Kebangsaan Indonesia, Sila Internasionalisme atau Perikemanusian, Sila
Mufakat atau Demokrasi, Sila Kesejahtraan Sosial dan Ketuhanan. Dalam pidatonya ini
Bung Karno berhasil meyakinkan anggota Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai (BPUPKI) untuk
menerima Pancasila sebagai Dasar Negara, yang segera di sisipkan dalam Pembukaan
UUD 1945. Pidato 1 Juni kemudian di jadikan sebagai hari lahirnya Pancasila.
Menjelang Proklamasi kemerdekaan, Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai (BPUPKI)
dihapuskan dan lahirlah Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebelum
naskah proklamasi dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945, pada tanggal 22 Juli 1945
telah lahir naskah yang dikenal sebagai Piagam Jakarta/Jakarta Charter. Piagam inilah
yang menjiwai UUD Proklamasi dan kemudian dijadikan landasan pembukaan UUD
1945. Berdasarkan naskah Piagam Jakarta inilah susunan Pancasila dalam UUD 1945,
kemudian berbunyi;
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
B. Prinsip-Prinsip Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia meliputi orang-orang yang menganut banyak agama: ada
islam, Kristen, ada Budha, Hindu bahkan ada yang tidak menganut suatu agama
seperti kita beragama saat ini. Berpangkal pada kenyataan dan mengingat akan
berbeda-beda tetapi besatunya bangsa Indonesia, maka Indonesia menempatkan
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai yang utama dalam falsafah hidup masyarakat
Indonesia. Toleransi yang cukup tinggi antar pemeluk agama mengakui bahwa
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan karakteristik bangsa
Indonesia.
2. Kemanusian yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
Demokrasi bukanlah monopoli atau penemuan dari aturan sosial Barat. Lebih
tegas demokrasi tampaknya merupakan keadaan asli dari pada Indonesia. Peradaban
masyarakat Indonesia telah mengembangkan bentuk-bentuk demokrasi Indonesia.
Demokrasi Indonesia mengandung tiga unsur pokok:
C. Tri sila
a. Socio-Nasionalisme
Istilah “socio-nasionalisme” ini mungkin memunculkan pertanyaan; mengapa
tidak nasionalisme saja? Atau kebangsaan saja? Mengapa menggunakan istilah socio-
nasionalisme? Bila dicermati, istilah ini membuat garis pembeda yang tegas terhadap,
atau kebalikan dari, prinsip nasionalisme yang fasistik (nasional-sosialisme) yang
pernah membuat tragedi besar umat manusia di pertengahan abad 20. Menurut Dr.
Adel Bshara, seorang peneliti tentang pemikiran politik nasional dan militer,
nasional-sosialisme merupakan jenis nasionalisme yang dianjurkan oleh Heinrich von
Treitschke, seorang sejarawan Jerman pada abad-19, berdasarkan pada teori “Sosial
Darwinisme” tentang kompetisi antar ras. Berangkat dari teori tersebut Treitschke
menciptakan mitos bahwa ras Jerman (Aria) lah yang paling unggul. Pada kemudian
hari, berdasarkan mitos persaingan dan keunggulan ras tersebut, fasisme di Jerman
berkembang dan mengganas dalam komando Adolf Hitler.
Bung Karno memang menggunakan juga istilah “kebangsaan”, namun paham
kebangsaan yang dianjurkan Bung Karno dilandasi oleh “persatuan orang dan
tempat”, sebagai tambahan pada “kehendak untuk bersatu” serta “persatuan nasib”
yang dikutip dari Ernest Renan dan Otto Bauer. Sama sekali bukan didasarkan
persaingan antara ras.
Secara geografis Indonesia merupakan satu gugus kepulauan. Orang-orang
yang mendiami kepulauan tersebut saling berhubungan jauh sebelum penjajah Barat
datang. Saat kita membuka peta, kita akan melihat pulau-pulau di Indonesia
mengelompok sebagai satu kesatuan antara dua benua dan dua samudera. Orang-
orang yang berada dalam geografi tersebut, terutama di kota-kota pesisir,
berhubungan melalui perdagangan sampai terbentuk bahasa “Melayu pasar” yang
kemudian menjadi bahasa persatuan: Bahasa Indonesia.
