Anda di halaman 1dari 23

Nama : Ispa Novianti Nanrang

Nim : 105131109021

Kelas : 21 C

IDENTITAS NASIONAL

1. Pengertian Identitas Nasional

Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang dimaksud

sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain. Sedangkan Nasional atau

Nasionalisme memiliki arti suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu harus di

serahkan kepada negara kebangsaan. Jadi identitas nasional adalah kepribadian atau jati diri

nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa yang satu dengan bangsa lain.

Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan

sebelumnya. Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh

suatu bangsa yang dimana secara filosofis dapat membedakan bangsa tersebut dengan bangsa

lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh

kekuasaan internasional.

Dengan terwujudnya suatu identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat

mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang merdeka,

berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara

lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jati diri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas

sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan. Dengan
identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan

negara di masa depan.

2. Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Ada dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional, yaitu:

- Faktor primitif dan kondisional.

- Faktor asli atau faktor tujuan

Itu adalah faktor bawaan bangsa seperti geografi, ekologi dan demografi. Kondisi ekologi

geografis menjadikan Indonesia sebagai wilayah kepulauan dengan iklim tropis yang terletak di

persimpangan pertukaran antara berbagai wilayah dunia di Asia Tenggara, partisipasi dalam

demografi, ekonomi, sosial dan Budaya Indonesia. Sedangkan faktor kondisional atau subjektif

hal tersebut merupakan kondisi yang mempengaruhi pembentukan identitas nasional. Faktor

subjektif meliputi kepemilikan faktor sejarah, sosial, politik dan budaya Bangsa Indonesia.

Faktor sejarah ini mempengaruhi proses pembentukan bangsa dan negara Indonesia, serta

identitasnya melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat dari hasil berbagai interaksi faktor itu.

Selain itu terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang

dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan.

Agama dan ideologi merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor

sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh

kesamaan ideologi Pancasila. Tokoh kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati

oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di

beberapa negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol
pemersatu bangsa yang bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di

Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.

3. Kemajemukan dan Integrasi Nasional

Sejarah mencatat bahwa kemajemukan bangsa Indonesia telah ada sejak sejak lama dan

menjadi entitas yang membanggakan (Sudharto, 2011). Indonesia sebagai komunitas politik dan

sosial lahir dari gagasan bersama yang berakar dari kesepakatan berbagai komponen masyarakat

yang berbeda. Gagasan bersama inilah yang mempertautkan warga masyarakat yang majemuk

itu menjadi satu kesatuan yang disebut bangsa Indonesia. Meskipun demikian, sebagaimana

umumnya sebuah bangunan, bangsa Indonesia juga terdiri dari sejumlah kelompok kesatuan

sosial yang diikat oleh kesamaan etnisitas, sistem kepercayaan dan kesamaan lainnya (Sairin,

2002: 64). Kemajemukan tetap menjadi ciri masyarakat Indonesia, kendati masyarakatnya telah

terikat pada satu kesatuan politik.

Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah kemajemukan yang bersifat kompleks dan

tersegmentasi. Bersifat kompleks karena di samping keragaman eksternal juga terdapat

keragaman internal. Artinya, dalam suatu kelompok etnik atau suatu kelompok agama tertentu

masih kita menemukan keragaman secara internal. Kemajemukan masyarakat Indonesia juga

bersifat tersegmentasi, karena suatu kelompok etnik tertentu identik dengan agama tertentu,

bermukim di suatu wilayah tetentu. Orang Bali, identik dengan agama Hindu, tinggalnya di

Pulau Bali. Karena bersifat kompleks dan tersegmentasi, maka peluang untuk terjadinya

disintegrasi nasional menjadi cukup besar. Untuk itu, bangsa Indonesia perlu belajar dari

perpecahan yang terjadi pada negara lain seperti Yugoslavia, Cekoslowakia dan Uni Sovyet.

Sejarah pembinaan rasa persatuan dan kesatuan (unity and diversity) di bawah slogan “Bhinneka

Tunggal Ika” memang telah mengalami pasang surut dan telah menimbulkan pengorbanan bagi
bangsa Indonesia yang majemuk. Berbagai masalah sosial politik yang kompleks telah timbul

dan menjadi problem yang panjang mengiringi perjalanan bangsa sampai saat ini. Kesenjangan

sosial ekonomi antarkelompok dan ketidakadilan yang memicu bagi lahirnya berbagai konflik

sosial baik secara horizontal maupun secara vertikal menjadi isyarat bahwa wawasan kebangsaan

dan kemajemukan tidak lagi menjadi landasan dasar yang absah dalam pengelolaan negara,

termasuk dalam proses pembangunan nasional.

Mewujudkan kemajemukan sebagai energi pemersatu, dibutuhkan sebuah instrumen yang

dapat mengikat setiap warga masyarakat yang berbeda dalam sebuah sistem yang selama ini

dikenal sebagai kebudayaan nasional. Salah satu fungsi kebudayaan nasional menurut

Koentjaraningrat (1981) adalah sebagai sistem gagasan dan simbol yang dipakai oleh segenap

warga negara yang berbeda untuk saling berkomunikasi sehingga dapat memperkuat solidaritas.

