Anda di halaman 1dari 6

JIHAD SIYASIH

Politik memang bukan sesuatu yang asing di tengah-tengah masyarakat, tapi


kata ini telah menjelma menjadi sesuatu yang sangat menyeramkan di tengah-
tengah masyarakat. Bagaimana tidak, masyarakat kita selalu di suguhkan
pemandangan pemandangan menyeramkan . Mulai dari kasus korupsi,
nepotisme, politik uang dan masih banyak lagi kisah-kisah pilu yang mewarnai
sejarah hitam bangsa ini.

Politik telah menjelma menjadi dangerous game. Ini semua akibat ulah para
politisi yang selalu menggunakan berbagai cara untuk meraih kekuasaan. Kita
bisa melihat bagaimana para politisi memainkan peran strategisnya demi suatu
kepentingan. Tengok saja kasus Anas urbaningrum, Angelina Sondakh, dkk
mereka begitu nyaring meniarakkan jargon KATAKAN TIDAK PADA
KORUPSI, tapi toh mereka juga yang korupsi.

Demokrasi telah membuka jalan selebar selebarnya untuk menuju panggung


perpolitikan, bagi siapapun tak terkecuali bagi aktivis dakwah. Inilah mungkin
jalan yang harus di tempuh untuk bisa memperbaiki carut marut bangsa ini.
Peluang-peluang untuk meraih posisi politik harus dioptimalkan untuk
kemenangan Islam dan umat Islam. Pada sisi lain aktifis dakwah harus
mewaspadai dan mengantisipasi jebakan-jebakan politik sehingga tidak jatuh
pada ranjau politik yang sengaja dipasang oleh kompetitor politik lainnya.
Karena sejatinya jihad siyasi merupakan bagian dari pertarungan hak versus
batil dalam dunia politik. Dan tentara batil tidak akan rela begitu saja
melepaskan posisi-posisi politiknya kepada aktifis Islam.

Kemenangan politik tentu akan menjadi sangat penting. Kita butuh payung
politik untuk bisa bergerak leluasa di alam demokrasi ini. Di bawah bendera
demokrasi ummat Islam dapat mengembangkan diri secara maksimal tanpa
dibayang-bayangi rasa takut, atau semangat balas dendam dan permusuhan
dengan penguasa. Di bawah bendera demokrasi ummat Islam tidak perlu terlibat
dalam konflik politik berkepanjangan dengan negara, konflik yang selama ini
menguras habis seluruh energi kita sendiri. Di bawah bendera demokrasi ummat
Islam dapat berpartisipasi secara politik tanpa terbebani sebagai perasaan
sebagai warga kelas dua, atau perasaan sebagai orang lain karena selalu
dianggap tidak nasionalis.

Dalam prosesnya orang-orang yang berjihad dalam memerangi kezhaliman


dapat menggunakan satu atau keseluruhan dari tiga cara yaitu: Jihad dengan
tangan dan kekuatan, jihad dengan lisan dan pena, dan jihad dengan hati.
Rasulullah saw. bersabda: Siapa saja yang melihat kemungkaran maka dia
berkewajiban untuk merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan
lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itu menunjukkan
tingkat iman yang paling lemah. (HR Bukhori Muslim)

Jika dicermati lebih teliti maka sesungguhnya faktor yang paling besar dalam
menimbulkan kemungkaran dan kezhaliman adalah kekuasaan karena pintu ini
merupakan gerbang dari segala kebaikan dan kemungkaran. Kekuasan tak
ubahnya sebagai sarana untuk menggulirkan kemauan penguasa, apabila sang
penguasa berkemauan baik tentu kakuasaan menjadi sarana kebaikan, keadilan,
kemakmuran, dan kesejahteraan demikian sebaliknya apabila penguasa
berkemauan buruk maka kekuasaan menjadi ajang keburukan, kemungkaran
kezhaliman, dan kerusakan.

Maka tidak alasan bagi kita untuk apatis terhadap politik, karena apatisnya kita
berarti kita apatis terhadap masalah umat. Karena bila di tinjau dari pengertian
politik versi Hasan Al-Banna, Politik yaitu mengurusi segala urusan umat baik
internal maupun eksternal. Maka sudah sangat jelas bahwa kekuasaan
merupakan kontrol terhadap umat. Masalah masalah umat akan bisa di atasi
secara komprehensif bila tampuk kekuasaan itu ada di pundak muslim
negarawan. Ada di pundak muslim yang punya visi kemaslahatan umat.