Bung Karno secara tegas menolak peruncingan nasionalisme menjadi sempit
atau chauvinis. Meskipun dalam berbagai kesempatan ia membangkitkan kebanggaan
sebagai bangsa Indonesia, ia tetap mengingatkan kita bahwa “Indonesia hanya bagian
kecil dari dunia” sehingga bangsa Indonesia jangan sekali-kali meremehkan bangsa
lain. “Kita harus hidup dalam perdamaian dan persaudaraan dunia”, pesannya.
Namun, pada saat yang sama ia juga mencela orang-orang yang menganut
paham “kosmopolitanisme” atau yang tidak mengakui adanya kebangsaan. Orang-
orang tersebut hanya mengakui internasionalisme atau kemanusiaan saja sehingga
tidak berakar di bumi yang bernama bangsa, sebagaimana dikatakan berikut:
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
1. Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya
nasionalisme.
2. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam tamansarinya
internasionalisme.
Jadi, dua hal ini, saudara-saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertama-tama
saya usulkan kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain.
Sangat masuk akal bahwa kemanusiaan bukanlah suatu perkara yang jauh dari
tempat kita hidup. Dengan kata lain, adalah omong kosong untuk memperjuangkan
keadilan bagi umat manusia di seluruh muka bumi sementara di lingkungan politik
terdekat kita (bangsa) masih terdapat ketidakadilan yang merendahkan kemanusiaan
itu sendiri. Bagaimanapun, bangsa merupakan akar tempat kita berasal, tumbuh, dan
memperoleh kehidupan serta kesadaran sosial. Prinsip kemanusiaan atau
internasionalisme hanya akan bermakna apabila kita memulai dengan mengubah
situasi bangsa menjadi lebih baik. Dari sini, pada akhirnya, menuntut kesadaran
tentang adanya penindasan terhadap bangsa Indonesia oleh modal dari bangsa-bangsa
yang lebih maju. Kesadaran tentang “persatuan manusia dan tempat” yang terus
dilemahkan secara fisik dan mentalitas agar dapat terus dijajah.
Persatuan manusia dan tempat, dalam hubungan dengan prinsip kemanusiaan,
ini membedakan kecenderungan nasionalisme di negeri-negeri maju dengan di
negeri-negeri terjajah. Nasionalisme di negeri-negeri maju mempunyai
kecenderungan agresif dan menindas karena didasari perasaan bahwa bangsanya lebih
unggul dari bangsa lain—meskipun keunggulan itu diperoleh dari eksploitasi bangsa
lain. Oleh karena itulah, para pemikir marxis dari negeri-negeri Eropa, umumnya
secara keras menolak nasionalisme di Tanah Airnya. Sedangkan nasionalisme di
negeri-negeri terjajah mempunyai kecenderungan progresif karena dilandasi
keinginan untuk mencapai kesetaraan dengan bangsa-bangsa lain di dunia, yang
berarti juga keinginan untuk lepas dari penindasan bangsa lain. Oleh karena itu pula,
para pemikir marxis di negeri-negeri terjajah umumnya merupakan pejuang
pebebasan nasional yang paling gigih.
Demikian kedua prinsip tersebut, kebangsaan (nasionalisme) dan kemanusiaan
(internasionalisme) diperas menjadi satu, dan oleh Sukarno dinamakan sosio-
nasionalisme. Di sini Bung Karno memperlihatkan hubungan dialektik antara kedua
paham yang kerap dipertentangkan.
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
b. Socio-demokrasi
Kita telah membahas socio-nasionalisme sebagai konsep pemikiran. Berikutnya
adalah konsep pemikiran socio-demokrasi. Gagasan socio-demokrasi berasal dari sejarah
perjuangan kaum buruh Eropa, yang menekankan arti penting perjuangan kelas tertindas
untuk mencapai keadilan sosial melalui perebutan kekuasaan politik.