Pengembangan budaya nasional sebagai perekat sosial menjadi tanggung jawab kolektif bangsa

Indonesia. Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah

mengamanatkan negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia

dengan tetap menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-

nilai budayanya. Olehnya itu, pengembangan budaya nasional perlu dilakukan secara terencana,

terus menerus, berkesinambungan dan keberlanjutan.

4. Jenis- jenis ideologi dunia

1. Kapitalisme
Kapitalisme merupakan sebuah sistem yang mulai terinstitusi di Eropa sekitar abad ke-16

sampai abad ke-19an, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa. Menurut

faham kapitalis, individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang

dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal

seperti tanah dan tenaga manusia, pada sebuah pasar bebas di mana harga ditentukan oleh

permintaan dan penawaran, demi menghasilkan keuntungan di mana statusnya dilindungi oleh

negara melalui hak pemilikan serta tunduk kepada hukum negara atau kepada pihak yang sudah

terikat kontrak yang telah disusun secara jelas kewajibannya baik eksplisit maupun implisit serta

tidak semata-mata tergantung pada kewajiban dan perlindungan yang diberikan oleh

kepenguasaan feodal.

Teori yang saling bersaing yang berkembang pada abad ke-19 dalam konteks Revolusi

Industri, dan abad ke-20 dalam konteks Perang Dingin, yang berkeinginan untuk membenarkan

kepemilikan modal, untuk menjelaskan pengoperasian pasar semacam itu, dan untuk

membimbing penggunaan atau penghapusan peraturan pemerintah mengenai hak milik dan

pasaran. Dengan demikian kapitalisme sangat berkeyakinan meraih keuntungan dengan kekuatan

kepemilikan modalnya dan menghegemoni para pekerja atau konsumen untuk selalu tunduk dan

memberikan keuntungan terhadap para kapitalis.

2. Marxisme

Karl Marx dilahirkan tahun (1918-1883) di Treves, yaitu sebuah kota kecil di wilayah

Rhineland Jerman. Beliau keturunan Yahudi dari ayah dan ibunya, yang kemudian ayahnya

pindah agama ke Protestan. Marx menerima pendidikan di Universitas Bon, Berlin dan Jena.

Sebagai orang yang cerdas pemikirian Marx telah menyumbangkan manfaat besar bagi

masyarakat dunia, termasuk terhadap ilmu pengetahuan dan politik. Pada dasarnya Marx sangat
memahami bagaimana politik dapat diciptakan apabila ekonomi masyarakat sudah mampu

dibangun.

Sebagaimana dikatakan oleh Hendry J. Schmandt bahwa : “ Marx sangat anti agama

(“aku membenci semua tuhan,” demikian ia pernah berkata), dan filsafatnya didasarkan atas

materialistik. Menurut analisis Marx manusia pertama-tama harus mempunyai makanan,

minuman, pakaian dan tempat tinggal sebelum mereka terlibat dalam masalah politik, ilmu seni

dan agama. Pembentukan sarana kebutuhan pokok yang sangat mendesak ini, hal tersebut dapat

menjadi pondasi yang di atasnya institusi sosial dan ide-ide dibangun”. (2005. hal: 516).

Marx merupakan kritikus dari paham liberalisme klasik. Dia berpikir bahwa manusia

mempunyai suatu tujuan yang cukup berbeda dari pemenuhan nafsu yang sederhana atau

pengejaran kesenangan. Dia berpikir bahwa manusia sebagai makhluk hidup yang mana

kreativitasnya memerlukan bentuk organisasi sosial tertentu untuk ekspresinya.

Marx memandang suatu masyarakat komunis memiliki segala sesuatunya untuk suatu

kehidupan yang produktivitas dasarnya maksimal. Yang utama, kebutuhan dasar untuk makan,

tempat tinggal, dan pakaian akan disediakan oleh masyarakat. Barang dan jasa akan diproduksi

dengan cara tidak menggunakan semua energi produktif orang-orang atau merusak motivasi

mereka untuk menjadi kreatif. Marx juga menyebutkan kenapa perilaku akan merubah sesuatu,

sehingga orang-orang akan berpartisipasi dengan sukarela dalam suatu sistem: setiap orang akan

bekerja bersama-sama untuk bagian dalam hari kerja sekarang ini. (hal 110). Marx meyakini

bahwa organisasi produksi yang rasional dalam suatu sistem komunis akan mengatasi penurunan

dan akan mengijinkan pemenuhan potensi sosial orang-orang. Namun, dalam perkembangannya

ajaran Marx atau Marxisme telah menjadi pembenaran untuk sentralisasi kekuasaan negara

ditangan penganut Partai Komunis.


3. Sosialisme

Sekitar abad 18 terjadi perubahan besar-besaran dalam perekonomian dunia, khususnya

di Barat yang melahirkan revolusi industri. Dalam perkembangannya adanya revolusi industri

yang ditandai dengan berbagai penemuan baru dan peletakkan mesin sebagai alat ampuh dalam

produksi ternyata belum merasuk diterima masyarakat, bahkan saat itu menimbulkan gejolak

baru karena sebagian masyarakat terutama yang tenagannya tidak terpakai karena adanya mesin

produksi harus terpinggirkan. Upaya untuk menjawab permasalahan dilakukan para kaum

sosialis dan sekaligus menandai lahirnya sosialisme pada abad ke-19.