Maka mari kita renungkan perkataan Dr. Yusuf Qardhawi berikut

Kalau saja kita diberi kebebasan selama 20 tahun untuk membina ummat,
tanpa gangguan dan tekanan penguasa, atau konflik dengan mereka, maka itu
sudah cukup untuk mengembalikan kejayaan ummat Islam kembali.

Tak perlu buang-buang tenaga untuk bertengkar dengan negara, simpan saja
tenagamu, karena umat ini butuh lebih banyak tenaga untuk bisa move on dari
kegalaun ketika daulah utsmani di runtuhkan.
TAHUN PEMBUKTIAN!!!!!!!!!

Tahun 2016 adalah tahun ke 2 kepemimpinan Presiden Jokowi. dan ini


merupakan tahun-tahun pembuktian kemampuan Jokowi merelesasikan
janjinya. Ada begitu banyak janji yang telah di obral pada saat pencalonan
Dan tepatilah janji,karena janji itu akan diminta pertanggung jawabannya.
(QS. Al-Isra [17] : 34)

Demokrasi di Indonesia.

Dimanapun ,demokrasi tetaplah demokrasi. Dia adalah sebuah system yang


menuankan kepentingan. Maka Indonesia adalah salah satu buktinya.
Pemilihan Presiden tahun 2014 seolah menegaskan semuanya. Sebuah
pertarungan dua elit poiitik yang di dukung masing-masing setengah jumlah
penduduk. Mereka menamakannya Koalisi Indonesia hebat vs Koalisi merah
putih. Meski akhirnya pertarungan ini di menangkan oleh KIH.

Inilah kemudian yang harus di pertegas, tingkat partisipasi masyarakat terus


menurun dalam pesta demokrasi. Masyarakat pun sudah tidak lagi percaya
dengan para politisi. Tapi apakah kita harus kehilangan harapan? Apakah tahun
ini kita tetap akan golput?. Padahal ulama kita telah mengatakan bahwa orang
yang kehilangan harapan mereka bagaikan orang yang telah mati sebelum
waktunya. Harapan inilah kemudian yang harus terus kita pelihara. Maka
golput bukanlah pilihan. Lalu bagaimana sikap kita menghadapi pemilu 2014?

Di tengah melemahnya partisipasi warga dalam Pemilu, sikap untuk menjadi


golput justru sebenarnya tidak bertanggungjawab. Mengapa? Sebab dengan
tidak memilih sebenarnya kita telah membiarkan kekuatan-kekuatan lain untuk
berkuasa bahkan nanti menindas dan menzalimi akidah dan kesejahteraan
kita. Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI)
KH. Fahmi Salim, MA mengatakan, Sekarang para aktivis JIL, Syiah, pluralis,
sekuleris dan liberalis berlomba-lomba masuk ke parlemen. Apakah kita diam
saja membiarkan? Tepat, sekarang ini orang yang tak senang akan kebangkitan
Islam juga berupaya masuk ke parlemen untuk mewujudkan misinya.

Mari kita kulik satu per satu.

Pertama, kekuatan Zionis Yahudi. Kini di republik ini telah berdiri organisasi
yang mempelopori dibukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan
negara teroris Israel. Namanya IIPAC (Indonesia-Israel Public Affair
Commitee). Sudah beberapa tahun terakhir, lembaga yang dipimpin Benjamin
Ketang tersebut menyelenggarakan HUT Israel di sejumlah kota besar di
Indonesia. Benjamin sendiri menjadi caleg DPR RI dari Partai Gerindra.
Penganut Yahudi memang banyak bermukim di Jakarta, Surabaya dan Manado.
Mereka memiliki sinagog (rumah ibadah) dan rabbi (pendeta) sendiri. Bahkan
di Sulawesi Utara, mereka berhasil membangun tugu Menorah raksasa, simbol
agama mereka dengan dana APBD Provinsi yang nilainya mencapai milyaran
rupiah.

Belakangan, mereka juga mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap capres


yang mereka anggap akan mendukung perjuangan mereka yaitu Abu Rizal
Bakrie dari Partai Golkar. Memang jamak diketahui sudah bertahun-tahun
pemilik grup Bakrie ini memiliki kongsi bisnis dengan konglomerat Yahudi
Eropa dari Dinasti Rotshchild dalam usaha tambang batubara Bumi Resources.