Sejarah pemikiran ini berkembang melalui berbagai tahap, baik pada masa-masa
moderat maupun radikal. Sejak kapitalisme muncul menggantikan feodalisme di daratan
Eropa, muncul pula ide-ide tentang masyarakat adil-makmur atau sosialisme. Gagasan-
gagasan tentang sosialisme ini mulai menemukan landasan ilmiah sejak diluncurkan
Manifesto Partai Komunis tahun 1848 yang ditulis oleh Karl Marx dan Frederich Engels.
Perjuangan kelas buruh semakin menghebat.
Namun selama dekade 1850-an sampai 1860-an gerakan kelas buruh mengendur.
Seiring dengan itu gagasan tentang perjuangan kelas pun mengalami pergeseran menjadi
lebih moderat. Ferdinand Lasalle, seorang politisi Jerman dan anggota Liga Komunis,
kemudian mengajukan teori bahwa “negara harus bertindak sebagai arsitek kebijakan
sosial dengan dukungan kelas pekerja”. Sosial demokrasi hendak mendirikan negara
sosialis namun dengan metode yang lebih moderat dan konstitusional. Gagasan ini lebih
moderat dibandingkan gagasan Marx bahwa negara haruslah direbut secara paksa oleh
kelas pekerja untuk menjadi alat kekuasaan demi mencapai keadilan yang sepenuh-
penuhnya.
Ketika perjuangan menentang kapitalisme kembali menggelora, maka gerakan
kelas buruh Eropa kembali dekat pada gagasan Marx yang tercantum dalam Manifesto
Partai Komunis, meskipun masih membawa nama Sosial Demokrasi. Penggunaan nama
ini terus berlanjut sampai gerakan buruh berkembang secara internasional khususnya di
seluruh Eropa dan Amerika.
Ketika meletus Perang Dunia I terjadi pembelahan antara pendukung dan
penentang perang di kalangan kaum sosial demokrat (marxis) sendiri. Kaum sosial
demokrat yang menentang perang kemudian menggunakan nama “komunis”, sementara
yang mendukung perang tetap menggunakan nama “sosial demokrasi” atau sering
disingkat “sosdem”. Karena interaksinya yang sangat kuat maka gagasan socio-
demokrasi tidak dapat dipisahkan teori sosial marxis.
Seperti sebagian besar pendiri bangsa lain, Bung Karno bukan tidak pernah
mempelajari gagasan marxisme. Sebaliknya, bila kita telusuri karya-karyanya, dapat
ditemui begitu banyak kutipan pemikiran Karl Marx atau para pengikutnya dari berbagai
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
negeri. Bung Karno bahkan mengakui bahwa ide Marhaenisme yang diajukannya
merupakan penerapan marxisme dalam kondisi Indonesia. Makanya sangat
mengherankan, atau merupakan manipulasi yang membodohkan, bila orang
mempertentangkan Pancasila dengan Marxisme secara antagonistis, sebagai paham yang
tidak dapat dipertemukan.
Pancasila memang bukan marxisme, begitu pula sebaliknya, marxisme bukanlah
Pancasila. Namun penerapan marxisme harus memperhatikan situasi-situasi khusus
waktu dan tempat. Marxisme akan menjadi sia-sia bila hanya diterima sebagai ide,
sementara penerima ide tersebut memunggungi realitas. Demikian sebaliknya, penerapan
Pancasila pun membutuhkan ulasan teoritis yang salah satu mata air terbesarnya adalah
marxisme.
Bung Karno menyatakan bahwa socio-demokrasi merupakan penggabungan atau
perasan dari dua sila; yaitu mufakat atau demokrasi atau kedaulatan rakyat, dan
kesejahteraan sosial atau keadilan sosial. Beberapa kalangan mengartikan prinsip
musyawarah-mufakat ini sebagai suatu kompromi atau peniadaan kontradiksi dalam
masyarakat. Sebaliknya dari itu, justru dalam prinsip ini Bung Karno telah menekankan
arti penting perjuangan gagasan dan praktek sesuai dengan keyakinan ideologi masing-
masing.