Istilah sosialisme mencakup berbagai jenis teori ekonomi dan sosial, mulai dari teori

yang menyerukan pemilikan publik dari monopoli kekayaan alam tertentu sampai teori

sepenuhnya Marxis. Banyak jenis sosialisme yang mempunyai kesamaan dalam seruan mereka

akan kepemilikan dan kontrol bersama, paling tidak terhadap beberapa alat produksi tertentu.

Seperti dikemuakakan oleh J. Schandt, Hendry. (2005 hal 520).

Beberapa aliran sosialisme berbeda dalam beberapa hal 5 yang mendasar, yaitu:

(1) Tingkat dan sejauh mana kepemilikan dan kontrol bersama terhadap milik itu

dijalankan.

(2) Doktrin ideologis dan filosofis yang menjadi dasar program-programnya dan

(3) Cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan mereka.

Orang-orang sosialis berpendapat bahwa keperluan bersama akan terpenuhi dengan baik melalui

pembagian kerja dan pembagian yang adil dari hasil kerja tersebut. Mereka menambahkan

gagasan tentang pembagian ekonomis dalam konsep politis yang sederajat. Mereka yang kecewa
dengan kondisi sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri, seperti dapat ditemukan dalam

beberapa tulisan penulis perancis dan inggris abad ke-19 mulai yang mempertanyakan keadilan

dan validitas sistem kapitalis. Di Perancis kembali pada revolusi tahun 1781 dan pada Francois

Babeuf (1760-1797) yang berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada

kekayaan diatas bumi ini. Gagasan bahwa persamaan politik tidak mencukupi bahwa paling tidak

harus ada tingkat persamaan ekonomi tertentu menyebar alam pemikiran perancis ketika dampak

teknologi dirasakan di Benua Eropa. Henri Saint Simon (1760-1825), aristokrat yang bertempur

dengan Lafayette di Amerika, menyarankan bahwa hak waris seharusnya dihapuskan, bahwa

setiap orang seharusnya bekerja, dan bahwa resep bagi distribusi hasil-hasil produksi adalah

“dari tiap-tiap orang menurut kemampuannya, untuk setiap orang menurut kebutuhannya”.

4. Komunisme

Komunisme merupakan faham dari perkembangan pemikiran Marxisme. Dalam

pandangan Marx terdapat beberapa yang menandai transisi dari Kapitalisme menuju Komunisme

yang sebenarnya: pencapaian dan konsolidasi supremasi politik oleh kaum proletariat, sosialisasi

alat-alat produksi, dan akhirnya masyarakat Komunis. Langkah pertama adalah membawa kaum

proletariat pada posisi kelas yang berkuasa dengan merampas kontrol negara. Pemerintahan oleh

proletariat harus menggantikan pemerintahan Borjuis. (Hendry J. Schmandt: 524).

Paham komunis lahir sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis.

Masyarakat kapitalis merupakan hasil dari suatu ideologi ideologi liberal. Berkembangnya

liberalisme sebagai awal munculnya kapitalisme, mengakibatkan penderitaan rakyat kecil

sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan terhadap rakyat kecil oleh kalangan

kapitalis yang didukung oleh pemerintah. Memandang bahwa hakikat, kebebasan dan hak

individu itu tidak ada.


Ideologi komunisme mendasarkan pada sebuah keyakinan bahwa manusia pada

hakikatnya adalah makhluk sosial saja. Manusia pada hakikatnya adalah sekumpulan relasi

sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukan individualitas. Hak milik pribadi tidak ada

karena akan menimbulkan kapitalisme, yang pada gilirannya akan melakukan penindasan pada

kaum proletar. Oleh karena itu, hak milik individual harus diganti dengan hak milik kolektif dan

individualisme diganti dengan sosialisme komunis.

Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara dianggap sebagai manifestasi dari

manusia sebagai makhluk sosial. Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara

cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya

pemerintahan negara harus dipegang oleh orang-orang yang meletakan kepentingannya pada

kelas proletar. Demikian juga dengan hak asasi manusia dalam negara hanya berpusat pada hak

kolektif sehingga hak individual pada hakikanya tidak ada. Atas dasar pamahaman ini

sebenarnya komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia.

Dalam hal beragama, komunisme yang dirumuskan Karl Marx menyatakan bahwa

manusia adalah suatu hakikat yang menciptakan dirinya sendiri dengan menghasilkan sarana-

sarana kehidupan, sehingga sangat menentukan dalam perubahan sosial, politik, ekonomi,

kebudayaan, dan agama. Dalam hal ini, komunisme berpaham atheis (tidak bertuhan) karena

manusia ditentukan oleh dirinya sendiri dan bukan oleh hal-hal lain di luar dirinya.