Selain itu, sejumlah politisi juga telah nyata-nyata menunjukkan dukungan


terhadap gerakan rasialis yang menjajah bumi suci Palestina itu. Tercatat nama
politisi Partai Nasdem, Ferry Mursyidan Baldan yang menghadiri resepsi HUT
Israel di Singapura pada 2013 lalu. Ada pula anggota DPR dari Partai Golkar,
Tantowi Yahya yang berkunjung ke Knesset, parlemennya Israel atas undangan
Australian Jewish Community. Miris sekali. Tak terbayangkah bagaimana
kejinya tentara Zionis membombardir bocah-bocah Palestina yang tak berdosa
dengan bom dan peluru?

Kedua, kekuatan Komunis-Marxis. Komunis adalah bahaya laten. Walaupun


sudah menjadi organisasi terlarang, tapi ideologinya terus berkembang. Benih-
benihnya bersemai di kampus-kampus. Dan sekarang tunasnya tumbuh dan
bermekaran di partai yang berebut ke Senayan. Ideologi anti Tuhan dan anti
kepemilikan pribadi yang nyeleneh ini dulunya berada di PKI. Lalu pada era
reformasi mereka berkumpul di Partai Rakyat Demokratik (PRD). Sayang, PRD
tak lolos electoral threshold. Akhirnya para aktivis kiri pemuja Che Guevara ini
menyusup ke banyak tempat. Mayoritasnya ada di PDI-Perjuangan pimpinan
Megawati Soekarno Putri. Bahkan di partai ini ada anggota DPR yang menulis
buku Aku Bangga Menjadi Anak PKI.
Namanya Ribka Tjiptaning Proletariati. Di samping itu, ada Budiman
Sujatmiko, mantan ketua PRD yang sudah duduk di Senayan (juga) dari PDIP.
Masih ada lagi Andi Arief yang menjadi staf khusus Presiden SBY dan Pius
Lustrilanang yang jadi anggota DPR dari Partai Gerindra.

Ketiga, kekuatan Salibis. Kita mungkin akan dituduh intoleran dan primordialis
jika menyinggung persoalan agama. Namun faktanya memang umat Kristen di
Indonesia juga berniat menjadikan Anak Tuhan sebagai pemimpin negeri ini.
Seperti halnya di Nigeria, penduduknya mayoritas Muslim tapi presidennya
Kristen. Organisasi seperti Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI) dan
Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) terang-terangan menyatakan niatnya
untuk memenangkan caleg dan capres Kristen.

Maka kita melihat sejumlah nama coba mereka usung seperti Harry
Tanoesoedibyo yang diusung Partai Hanura sebagai cawapres mendampingi
Wiranto. Bos MNC Group ini juga merupakan inisiator event maksiat
pengumbar syahwat Miss World di Indonesia. Kemudian Sinyo Harry
Sarundajang ikut di Konvensi Partai Demokrat. Selain itu Pendeta Richard
Daulay membeberkan sejumlah figur kader Gereja yang dianggap mampu maju
di Pilpres di antaranya EE Mangindaan, Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro, Menparekraf Marie Elka Pangestu, mantan Menperind Luhut
Binsar Panjaitan dan mantan Pangkostrad Letjend TNI (Purn) Johny
Lumintang.

Belum lama ini lembaga survey milik mereka, Cyrus Network juga merekayasa
hasil risetnya seolah-olah Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama sangat
diharapkan rakyat menjadi wapres. Di sisi lain mereka juga terus
mengkampanyekan Jokowi for President dengan asumsi jika Jokowi
melenggang ke RI 1 maka kursi Gubernur Jakarta akan jatuh ke Ahok. Kita
patut bercermin bagaimana kota Manokwari di Papua nyaris mereka buat
menjadi kota Injil dimana simbol keislaman dilarang. Adzan untuk shalat saja
tak diperbolehkan. Naudzubillah. Betullah firman Allah SWT dalam QS Al-
Baqarah ayat 120, Dan mereka tidak akan ridha kepada kalian, sebelum kalian
mengikuti millah (agama) mereka..

Keempat, kekuatan liberalis. Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah musuh dalam
selimut umat Islam. Mereka hendak menghancurkan Islam dari dalam. Bagi
mereka Al-Quran itu ketinggalan zaman sehingga perlu tafsir baru yang
mereka buat sesuai kehendak syahwat mereka. Menurut mereka, semua agama
itu sama saja. Dalam pandangan mereka, shalat itu tak wajib. Jilbab bagi
muslimah tak wajib. Nikah beda agama boleh. Waris beda agama sah-sah saja.
Bahkan menikah dengan sesama jenis (gay/lesbi) tak jadi soal. Beginilah
memang jika belajar Islam kepada orientalis Yahudi. Mondoknya bukan
Mekkah, Madinah atau Al-Azhar, Mesir tapi di Chicago atau Montreal sana.

Tokoh utama JIL yang mencoba masuk ke parlemen adalah Ulil Abshar
Abdalla, salah satu Ketua DPP Partai Demokrat yang menjadi caleg dari partai
berkuasa itu. Satu lagi adalah Zuhairi Misrawi, yang jadi caleg dari PDIP.
Keduanya oleh media sekuler- disebut sebagai intelektual Muslim. Namun
ketika presiden Mesir yang sah dan konstitusional DR. Muhammad Mursi al-
hafidz dikudeta militer, mereka malah bertepuk tangan, tertawa gembira dan
mendukung pembantaian terhadap aktivis Islam dari gerakan Ikhwanul
Muslimin. Pembakaran masjid pun mereka amini untuk mengikuti syahwat
Zionis. Memang jamak diketahui Partai Demokrat dan PDIP adalah tempat
bersarangnya aktivis liberal anti-Islam yang getol membela kebathilan seperti
pornografi dan LGBT (lesbian, gay, transgender, heterosex). Salah satu yang
paling populer adalah Rieke Dyah Pitaloka alias Oneng, politisi partai banteng
yang aktif di AKKBB.

Dalam tayangan Duel Kandidat di TV One (27/1) yang lalu, juga terlihat
sejumlah politisi parpol berbasis massa Islam yang justru berbangga menjadi
pembela pluralisme dan liberalisme. Sebut saja Saleh Partaonan Daulay (PAN),
Malik Haramain (PKB) dan Ramadhan Pohan (Demokrat). Padahal pluralisme
dan liberalisme telah dinyatakan sesat oleh MUI melalui fatwanya dalam Munas
2005. Namun atas nama kebebasan dan hak asasi, mereka membela aliran
menyimpang yang menodai dan menistakan Islam seperti ajaran Ahmadiyah.

Kelima, kekuatan Syiah. Syiah adalah satu sekte yang menyimpang dari akidah
Islam. Ajaran yang diciptakan tokoh Yahudi, Abdullah bin Saba ini memang
sangat ekstrim. Bagi mereka khalifah sesudah Nabi Muhammad haruslah Ali
bin Abi Thalib. Bagi muslim yang setuju dengan kepemimpinan Abu Bakar,
Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan mereka nyatakan kafir. Para sahabat
Nabi yang mulia dicaci makinya. Ummahatul Mukminin Aisyah ra. difitnah dan
dilecehkan. Mereka juga mengklaim bahwa Al-Quran yang dimiliki ummat
Islam saat ini (Mushaf Utsmani) telah mengalami distorsi. Ada banyak ayat
yang hilang, menurut mereka.

Di sisi fiqih, salah satu ajaran paling nyelenehnya adalah dianjurkannya nikah
mutah alias kawin kontrak. Menikah dengan perjanjian sampai batas waktu
tertentu. Tentu ini tak lain hanyalah pelacuran yang dijustifikasi atas nama
agama. Di Iran, Suriah, Irak dan Lebanon dimana Syiah berkuasa, ummat Islam
ahlussunnah wal jamaah ditindasnya. Di negara kita pun, pentolah Syiah mulai
merambah ranah politik. Di antaranya adalah Ketua Dewan Syura IJABI,
Jalaluddin Rakhmat yang jadi caleg PDIP di Jawa Barat dan Zulfan Lindan
yang jadi caleg DPR RI Dapil Aceh 2 dari Partai Nasdem.
(ISLAMEDIA.COM)

Melihat fakta - fakta di atas maka, akan sangat lucu kalau kita masih ,mau apatis
terhadap politik. Ingat akan Thariq di tepi Andalusia yang membakar kapal anak
buahnya dan meneguhkan perjuangan di depan mata. Mungkin sekarang saatnya
kita teriakkan, Jangan pernah mundur walau setapak, karena mundur adalah
pengkhianatan !

Anda mungkin juga menyukai