Musyawarah, atau diskusi, atau rembug dalam tradisi Jawa, dibutuhkan karena
masyarakat masih hidup dalam kontradiksi. Kontradiksi dalam suatu bangsa atau
masyarakat dalam habitat yang sama sebisa mungkin diselesaikan melalui musyawarah
tersebut. Diskusi yang paling keras sekalipun akan berguna untuk memajukan pilihan
yang terbaik tampil ke depan.
Hal ini diungkapkan Bung Karno sebagai berikut: Tidak ada satu staat yang hidup
betul-betul hidup, jikalau di dalam badan perwakilan tidak seakan-akan bergolak
mendidih kawah Candradimuka, kalau tidak ada perjuangan faham di dalamnya.
Situasi “perjuangan faham” di dalam badan perwakilan ini tiada ditemui dalam
situasi sekarang. Perdebatan di dalam badan-badan perwakilan lebih banyak berisi hal-hal
elementer atau sekadar permainan kata-kata. Sementara hal yang diperjuangkan pun
bukanlah perbaikan kondisi bangsa, melainkan sekadar kepentingan individu dan
kelompok masing-masing. Mungkin penilaian ini dianggap terlalu merendahkan kualitas
badan perwakilan sekarang (DPR/MPR), namun siapapun yang membuka mata hati dan
pikiran, dan mau berkata jujur tentang apa yang dilihatnya, akan mengakui keadaan
tersebut. Sejak orde baru berkuasa lebih dari empat dekade lalu perjuangan gagasan
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
dalam kehidupan politik memang telah ditumpas habis dan tidak diijinkan untuk tumbuh.
Dampaknya bisa kita rasakan hari ini, bahwa pemahaman terhadap gagasan politik
menjadi begitu dangkal sehingga melemahkan kekuatan rakyat.
Sementara dalam prinsip “kesejahteraan sosial” atau “keadilan sosial”
menekankan tujuannya yaitu: “tidak akan ada kemiskinan di bumi Indonesia Merdeka”.
Bagaimana meniadakan kemiskinan tersebut? Hal ini diulas oleh Bung Karno dalam
hubungan dengan sistem politik yang terbangun, atau dengan prinsip demokrasi yang
disebutkan sebelumnya. Dengan mengambil contoh dari tata pemerintahan di negeri-
negeri Barat, Bung Karno menyimpulkan bahwa “demokrasi politik” saja tidak cukup.
Dalam demokrasi versi Barat ini, kaum buruh bisa mempunyai perwakilan di parlamen
yang bisa menjatuhkan menteri, atau merombak kabinet. Namun saat berada di tempat
kerjanya ia (buruh) dapat dilempar oleh pemilik perusahaan menjadi seorang
pengangguran tanpa bisa berbuat apa-apa.
Oleh karena itu, dari gambaran model demokrasi yang dipilih, tampak hubungan
yang erat antara sila “musyawarah-mufakat” dengan “keadilan sosial”. Kedua sila ini
yang antara lain dijelaskan sebagai berikut: Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat,
tetapi politiek-economiche democratie, yaitu politieke democratie dengan sociale
rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan, saya peraskan pula menjadi satu.
Inilah yang dulu saya namakan socio-democratie.
Dalam konsep socio-demokrasi yang dianut Bung Karno, kedaulatan rakyat
mendapat tempat tertinggi di lapangan politik dan ekonomi sekaligus. Kedaulatan politik
tidak dimaknai secara formal sebagaimana hak-hak sipil politik yang saat ini telah
diadopsi dari konvenan PBB ke dalam peraturan perundang-undangan. Lebih dari itu
ditekankan pentingnya keadilan dalam bidang sosial ekonomi yang kemudian tercermin
dalam konstitusi hasil proklamasi kemerdekaan.
D. Eka Sila
Azas Gotong-Royong
Gotong-Royong pada dasarnya adalah suatu azas dari tata kehidupan dan
penghidupan Indonesia asli. Akan tetapi Gotong-Royong bukan sekedar satu sifat
indonesia Identity! Gotong-Royong adalah juga satu keharusan dalam perjuangan
melawan imperialisme.