Ciri utama Komunisme : manusia pada hakikatnya adalah hanya sebagai makhluk sosial,

manusia pada hakikatnya adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah

komunitas dan bukannya individualitas, hak milik pribadi tidak ada, karena hal itu akan

menimbulkan kapitalisme. Dengan demikian hak milik individu harus diganti dengan hak milik

kolektif, individualisme diganti dengan sosialisme komunis, suatu kebaikan hanya pada
kepentingan demi keuntungan kelas masyarakat secara keseluruhan dan negara adalah

manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial, mengubah masyarakat secara revolusioner

harus berakhir dengan kemenangan proletar. Pemerintah negara harus dipegang oleh orang-orang

yang meletakan kepentingan pada kelas proletar.Selain itu negara yang menganut komunisme

bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, sehingga melarang dan menekan kehidupan agama.

Kelebihan ideologi komunisme sebagai berikut :

1. Karena perekonomian sepenuhnya ditangani oleh pemerintah, baik dalam hal

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan maka pemerintah lebih mudah

mengendalikan inflasi, pengangguran atau berbagai keburukan ekonomilainnya.

2. Pemerintah menentukan jenis kegiatan produksi sesuai dengan perencanaan sehingga

pasar barang dalam negri berjalan dengan lancer.

3. Relatif mudah melakukan distribusi pendapatan.

4. Jarang terjadi krisis ekonomi karena kegiatan ekonomi direncanakan oleh pemerintah.

5. Tidak ada pembagian kelas apapun ketimpangan yang ada.

Kelemahan ideologi komunisme sebagai berikut :

1. Pers dijadikan alat propaganda oleh pemerintah untuk menyebarkan nilai – nilai

komunis.

2. Mematikan inisiatif individu untuk maju, sebab segala kegiatan diatur oleh pusat.

3. Sering terjadi monopoli yang merugikan masyarakat.

4. Masyarakat tidak memiliki kebebasan dalam memiliki sumber daya.


Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai komunis.

Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, Partai Komunis Indonesia, dan

Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di

negara komunis tidak ada partai oposisi.Jadi komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati

HAM. Siapa yang menciptakan ideologi komunisme? Karl Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei

1818 – London, 14 Maret 1883) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori

kemasyarakatan dari Prusia.

5. Leninisme

Nicolai Lenin (1870-1924) dilahirkan dengan Vladimir Llyich Ulyanov, putra intelektual

kelas menengah. Ayahnya pegawai sekolah, dan ibunya anggota bangsawan. Lima anak dalam

keluarga ini semuanya menjadi revolusi, salah satunya dihukum mati pada usia tujuh belas

karena melakukan persekongkolan menentang Tzar. Lenin belajar di Universitas Kazan tetapi

dikeluarkan karena melakukan agitasi politik. Ia kemudian pindah ke St. Peterburg, di sana ia

belajar hukum dan diijinkan untuk menjalani profesi ini. Propagandanya tentang doktrin Marxis

menyebabkannya ditawan dan dideportasi ke Siberia selama tiga tahun. Selama pengasigannya di

sana, ia menggunakan nama Lenin, diambil dari sungai Lena yang terletak dekat tempat

tahanannya. Pada tahun 1900 ia meninggalkan Rusia, menghabiskan sebagian besar waktunya di

London, Paris, dan Genewa. Lima tahun kemudian ia kembali berpartisipasi dalam revolusi yang

gagal tahun 1905. Terpaksa melarikan diri untuk menghindari penawanan, ia menghabiskan

sebagian besar tahun-tahun berikutnya di Switzerland, mencurahkan dirinya untuk melakukan

propaganda rahasia. Awal April tahun 1917, ia kembali ke Rusia dengan bantuan pemerintah

Jerman. Pada November tahun yang sama, ia memimpin penggulingan yang berhasil menentang

rejim moderat Kerensky yang menggantikan pemerintah Tzarist hanya enam bulan sebelumnya.
6. Anarkisme

Istilah anarkisme berasal dari bahasa Yunani an-archos yang artinya tanpa pemimpin.

Orang-orang anarkis percaya bahwa pengesahan atas penggunaan pemaksaan oleh negara adalah

bukan solusi tetapi masalah dalam masyarakat. (Hendry J. Schmandt. 2005. hal 76). Sedangkan

Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Sedangkan isme sendiri berarti

faham atau ajarannya Jadi, secara keseluruhan Anarkisme yaitu sesuatu faham yang

mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-

lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara,

pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan. Anarkisme adalah sebuah

sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai diantara manusia, dan akan mempertahankan

vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia.

Penghapusan eksploitas dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat

penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas. Anarkis adalah teori

politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik,

ekonomi, maupun sosial). Para anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan

aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat

menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir

dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu

dengan yang lainnya. Atau dalam tulisan Bakunin yang terkenal. Kebebasan tanpa sosialisme

adalah ketidakadilan dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan.

Anarkisme berpendapat bahwa ketika institusi pemerintahan tidak lagi ada untuk

mencegah dan menahan rasa kemanusiaan kita, suatu kelimpahan kegiatan masyarakat yang

besar akan terjadi. Orang-orang akan melakukan semua jenis mutualitas dan kerja sama yang
tanpa pamrih. Oleh karena itu, orang-orang anarkis memandang penggulingan kekuasaan

pemerintah sebagai pintu pembuka sisi baik dari sifat manusia. (hal 66).Orang-orang anarkis

sangat sensitif kepada sumber-sumber pemaksaan yang terpisah dari negara. Mereka juga

memandang bahwa dalam teknologi terdapat adanya kecenderungan terhadap meningkatnya

jumlah hirarki dan dominasi didalam masyarakat (hal 77).

Orang-orang anarkis menyadari bahwa kesetaraan yang absolut akan memerlukan

penindasan perbedaan, mereka berpendapat bahwa setiap makhluk hidup mempunyai kebutuhan

utama yang sama. Orang-orang anarkis lebih menyukai bentuk demokrasi langsung, (hal 78).

Orang-orang anarkis memperluas pemberontakan mereka terhadap dominasi dari bidang

teknologi. Orang-orang anarkis yang modern tidak menolak teknologi, tetapi mereka melihat

teknologi sebagai suatu fenomena yang berbahaya yang harus digunakan dengan hati-hati pada

tingkat pengijinan kontrol individu dan pemeliharaan nilai-nilai kemanusiaan, (hal 78).

7. Fasisme

Tokoh terkenal yang menggulirkan faham Fasis adalah Benito Musolini pada sekitar abad

ke-20 di Italia. Musolini memiliki gagasan “gilanya” untuk menguasai dunia, ia pernah berkata

berkata “kita telah menciptakan mitos kita. Mitos kita adalah sebuah keyakinan, sebuah

keyakinan besar. Mitos tidak harus berupa realitas, mitos kita adalah bangsa, mitos kita adalah

kebesaran bangsa, dan untuk mitos ini, untuk kebesaran inilah, kita ingin mengubahnya menjadi

kenyataan, kita taklukkan semuanya”. (Hendry J. Schmandt: 595: 2005). Bagi lenin “negaralah

yang menciptakan bangsa”. Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari

bahasa Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya ada

kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini

merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah. Selain itu fasisme merupakan sebuah
paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini,

nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat tentara.

Istilah fasisme membangkitkan kenangan tentang Adolf Hitler dan Benito Mussolini dan

gambaran tentang kediktatoran totaliter di negara Jerman, Italia dan Jepang selama Perang Dunia

II. Fasisme merupakan gabungan dari rasisme, nasionalisme, dan otoritarisme yang berpusat

pada suatu keyakinan mistis terhadap superioritas sekelompok orang tertentu. Definisi ini

diilustrasikan dengan fasisme di negara Jerman dengan doktrinnya tentang superioritas bangsa

Arya dan keyakinan pada prinsip kediktatoran Fuhrer yang absolut, (hal 168). Orang-orang fasis

percaya bahwa setiap orang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Intinya yaitu

bahwa setiap orang harus melakukan usaha yang terbaik untuk setiap tugas yang diberikan oleh

negara kepadanya, (hal 171). Fasisme berusaha menggabungkan suatu seruan terhadap persatuan

dengan otoritarianisme. Dalam impian orang-orang fasis hanya terdapat solidaritas tetapi tidak

terdapat persamaan, (hal 172).

8. Liberalisme

Tokoh-tokoh pelopor lahirnya paham liberal: Thomas Aquinas (1225-1274), Martin

Luther (1483-1546), John Calvin (1509-1564), Baron de Montesquiue (1689-1755), Thomas

Jefferson (1743-1826). Orang-orang liberal klasik bertindak berdasarkan keyakinan bahwa setiap

orang berbagi kapasitas untuk berpikir dan menuntut atas haknya dalam kebebasan berekspresi.

Setiap orang mampu untuk berpikir dan tidak ada seorangpun yang lebih cocok untuk mengatur

seseorang selain dirinya sendiri. Imej liberal dalam kehidupan politik mempunyai pengaruh yang

kuat. Pemikiran-pemikiran liberal berkembang didalam suatu sistem pemikiran politis yang

mempengaruhi setiap dimensi hubungan kekuasaan di masyarakat. (hal 16).


Masyarakat liberal diorganisir disekitar dua institusi utama, yaitu pasar dan pemerintahan

yang mencerminkan pilihan rakyat, (hal 17). Tema yang penting dari liberalisme yaitu kebebasan

individu, (hal 22). Orang-orang liberal berpendapat bahwa persamaan yang dimiliki oleh setiap

manusia seperti kebijakan publik yang harus didasarkan pada konsep hak-hak asasi dan 14

perlakuan yang adil. Orang-orang liberal berpendapat bahwa kebijakan publik seharusnya

didasarkan pada hak-hak dasar dan perlakuan yang sama, (hal 46). Pada akhir abad ke-18, di

Inggris telah terjadi revolusi di bidang ilmu pengetahuan. Revolusi ini berlanjut dengan revolusi

teknologi dan industri. Akhirnya kedua revolusi tersebut membawa perubahan orientasi

masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Ideologi liberal berpangkal pada

pemikiran, bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas (liberty).

Menurut paham liberalisme, manusia merupakan pribadi yang utuh dan lengkap dan

terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu mempunyai potensi yang senantiasa

berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka dalam hidup masyarakat bersama

akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya yang

menurut istilah Thomas Hobbes disebut homo homini lupus (manusia menjadi srigala bagi

manusia lainnya). Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu, dan

untuk itu manusia secara bersama-sama mengatur negara.

9. Konservatisme

Orang-orang konservatif tradisional mendasarkan pandangan mereka pada pemikiran

bahwa manusia memiliki kemampuan, karakter dan kualitas yang berbeda-beda. Bagi mereka,

perbedaan-perbedaan ini merupakan faktor yang kritis untuk menemukan jawaban-jawaban

tentang perintah, batas-batas kebebasan, dan keadilan. Tujuan dari institusi konservatif yaitu

untuk menata dunia sehingga menadi tempat yang layak bagi setiap orang untuk bekerja dalam
batas kemampuannya. Tentara, Gereja, keluaga, dan badan hukum merupakan institusi-institusi

yang mencerminkan konsep tradisional tentang perbedaan dan hirarki peranan, (hal 8).

Walaupun orang-orang konservatif percaya pada hak-hak dasar tertentu, tetapi mereka

berpendapat bahwa tujuan institusi politik yaitu untuk meyakinkan bahwa perbedaan-perbedaan

diantara individu-individu akan diakui. Orangorang konservatif individualis kontemporer

memandang pasar sebagai institusi yang akan menghargai kemampuan dan kerja keras ketika

mengalihkan tujuan usaha yang dilakukan oleh orang-orang yang kurang produktif dimasyarakat,

(hal 46).

10. Nasionalisme

Nasionalisme adalah manifestasi kesadaran bernegara atau semangat berbangsa dan

bernegara. Jika berbicara mengenai nasionalisme atau kesadaran nasional, pengertian ini sering

dihubungkan dengan kolonialisme, seolah-olah nasionalisme terkait erat dengan kolonialisme.

Memang nasionalisme adalah kolonialisme pada zaman penjajahan, dan nasionalisme merupakan

antithesis terhadap kolonialisme. Nasionalisme sebagai suatu gejala historis telah berkembang

sebagai jawaban atas kondisi politik, ekonomi, dan sosial, khususnya, yang ditimbulkan oleh

situasi kolonial.

Perkembangan nasionalisme dengan ideologi perkembanganya saat ini berada dititik

rendah, dimana mayoritas kebijakan yang dikeluarkan berkiblat kepada neoliberalisme dan trans

nasional. Sejumlah pemerhati mengatakan nasionalisme pada diri pemuda sudah mulai

mengalamai degradasi dan hal itu di akibatkan oleh terus menerus tergerus oleh nilai-nilai diluar,

dengan bukti maraknya pertikaian antar remaja dan perkelahian antar etnis atau antar kelompok
masyarakat hal ini merupakan salah satu tanda runtuhnya nilai-nilai nasionalisme dalam diri

pemuda. Sehingga kesejahteraan rakyat bukan lagi menjadi prioritas utama, kepedulian terhadap

sesama bangsa bukan lagi menjadi suatu keharusan.

Fenomena yang lihat adalah munculnya sifat individualisme dalam kehidupan di zaman

ini. Karena rendahnya sifat peduli terhadap sesama sudah mulai pudar, hal ini mempengaruhi

rendahnya cinta kepada tanah air. nasionalisme saat ini yang dibutuhkan adalah nasionalisme

solidaritas sosial, yaitu kepedulian dan rasa tanggungjawab antara warga bangsa karena mulai

pudar di masyarakat maupun elite politik. 3 Bisa dilihat bahwa banyak pemuda yang tidak peduli

terhadap kondisi keterpurukan yang melanda negara ataupun masyarakat disekelilingnya.

Pemuda saat ini lebih tertarik kepada hal-hal yang bersifat kesenangan semata. Pandangan trans

nasional merupakan suatu hal yang patut juga dikhawatirkan dampaknya bagi negara di mana

pandangan trans nasionalime banyak yang mengikuti.

11. Individualisme

Individualis dikenal sejak jaman konservatif. Dalam masyarakat yang ideal dari

konservatif individualis, terdapat pajak yang kecil, kesejahteraan yang minimal dan tidak ada

wajib militer.Tidak ada keyakinan atau agama yang dipaksakan. Milik pribadi tidak dapat

diganggu gugat. Para konservatif individualis meyakini akan kebebasan secara individual.

Alasannya didasarkan karena menurutnya setiap individu sangat berbeda dan unik. Karena

pemahaman yang menempatkan kepentingan individu sebagai yang utama, maka mereka

cenderung menginginkan minimalisasi peran pemerintahan, sebagai tujuan politik utama.

Dengan demikian konservatif individualis lebih memandang pemindahan bahwa kekuasaan

pemerintahan harus memberikan bantuan yang riil terhadap kepentingan pribadi sifat manusia.
Para Individualis akan benar-benar membatasi kemampuan pemerintah dalam

menggunakan kekuasaan politiknya. Mereka memandang pemerintah sebagai sarana dimana

bisnis yang besar bisa memperoleh suatu posisi. Mereka akan memperkenalkan kompetisi

kedalam sistem sekolah tingkat dasar dan menengah. Mendorong kompetisi antara sekolah-

sekolah akan menghasilkan kualitas yang lebih tinggi. Bagi konservatif individualis, masyarakat

politis tertentu mungkin bergantung kepada inisiatif individual, (hal 69). Konservatif individualis

percaya pada ketidaksempurnaan. Dan mereka percaya bahwa harapan terbaik untuk kehidupan

manusia terletak pada kebebasan individual, (hal 70).

5. NASIONALISME

Nasionalisme adalah sebuah paham yang direalisasikan dalam sebuah gerakan yang

mendambakan kepentingan bersama, yaitu kepentingan bangsa (nation), walaupun mereka terdiri

dari masyarakat yang majemuk. Bangsa mempunyai pengertian totalitas yang tidak membedakan

suku, ras, golongan, dan agama. Di antara mereka ter cipta hubungan sosial yang harmonis dan

sepadan atas dasar ke keluargaan. Kepentingan semua kelompok diinstitusionalisasikan dalam

berbagai organisasi sosial, politik, ekonomi, dan keagamaan. Upaya penggalangan kebersamaan

ini sering kali bertujuan meng hapus superioritas kolonial terhadap suatu bangsa yang telah me

nimbulkan berbagai penderitaan selama kurun waktu yang cukum lama.

Secara etimologis, term nasionalisme, natie, dan national, ke semuanya berasal dari

bahasa Latin, yakni natio, yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran. Kata natio ini

berasal dari katanascie yang berarti dilahirkan. Karena itu, jika dapat dihubungkan secara

objektif maka yang paling lazim dikemukakan adalah bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,

negara, dan kewarganegaraan."


Nasionalisme sendiri mengandung makna "suatu sikap mental di mana loyalitas tertinggi dari

individu adalah untuk negara bangsa":58 atau "sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok

suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah, serta kesamaan cita-

cita dan tujuan, dan dengan demikian merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap

bangsa". 59

Dalam konteks ini, kata kunci dalam nasionalisme adalah supreme loyality terhadap kelompok

bangsa. Kesetiaan itu muncul karena ada nya kesadaran akan identitas kolektif yang berbeda

dengan yang lain. Pada kebanyakan kasus, hal itu terjadi karena kesamaan keturunan, bahasa

atau kebudayaan. Akan tetapi, ini semua bukanlah unsur yang subtansial sebab yang paling

penting dalam nasionalisme adalah ada nya "kemauan untuk bersatu" (a living and active

coorporate will).

Oleh karena itu, "bangsa" merupakan konsep yang selalu berubah, tidak statis, dan juga tidak

given, sejalan dengan dinamika kekuatan kekuatan yang melahirkannya. Nasionalisme tidak

selamanya tumbuh dalam masyarakat multi ras, bahasa, budaya, dan bahkan multi agama.

Amerika dan Singapura, misalnya, adalah bangsa yang multi ras; Switzerland adalah bangsa

dengan multi bahasa; dan Indonesia, yang sangat fenomenal, adalah bangsa yang merupakan

integrasi dari berbagai suku yang mempunyai aneka bahasa, budaya, dan juga agama.
6. ISLAM SEBAGAI IDEOLOGI

Pancasila adalah dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Pancasila merupakan

rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita

ketahui seluruh dunia pendidikan yang ada di Indonesia mengajarkan nilai-nilai islam yang

tercantum di dalam tiap sila Pancasila, sehingga akan menjadi suatu hal yang aneh apabila di

wilayah Indonesia terkhusus yang berlatar belakang Agama Islam tidak paham atau tidak

mengerti apa saja Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang terkandung didalam tiap sila Pancasila.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan yang Maha Esa tidak kita temukan dalam pemahaman sifat Tuhan pra-Islam

(Soediman, 2010:123). Sifat Tuhan pra-Islam dalam pemahaman animisme-dinamisme,

kemudian bergerak masa Hinddu-Buddha yang me-nyembah banyak dewa tidak mengilhami

nilai ideologi Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai Ke-tuhanan Yang Maha Esa jelas mengadopsi

kon-sep bertuhan Islam, hal ini begitu jelas dan tegas Tuhan berfirman dalam Quran: "Tuhan

kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa" (Qs.an-Nahl [16]: 22), "Dan Allah berfirman: "Janganlah

kamu menyembah dua tuhan, hanyalah Dia Tuhan Yang Maha Esa (Qs.an-Nahl [16]: 51). Islam

sebagai ajaran agama yang menerapkan bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Tuhan Allah.

Peletakan ideologi Ketuhanan Islam dalam Sila Pertama Pancasila adalah tepat mengingat bahwa

Islam telah berkembang sebagai agama Nusantara yang mewarnai kehidupan manusia Nusantara

sejak lama hingga kini. Penerapan ideologi Islam dalam Pancasila Sila Pertama tidaklah me-

ngandung makna menutup hak hidup bagi pemeluk agama lainnya di Indonesia.
Peletakan Sila pertama Pancasila dengan Ketuha-nan yang Maha Esa sebagai landasan

ideo logi negara merupakan kemenangan para ideolog muslim Indonesia. Nilai Pancasila telah

mengadopsi ideologi utama Islam yaitu Tauhid. Tauhid adalah dasar utama dalam sokoguru

bangu-nan ajaran Islam. Ideologi Islam yang berazaskan Tauhid telah diterapkan oleh para

Bapak Pendiri Bangsa dengan meletakkannya pada Sila pertama Pancasila. Ayat Quran sebagai

basis Tauhid umat Islam terdapat dalam banyak ayat Quran, dan salah satu yang menegaskan

nilai Tauhid adalah Quran Surah Al Ikhlas. Surah Al-Ikhlas diakui sebagai inti dari ajaran Islam,

yaitu Pengakuan atas Keesaan Tuhan. Nilai ini kemudian diletak-kan dalam basis utama fondasi

filosofi bangsa yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Nilai kemanusiaan dalam sila kedua Pancasila menunjukkan sebuah kesadaran sikap

penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan tanpa me mandang suku agama, bangsa dan negara

Kema nusiaan melampaui batas negara, ia adalah sikap untuk dengan sadar menghargai nilai-

nilai kema nusiaan VIALSME Nilai kemanusiaan menolak sikap chau yang mementingkan

kebenaran dirinya dibandingkan manusia yang lain. Penghargaan atas manusia ini menuntut

sikap perilaku manusia yang adil Adil terhadap dirinya, adil terhadap manusia lainnya, karena

adil adalah sifat Tuhan.

Sila Persatuan indonesia

Persatuan Indonesia mengandung makna sebuah persatuan berbagai ragam bahasa, budaya, suku,

dan beragam kehidupan manusia Indonesia. Inilah semangat nasionalisme Indonesia yang bera

gam. Penghargaan atas keberagaman dalam persa tuan dalam Islam tergambar jelas dalam firman

Allah Swt:
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan,

kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal"

(Qs. al-Hujuurat [49]:13).

Masyarakat Islam Indonesia sebagai bagian dari sebuah bangsa yang besar melihat adanya

sebuah nilai-nilai kesadaran bangsa melalui nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.

Mengutamakan basis ideologi yang konstruktif dalam Islam akan menjadikan masyarakat

Muslim Indonesia jauh dari semangat saling menghancurkan. Sebagai masya rakat yang

beragam, maka setiap komponen bangsa menyadari bahwa setiap masalah yang dihadapi

selayaknya diselesaikan melalui mekanisme mu syawarah dibandingkan mengutamakan

kepentingan kelompok atau golongan. Prinsip-prinsip musyawa rah begitu diutamakan dalam

Quran, dan hal tersebut telah diletakkan dalam fondasi ideologi permu syawaratan rakyat yang

tertuang dalam sila keempat Pancasila.

Sila Kerakyatan yanag dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan

Islam adalah agama yang mengutamakan kemaslahatan umat, dengan demikian menjadi logis

bahwa Islam mengutamakan musyawarah dan kerjasama konstruktif untuk mencapai suatu

tujuan yang diharapkan. Kerjasama dan sikap saling meno long begitu utama dalam Islam

sehingga Rasulullah Saw dalam menghadapi berbagai peperangan perlu mengundang para

sahabat untuk bermusyawarah. Rasulullah adalah orang yang suka bermusyawarah dengan para

sahabatnya, bahkan beliau adalah orang yang paling banyak bermusyawarah dengan sahabat.

Beliau bermusyawarah dengan mereka di perang badar, bermusyawarah dengan mereka di

perang uhud, bermusyawarah dengan mereka di perang khandak, beliau mengalah dan
mengambil pendapat para pemuda untuk membiasakan mereka bermusyawarah dan berani

menyampaikan pendapat dengan bebas sebagaimana di perang uhud. Beliau bermusyawarah

dengan para sahabatnya di perang khandak, beliau pernah berniat hendak melakukan perdamaian

dengan suku ghatafan dengan imbalan sepertiga hasil buah madinah agar mereka tidak

berkomplot dengan Quraisy. (Hasyimi, 2009).

Sila keadilan soisal bagi seluruh rakyat Indonesia

Konsep keadilan sosial dalam Islam juga berbeda dengan keadilan sosial dalam sistem

sosialisme. Keadilan sosial dalam Islam memiliki basis tauhid, dimana Allah Swt sebagai Maha

Pencipta menciptakan segala benda bagi kesejahteraan umat manusia. Harta diyakini sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa dan setiap orang berhak untuk memper oleh karunia ciptaanNya

tersebut. Jika diruntut keadilan sosial Islam dengan Pancasila sila Kelima, maka Sila Pertama

Pancasila (tauhid) mewarnai setiap sila, maka sebagai Bangsa kita meyakini bahwa harta yang

kita peroleh adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan untuk itu maka kekayaan negara harus

dirasakan oleh setiap warga Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai