KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Andai Saya
Menjadi Presiden, Apa Yang Akan Saya Lakukan Untuk Menciptakan Kehidupan Politik
Yang Bermoral Sebagai syarat tugas pertama dalam memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Ilmu Politik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada
Bapak Dr. Agus Subagyo., S.ip, M. Si selaku Dosen mata kuliah pengantar ilmu politik UNJANI
yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai politik yang bermoral di Indonesia karena dunia politik di Indonesia
kini telah jauh dari nilai luhur bangsa Indonesia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya serta bagi para peluku politik di Indonesia.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Al Qur-an memang tidak ditemukan kata siyasah (politik) secara harfiah, tetapi
para penafsir awal seperti Mujahid ketika menafsirkan rabbaniyuun (QS. Ali Imran; 79) berkata:
"Mereka (rabbaniyun) itu lebih tinggi dari pendeta-pendeta (rahib), sebab pendeta-pendeta itu
adalah ulama, sedangkan rabbaniyun adalah mereka yang memadukan kedalaman ilmu dan fiqih,
pandangan siyasah dan pengaturan, penegakan urusan-urusan rakyat dan apa-apa yang
memperbaiki mereka dalam kehidupan dunia dan agama mereka.
Dunia mengakui bahwa Indonesia merupakan negera berpenduduk muslim terbesar di
dunia yang memiliki banyak organisasi kemasyarkatan dan atau partai politik berbasiskan islam.
Namun sayangnya, harus pula diakui bahwa praktek berpolitik negeri ini dipenuhi oleh berbagai
tingkah laku manusia yang membawa hawa nafsu sebagai tuhan.
Inilah yang kemudian membawa sejarah kepada fenomena bahwa kebanyakan gerakan
politik pada akhirnya berujung pada nafsu untuk memiliki kekuasaan dan mempertahankan
kekuasaan itu.
Kehidupan politik di negeri ini sangat bervariasi sepak terjangnya, saling bersenggolan
dan saling menyapa dengan kalimat yang berpura sopan, namun ada juga partai politik yang
duduk terdiam dan tersenyum, tapi begitu lincah jempolnya menari di tombol handphone atau
gadgetnya yang senantisa terus berkomunikasi dengan ranting-ranting yang ada di daerah
kekuatannya.
Melihat laku poltik yang semakin tidak menguntungkan bagi kemajuan dan kebaikan
bangsa ini, tidak ada yang perlu dilakukan, kecuali politik harus didukung dengan moralitas yang
tingggi. Dalam hal ini, Susan Mendus dalam karyanya, Impartiality in Moral and Political
Philosophy (2002), menyebutkan politik bisa menjadi baik, apabila ia memiliki landasan moral
yang tinggi. negara bisa menjadi baik apabila penyelenggarnya baik dan memiliki dedikasi yang
tinggi.
Karena itu, sekali lagi, para politikus di negeri tercinta ini sudah seharusnya memiliki
landasan moral yang tinggi dalam berpolitik. Politik harus benar-benar dijadikan alat untuk
menyejahterahkan rakyat. Jangan sampai politik mendapat citra buruk dari masyarakat karena
perbuatan tidak manusiawi dari orang yang ambisius yang mencoba untuk memimipin negeri ini.
Sudah cukup rasanya pergolakkan politik mengorbankan rakyat kecil, kini saatnya etika
politik dan ajaran tentang kebaikan moral dikedepankan. Agar Indonesia menemukan jalan,
untuk setiap masalah dan tantangan yang kita hadapi. Kita adalah bangsa yang besar, terlalu
besar untuk dikalahkan oleh kepentingan sempit pribadi, kelompok, dan golongan.
Hendaknya dilain perjalanan bangsa Indonesia dapat dikembalikan kepada politik yang
bermoral. Politik kekuasaan adalah bertujuan untuk mempercepat terwujudnya cita-cita
proklamasi 17 Agustus 1945. Apabila nilai moral tidak lagi menjadi karakter perpolitikan bangsa
ini maka dikhawatirkan cita-cita pembangunan hanya tinggal menjadi impian belaka.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
5. Apa yang saya lakukan jika saya menjadi seorang presiden guna untuk
mewujudkan politik yang bermoral ?
untuk
mendapatkan
dan
Politik
adalah
segala
sesuatu
pelaksanaan kebijakan publik.
proses
perumusan
dan
tentang
tentang
bentuk
dan
tata
cara
Penguasaan Islam selama satu setengah abad telah menyumbang kepada pembentukan
teori politik yang bermoral yang kemudian diambil oleh masyarakat Barat untuk diterpakan
dalam kehidupan mereka. Barat, yang semakin menjauhkan dirinya dari pada jalan hidup
beragama tidak pula mengetepikan bingkai moral dalam kehidupan mereka, bahkan nilai-nilai
itu tetap dijadikan asas kehidupan individu, bermasyarakat, berorganisasi dan bernegara.
Sebelum kerjaan-kerajaan Islam ditumpaskan, masyarakat Barat mempelajari secara
tekun mengenai factor kekuatan masyarakat Islam. Sebagiannya, mereka adaptasikan dalam
kehidupan dan menjadi ia sebagai teladan yang mesti diikuti. Sebab itulah banyak buku-buku
karangan cendekiawan Islam zaman pertengahan dikaji, diterjemah dan dibahas sehingga
membangunkan ilmu-ilmu baru yang sesuai dengan sudut pandangan mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. POLITIK DAN MORAL
MO
KBBI
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dsb ; Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin, ; Isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan ; Ajaran
kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Darji Damodiharjo
Moral adalah keseluruhan norma yang menentukan baik buruknya sikap dan perbuatan manusia,
pancasila sebagai dasar negara adalah kesatuan utuh bangsa Indonesia .
2. Pengertian Politik
Politik adalah alat untuk mencapai tujuan dari setiap orang atau golongan.
Plato dan Aristoteles
Politik adalah sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang baik. Usaha untuk
mencapai masyarakat yang terbaik ini menyangkut bermacam macam kegiatan yang
diantaranya terdiri dari proses penentuan tujuan dari sistem serta cara cara melaksanakan
tujuan itu.
Rod Hague
Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok kelompok mencapai
keputusan keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan
perbedaan perbedaan diantara anggota anggotanya.
Carl Schmidi
Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang orang lebih membuat keputusan
keputusan dariapada lembaga lambaga abstrak.
2. 2 Masalah masalah Politik yang Tak Bermoral
Masalah masalah politik yang tak bermoral dikaji dengan beberapa contoh berikut :
Gaya gaya pemimpin yang bercorak Manusia Robot artinya pemimpin yang ingin menang
dan semua ingin agar kelompoknya memegang tampuk kekuasaan, dengan segala taktik kotor
( intrique ) sehingga tidak terpikirkan secuilpun dibenak mereka bagaimana menciptakan
masyarakat yang damai, adil, aman, makmur dan sejahtera serta demokratis.
Pemimpin memiliki satu penampakan tamak kuasa ( gila kuasa ) akibatnya pemimpin terlalu
mudah mengumbar nafsu, serta akhirnya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
walaupun mengakibatkan kerugian dan tidak efisiennya penggunaan anggaran daerah. Ketika
pemimpin terlalu berpikir bagaimana harus mempertahankan kekuasaan tentu rakyat dilihat
semu, sementara pemimpin bermakna karena ada rakyat.
menyelenggarakan pemerintahan, negara ini sudah diambang kehancuran karena korupsi sudah
merasuk kedalam seluruh sendi kehidupan.
http://karya-kamal.blogspot.co.id/2015/06/konsep-politik-makalah-pengantar-ilmu.html
http://waspadamedan.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=19828&catid=59&Itemid=215
http://sport.frontroll.com/berita-1609-politik-bermoral.html
http://news.detik.com/opini-anda/1722862/mewujudkan-politik-bermoral
Nggoro, Adrianus M, 2009. Pendidikan Pancasila. Ruteng : Nera Pustaka.
Syamsudin, Din, 2012. Politik Indonesia Tak Bermoral. Padang : PT. Dirgantara.