Dalam Gotong-Royong tersimpul kesadaran bekerja baik bekerja jasmani maupun
rohani dalam usaha untuk karya bersama, yang terkandung di dalamnya kesadaran dan
sikap-jiwa untuk menepatkan kerja sebagai kelengkapan hidup.
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
Gotong-Royong adalah suatu gerak dinamik, suatu tenaga gerak yang terjadi
karena kepentingan individu tidak ditinggalkan dalam menuju kepentingan bersama.
Gotong royong bukanlah suatu paksaan, seperti yang disangkakan banyak orang. Dalam
masyarakat gotong-royong tidak ada pertikaian antar individu yang menghambat
kemajuan kepentingan bersama. Maka dari itu, kalau jiwa gotong-royong terus kita pupuk
dan kita isi dengan pengetahuan dan teknik modern, alangkah besar gunanya bagi
kemajuan negara dan bangsa kita.
Pada waktu pancasila untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Ir. Soekarno,
maksudnya ialah untuk menjadikannya sebagai dasar negara. kalau kita boleh mengambil
perumpamaan maka Pancasila adalah adalah dasar atau landasan tempat gedung Republik
Indonesia itu didirikan.
Pancasila adalah filsafat, dasar pandangan hidup negara kita. Pandangan hidup ini
bukan saja tujuan, tetapi juga jalan untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia. Pancasila
adalah tujuan kemana tenaga, pikiran, rasa, dan jiwa harus dikerahkan. Pancasila adalah
tempat dimana seluruh kesetian harus diletakkan. Jadi Pancasila sebagai pandangan
hidup, menyangkut segala perbuatan kita. Bangsa kita membutuhkan satu dasar yang
memberi arah bagi peri-kehidupan Negara. Arah yang dapat mempersatukan semua
elemen bangsa dan kearah mana bangsa ini akan berjalan.
Bangsa Indonesia membutuhkan suatu dasar yang dapat mempersatukan. Suatu
persatuan bukan saja hanya untuk menumbangkan Imperialisme, tetapi juga untuk
mempertahankan Negara yang telah kita proklamirkan dan yang hendak di tumbangkan
kembali oleh imperialism itu.
Kita tidak dapat mengadakan aksi melawan Imperialisme, tampa mengenali
keadaan-keadaan di Indonesia. Imperialisme adalah suatu paham (stelsel kapitalisme)
yang harus di lawan dengan suatu paham atau suatu keyakinan yang berkesesuain dengan
keadaan Indonesia baik secara historikal maupun berkesesuaian dengan keadaan masa
kini. Oleh karena itu, Dalam gerak perjuangan kita melawan Imperialisme, harus disadari
bahwa tidak ada bangsa yang mempunyai cara berjuang yang sama, perjuangan setiap
bangsa mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karenanya, setiap bangsa mempunyai
kepribadian sendiri. Sehingga dalam perjuangan melawan Imperialisme, bangsa
Indonesia harus mengunakan pendekatan keindonesian dalam merumuskan stratak
perjuangannya.
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
G. Perjalanan Pancasila
yang baru, maka di berlakukanlah kembali UUD 1945. Dan pancasila tetap di jadikan
sebagai dasar Negara.
Pancasila dijaman Orde Baru, adalah fase awal penghianatan terhadap nilai-nilai
Pancasila, Oleh Orba, Pancasila di saktikan/disakralkan bahkan di gunaklan sebagai alat
untuk memberangus kelompok-kelompok yang anti atau berbeda haluan politik terhadap
pemerintahan Orde Baru.
Pancasila diera reformasi dihadapkan pada paham Neoliberalisme yang semakin
massif di laksanakan oleh rezim pemerintahan, sehingga nilai-nilai pancasila menjadi
absen dalam kehidupan masyarakat.
Sosialisme Indonesia adalah suatu ajaran dan gerakan tentang tata masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan merupakan tuntutan Amanat Penderitaan Rakyat.
Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila sebagai perwujudan Sosialisme Indonesia
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi